Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan tekanan intraokuler pada mata. Oleh karena itu glaukoma dapat mengganggu penglihatan yang perlu diwaspadai. Tidak hanya itu, glaucoma juga dapat membawa kita kepada kebutaan. Contohnya pada kasus glaucoma yang terjadi di Amerika Serikat. Disana glaucoma beresiko 12% pada kebutan(Luckman & Sorensen.1980). Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Namun sesungguhnya hal ini bisa di cegah dengan pemeriksaan tonometri rutin. Sehingga tidak sampai terjadi hal fatal seperti kebutaan. Jika seseorang tidak pernah melakukan pemeriksaan tonometri, sedang ia baru mendapati dirinya glaukoma yang sudah fatal, maka tindakan yang bisa di ambil adalah operasi. Mendengar kata ini jelas kita sudah merinding sebelum melakukannya. Apalagi hasil dari opersi belum tentu sesuai dengan harapan kita. Misal, opersi tersebut berujung pada kebutaan seperti contoh di atas. Oleh karena itu, kita perlu malakukan pengukuran tonometri rutin dan juga memahami proses keparawatan pada klien glaukoma. Supaya sebagai perawat tentunya kita dapat menegakkan asuhan keperawatan yang benar.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 Bagaimana konsep glaukoma? Bagaimana konsep proses keperawatan pada glaukoma?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada glaukoma. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengidentifikasi definisi dari glaukoma 2. Mengidentifikasi etiologi dari glaukoma 3. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari glaukoma 4. Mengidentifikasi patofisiologi dari glaukoma 5. Mengidentifikasi proses keperawatan dari glaukoma 1.4 Manfaat 1.4.1 Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan gangguan glaukoma sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah persepsi sensori. 1.4.2 Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Glaukoma Menurut Herman tahun 2010, glaukoma merupakan suatu kumpulan penyakit yang mempunyai karakteristik umum neuropatik yang berhubungan dengan hilangnya fungsi penglihatan. Walaupun kenaikan tekanan intra okuler adalah satu dari resiko primer, ada atau tidaknya faktor ini tidak merubah definisi penyakit. Glaukoma bukanlah sebuah penyakit, melainkan kekomplekan dari gangguan tekanan intraokuler yang mana mempunyai karakteristik gejala peningkatan tekanan intraokular pada orang dewasa. Normalnya, tekanan intraokular adalah 10-20 mmHg. Jika hasil pemeriksaan tekanan bola mata lebih dari 20, maka kita patut curiga terhadap adanya glaukoma. Apabla hasil menunjukkan angka lebih dari 25, maka dipastikan orang tersebut terkena glaukoma. Untuk mengetahui, seseorang tersebut terkena glaukoma atau tidak, bisa dengan pemeriksaan tonometri (pemeriksaan tekanan bola mata). Pengukuran tonometri rutin ini penting, untuk mengidentifikasi adanya glaukoma sebelum mata terkena bahaya permanen dari peningkatan tekanan di dalamnya. Glaukoma biasanya diderita oleh klien yang berumur di atas 40 th. Pada orang yang memiliki kecenderungan hereditas glaukoma dalam keluarganya, mereka harus melakukan pengukuran tonometri ritin setiap hari.(Luckman, 1980). Pendapat yang lain mengatakan bahwa Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. (Anonim,2009) Dari beberapa definisi glaukoma diatas, dapat disimpulakan bahwa glaukoma adalah penyakit mata yang terjadi karena peningkatan tekanan bola mata dan mempengaruhi kepekaan atau kejelasan penglihatan.

2.2 Type Glaukoma Ada beberapa type glaukoma dan dapat di klaasifikasikan sebagai berikut : 1. Glaukoma Primer Dewasa Glaukoma primer dewasa meliputi: a. Glaukoma Sudut Terbuka / Kronis Glaukoma jenis ini umumnya terjadi karena keturunan. Glaukoma jenis ini sering terjadi pada orang yang mempunyai sudut ruang terbuka yang normal tapi mempunyai resistensi aliran aquous humor keluar dari ruang sudut. b. Glaukoma Sudut Tertutup Glaukoma jenis inin jarang terjadi. Ada kesalahan tempat yang maju dari ujung akar dan gulungan iris yang melawan kornea. 2. Glaukoma Sekunder Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan

penyempitansudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata Glaukoma ini biasa di bangun dari banyak sebab seperti uveitis, gangguan neuvaskuler, trauma tumor, penyakit degenerasi mata, dll. 3. Glaukoma Kongenital Glaukoma ini terjadi di mata selama ada dalam masa awal tumbuh dan berkembang. Biasanya terlihat selama 6 bulan kelahiran. Glaukoma infantil atau dikenal dengan istilah buphthalmos, dipercaya terjadi akibat displasia dari sudut kamera anterior tanpa disertai abnormalitas okular dan sistemik lainnya. Terdapat dua teori yang menerangkan patofisiologi terjadinya glaukoma infantil, yaitu; terjadi abnormalitas membran atau sel pada jaringan trabekular, sehingga jaringan trabekuler menjadi impermeabel; teori lain mengatakan bahwa terjadi anomali luas pada kamera okuli anterior termasuk insersi abnormal dari muskulus siliaris. Dengan adanya anomalianomali tersebut, maka aliran aqueous akan terganggua dan terjadi pembendungan aqueous humor, maka akan timbul buphtalmos karena jaringan sklera pada neonatus masih lunak.

4. Glaukoma Absolut Glakoma ini biasanya adalah hasil dari beberapa kejadian glaukoma dan itu berarti mengarah pada kebutaan yang mana tekanan intraokuler meningkat. 2.3 Berdasarkan lamanya : 1. Glaukoma akut Penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intra okuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. 2. Glaukoma kronik Penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. 2.4 Etiologi dan Pathofisiologi Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah: 1. Umur Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. 2. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakakberadik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak. 3. Tekanan bola mata Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatan 4. Pemakai steroid secara rutin Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda

pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma. a. b. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata Penyakit lain

Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.(Anonim,2010) Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor di produksi didalam badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalamsistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melaluicamera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHgmemerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilanganfungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat permanen tanpa penangan, glaukomadapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.(Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 150) Perjalanan aliran aqueous humor 80-90% melalui jaringan trabekular, namun terdapat 10% melalui ciliary body face, yang disebut jalur uveoskleral. Berdasarkan fisiologi dari sekresi dan ekskresi cairan aqueous, maka terdapat tiga faktor utama yang berperan dalam meningkatnya tekanan intraokular, antara lain: 1. 2. 3. Kecepatan produksi aqueous humor oleh badan siliar Resistensi aliran aqueous humor melalui jaringan trabekular dan kanal Schlemm Tekanan vena episklera

2.5 Manifestasi Klinis 1. Glaukoma primer a. Glaukoma sudut terbuka - Kerusakan visus yang serius - Lapang pandang mengecil dengan macam macam skotoma yang khas - Perjalanan penyakit progresif lambat

b. Glaukoma sudut tertutup - Nyeri hebat didalam dan sekitar mata - Timbulnya halo disekitar cahaya- Pandangan kabur - Sakit kepala- Mual, muntah- Kedinginan - Demam bahkan perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikiankuatnya sehingga keluhan mata (gangguan penglihatan, fotofobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh klien.

2. Glaukoma sekunder - Pembesaran bola mata - Gangguan lapang pandang - Nyeri didalam mata

3. Glaukoma congenital - Gangguan penglihatan (Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, hal 147 150) 2.6 Penatalaksanaan Glaukoma Tujuan utama terapi glaukoma adalah dengan menurunkan tekanan intraokular serta meningkatkan aliran humor aquos (drainase) dengan efek samping yang minimal. Penangananya meliputi: Penatalaksanaan Medis 1. Glaukoma Primer a) Pemberian tetes mata Beta blocker (misalnya timolol, betaxolol, carteolol, levobunolol atau metipranolol) yang kemungkinan akan mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO.

