Anda di halaman 1dari 22

ASKEP ARTRITIS

REUMATOID

OLEH : H. ASMAPIT, S.Kep, SKM, M.Kes


DEFINISI

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang


tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang
sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik


dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak


diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)
ETIOLOGI

1. Infeksi Streptokkus hemolitikus


dan Streptococcus non-
hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimmun
4. Metabolik
5. Faktor genetik serta pemicu
lingkungan
EPIDEMIOLOGI

Artritis rheumatoid sering dijumpai pada


wanita, dengan perbandingan wanita
dengan pria sebesar 3:1. kecenderungan
wanita untuk menderita artritis
reumatoid dan sering dijumpai remisi
pada wanita yang sedang hamil, hal ini
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor
keseimbangan hormonal sebagai salah
satu faktor yang berpengaruh pada
penyakit ini.
MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan


menurun dan demam.

Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada
sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan
sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial
(sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.

Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.

Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang
.
Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan
perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran
sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere
dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering
dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-
sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan
kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.

Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan


pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang
paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku)
atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun
demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya.
Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu
penyakit yang aktif dan lebih berat.
Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi):
reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain
diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis,
sistem cardiovaskuler dapat menyerupai
perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif
yang menyerupai nodul rheumatoid dapat
dijumpai pada myocardium dan katup jantung,
lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup,
fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan
kardiomiopati.
PATOFISIOLOGI

Membran syinovial pada pasien reumatoid artritis mengalami


hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus
inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan
dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik,
reumatoid artritis sangat berhubungan dengan major-
histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan
DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah
untuk mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4+ sel T yang
menujukkan bahwa reumatoid artritis disebabkan oleh arthritogenic
yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen,
seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini
sejumlah antigen endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated
protein dan human cartilage glycoprotein 39.
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang
menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial
fibroblas untuk memproduksi interleukin-1,
interleukin-6 dan TNF- untuk mensekresikan
matrik metaloproteinase melalui hubungan antar
sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti
interferon- dan interleukin-17. Interleukin-1,
interlukin-6 dan TNF- merupakan kunci
terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.
PATOFISIOLOGI
KOMPLIKASI

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai


adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan
komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran


jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra
servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
DIAGNOSTIK

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah


terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan
dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul
subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler
pada foto rontgen.
Kriteria artritis rematoid menurut American reumatisme Association ( ARA )
adalah:

1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).


2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu
sendi.
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada
salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
11. Gambaran histologik yang khas pada nodul .
Berdasarkan kriteria ini maka
disebut :
1. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 6 minggu
2. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
3. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria
dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4
minggu.
PENATALAKSANAAN

a. Memberikan Pendidikan yang cukup tentang penyakit


Penderita, Keluarga & siapa sja yang berhubungan
dengan penderita.
b. Istirahat Yang cukup ( Harus bisa membagi waktu untuk
bekerja / beraktivitas )
c. Latihan Fisik & Termoterapi
d. Melakukan Diet / Gizi
e. Pemberian Obat-obatan
KONSEP KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Aktivitas / Istirahat ( Malaise, Atrofi otot, Kekakuan pada pagi hari
& nyeri )
Kardiovaskuler (Sianosis, Pucat )
Integritas Ego
Makanan / cairan ( Mual & anoreksia serta kesulitan mengunyah)
Hygiene
Neurosensori ( Kebas, Kesemutan & hilang sensasi pada jari tangan )
Nyeri
Keamanan ( Tegang, ulkus kaki, lesi )
Interaksi Sosial
Penyuluhan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Gangguan body image berhubungan
dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas.
2. Nyeri berhubungan dengan
perubahan patologis oleh artritis
rhematoid.
3. Intoleransi aktifitas sehari-hari
berhubungan dengan terbatasnya
gerakan
DP 1. GANGGUAN BODY IMAGE BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN
PENAMPILAN TUBUH, SENDI, BENGKOK, DEFORMITAS.

INTERVENSI
Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses
penyakit, harapan masa depan.
Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang
terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien
dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-
aspek seksual.
Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang
terdekat menerima keterbatasan.
Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan,
ketergantungan.
Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau
terlalu memperhatikan perubahan
Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping
Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan
membuat jadwal aktivitas
Dp2. Nyeri berhubungan dengan perubahan patologis oleh
artritis rhematoid.

Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala


0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non verbal
Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan
linen tempat tidur sesuai kebutuhan
Dorong untuk sering mengubah posisi, Bantu untuk
bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di
atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi
pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu
tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
DP 3. Intoleransi aktifitas sehari-hari berhubungan dengan
terbatasnya gerakan

Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi


Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam
hari yang tidak terganggu.
Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif ( Latihan ROM )
Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas
Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan
Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai