Anda di halaman 1dari 39

KASUS SISTEM

MUSKULOSKELETAL
Kelompok
1:
Adhe Irma
Iin Undriani
Hastuti
Hisbawati
Marianus
Ndiwal
Muh. Aris
Munandar

Reumatoid Artritis

Kata arthritis berasal dari


dua kata Yunani. Pertama,
arthron, yang berarti sendi.
Kedua,
itis
yang
berarti
peradangan. Secara harfiah,
arthritis berarti radang sendi.
Sedangkan
rheumatoid
arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan
kaki) mengalami peradangan,
sehingga
terjadi
Artritis
reumatoid
pembengkakan,
nyeri
dan
merupakan
inflamasiakhirnya
kronik
seringkali
yang
paling sering ditemukan
menyebabkan
kerusakan
pada
puncak
bagiansendi.
dalam Insiden
sendi (Gordon,
adalah
2002). antara usia 40 hingga
60 tahun, lebih sering pada
wanita daripada pria dengan
perbandingan 3 : 1. Penyakit
ini menyerang sendi-sendi
kecil
pada
tangan,
pergelangan kaki dan sendisendi besar dilutut, panggul

PENGERTIAN

rheumatoid arthritis menjadi 4


tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7
kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5
kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
3. Probablerheumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3
kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus
menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4. Possiblerheumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2

walaupun banyak hal mengenai


patologis
penyakit
ini
telah
terungkap. penyakit ini belum
dapat
dipastikan
mempunyai
hubungan dengan faktor genetik.
Namun, berbagai faktor termasuk
kecendrungan
genetik
bisa
memengaruhi reaksi autoimun.
Faktor-faktor yang berperan antara
lain adalah jenis kelamin, infeksi
(Price, 1995), keturunan (Price,
1995;
Noer
S,
1996),
dan
lingkungan (Noer S, 1996).

ETIOLOGI

Agen spesifik penyebab arthritis


rheumatoid
belum
dapat
dipastikan,
tetapi
jelas
ada
interaksi factor genetik dengan
faktor lingkungan. (Maini dan
Feldmann, 1998: Blab et al,
1999).
Namun
faktor

pencernaan
2.Komplikasi
syaraf ARTRI
PATOFISOLOGI
KOMPLIKASI
REUMATOID
3.Nodulus reumatoid
Pada artritis reumatoid,
ekstrasinovial
reaksi autoimun terutama
4.Penurunan
terjadi
pada
jaringan
kemampuan untuk
sinovial. Proses fagositosis
melakukan aktivitas
menghasilkan
enzimhidup sehari-hari ,
enzim dalam sendi. Enzimdepresi, dan stres
enzim
tersebut
akan
keluarga dapat
memecah
kolagen
menyertai
sehingga terjadi edema,
eksaserbasi
proliferasi
membran
penyakit. (Corwin,
sinovial,
dan
akhirnya
2009).
membentuk panus. Panus
5. Osteoporosis.
akan
menghancurkan
6.Nekrosis sendi
tulang
rawan
dan
panggul.
menimbulkan erosi tulang,
7.Deformitaas sendi.
akibatnya menghilangkan

Tujuan
penatalaksanaan
1.Tes
faktor
reuma
reumatoid
artritis
adalah
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
biasanya positif
pada PENATALAKSANAAN/PENG
mengurangi nyeri, mengurangi
lebih dari 75% pasien OBATAN
inflamasi,
menghentikan
artritis
reumatoid
kerusakan
sendi
dan
terutama bila masih
meningkatkan
fungsi
dan
kemampuan
mobilisasi
aktif.
penderita.
2.Protein
C-reaktif
Adapun
penatalaksanaan
biasanya positif.
umum
pada
rheumatoid
3.LED meningkat.
arthritis antara lain :
4.Leukosit normal atau
1. Pemberian terapi
2. Pengaturan aktivitas dan
meningkat sedikit.
istirahat
5.Anemia
normositik
3. Kompres panas dan dingin
hipokrom
akibat
4. Diet
adanya inflamasi yang
5. Banyak minum air untuk
kronik.
membantu mengencerkan asam
urat yang terdapat dalam darah
6.Trombosit meningkat.
sehingga tidak tertimbun di
7.Kadar albumin serum
sendi. (NANDA, 2013).
turun dan globulin

DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DX 1 : Nyeri B/D agen
DX 2 : Gangguan mobilitas
pencedera, distensi jaringan
fisik B/D deformitas skeletal,
oleh akumulasi cairan/ proses nyeri, penurunan, kekuatan
inflamasi, destruksi sendi
otot.
1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
dan intensitas (skala 0-10).
2. Berikan matras/ kasur keras,
bantal kecil,. Tinggikan linen
tempat tidur sesuai kebutuhan
3. Dorong untuk sering mengubah
posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang
sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
4. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
5. Berikan masase yang lembut
6. Ajarkan teknik non farmakologi
(relaksasi, distraksi, relaksasi
progresif)

1. Pantau rasa sakit pada sendi


2. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal
aktivitas untuk memberikan
periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
3. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan
resistif dan isometris jika
memungkinkan
4. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik
pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze
5. Berikan lingkungan yang aman,
misalnya menaikkan kursi,

DX 3 : Gangguan Citra Tubuh /


Perubahan Penampilan Peran
B/D perubahan kemampuan
untuk melaksanakan tugastugas umum, peningkatan
penggunaan energi,
ketidakseimbangan mobilitas.

DX 4 : Defisit perawatan
diri B/D kerusakan
musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya
tahan, nyeri pada waktu
bergerak, depresi.

