Anda di halaman 1dari 25

KONSEP AGREGAT KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK DAN

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KOMUNITAS PADA ANAK

DOSEN PEMBIMBING

HAERATI, S. Kep, Ns., M. Kep.

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK I

ANDI ARYA NANDAR (A.19.11.049)


ARYA ARI NUGRAHA (A.19.11.051)
DAHLUL (A.19.11052)
HESTI AULIA (A.19.11.056)
HELMALIA JELITA P. (A.19.11.055)
MALIDA (A.19.11.059)
RHOYFATU RIZQI D.A.N. (A.19.11.061)
RISMAWATI A.19.11.063)
RISKI NOPRIANI (A.19.11.062)
SUTRIANI (A.19.11.064)
TAUFIK HERMAWAN (A.19.11.066)
WANDA RUKMANA (A.19.11.067)
WANDA SARI (A.19.11.068)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KELAS DOMISILI SELAYAR
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah asuhan
keperawatan Aggregat komunitas pada anak. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas keperawatan komunitas II.
Disusunnya makalah ini tidak lepas dari peran dan bantuan beberapa pihak
dan sumber. Karena itu, pemakalah mengucapkan terima kasih dan apresiasi
setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kiranya amal baik serta budi
luhur secara ikhlas yang telah diberikan kepada kami dari beliau di atas yang
dapat maupun belum dapat kami sebutkan, mendapatkan imbalan yang semestinya
dari Allah SWT.
Pemakalah menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

SELAYAR, 16 APRIL 2022

KELOMPOK I
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan
nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006).
Keperawatan komunitas di bagi berdasarkan kelompok usia diantaranya
adalah kelompok usia anak sekolah. Menurut Wong (2008), anak sekolah
adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman
inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas
perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya,
dan orang lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 mulai masuk sekolah
merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah
kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya pelaksanaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik
dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan,
kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi. Pelayanan
kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2014)
Sulitnya memenuhi target penjaringan SD/MI dapat disebabkan oleh
beberapa masalah. Masalah utama yang sering ditemukan di daerah yaitu
kurangnya tenaga di puskesmas sedangkan jumlah SD/MI cukup banyak,
sehingga untuk melaksanakan penjaringan kesehatan membutuhkan waktu
lebih lama. Selain itu juga manajemen pelaporan belum terintegrasi dengan
baik. Walaupun kegiatan penjaringan kesehatan telah dilaksanakan di
puskesmas namun di beberapa provinsi, pengelola program UKS di
kabupaten/kota berada pada struktur organisasi yang berbeda sehingga
menjadi penyebab koordinasi pencatatan dan pelaporan tidak berjalan dengan
baik. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan
program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga
merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.
Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat
kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama
tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga
kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas
puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS.
Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina
UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil
adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5
SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil. (Profil
Kesehatan Indonesia, 2015)
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengertian dari anak?
2. Bagaimana batas usia pada anak?
3. Bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak?
4. Bagaimana permasalahan kesehatan pada anak?
5. Apa saja masalah kesehatan utama pada anak?
6. Bagaiamana Asuhan keperawatan agregat komunitas pada anak?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana pengertian dari anak.
2. Untuk mengetahui Bagaimana batas usia pada anak.
3. Untuk mengetahui Bagaimana karakteristik pertumbuhan dan
perkembangan anak.
4. Untuk mengetahui Bagaimana permasalahan kesehatan pada anak.
5. Untuk mengetahui Apa saja masalah kesehatan utama pada anak.
6. Untuk mengetahui Bagaiamana Asuhan keperawatan agregat komunitas
pada anak.
BAB II
KONSEP AGREGAT KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA ANAK
A. PENGERTIAN ANAK
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan
perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap
dan tingkat yang paling rendah dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak
tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil
yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang
unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi,
dimana imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin
adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,
Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi
adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu.
B. BATAS USIA ANAK
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak adalah sejak
anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun. Berdasarkan Konvensi Hak-
hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa
pada tanggal 20 Nopember 1989 dan diratifikasi Indonesia pada tahun 1990,
Bagian 1 pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia di
bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak
ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
C. KARAKERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
1. Perkembangan Fisik
Fisik atau tubuh manusia merupaRkan sistem organ yang kompleks
dan sangat mengagumkan. Semua organ ini terbentuk pada periode
pranatal (dalam kandungan). Berkaitan dengan perkembangan fisik ini
Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa
perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:
a. Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan
kecerdasan dan emosi;
b. Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan
kemampuan motorik;
c. Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola
tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan
senang untuk aktif dalam suatu kegiatan, yang sebagian anggotanya
terdiri atas lawan jenis; dan.
d. Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.
1) Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak–kanak
(0 –5 tahun).
Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai
dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan
dasar yang semakin baik , yaitu gerakan gerakan berjalan,
berlari, melompat dan meloncat, berjingkrak, melempar,
menangkap, yang berhubungan dengan kekuatan yang lebih
basar sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar.
Selain itu perkembangan juga ditandai dengan pertumbuhan
panjang kaki dan tangan secara proporsional. Perkembagan fisik
pada masa anak juga ditandai dengan koordinasi gerak dan
keseimbanga berkembang dengan baik.
2) Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11
Tahun)
Perkembangan:waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak
kanak,koordinasi mata berkembang dengan baik ,masih belum
mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak
stabil dan mudah sakit ,rentan dan daya tahan kurang
3) Usia 8-9 tahun
Terjadi perbaikan koordinasi tubuh,Ketahanan tubuh
bertambah,Anak laki laki cenderung aktifitas yang ada kontak
fisik seperti berkelahi dan bergulat,Koordinasi mata dan tangan
lebih baik,Sistim peredaran darah masih belum kuat,Koordinasi
otot dan syaraf masih kurang baik,Dari segi psiologi anak
wanita lebih maju satu tahun dari lelaki
4) Usia 10-11 tahun     
Kekuatan anak laki laki lebih kuat dari wanita,Kenaikan
tekanan darah dan metabolism yang tajam. Wanita mulai
mengalami kematangan seksual (12tahun), Lelaki hanya 5%
yang mencapai kematangan seksual.
2. Perkembangan motoric
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan ini
berkembang sejalan dengn kematangan saraf dan otot anak. Sehingga,
setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh
yang dikontrol oleh otak.
Jadi dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan motorik berarti
perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut
berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada
waktu lahir. Sebelum perkembangan itu terjadi anak akan tetap tidak
berdaya.
a. Motorik gerakan kasar
Perkembangan jasmani berupa koordinasi gerakan tubuh seperti
berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar, dan
menangkap, serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meninkatkan keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar.
Pada anak usia 4 tahun, anak sangat mnyenangi kegiatan fisik yang
mengandung bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi. Pada
usia 5 atau 6 th keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya
bertambah, anak pada masa ini menyukai kegiatan lomba seperti
balapan sepeda, atau kegiatan lain yng mengandung bahaya.
b. Perkembangan Gerakan Motorik Halus
Perkembangan motorik halus pada masa usia 6-7  tahun, koordinasi
gerakan berkembang secara pesat, pada masa ini anak sudah
mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerkan mata dengan tangan, lengan dan tubuh
secara bersamaan, antara lain dapat dilihat saat anak menulis dan
menggambar.
Beberapa perkembangan motorik (kasar  maupun halus) selama
periode ini, antara lain :
1) Anak Usia 5 Tahun
a) Mampu melompat dan menari
b) Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan
badan
c) Dapat menghitung jari – jarinya
d) Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu
bercerita
e) Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
f) Memprotes bila dilarang apa yang menjadi
keinginannyaMampu membedakan besar dan kecil
2) Anak usia 6 tahun
a. Ketangkasan meningkat
b. Melompat tali
c. Bermain sepeda
d. Mengetahui kanan dan kiri
e. Mungkin bertindak menentang dan tidak sopa
f. Mampu menguraikan objek-objek dengan gambar
3) Anak usia 7 tahun
a. Mulai membaca dengan lancar
b. Cemas terhadap kegagalan\
c. Peningkatan minat pada bidang spiritual
d. Kadang Malu atau sedih
4) Anak usia 8 -9 tahun
a. Kecepatan dan kehalusan aktivitas motorik meningkat
b. Mampu menggunakan peralatan rumah tangga
c. Ketrampilan lebih individual
d. Ingin terlibat dalam sesuatu
e. Menyukai kelompok dan mode
f. Mencari teman secara aktif.
5) Anak 10-12 tahun
a. Perubahan sifat berkaitan dengan berubahnya postur tubuh 
yang berhubungan dengan pubertas mulai tampak
b. Mampu melakukan aktivitas rumah tangga, seperti mencuci,
menjemur pakaian sendiri , dll.
c. Adanya keinginan anak unuk menyenangkan dan membantu
orang lain
d. Mulai tertarik dengan lawan jenis.
3. Perkembangan intelektual
Piaget membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif,
yaitu:
a. tahap sensori motoris, 
b. tahap praoperasional, 
c. tahap operasional konkret dan 
d. tahap operasional formal.
Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri sebagai
perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap
perkembangannya.
D. PERMASALAHAN KESEHATAN PADA ANAK
Di dalam pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, pada usia 1 – 2
tahun merupakan masa masa penting dalam proses ini. Beberapa faktor yang
mengambil peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah faktor asupan gizi anak tersebut. Berdasarkan data WHO beberapa
tahun yang lalu, terdapat belasan juta kematian seorang anak yang
disebabkan oleh gangguan kekurangan gizi. Hal ini merupakan masalah yang
besar di negara negara berkembang seperti Indonesia.
1. Gagngguan Gizi / MalNutrisi
Malnutrisi, adalah gangguan absorbsi makanan yang dapat disebabkan
oleh faktor patologis atau non patologis sehingga pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak terganggu. Jika keadaan ini berlangsung
kronik atau lama dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada anak.
Sedangkan menurut WHO, mendefinisikan malnutrisi sebagai
“ketidakseimbangan seluler antara pasokan nutrisi dan energi dan
kebutuhan tubuh terhadap mereka untuk menjamin pertumbuhan,
pemeliharaan, dan fungsi tertentu"
Gangguan gizi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu kekurangan gizi
(undernutrition) atau kelebihan gizi (over nutrition).
Beberapa kondisi kekurangan gizi (undernutrition) yang serius dapat
menyebabkan kondisi kesehatan yang terganggu seperti:
a. Marasmus : Ditandai dengan gangguan pertumbuhan dan hilangnya
lemak dan otot di bawah kulit (atrofi)
b. Kwarsiorkor : Ditandai dengan tidak adanya cukup protein dan
karbohidrat di dalam diet sehingga menimbulkan perubahan pigmen
kulit, penurunan massa otot, diare, kegagalan untuk mendapatkan
kenaikan berat badan dan tumbuh, kelelahan, perubahan rambut
(warna atau tekstur), infeksi meningkat dan lebih parah karena sistem
kekebalan tubuh rusak, perut buncit, kelesuan atau apatis, ruam
(dermatitis), syok (tahap akhir) dan pembengkakan (edema).
c. Marasmus – Kwarsiorkor ( Gabungan) : Etiology atau penyebab
malnutrisi sendiri sangatlah banyak, seperti contoh pada negara negara
berkembang, penyebab utama dari kekurangan gizi disebabkan oleh
kurangnya supply makanan pada daerah tersebut. Contoh pada daerah
di Indonesia bagian timur, sangatlah sulit bagi penduduk untuk
mendapatkan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak
mereka hanya karena mereka tidak memiliki makanan yang cukup
untuk dikonsumsi.
Beberapa kondisi Kelebihan gizi (over nutrition) yang dapat
menyebabkan gangguan kondisi kesehatan antaralain adalah:
a. Overweight, diukur dengna BMI (Body Mass Index ) Berkisar antara
25 – 30
b. Obesitas, diukur dengna BMI diatas 30 
c. Beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang kelebihan Gizi
d. Faktor Keturunan
e. Konsumsi Makanan yang berlebihan
f. Pengeluaran energi yang kurang.
E. MASALAH UTAMA KESEHATAN ANAK
Kategori masalah kesehatan anak di seluruh dunia:
1. Negara maju
a. Keganasan adalah kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara
tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan
bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari tubuh.
b. Kecelakaan
c. Kelainan genetic
d. Gangguan pertumbuhan intra uterin
e. Gangguan psikososial
2. Negara berkembang: Penyakit infeksi, infeksi parasite, penyakit kurang
gizi
Masalah Kesehatan Anak di Indonesia
1. Malnutrisi energi protein ( MEP )
2. Defisiensi vitamin A
3. Defisiensi besi
Bila ditinjau dari indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak
di Indonesia :Tingginya morbiditas
4. Tingginya mortalitas pada golongan bayi dan balita
Penyebabnya :Lingkungan yang kurang menunjang
5. Mutu pelayanan kesehatan yang masih rendah
6. Keadaan sosekbud
Faktor timbulnya suatu penyakit :
1. Genetik
2. Lingkungan ( bio-psiko-sosial )
3. Perilaku individu sendiri
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT KOMONITAS PADA ANAK
A. PENGKAJIAN
Pengkajian Identitas dan Riwayat Keperawatan
1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua
a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan
2. Keluhan utama
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat
jasmani dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi
yang akan memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak
yang rentan terhadap kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup
kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada dalam
kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki
keluhan kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang
tua/pengasuhnya beberapa saat sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat
dijadikan indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara
waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
3. Riwayat penyakit sekarang (RPS)
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan
utama. Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang
mungkin tidak terlalu menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi
tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui
status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini
juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan
lebih lanjut mengenai penyakitnya.
4. Riwayat penyakit dahulu (RPD)
Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan
sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk
yang berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi
terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan
yang sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara
langsung pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.
5. Tinjauan system (TS)
Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan
masalah kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan
diimunisasi, namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik
selain pengkajian riwayat kesehatan anak karena dalam pengkajian
cenderung hanya berfokus pada informasi yang diberikan anak/keluarga
sedangkan kemungkinan terhadap kondisi kelainan yang ada pada tubuh
anak belum disadari olehnya dan juga keluarga, sehingga alangkah baik
jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan pemeriksaan fisik
untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya. Tinjauan sistem meliputi:
Menyeluruh/umum: Integument, Kepala, Mata, Telinga, Hidung, Mulut,
Tenggorokan, Leher, Dada, Respirasi, Kardiovaskular, Gastrointestinal.
Genitourinaria, Ginekologik, Muskuluskeletal, Neurologik dan Endokrin.
6. Riwayat pengeobatan keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang
memiliki kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji
pajanan terhadap penyakit menular pada anggota keluarga dan kebiasaan
keluarga yang dapat memengaruhi kesehatan anak, seperti merokok dan
penggunaan bahan kimia lain, serta tingkat kewaspadaan keluarga saat
anak mengalami sakit.
7. Riwayat psikologi
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus
pada riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat
sebelumnya menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika
saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak
terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini penting untuk
mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada
anaknya sehingga anak tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
8. Riwayat Keluarga       
Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan
sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada
sejauh mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan
pada anak, meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi,
dan efek sampingnya. Hal ini akan sangat membantu jika keluarga telah
memahami pentingnya imunisasi sebagai langkah penting yang diperlukan
untuk mencegah penyakit pada anaknya. Untuk beberapa keluarga yang
belum begitu memahami imunisasi, hal ini dapat dijadikan patokan untuk
memberikan pendidikan kesehatan dalam pemahaman terhadap imunisasi.
9. Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan
nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia
mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan
kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian
terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
10. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak,
sehingga dengan data yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak
yang dapat membantu proses imunisasi dan juga pendidikan kesehatan
seputaran imunisasi anak. Dalam melaksanaakan pengkajiaan atas
pertumbuhan dan perkembangan anak, hal penting yang harus
diperhatikan adalah bagaimana mempersiapkan anak agar pemeriksaan
berjalan lancar. Sebelum melakukan pengkajiaan, prinsip-prinsip yang
perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:
11. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil,
seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-
lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi
yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh kembang
anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan anaknya dapat
diperkirakan.
12. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan
tumbuh kembang anak.
13. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan
di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan
lingkar kepala Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan
bila dicurigai adanya gangguan pada anak. Apabila petugas akan mengkaji
pertubuhan fisik anak, maka petugas tersebut cukup mengukur BB, TB,
dan lingkar kepala.
14. Pemeriksaan fisik
Meskipun pemeriksaan fisik tidak dilakukan apabila dilapangkan, namun
petugas perlu mengetahui bahwa pemeriksaan fisik perlu dilakukan agar
keadaan anak dapat diketahui secara keseluruhan. Pemeriksaan fisik dapat
dimulai dari rambut, kepala, leher, dada, perut, genetalia, ekstremitas.
Selain itu, tanda-tanda vital dan keadaan umum perlu dikaji. Pemeriksaan
fisik pada pertumbuhan dan perkembangan ini adalah sama seperti cara
pemeriksaan fisik pada bayi dan anak. Oleh karena itu, pemeriksaan fisik
tidak dibahas secara khusus pada bagian ini.
15. Perkembangan anak
Untuk mengkaji keadaan perkembangan anak, dapat digunakan buku
Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sebagaimana telah
dibahas sebelumnya. Dari pedoman ini dapat diketahui mengenai keadaan
perkembangan anak saat ini, apakah anak berada dalam keadaan normal,
meragukan, atau memerlukan rujukan. Apabila anak memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat dilakukan DDST yang dapat dibaca
pada Buku Tumbuh Kembang oleh Soetjiningsih (1996).
16. Data lain
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data
penunjang lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang
diperlukan terutama apabila anak berada di klinik.
17. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan
Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan
pada bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan normal
Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan
normal apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna
hijau pada kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik
harus naik dan sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna
hijau. Sementara, pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan
yang ditetapkan dengan pengukuran antropometri adalah BB/U;
BB/M, dan lingkar kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.
Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang
diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila
menggunakan kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai
usia yang terdapat pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes
DDST, anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia.
Demikian juga untuk pemeriksaan lainnya.
b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat
badan anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur
hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang
mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada.
Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan
kepandaian anak tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak
mengalami keterlambatan. Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai
tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender balita
(KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.

B. DIAGNOSA KEPEAWATAN
1. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang
tumbang anak
2. Risiko terhadap cedera b/d keadaan tumbang dan lingkungan.
3. Resiko gangguan perkembangan b/d situasi yang terjadi di lingkungan
4. Resiko gangguan pertumbuhan b/d situasi yang terjadi dilingkungan
C. INTERVESI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL
Cemas b/d kurang Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
pengetahuan ibu tentang keerawatan maka tingkat Observasi
tumbang anak ansietas menurun dengan 1. Identiifikasi saat tingkat
kriteria hasil: ansietas berubah (mis.
1. perilaku gelisah menurun kondisi, waktu, dan stressor)
2. monitor tanda-tanda ansietas
2. perilaku tegang menurun
(verbal dan nonverbal)
3. frekuensi pernafasan Terapeutik
menurun 1. ciptkan suasana terapeutik
4. pola tidur membaik untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. pahami situasi yang
membuat ansietas
3. gunakan pendekaatan yang
tenang dan meyakinkan
Edukasi
1. anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
2. latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. kelaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu
Risiko terhadap cedera b/d Setelah dilakukan tindakan Edukasi keamanan anak
keadaan tumbang dan keperawatan maka tingkat Observasi
lingkungan. cedera menurun dengan 1. identifikasi kesiapan dan
kriteria hasil: kamampuan menerima
1. kejadian cedera manurun informasi
2. ketegangan otot menurun Terapeutik
3. toleransi aktifitas 1. sediakan media dan materi
meningkat pendidikan kesehatan
2. berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. anjurkan untuk memnatau
anak saat berada di tempat
yang beresiko
2. anjurkan memilih mainan
yang sesuai dengan usia anak
dan tidak berbahaya
3. anjurkan menyimpan benda-
benda yang berbahaya.
Resiko gangguan Setelah dilakuakn tindakan Promosi perekembangan anak
perkembangan b/d situasi keperawatan maka status Observasi
yang terjadi di lingkungan perkembangan membaik 1. identifikasi kebuthan khusus
dengan kriteria hasil anak dan kemampuan
1. keterampilan/perilakus adaptasi anak
Terapeutik
sesuai dengan usia
1. dukung anak berinteraksi
meningkat
dengan anak yang lain
2. respon social meningkat 2. dukung anak untuk
mengespresikan perasaan
anak secara positif
3. berikan mainan yang sesuai
dengan usia anak
Edukasi
1. ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetissi di antara
anak
2. ajarkan anak cara meminta
bantuan dari anak lain, jika
perlu
3. ajarkan teknik asertif pada
anak
4. rujuk untuk konseling, jika
perlu
Resiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
pertumbuhan b/d situasi yang keperawatan maka status Observasi
terjadi dilingkungan pertumbuhan meningkat 1. identifikasi status nutrisi
dengan kriteria hasil: 2. identifikasi maknan yang
1. berat badan sesuai disukai
3. monitor asupan makanan
dengan usia meningkat
4. monitor berat badan
2. tinggi badan sesuai Terapeutik
dengan usia meningkat 1. lakukan oral hygiene
3. indeks massa tubuh sebelum makan, jika perlu
meningkat 2. berikan suplemen makanan,
4. asupan nutrisi meningkat jika perlu
3. berikan makanan tinggi
protein dan tinggi klori
Edukasi
1. ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrient yang
dibutuhkan.
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak
tidak hanya tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil
yang mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan
dan sulit dipisahkan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
jumlah, besar, ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa
diukur berat, panjang, umur tulangdan keseimbangan elektrolit.
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan sebagai hasil antara lain proses pematangan termasuk
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dengan
lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung
pada potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang
unik dan hasil akhir berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap
anak.
Masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan kemudian menjadi orang tua
tidak lebih hanyalah merupakan suatu proses yang wajar yang
berkesinambungan dari tahap-tahap pertumbuhan yang harus dilalui oleh
seorang manusia. Setiap masa pertembuhan memiliki ciri-ciri tersendir.
Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Demikian pula dengan
masa remaja. Masa remaja sering dianggap sebagai masa yang paling rawan
dalam proses kehidupan ini. Masa remaja sering menimbulkan kekhawatiran
bagi para orang tua. Oleh karena itu, parang orang tua hendaknya lebih
memperhatikan kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam hak-hak
yang tidak diingainkan.
B. SARAN
Dengan tersusunya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca
maupun penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena
penulis sadar bahwa penyusunan makalh ini jauh dari kata
kesempurnaan dan sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik.
Adapun saran penulisan kepada teman-teman seremaja antara lain :
1. Berbagi rasa dengan orang tua atau orang yang dituakan dirumah
2. Carilah seorang sahabat terbaik
3. Tingkatkan rasa percaya diri dan katakana tidak pada negative
4. Bergaulah dengan kelompok atau bentuklah kelompok dengan aktifitas
positif
5. Jagalah kesehatan fsikismu sendiri mungkin dan secara terus menerus
DAFTAR PUSTAKA
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperwatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan , Edisi 1.Jakarta : DPP PPNI .

PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Edisi1 Jakarta:DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Salvia K. Fitriani, Nisa Annisa. R,Hani Rahmawati 2019 : Asuhan Keperawatan


Pada Agregrat Dalam Komunitas Kesehatan Anak Dan Remaja.

Muhammad Roziqin, Oktpiani dkk 2016: Asuhan


Keperawatan Kesehatan Komunitas Pada Agregat Anak Usia
Sekolah Di Komunitas

Anda mungkin juga menyukai