b) Pilocarpine untuk memperkecil pupil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. c) Obat lainnya yang juga diberikan adalah epinephrine, dipivephrine dan carbacol (untuk memperbaiki pengaliran cairan atau mengurangi pembentukan cairan) d) Minum larutan gliserin dan air biasa untuk mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. e) f) Bisa juga diberikan inhibitor karbonik anhidrase (misalnya acetazolamide). Pada kasus yang berat, untuk mengurangi tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah). 2. Glaukoma sekunder Pengobatan glaukoma sekunder tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah peradangan, diberikan corticosteroid dan obat untuk melebarkan pupil. Kadang dilakukan pembedahan. 3. Glaukoma kongenitalis Untuk mengatasi Glaukoma kongenitalis perlu dilakukan pembedahan. Apabila obat tidak dapat mengontrol glaukoma dan peningkatan TIO menetap, maka terapi laser dan pembedahan merupakan alternatif. 1. Terapi Laser a) Laser iridotomy melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup (narrow or closed angles). b) Laser trabeculoplasty adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada mata-mata dengan sudut-sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus-kasus, dia digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obatobat tetes bius, perawatan laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca

pada sudut mata (angle of the eye). Microscopic laser yang membakar sudut mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran. c) Laser cilioablation (juga dikenal sebagai penghancuran badan ciliary atau cyclophotocoagulation) adalah bentuk lain dari perawatan yang umumnya dicadangkan untuk pasien-pasien dengan bentuk-bentuk yang parah dari glaukoma dengan potensi penglihatan yang miskin. Prosedur ini melibatkan pelaksanaan pembakaran laser pada bagian mata yang membuat cairan aqueous (ciliary body). Pembakaran laser ini menghancurkan sel-sel yang membuat cairan, dengan demikian mengurangi tekanan mata. 2. Terapi Pembedahan a) Trabeculectomy adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit, digunakan untuk merawat glaukoma. Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat untuk cairan keluar dari mata. Untk jalanjalan kecil baru, suatu bleb penyaringan kecil diciptakan dari jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih mata. Filtering bleb adalah suatu area yang timbul seperti bisul yang ditempatkan pada bagian atas mata dibawah kelopak atas. Sistim pengaliran baru ini mengizinkan cairan untuk meninggalkan mata, masuk ke bleb, dan kemudian lewat masuk kedalam sirkulasi darah kapiler (capillary blood circulation) dengan demikian menurunkan tekanan mata. Trabeculectomy adalah operasi glaukoma yang paling umum dilaksanakan. Jika sukses, dia merupakan alat paling efektif menurunkan tekanan mata. b) Viscocanalostomy adalah suatu prosedur operasi alternatif yang digunakan untuk menurunkan tekanan mata. Dia melibatkan penghilangan suatu potongan dari sclera (dinding mata) untuk meninggalkan hanya suatu membran yang tipis dari jaringan melaluinya cairan aqueous dapat dengan lebih mudah mengalir. Ketika dia lebih tidak invasiv dibanding trabeculectomy dan aqueous shunt surgery, dia juga bertendensi lebih tidak efektif. Ahli bedah kadangkala menciptakan tipe-tipe lain dari sistim pengaliran (drainage systems). Ketika operasi glaukoma seringkali efektif, komplikasi-komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan, adalah mungkin. Maka, operasi umumnya dicadangkan untuk kasus-kasus yang dengan cara lain tidak dapat dikontrol.

BAB III PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Glaukoma 1. Pengkajian a. Anamnesa Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah: Identitas / Data Biografi Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. Riwayat penyakit sekarang

Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan. 1. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. 1. Riwayat Kesehatan Keluarga cfPada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. Tujuan: Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil: 1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri 2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang 3) Ekspresi wajah rileks Intervensi: 1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri R/ 2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik 3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang 4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman. 5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio 6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan 7) Berikan analgesik sesuai anjuran 1. Gangguan persepsi sensori: penglihatan b.d gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil: 1) Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan.

