Anda di halaman 1dari 16

REUMATOID ARTRITIS

(AR)
OLEH KELOMPOK I
 ANDI ARYA NANDAR
 DEVI YULIANA
 HESTIAULIA
 MALIDA
 RAUDAH NOFAYANTI
 RISMAWATI
 TAUFIK HERMAWAN
KONSEP MEDIS REUMATOID ARTRITIS
A. DEFINISI

 Artritis reumatoid adalah merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang walaupun
manifestasi utamanya adalah poli artritis yang progresif, akan tetapi penyakit itu juga
melibatkan seluruh organ tubuh.
(ILMU PENYAKIT DALAM, edisi ketiga jilid I hal. 62 – 70. RASYAH, H. M. ADNAN).
 Artritis reumatoid adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikan
oleh inflamasi dari membran sinowal dari sendi diartrol dial.
(RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, volume 2. EGC Tahun
1994. BARBARA ENGRAM. HAL 300)
 Artritis reumatoid adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini
adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh
imunitas dan tidak diketahui sebab-sebabnya
(Patofisiologi, Edisi 4 Buku II EGC. 1994. SILVIA A. PRICE, LORRING, W. WILSON. Hal.
1225).
B. ETIOLOGI

 Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan, telah lama diduga berperan dalam
timbulnya penyakit ini.
 Kecendurungan wanita untuk menderita AR dan serig dijumpai pada wanita yang sedang
hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
 Karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak menghasilkan perbaikan sebagaimana
yang diharapkan.
 Infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab
AR juga timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul
dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok.
 Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60 sampai 90
Kda) yang dibentuk oleh sel selruuh spesiec sebagai respon terhadap stress.
C. PATOFISIOLOGI

 Inflamasi Mula-Mula Mengenai Sendi-Sendi Sinovial Seperti Edema, Kongesti Vaskular,


Eksudat Febrin Dan Infiltrasi Selular. Peradangan Yang Berkelanjutan, Sinovial Menjadi
Menebal, Terutama Pada Sendi Artikular Kartilago Dari Sendi. Pada Persendian Ini Granulasi
Membentuk Pannus, Atau Penutup Yang Menutupi Kartilago. Pannus Masuk Ke Tulang Sub
Chondria. Jaringan Granulasi Menguat Karena Radang Menimbulkan Gangguan Pada Nutrisi
Kartilago Artikuer. Kartilago Menjadi Nekrosis. Tingkat Erosi Dari Kartilago Menentukan
Tingkat Ketidakmampuan Sendi. Bila Kerusakan Kartilago Sangat Luas Maka Terjadi Adhesi
Diantara Permukaan Sendi, Karena Jaringan Fibrosa Atau Tulang Bersatu (Ankilosis).
 Kerusakan Kartilago Dan Tulang Menyebabkan Tendon Dan Ligamen Jadi Lemah Dan Bisa
Menimbulkan Subluksasi Atau Dislokasi Dari Persendian. Invasi Dari Tulang Sub Chondrial
Bisa Menyebkan Osteoporosis Setempat. Lamanya Arthritis Rhematoid Berbeda Dari Tiap
Orang. Ditandai Dengan Masa Adanya Serangan Dan Tidak Adanya Serangan. Sementara Ada
Orang Yang Sembuh Dari Serangan Pertama Dan Selanjutnya Tidak Terserang Lagi. Yang
Lain. Terutama Yang Mempunyai Faktor Rhematoid (Seropositif Gangguan Rhematoid)
Gangguan Akan Menjadi Kronis Yang Progresif.
D. MANIFESTASI KLINIS

 Gejala-gejala konstitusional
 Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer
 Kekakuan dipagi hari selama lebih dari 1 jam
 Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
 Deformitas
 Nodula-nodula reumatoid
 Manifestasi ekstra–artikular
E. PENATALAKSANAAN

 Pendidikan yang cukuop tentang penyakit kepada penderita, keluarganya, dan siapa saja
yang berhubungan dengan penderita.
 Istirahat adalah penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah yang hebat
 Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi, sendi yang
sakit sedikitnya dua kali sehari.
 Alat-alat pembantu danadaptif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas kehidupan
sehari-hari
 Penderita difritis reumatoid tidak memerlukan diit khusus.
 Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit
ini
F. KOMPLIKASI

 Sindrom sjogrens
 Neuropati
 Anemia, leukopenia
ASKEP REUMATOID ARTRITIS
A. PENGKAJIAN
IDENTIFIKASI  Eliminasi Urine (BAK)
 Keluhan Utama  Istirahat Tidur
 Riwayat Penyakit Sekarang  Aktifitas
 Riwayat Penyakit Dahulu  Kebutuhan Kebersihan Diri
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Pengkajian Psikososial – Spiritual

PEMENUHAN KEBUTUHAN
 Pola Makan
 Pola Minum
 Eliminasi Alvi (BAB
SELANJUTNYA….

EMERIKSAAN FISIK PENGKAJIAN PERSISTEM


 Kaji obervaasi tanda-tanda vital  Sistem Integumen
(TTV)  Sistem Muskuloskeletal
 TD : tekanan darah  Sistem penglihatan
 Sistem Pernafasan
 S : suhu
 Sistem Kardiovaskuler
 N : nadi
 Sistem Persyarafan
 Pernafasan  Sistem Pencernaan
 Sistem Reproduksi
 Sistem Perkemian
B. DIAGNOSA

 Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid.


 Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, intoleransi terhadap aktivitas,
penruunan kekuatan otot.
 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan mobilitas, perubahan
penampilan tubuh.
C. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis 3. Biarkan pasien mengambil posisi yang
oleh Artritis Rheumatoid. nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi.
Tingkatkan istirahat ditempat tidur sesuai indikasi.
Tujuan:Nyeri yang dirasakan klien dapat
berangsur berkurang. 4. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu
pasien untuk bergerak titempat tidur, sokong
Kriteria hasil:Menunjukkan nyeri hilang /
sendi yang sakit diatas dan dibawah, hindari
terkontrol
gerakan yang menyentak.
-Dapat tidur / istirahat dan dapat
5. Anjurkan pasien utnuk mandi air hangat atau
berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
mandi pancuran pada waktu tidur, sediakan waslap
kemampuan.
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit
Intervensi: beberapa kali sehari. Pantau suhu air
1. Selidiki keluahan nyeri, catat lokasi dan kompres, air mandi dan sebagainya.
intensitas. (skala 0 -10). Catat faktor-faktor yang
mempercapat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
2. Berikan matras / Kasur keras / bantal kecil.
Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
SELANJUTNYA….

2. Mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, intoleransi terhadap aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Tujuan:Dapat bergerak / mampu dengan sengaja bergerak dalam ligkungan fisik.
Kriteria hasil:
-Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya atau pembatasan kontraktur.
-Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan / atau kompensasi bagian tubuh.
-Mendemonstrasikan teknik / perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.
Intervensi
1. Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerusdan
tidur malam hari yang tidak terganggu.
2. Dorong badan mempertahankan postur tegak dan duduk ; tinggi, berdiri, jalan.
3. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi / kloset, menggunakan pegangan-pegangan tangga pada bak / pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
4. Berikan matras busa / Pengubah tekanan
5. Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat iflamasi / rasa sakit pada sendi.
SELANJUTNYA….

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ketidak seimbangan mobilitas, perubahan penampilan tubuh.
Tujuan; Perubahan pada gaya hidup / kemampuan fisik untuk melanjutkan peran.
Kriteia hasil:
-Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit.
-Adanya perubahan gaya hidup.
-Menyusun tujuan / rencana realistis untuk masa depan.
Intervensi
1. Dorong pengungkapan mengenai maslaah tentang proses penyakit, harapan masa depan.
2. Diskusikan arti dari kehilangan / peruabhaan pada pasien / orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam mefungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.
3. Susunan batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untk mengidentifikasi perilaku positif yang
dapat membantu koping.
4. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
 
D. IMPLEMENTASI

Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk dapat mengatasi
diagnosa keperawatan yang telah ada.
E. EVALUASI

 Apakah rasa nyeri yang dirasakan pasien berangsur berkurang / hilang ?


 Apakah mobilitas fisik pasien telah teratasi ?
 Apakah gangguasn citra tubuh pasien terhadap mobilitas fisik telah terjadi perubahan ?
TERIMAKASIH
WASALAMUALAIKUM WR.WB

Anda mungkin juga menyukai