1. Dorong pengungkapan mengenai


masalah tentang proses penyakit,
harapan masa depan.
2. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi pasien dalam
memfungsikan gaya hidup seharihari, termasuk aspek-aspek
seksual.
3. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan
4. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping.
5. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis

1. Diskusikan dengan klien


tingkat fungsional umum
sebelum timbulnya/eksaserbasi
penyakit dan resiko perubahan
yang diantisipasi.
2. Pertahankan mobilitas, control
terhadap nyeri, dan program
latihan.
3. Kaji hambatan klien dalam
partisipasi perawatan diri.
Identifikasi/buat rencana untuk
modifikasi lingkungan.
4. Konsultasi dengan ahli terapi
okupasi.
5. Mengatur evaluasi kesehatan

Gout Artritis

Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi


akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi asam
urat di dalam plasma (Stepan, 2012). Gout merupakan
terjadinya penumpukan asam urat dalam tubuh dan
terjadi kelainan metabolisme purin. Gout merupakan
kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan
dengan defek genetik pada metabolisme purin
(hiperurisemia)
ETIOLOGI Brunner dan Suddarth, 2012).
Penyakit gout terbagi menjadi 2 jenis, yaitu gout
primer dan gout sekunder. Gout primer adalah penyakit
gout dimana mengalami peningkatan asam urat dan
penurunan ekskresi tubular asam urat. Pada penyakit
gout primer, 99% penyebabnya belum diketahui
(idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga
diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh.
Sedangkan gout sekunder terjadi karena konsumsi
obat atau toksin, makanan dengan kadar purin yang
tinggi, penyakit darah (penyakit sumsum
tulang,polisitemia), kadar trigliserida yang tinggi yang
dapat menurunkan ekskresi asam urat dan
mencetusnya serangan akut.
Gejala arthritis gout disebabkan oleh reaksi inflamasi
terhadap pembentukan Kristal monosodium urat monohidrat.

Secara
klinis KLINIS
ditandai
MANIFESTASI

dengan adanya arthritis, tofi,


dan batu ginjal. Daerah khas
yang
sering
mendapat
serangan adalah pangkal ibu
jari kaki sebelah dalam, disebut
podagra.
Gejala lain dari artritis pirai
akut adalah demam, menggigil,
perasaan tidak enak badan dan
denyut
jantung
yang
cepat,.sendi
bengkak,
kemerahan, nyeri hebat, panas
dan gangguan gerak dari sendi
yang terserang yang terjadi
mendadak (akut).

KOMPLIKASI
a. Penyakit ginjal
b. Batu ginjal
kristal)
c. Hipertensi

(endapan

PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.Pemeriksaan
serum asam urat
2.Eusinofil Sedimen Rate (ESR)
3.Urine specimen 24 jam
4.Analisis cairan aspirasi dari
sendi yang mengalami inflamasi
akut atau maternal aspirasi dari
sebuah tofi menggunakan jarum
Kristal
urat
yang
tajam,
memberikan diagnosis definitive
gout..
5.USG

PENATALAKSANAAN

1. Diet
2. Hindari obat-obatan yang
mengakibatkan hiperurisemia seperti
tiazid, diuretic, aspirin, dan asam
nikotinat yang menghambat ekskresi
asam urat dari ginjal.
3. Mengurangi konsumsi alcohol (bagi
peminum alkohol).
4. Tirah baring
5. Obat-obatan yang dberikan pada
penderita akut (kolkisin, OAINS,
kortikosteroid, analgesik)

PEMERIKSAAN FISIK

B1 (Breathing)
Inspeksi: bila tidak melibatkan sistem pernapasan,biasanya ditemukan kesimetrisan rongga
dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan.
Palpasi: taktil fremitus seimbang kiri dan kanan
Perkusi : Suara resona pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara napas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya di dapat suara ronki
atau mengi.
B2 (Blood) : pengisian kapiler kurang dari 1 detik,sering ditemukan keringat dingin,dan pusing
karena nyeri.
B3 (Brain) : kesadaran biasanya kompos mentis
kepala dan wajah : ada sianosis
mata
: sclera biasanya tidak ikterik
leher
: biasanya JVP dalam batas normal
B4 (Blader) : produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan , kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke gijal berupa pielonefritis,
batu asam urat ,dan GGK yang akan menimbulka perubahan fungsi pada sistem ini
B5 (bawel) : kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi perlu dikaji
frekuensi, konsistensi,warna, serta nbau feses. Selain itu perlu di kaji frekiensi, konstitensi,
warna, bau, dan jumlah urine. Klien biasanya mual,mengalami nyeri lambung,dan tidak ada
nafsu makan, terutama klien yang memakai obat analgesik dan anti hiperurisemia
B6 (Bone) : pada pengkajian ini ditemukan keluhan nyeri sendi yang merupakan keluhan
utama yang mendorong klien mencari pertolongan (meskipun sebelumnya sendi sudah kaku
dan berubah bentuknya). Nyrin biasaya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang
dengan istirahat. Beberapa ferakan tertentu kadang menimbulkan nyeri yang lebuh
dibandingkan dengan gerakan yag lain. Deformitas sendi (temuan tofus) terjadi dengan temuan

DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1.Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera.


2.Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan
kontraktur.
3.Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.

INTERVENSI
DX.1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera fisik
Tujuan : Pasien mampu menjelaskan kadar dan karakteristik nyeri.
Kaji nyeri pasien
R/ Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan keefektifan intervensi
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
R/ Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan mendistribusikan
kembali tekanan pada bagian tubuh
Lakukan tindakan kenyamanan untuk meningkatkan relaksasi, seperti pemijatan,
mengatur posisi, dan teknik relaksasi.
R/ Membantu pasien mwmfokuskan pada subjek pengurangan nyeri
Cegah agar tidak terjadi iritasi pada tofi, misalnya menggunakan sepatu yang
sempit dan terantuk benda yang keras
R/ Bila terjadi iritasi maka akan semakin nyeri
Berikan obat-obatan yang dianjurkan sesuai indikasiR
R/ untuk mengurangi nyeri yang adekuat

DX. 2 : Hambatan mobillitas fisik


berhubungan dengan kaku sendi dan
kontraktur
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan
kekuatan otot dan ROM sendi
a. Melakukan latihan ROM untuk sendi
yang terkena gout jika memungkinkan
R/Tindakan ini mencegah kontraktur sendi
dan atrofi otot
b. Miringkan dan atur posisi pasien setiap
2 jam sekali pada pasien tirah baring
R/Tindakan ini mencegah kerusakan kulit
dengan mengurangi tekanan
c. Pantau kemajuan dan parkembangan
kemampuan klien dalam melakukan
aktivitas
R/untuk mandeteksi perkembangan klien
d. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
untuk latihan fisik klien
R/kemampuan mobilisasi ekstremitas
dapat ditingkatkan dengan latihan fisik
e. Ajarkan pasien atau anggota keluarga
tentang latihan ROM
R/Untuk membantu persiapan
pemulangan pasien

informasi
Tujuan : pasien mampu
mengkomunikasikan apa yang
dirasakan dan yang diajarkan.
a. Kaji kemampuan pasien dalam
mengungkapkan intruksi yang diberikan
R/Mengetahui respond an kemampuan
kognitif pasien dalam menerima
informasi
b. Berikan jadwal obat yang di gunakan
meliputi nama obat, dosis, tujuan dan
efek samping
R/Tindakan ini dapat meningkatkan
koordinasi dan kesadaran pasien
terhadap pengobatan yang teratur
c. Berikan informasi mengenai alat-alat
bantu yang mungkin dibutuhkan
R/mengurangi paksaan untuk
menggunakan sendi dan memungkinkan
individu untuk ikut serta secara lebih
nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan
d. Jelaskan pada pasien menegenai
penyakit yang dialami.
R/memberikan pengetahuan pasien
sehingga dapat menghindari terjadinya
serangan berulang
e. Dorong pemasukan diet rendah purin
dan cairan yang adekuat

KELAINAN TULANG BELAKANG

KIFOSIS
Gibbus/Kyposisadalahlengkung
Secara umum dikenal tiga jenis
ankedepanpunggung
kifosis.
atas(bungkuk).Biasanyameruju
1. Congenital kyphosis,
kpadabungkuk
yang
Kelainan bawaan sejak di rahim ibu
berlebihan,
lebih dari
40-45
yang harus diatasi
sedini
mungkin,
derajat
sebelum berusia 10 tahun.
2. Postural kyphosis
Yang paling banyak ditemui (pada
remaja
putri)
dan
biasa
disebutbungkuk udang.
3. Scheuermanns khyphosis
(diambil dari nama radiolog Denmark
yang pertama kali menandainya).
Banyak terjadi di usia belasan tahun
terutama pada remaja pria yang terlalu
kurus. Bisa mempengaruhi tulang

ETIOLOGI
Kifosis tidak hanya karena faktor keturunan, melainkan
juga dapat di sebabkan oleh:
Bisa disebabkan kecelakaan.
1.
Faktor kebiasaan duduk lama dalam posisi yang tidak
tegak.
2.
Sering mengangkat beban yang berat dalam posisi tubuh
yang bungkuk.
3.
Orang yang sudah tua, proses osteoporosis atau
pengeroposan tulang.
4.
Pola makan yang tidak teratur serta pola nutrisi yang
tidak seimbang (kurangnya kalsium dalam tulang)
5.
Kurang aktif atau tidak pernah bergerak,
6.
Merokok dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang
7.
Menderita penyakit hati, serta
8.
menderita penyakit ginjal, karena sering mengkonsumsi
obat-obatan.

PENGKAJIAN
a) Data Subyektif
Mengeluh demam, badan
menggigil
Merasa lemah
Kulit teraba tebal dan
kaku
Mengeluh nyeri hebat
b) Data Obyektif

Kulit
seluruh
tubuh
eritema dan eksfoliasi
Edema
Skuama halus / kasar
Rambut rontok
Elevated nail
Hiperpigmentasi
paska
inflamasi
c) Data Penunjang

Pemerikasaan
histopatologi

MANIFESTASI KLINIK
Kifosis biasanya ditandai dengan demam dan nyeri pada tulang belakang serta rasa kaku pada
tulang punggung sehingga pasien memiliki keterbatasan untuk bergerak. Gibbus juga sering tidak
Menghasilkan gejala-gejala spesifik, yang dapat di lihat dari tanda yang terjadi pada penderita
gibbus adalah berubahnya penampilan seorang menjadi kelihatan tidak menarik (bungkuk).

muskuloskeletal dan nyeri.


Rencana tindakan
1) Kaji mobilitas yang ada dan observasi
terhadap peningkatan kerusakan.
2) Bantu klien melakukan latihan ROM,
perawatan diri sesuai toleransi.
3)
Memelihara
bentuk
spinal4)
Mempertahankan postur tubuh yang baik dan
latihan pernapasan
5) Monitor tanda tanda vital setiap 4 jam.
6) Pantau kulit dan membran mukosa
terhadap iritasi, kemerahan atau lecet lecet.
7) Perbanyak masukan cairan sampai 2500
ml/hari bila tidak ada kontra indikasi.
8) Berikan anti inflamasi sesuai program
dokter. Observasi terhadap efek samping :
bisa tak nyaman pada lambung atau diare.

3.DX 3 : Gangguan citra tubuh sehubungan


dengan gangguan struktur tubuh.
Rencana tindakan
a. Berikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan
perasaan.
Perawat
harus
mendengarkan dengan penuh perhatian.
b. Bersama sama klien mencari alternatif
koping yang positif.
c. Kembangkan komunikasi dan bina hubungan
antara klien keluarga dan teman serta berikan
aktivitas rekreasi dan permainan guna mengatasi
perubahan body image.

2. DX 2 : Gangguan rasa nyaman : nyeri


sendi dan otot sehubungan dengan adanya
peradangan sendi.
Rencana tindakan
1) Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri;
observasi terhadap kemajuan nyeri ke daerah
yang baru.
2) Berikan analgesik sesuai terapi dokter dan
kaji efektivitasnya terhadap nyeri.
3) Gunakan brace punggung atau korset bila
di rencanakan demikian.
4) Berikan dorongan untuk mengubah posisi
ringan dan sering untuk meningkatkan rasa
nyaman.

4.DX 4 :
Kurang pengetahuan sehubungan
dengan
kurangnya
informasi
tentang
penatalaksanaan perawatan di rumah.
Rencana tindakan
1. Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal,
tujuan, dosis dan efek sampingnya.
2. Peragakan pemasangan dan perawatan brace
atau korset.
3. Perbanyak diet nutrisi dan masukan cairan
yang adekuat.
4. Tekankan pentingnya lingkungan yang aman
untuk mencegah fraktur.
5. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan
penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.

DIAGNOSA DAN
INTERVENSI

SKOLIOSIS
Skoliosis adalah lengkungan atau
kurvatura lateral pada tulang belakang
akibat rotasi dan deformitas vertebra.
Tiga bentuk skoliosis struktural yaitu :
1. Skoliosis Idiopatik adalah bentuk
yang paling umum terjadi dan
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok
yaitu infantile, yang muncul sejak lahir
sampai usia 3 tahun; anak-anak, yang
muncul dari usia 3 tahun sampai 10
tahun; dan remaja, yang muncul
setelah usia 10 tahun (usia yang paling
umum).
2. Skoliosis Kongenital adalah skoliosis
yang menyebabkan malformasi satu
atau lebih badan vertebra.

ETIOLOGI
Terdapat 3 penyebab umum dari skoliosis:
1. Kongenital (bawaan), biasanya berhubungan
dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang
belakang atau tulang rusuk yang menyatu
2. Neuromuskuler, pengendalian otot yang buruk
atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat
penyakit berikut:
- Cerebral palsy
- Distrofi otot
- Polio
- Osteoporosis juvenil
3. Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Rontgen tulang belakang.
2. Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk
mengukur kelengkungan tulang belakang)
Skoliometer
3. MRI (jika ditemukan kelainan saraf atau
kelainan pada rontgen).

MANIFESTASI KINIS
Gejalanya berupa:
1. tulang belakang melengkung secara
abnormal ke arah samping
2. bahu dan/atau pinggul kiri dan kanan
tidak sama tingginya
3. nyeri punggung
4. kelelahan pada tulang belakang setelah
duduk atau berdiri lama
5. skoliosis yang berat (dengan
kelengkungan yang lebih besar dari
60%) bisa menyebabkan gangguan
pernafasan.
Kebanyakan pada punggung bagian
atas, tulang belakang membengkok ke
kanan dan pada punggung bagian
bawah, tulang belakang membengkok
ke kiri; sehingga bahu kanan lebih
tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga
mungkin lebih tinggi dari pinggul kiri.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor
tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik
selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
b. Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
c. Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya
benjolan, adanya kekakuan sendi
d. Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masingmasing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri
otot.
e. Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas
lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan
caraberjalan abnormal (mis. cara berjalan spastic hemiparesis - stroke, cara berjalan
selangkah-selangkah penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar penyakit
Parkinson).
f. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari
lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer,

DIAGNOSA DAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan
dengan penekanan paru
Intervensi:
1) Kaji status pernapasan setiap 4 jam
2) Bantu dan ajarkan pasien melakukan napas dalam
setiap 1 jam
3) Atur posisi tidur semi fowler untuk meningkatkan
ekspansi paru
4) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi napas
setiap 2 jam
5) Pantau tanda vital setiap 4 jam
b. Nyeri punggung berhubungan dengan posisi
tubuh miring ke lateral
Intervensi:
1) Kaji tipe, intensitas, dan lokasi nyeri
2) Atur posisi yang dapat meningkatkan rasa nyaman
3) Pertahankan lingkungan yang tenang untuk
meningkatkan kenyamanan
4) Ajarkan relaksasi dan teknik distraksi untuk
mengalihkan perhatian, sehingga mengurangi nyeri
5) Anjurkan latihan postural secara rutin untuk
memperbaiki posisi tubuh
6) Ajarkan dan anjurkan pemakaian brace untuk
mengurangi nyeri saat aktivitas
7) Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk
meredakan nyeri
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
postur tubuh yang tidak seimbang

d. Gangguan citra tubuh atau konsep


diri yang berhubungan dengan postur
tubuh yang miring kelateral
Intervensi:
1) Anjurkan untuk mengungkapkan
perasaan dan masalahnya
2) Beri lingkungan yang mendukung
3) Bantu pasien untuk mengidentifikasi
gaya koping yang positif
4) Beri harapan yang realistik dan buat
sasaran jangka pendek untuk memudahkan
pencapaian
5) Beri penghargaan untuk tugas yang
dilakukan
6) Beri dorongan untuk melakukan
komunikasi dengan orang terdekat dan
memerlukan sosialisasi dengan keluarga
serta teman
7) Beri dorongan untuk merawat diri sesuai
toleransi
e. Kurang pengetahuan yang
berhubungan dengan kurang
informasi tentang penyakitnya
Intervensi:
1) Jelaskan tentang keadaan penyakitnya
2) Tekankan pentingnya dan keuntungan
mempertahankan program latihan yang di
anjurkan
3) Jelaskan tentang pengobatan: nama,

CONGENITAL DISLOCATION OF THE HIP (CDH)


DEFENISI
Congenital dislocatoin of hip
atau biasa disebut
pergeseran sendi atau tulang
semenjak lahir. Suatu bentuk
kelainan pada persendian
yang ditemukan pada bayi
baru lahir.Congenital
dislocatoin of hip terjadi
dengan kejadian 1,5 per
1.000 kelahiran dan lebih
umum terjadi pada anak
perempuan dibanding anak
laki-laki.penyebab hal ini
ETIOLOGI
belum diketahui tapi diduga
melibatkan faktor genetik.
1. faktor lingkungan
2. Teratogenik
3. Gizi
4. Faktor fisik pada rahim
5. Faktor genetik dan
kromosom

MANIFESTASI KLINIS

1. Pergerakan yang terbatas di


daerah yang terkena
2. Posisi tungkai yang asimetris
3. Lipatan lemak yang asimetris
4. Setelah bayi berumur 3 bulan :
rotasi tungkai asimetris dan
tungkai pada sisi yang terkena
tampak memendek.
5. Hilangnya tonjolan tulang yang
normal, misalnya trauma
ekstensi dan eksorotasi pada
dislokasi anterior sendi bahu.
6. Kedudukan yang khas untuk
dislokasi tertentu, misalnya
dislokasi posterior sendi
panggul kedudukan endorotasi,
fleksi dan aduksi.
7. Nyeri

PEMERIKSAAN
DIAGNOSIK

Pemeriksaan yang
paling penting adalah
pemeriksaan USG,
pada bayi yang agak
besar atau anak-anak
dapat dilakukan :
1. Rontgen
Menunjukkan
lokasi / luasnya
fraktur / trauma
2. Scan tulang,
tonogram, CT
scan / MRI
Memperlihatkan
fraktur, juga dapat
digunakan untuk
mengidentifikasika
n kerusakan
jaringan lunak.

PENATALAKSANAAN

PENGKAJIAN

1. Pada awal masa


bayi, agar kaput
femoralis tetap
berada dalam
kantungnya, bisa
dipasang alat untuk
memisahkan tungkai
dan melipatnya ke
arah luar (seperti
kodok).
2. Jika posisi diatas
sulit dipertahankan,
bisa digunakan gips
yang secara periodik
diganti sehingga
pertumbuhan tulang
tidak terhambat.
3. Jika tindakan
tersebut tidak
berhasil atau jika
dislokasi diketahui

1. Pengkajian
musculoskeletal
2. Kaji tanda iritasi
kulit
3. Kaji respon anak
terhadap traksi
dan
immobilisasi
dalam balutan
gips
4. Pasca operasi
kaji tanda vital
dan drainase
luka
5. Kaji tingkat
perkembangan
anak
6. Kaji kesiapan
orang tua untuk
merawat di

DIAGNOSA DAN INTERVENSI


1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan
dislokasi
Tujuan :Nyeri dapat berkurang atau hilang
criteria hasil : Nyeri berkurang, Klien tampak tenang
Kaji tingkat nyeri
Beri posisi rileks
Ajarkan tekhnik relaksasi
Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri saat mobilisasi
Tujuan :Klien dapat bergerak bebas
Kriteria hasil :Klien dapat bergerak bebas
Kaji tingkat mobilisasi klien
Beri latihan ROM
anjurkan alat bantu jika dibutuhkan

3. Gangguan body image berhubungan dengan


perubahan bentuk tubuh
Tujuan :Masalah klien teratasi
kriteria hasil :Klien dapat menungkapkan masalahnya
kaji konsep diri
bantu klien mengungkapkan masalahnya
bantu klien mengatasi masalahnya

EVALUASI
Hasil yang
diharapkan
1. Pinggul bayi
atau anak
akan tetap
pada posisi
yang
diharapkan
2. Kulit bayi atau
anak akan
tetap utuh
tanpa
kemerahan
atau
kerusakan
3. Orang tua
akan
mendemonstra
sikan aktivitas
perawatan
untuk

SPINA
BIFIDA
DEFENISI

Spina bifida adalah gagal


menutupnya columna vertebralis
pada masa perkembangan fetus.
Defek ini berhubugan dengan
herniasi jaringan dan gangguan fusi
tuba neural.Gangguan fusi tuba
neural terjadi sekitar minggu ketiga
setelah konsepsi, sedangkan
penyebabnya belum diketahui
dengan jelas.

ETIOLOGI
Resiko melahirkan anak dengan
spina bifida berhubungan erat
dengan kekurangan asam folat,
terutama yang terjadi pada awal
kehamilan.
Kelainan
bawaan
lainnya yang juga ditemukan pada
penderita spina bifida (diagnosa
banding)

1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah


sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari,
kantung tersebut tidak tembus cahaya
2. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai
atau kaki
3. Penurunan sensasi.
4. Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia
tinja
5. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap
infeksi (meningitis).
6. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul
bagian belakang).
7. Lekukan pada daerah sakrum.
8. Abnormalitas
pada
lower
spine
selalu
bersamaan dengan abnormalitas upper spine
(arnold chiari malformation) yang menyebabkan
masalah koordinasi
9. Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering
oleh karena imbalans kekuatan otot dan fungsi
10.Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk
merelakskan secara volunter otot (sphincter) sehingga menahan urine
pada bladder dan feses pada rectum.
11.Hidrosefalus mengenai 90% penderita spina bifida.
12.Obesitas oleh karena inaktivitas
13.Fraktur patologis pada 25% penderita spina bifida, disebabkan
karena kelemahan atau penyakit pada tulang.
14.Masalah psikologis, sosial dan seksual
15.Alergi karet alami (latex)

Spina bifida disebabkan oleh


kegagalan dari tabung saraf untuk
menutup selama bulan pertama
embrio
pembangunan
(sering
sebelum ibu tahu dia hamil).
Biasanya penutupan tabung saraf
terjadi pada sekitar 28 hari setelah
pembuahan.
Namun,
jika
sesuatu
yang
mengganggu dan tabung gagal
untuk menutup dengan baik, cacat
tabung saraf akan terjadi. Obat
seperti
beberapa
Antikonvulsan,
diabetes, setelah seorang kerabat
dengan spina bifida, obesitas, dan
peningkatan suhu tubuh dari demam
atau
sumber-sumber
eksternal
seperti bak air panas dan selimut
listrik
dapat
meningkatkan
kemungkinan seorang wanita akan
mengandung bayi dengan spina
bifida.
Namun,
sebagian besar
wanita yang melahirkan bayi dengan
spina bifida tidak punya faktor risiko
tersebut, sehingga meskipun banyak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

2.

3.

4.

5.

Pemeriksaan dapat dilakukan pada ibu hamil


dan bayi yang baru dilahirkan, pada ibu
hamil, dapat dilakukan pemeriksaan :
Pada trimester pertama, wanita hamil
menjalani pemeriksaan darah yang disebut
triple screen yang terdiri dari pemeriksaan
AFP, ultrasound dan cairan amnion.
Pada evaluasi anak dengan spina bifida,
dilakukan analisis melalui riwayat medik,
riwayat medik keluarga dan riwayat
kehamilan dan saat melahirkan. asesmen
tumbuh kembang, sosial dan gangguan
belajar.
Pemeriksaan x-ray digunakan untuk
mendeteksi kelainan tulang belakang,
skoliosis, deformitas hip, fraktur pathologis
dan abnormalitas tulang lainnya.
CT scan kepala untuk mengevaluasi
hidrosepalus dan MRI tulang belakang untuk
memberikan informasi pada kelainan spinal
cord dan akar saraf.
Dilakukan USG yang biasanya dapat
menemukan adanya spina bifida. Kadang
dilakukan amniosentesis (analisa cairan
ketuban).

Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan


berikut:
6. Rontgen tulang belakang untuk menentukan

DX 1
hambatan
mobilitas fisik
B/D paralisis
motorik
1. Kaji mobilitas
yang ada dan
observasi
trhdp
kerusakan.
Kaji secara
teratur fungsi
motorik.
2. Ubah posisi
klien tiap 2
jam
3. Ajarkan klien
untuk
melakukan
latihan
gerakan aktif
pada
ekstremitas
yang tidak

DIAGNOSA DAN
INTERVENSI
DX 2 gangguan
DX 3 :
inkontinensia
alvi yang B/D
paralisis visera
1. Berikan
penjelasan
pada klien dan
klrga ttg
konstipasi.
2. Auskultasi
bising usus.
3. Anjurkan pada
klien untuk
makan
makanan
berserat
4. Bila klien
mampu
minum, berikan
intake cairan
yang cukup
5. Lakukan
mobilisasi
sesuai dengan

Gangguan
perfusi
jaringan B/D
peningkatan
tekanan
intrakranial
1. Pasien bed rest
total dengan
posisi tidur
terlentang tanpa
bantal
2. Monitor tandatanda status
neurologis dengan
GCS.
3. Monitor TTV
4. Monitor intake
dan output
5. Bantu pasien
untuk membatasi
muntah, batuk.
6. Kolaborasi
7. Berikan cairan
perinfus dengan
perhatian ketat.
8. Monitor AGD bila
diperlukan
pemberian
oksigen
9. Berikan terapi

DX 4 : Resiko tinggi cedera


b.d peningkatan intra kranial
(TIK)
1. Observasi dengan cermat
adanya tanda-tanda
peningkatan TIK
2. Lakukan pengkajian
Neurologis dasar pada
praoperasi
3. Hindari sedasi
4. Ajari keluarga tentang tandaDX 5 : kecemasan orang
tanda peningkatan TIK dan
tuakapan
yangharus
berhubungan
memberitahu

dengan krisis situasional.


1. Pasien bed rest total dengan
posisi tidur terlentang tanpa
bantal
2. Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
3. MonitorTTV
4. Monitor intake dan output
5. Bantu pasien untuk
membatasi muntah, batuk.
6. Kolaborasi
7. Berikan cairan perinfus
dengan perhatian ketat.
8. Monitor AGD bila diperlukan
pemberian oksigen
9. Berikan terapi sesuai advis

LOW BACK PAIN (LBP)

Nyeri punggung bawah


adalah perasaan nyeri di
daerah
lumbasakral
dan
sakroiliakal, nyeri pinggang
Low ini
Back
Pain disertai
adalah
bawah
sering
nyeri
kronik
didalam
penjalaran
ketungkai
lumbal,biasanya disebabkan
sampaikaki.
(Harsono,
oleh
terdesaknya
para
2000).
vertebral otot, herniasi dan
regenerasi
dari
nucleus
pulposus,osteoartritis
dari
lumbal sacral pada tulang
Dari beberapa
belakang (Brunner,1999).
pengertian
diatas
dapat
diambil kesimpulan Low Back
Pain adalah nyeri kronik atau
acut didalam lumbal yang
biasanya disebabkan trauma
atau terdesaknya otot para
vertebra
atau

sumsum tulang belakang. Otot-otot


abdominal berperan pada aktivitas
mengangkat beban dan sarana
pendukung
tulang
belakang.
Obesitas, masalah struktur, dan
peregangan perlebihanpada sarana
pendukung ini menyebabkan nyeri
punggung
perubahan
degenerasi
diskus
intervetebra
akibat
usia
menjadi fibrokorbiasa, L4-L5 DAN L5S1 mengalami stress mekanis dan
menekan sepanjang radiks saraf
tersebut.
Kolumna
vertebralis
dapat
dianggap sebagai sebuah batang
elastik yang tersusun atas banyak
unit yang kaku atau vertebrae dan
unit
fleksibel
atau
diskus
intervertebralis yang diikat satu sama
lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai
ligamen,
dan
otot
paravertebralis. Konstruksi tersebut
memungkin fleksibilitas, sementara
sisi lain tetap melindungi sumsum
tulang belakang.

Etiologi
Umumnya nyeri punggung
bawah disebabkan oleh salah satu
dari berbagai masalah
muskoloskeletal. Nyeri terjadi
akibat gangguan muskuloskeletal
dapat dipengaruhi oleh aktivitas.
a. Regangan lumbosakral akut
b. Ketidakstabilan ligamen
lumbosakral dan kelemahan otot.
c. Osteoartritis tulang belakang.
d. Stenosis tulang belakang
e. Masalah diskus intervertebralis
f. Perbedaan panjang tungkai
g. Pada lansia, akibat fraktur
tulang belakang, osteoporosis atau
metastasis tulang
h. Penyebab lain, seperti
gangguan ginjal, masalah pelvis,
tumor retroperitoneal, aneurisma
abdominal dan masalah
psikosomatik.

Manifestasi Klinik
a. Keluhan nyeri punggung
akut maupun kronis atau
berlangsung lebih dari dua bulan
tanpa perbaikan dan kelemahan.
b. Nyeri bila tungkai
ditinggikan dalam keadaan
lurus, indikasi iritasi serabut
saraf.
c. Adanya spasme otot
paravertebralis (peningkatan
tonus otot tulang postural
belakang yang berlebihan)
d. Hilangnya lengkungan
lordotik lumbal yang normal
e. Dapat ditemukan deformitas
tulang belakang

skoliosis
b. Computed tomography atau CT
Scan; berguna untuk mengetahui
penyakit yang mendasari, seperti
adanya lesi jaringan lunak
tersembunyi di sekitar kolumna
vertebralis dan masalah diskus
intervertebralis.
c. Ultrasonografi atau USG, dapat
membantu mendiagnosis
penyempitan kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging
atau MRI, memungkinkan
visualisasi sifat dan lokasi patologi
tulang belakang
e. Mielogram dan diskogram, di
mana sejumlah kecil bahan kontras
disuntukkan ke diskus
intervertebralis untuk dapat
melihat visualisasi sinar. Dapat
dilakukan untuk diskus yang
mengalami degenaris atau protrusi
diskus
f. Venogram epidural, digunakan
untuk mengkaji penyakit diskus

Penatalaksanaan
Sebagian besar nyeri
punggung dapat hilang sendiri
dan akan sembuh dalam enam
minggu dengan tirah baring,
pengurangan stres, dan
relaksasi. Klien harus tetap
ditempat tidur dengan matras
yang padat/ kayu penyangga
dan tidak membal selama dua
sampai tiga hari. Pergi ke kamar
mandi boleh dilakukan, namun
kegiatan lain seperti menerima
telepon, mengasuh anak,
aktivitas umum yang
mengakibatkan stres sebaiknya
dihindari. Klien diposisikan
sedemikian rupa sehingga fleksi
lumbal lebih, yang dapat
mengurangi tekanan pada
serabut saraf lumbal. Bagian

DIAGNOSA DAN
INTERVENSI
DX 1 : Nyeri B/D masalah
DX 2 : Kerusakan mobilitas
muskuloskeletal

fisik berhubungan dengan


nyeri, spasme otot, dan
1. Dorong klien untuk tirah baring dan berkurangnya kelenturan
2.
3.
4.
5.

6.

perubahan posisi, untuk


memperbaiki posisi lumbal
Ajarkan klien teknik relaksasi untuk
mengontrol dan menyesuaikan
nyeri
Ajarkan dan anjurkan untuk
melakukan pernapasan diafragma
untuk mengurangi tegangan otot
Upayakan untuk mengalihkan
perhatian klien: membaca,
bercakap2, nntn TV
Berikan masase jaringan lunak
dengan lembut, untuk mengurangi
spasme otot, memperbaiki
peredaran darah, mengurangi
bendungan, dan nyeri
Paham, ajarkan, dan bantu klien
cara penggunaan TENS, karena

1. menantau scra kontinu mobilitas


fisik klien, bergerak dan berdiri
2. Bantu klien merubah posisi secara
perlahan
3. Ajarkan klien cara yang tepat
turun dari tempat tidur, dengan
nyeri minimal
4. Sampaikan dan ingatkan klien
tidak boleh melakukan gerakan
memutar dan melenggok
5. Dorong klien melakukan ganti
posisi, berbaring, duduk, berjalan.
Namun tidak boleh dalam waktu
yang lama
6. Buat jadwal periode istirahat
berbaring di tempat tidur bbrp
kali sehari bersama-sama klien.

DX 3: Kurang
pengetahuan B/D
teknik mekanika
tubuh melindungi
punggung

DX 4 : Perubahan
peran berhubungan
dengan gangguan
mobilitas dan nyeri
kronik

1.Bantu klien
1. Ajarkan klien cara
menghadapi stresor
berdiri, duduk,
spesifik dan belajar
berbaring, dan
bagaimana
mengangkat barang
menghadapi stres
dengan benar
tersebut.
2. mengganti sepatu/
2.Membantu klien dan
sandal dgn yg
keluarga dalam
bertumit rendah
mengidentifikasi
3. mengistirahatkan
kebutuhan
salah satu kaki, bagi
ketergantungan yAang
klien yg terpaksa
berkepanjangan
berdiri lama u/
3.Membantu klien dan
mengurangi lordosis
keluarga
lumbal
mengidentifikasi dan
4. Anjurkan klien untuk
menghadapi alasan
melihat postur yang
yang mendasari
benar melalui cermin;
ketergantungan
latih postur dada
4.Konsultasi ke klinik

DX. 5 : Perubahan
nutrisi lebih dari
kebutuhan
berhubungan
dengan obesitas

1. Kolaborasi
penyusunan
program
penurunan berat
badan dan stres
pada punggung
bawah
2. Berikan
pengawasan
terhadap rencana
penuruna n berat
badan klien
3. Lakukan
pencatatan setiap
pencapaian
4. Berikan semangat
dan pujian positif

HERNIA NUCLEUS PULPOSUS (HNP)


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang disebabkan
oleh proses degeneratif atau trauma yang ditandai dengan
menonjolnya nukleus pulposus dari diskus ke dalam anulus yang
menimbulkan kompresi saraf sehingga terjadi nyeri punggung bawah
yang berat, kronik dan berulang (kambuh).
HNP Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah penyakit yang
disebabkan oleh trauma atau perubahan degeneratif yang menyerang
massa nukleus pada daerah vertebra L4-L5, L5-S1, atau C5-C6 yang
menimbulkan nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang
atau kambuh ( Doenges, 1999).

Etiologi HNP
1. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra
2. Spinal stenosis
3. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat,
dll
4. Pembentukan osteophyte
5. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan
annulus dan nucleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas
sehingga mengakibatkan herniasi dari nucleus hingga annulus.

Patofisiologi HNP
Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami
hernisasi pulposus, kandungan air diskus berkurang bersamaan
dengan bertambahnya usia. Selain itu serabut menjadi kotor
dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan yang
mengakibatkan herniasi nukleus purpolus melalui anulus
dengan menekan akar akar syaraf spinal.
Sebagian besar dari HNP terjadi pada lumbal antara L4
sampai L5, atau L5 sampai S1. Arah herniasi yang paling sering
adalah posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal
miring kebawah sewaktu berjalan keluar melalui foramena
neuralis, maka herniasi discus antara L5 dan S1.
Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan
oleh pengurangan kadar protein yang berdampak pada
peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra distal
meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres
yang relatif kecil.
Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik
secara langsung atau tidak langsung pada diskus inter
vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat dan transaksi
nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan
mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus

Manifestasi Klinis HNP


1. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
4. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap

Komplikasi HNP
1. Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP
2. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal

Penatalaksanaan HNP
1. Konservatif bila tidak dijumpai defisit neurologik :
a. Tidur selama 1 2 hr diatas kasur yang keras
b. Exercise digunakan untuk mengurangi tekanan atau kompresi saraf
c. Terapi obat-obatan : muscle relaxant, nonsteroid, anti inflamasi drug dan
analgetik.
d. Terapi panas dingin.
e. Imobilisasi atau brancing, dengan menggunakan lumbosacral brace atau
korset
f. Traksi lumbal, mungkin menolong, tetapi biasanya resides
g. Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS)
2. Pembedahan
Laminectomy hanya dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri menetap
dan tidak dapat diatasi, terjadi gejala pada kedua sisi tubuh dan adanya gangguan
neurology utama seperti inkontinensia usus dan kandung kemih serta foot droop.

DIAGNOSA DAN INTERVENSI


DX 1 : Nyeri B/D penjepitan
saraf pada diskus
intervetebralis
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
lamanya serangan, faktor
pencetus / yang memperberat.
Tetapkan skala 0 10
2. Pertahankan tirah baring, posisi
semi fowler dengan tulang
spinal, pinggang dan lutut
dalam keadaan fleksi, posisi
telentang
3. Gunakan logroll (papan) selama
melakukan perubahan posisi
4. Batasi aktifitas selama fase
akut sesuai dengan kebutuhan
5. Berikan relaksan otot yang
diresepkan, analgesik, dan
agen antiinflamasi dan evaluasi
keefektifan
6. Tindakan penghilangan rasa

DX 2 : Gangguan mobilitas
fisik B/D
hemiparese/hemiplegia
1. Berikan / bantu pasien untuk
melakukan latihan rentang
gerak pasif dan aktif
2. Berikan perawatan kulit
dengan baik, masase titik
yang tertekan setelah rehap
perubahan posisi. Periksa
keadaan kulit dibawah brace
dengan periode waktu
tertentu.
3. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai progran dan
efektivitasnya
4. Rujuk pasien untuk konsultasi
psikologis bila kelemahan
motorik, sensorik, dan fungdi
seksual terjadi permanen

DX 3 : Cemas B/D prosedur


operasi, diagnosis,
prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi
1.
2.
3.
4.

5.

6.

DX 4 : Kurangnya perawatan
diri B/D
hemiparese/hemiplegi, nyeri

1. Monitor kemampuan dan


Berikan lingkungan yang
tingkat
nyaman
kekurangan dalam melakukan
Catat derajat ansietas
perawatan diri
Libatkan keluarga dalam
2. Beri motivasi kepada klien
proses keperawatan
untuk tetap
Diskusikan mengenai
melakukan aktivitas dan beri
kemungkinan kemajuan dari
bantuan
fungsi gerak untuk
dengan sungguh-sungguh
mempertahankan harapan
3. Hindari melakukan sesuatu
klien dalam memenuhi
untuk klien
kebutuhan sehari-hari
yang dapat dilakukan klien
Berikan support sistem
sendiri
(perawat, keluarga atau
tetapi berikan bantuan sesuai
teman dekat dan pendekatan
kebutuhan
spiritual)
4. Berikan umpan balik yang
Reinforcement terhadap
positif untuk

DX 5 : Gangguan eliminasi
alvi (konstipasi) B/D
imobilisasi, intake cairan
yang tidak adekuat
1.
2.
3.

4.

5.
6.

DX 6 : Resiko gangguan
integritas kulit B/D tirah
baring lama

1. Anjurkan untuk melakukan


Berikan penjelasan pada klien
latihan ROM (range of
dan keluarga
motion) dan mobilisasi jika
tentang penyebab konstipasi
mungkin
Auskultasi bising usus
2. Rubah posisi tiap 2 jam
Anjurkan pada klien untuk
3. Gunakan bantal air atau
makan
pengganjal yang lunak di
maknanan yang mengandung
bawah daerah-daerah yang
serat
menonjol
Berikan intake cairan yang
4. Lakukan massage pada
cukup (2 liter
daerah yang menonjol yang
perhari) jika tidak ada
baru mengalami tekanan
kontraindikasi
pada waktu berubah posisi
Lakukan mobilisasi sesuai
5. Observasi terhadap eritema
dengan keadaan
dan kepucatan dan palpasi
Klien
area sekitar terhadap
Kolaborasi dengan tim dokter
kehangatan dan pelunakan

DAFTAR PUSTAKA
Black M., J., & Hawks H., J. (2009). Medical
surgical nursing., clinical management for
positive outcomes., 8th ed. Singapore : Elsevier.
Timby, B.K., & Smith, N.E. (2010). Introductory
Medical Surgical Nursing, 10th ed. Philadelphia :
Lippincott. hal 959 s.d 1022
William, L.S., & Hopper, P.D. (2007).
Understanding medical surgical nursing, 3 rd ed.
Philadelphia : F.A Davis Company. hal 975 s.d
1033.

Anda mungkin juga menyukai