2)

Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih

lanjut. Intervensi: 1) Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan. Rasional: Sementara intervensi dini mencegah kebutaan, pasien menghadapi

kemungkinan/mengalami pengalaman kehilangan penglihatan sebagian atau total. 2) Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan

penglihatan. Rasional: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi. 3) Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak

salah dosis. Rasional: Mengontrol TIO, mencegah kehilangan penglihatan lanjut. 4) Lakukan tindakan untuk membantu pasien yang mengalami keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. Rasional: Menurunkan bahaya keamanan b/d perubahan lapang pandang atau kehilangan penglihatan dan akomodasi pupil thd sinar lingkungan 5) Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi. Rasional: Memisahkan badan siliar dr sclera untuk memudahkan aliran keluar akueus humor. 1. Ansitas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, raguragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan: Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: 1) Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.

2) Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah. 3) Pasien menggunakan sumber secara efektif. Intervensi: 1) Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan

pengetahuan kondisi saat ini. Rasional: Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensial siklus insietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO. 2) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Rasional: Menurunkan ansiets b/d ketidak tahuan / harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan info ttg pengobatan. 3) Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. Rasional: Memberi kesempatan pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan pemecahan masalah. 4) Identifikasi sumber/orang yang menolong. Rasional: Memberikan keyakinan bhw pasien tdk sendiri dlm menghadapi masalah. 1. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan

pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteria Hasil: 1) Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.

2) Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit. 3) Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi:

1) Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, 2) Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Rasional: Meningkatkan keefektifan pengobatan. Memberikan kesempatan pasien

menunjukan kompetensi dan menanyakan pertanyaan. 3) Izinkan pasien mengulang tindakan. 4) Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. Rasional: Penyakit ini dapat di control dan mempertahankan konsistensi program obat adalah control vital. Beberapa obat menyebabkan dilatasi pupil, peningkatan TIO dan potensial kehilangan penglihatan tambahan 5) Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur, dll). Rasional: Dapat mempengaruhi rentang dari ketidak nyamanan sampai ancaman kesehatan berat. 6) Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup. Rasional: Pola hidup tenang menurunkan respon emosi thd stres, mencegah perubahan okuler yang mendorong iris kedepan, yang dpt mencetuskan serangan akut. 7) Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit. Rasional: Dapat meningkatkan TIO yang mencetuskan serangan akut. 8) Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. Rasional: Mempertahankan konsistensi feses untuk menghindari konstipasi. 9) Tekankan pemeriksaan rutin. Rasional: Untuk mengawasi kemajuan penyakit dan memungkinkan intervensi dini dan mencegah kehilangan penglihatan lanjut.

DAFTAR PUSTAKA Luckman&Sorensen.1980.Medical-Surgical Nursing a Psychophysiologic Approach.United States of America: W.B. Sunders Company (1986-1990) Herman.2010.Prevalensi kebutaan akibat glaukoma di kabupaten tapanuli selatan(hal 2).Available from http:repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6399/1/10E00177.pdf (diakses 10 oktober 2010) Anonim.2009.Kumpulan artikel tentang glaukoma.Available from :

http://puskesmassimpangempat.wordpress.com/2009/08/14/kumpulan-artikel-tentangglaukoma/ (di akses 10 oktober 2010) Barbara,dkk.1999.Medical-Surgical Nursing.United States of America: Lippincott(642-645) Anonim.2007.World : (diakses 7 oktober 2010) Anonim.2008.Askep Glaukoma(hal 2).Available from Glaucoma Day(hal 1-2).Available from http

www.mazdabalikpapan.com/asuhan-keperawatan-pada-penyakit-mata-glukoma.html

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/glaukoma-2 (diakses 09 oktober 2010 ) Marilynn, dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta : EGC Ilyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka. Ilyas, sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan. Edisi 2. Jakarta : FKUI Hartono. 2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Ilyas, sidarta. 2009. Ilmu penyakit mata. Jakarta : Balai penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai