BU AINUN
A. Landasan Hukum
Menimbang :
a. Bahwa kasus penyakit yang belum dapat disembuhkan, semakin meningkat jumlahnya
baik pada pasien dewasa maupun anak;
b. Bahwa dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan bagi pasien dengan
penyakit yang belum dapat disembuhkan selain dengan perawatan kuratif dan
rehabilitative juga diperlukan perawatan paliatif bagi pasien dengan stadium terminal.
c. Bahwa sesuai dengan pertimbangan butir a dan b diatas, perlu adanya keputusan Menteri
Kesehatan tentang Kebijakan Perawatan Paliatif
B. TUJUAN KEBIJAKAN
TUJUAN UMUM:
Tujuan khusus:
o Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di seluruh
Indonesia
o Seluruh pasien (dewasa & anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang memerlukan
perawatan paliatif dimana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
o Pelaksana perawatan paliatif: dokter, perawat, tenaga Kesehatan lainnya & tenaga terkait
lainnya.
o Institusi-institusi terkait, misalnya:
3. Puskesmas
4. Rumah perawatan/hospis
Perawatan paliatif dilakukan melalui rawat inap, rawat jalan, dan kunjungan/rawat rumah
o Pada keadaan darurat, untuk kepentingan terbaik pasien, tim perawatan paliatif dapat
melakukan tindakan kedokteran yang diperlukan, dan informasi dapat diberikan pada
kesempatan pertama.
2. Resusitasi/Tidak resusitasi pada pasien paliatif
o Keputusan dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan resusitasi dapat dibuat oleh pasien
yang kompeten atau oleh Tim Perawatan paliatif.
o Informasi tentang hal ini sebaiknya telah diinformasikan pada saat pasien memasuki atau
memulai perawatan paliatif.
o Pasien yang kompeten memiliki hak untuk tidak menghendaki resusitasi, sepanjang
informasi adekuat yang dibutuhkannya untuk membuat keputusan telah dipahaminya.
Keputusan tersebut dapat diberikan dalam bentuk pesan (advanced directive) atau dalam
informed consent menjelang ia kehilangan kompetensinya
o Keluarga terdekatnya tidak boleh membuat keputusan tidak resusitasi, kecuali telah
dipesankan dalam advanced directive tertulis. Namun demikian, dalam keadaan tertentu
dan atas pertimbangan tertentu yang layak dan patut, permintaan tertulis oleh seluruh
anggota keluarga terdekat dapat dimintakan penetapan pengadilan untuk pengesahannya.
o Tim perawatan paliatif dapat membuat keputusan untuk tidak melakukan resusitasi sesuai
dengan pedoman klinis di bidang ini, apabila pasien berada dalam tahap terminal dan
tindakan resusitasi diketahui tidak akan menyembuhkan atau memperbaiki kualitas
hidupnya berdasarkan bukti ilmiah pada saat tersebut
3. Pelatihan
o Modul pelatihan : Penyusunan modul pelatihan dilakukan dengan kerjasama antara para
pakar perawatan paliatif dengan Departemen Kesehatan (Badan Pembinaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik).
Modul-modul tersebut terdiri dari modul untuk dokter, modul untuk perawat, modul
untuk tenaga kesehatan lainnya, modul untuk tenaga non medis.
o Pelatih : Pakar perawatan paliatif dari RS Pendidikan dan Fakultas Kedokteran.
o Sertifikasi : dari Departemen Kesehatan c.q Pusat Pelatihan dan Pendidikan Badan
PPSDM. Pada tahap pertama dilakukan sertifikasi pemutihan untuk pelaksana perawatan
paliatif di 5 (lima) propinsi yaitu : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makasar.
Pada tahap selanjutnya sertifikasi diberikan setelah mengikuti pelatihan.
4. Pendidikan Pendidikan formal spesialis paliatif (ilmu kedokteran paliatif, ilmu
keperawatan paliatif).
2. Unit Perawatan Paliatif dibentuk di rumah sakit kelas D, kelas C dan kelas B non
pendidikan.
3. Instalasi Perawatan Paliatif dibentuk di Rumah sakit kelas B Pendidikan dan kelas A.
4. Tata kerja organisasi perawatan paliatif bersifat koordinatif dan melibatkan semua unsur
terkait
J. PENDANAAN
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain yang tidak
mengikat. Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan dalam skema Askeskin dan
Askes.
K. KEBIJAKAN
Program paliatif yang efektif akan tercapai jikadidukung komitmen pemangku kebijakan dengan
pendekatan Kesehatan masyarakat, melalui:
Beneficence : Tindakan yang dilakukan harus memberikan manfaat bagi pasien dengan
memperhatikan kenyamanan, kemandirian, kesejahteraan pasien dan keluarga, serta sesuai
keyakinan dan kepercayaannya.
Justice : Memperlakukan semua pasien tanpa diskriminasi (tidak membedakan ras, suku, agama,
gender dan status ekonomi) Tindakan yang telah disetujui oleh pasien dan atau keluarga harus
dituangkan dalam inform consent dan ditandatangani oleh pasien dan keluarga dan petugas
Kesehatan sebelum Tindakan dilakukan atau tidak dilakukan.
BU AGUSTINE
Paliatif berasal dari kata palliate (bhs.Inggris) berarti meringankan, dan “Palliare” (bhs.Latin
yang berarti “menyelubungi”) Keperawatan paliatif merupakan jenis pelayanan kesehatan yang
berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti mendapat kesembuhan.
Keperawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan
keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam
jiwa, Melalui bantuan mencegah dan meringankan penderitaan, mengidentifikasi dini dan
menilai serta menangani nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual
Semua tindakan aktif untuk meringankan beban penderita kanker yang tidak mungkin
disembuhkan dan yang mempunyai harapan untuk sembuh. Dengan tindakan kuratif:
menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan
spiritual.
Pediatric palliative care : mengembangkan perawatan paliatif anak melalui penelitian dan
pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52)
Rumah sakit, (hospice hospital care), poliklinik, rawat singkat, rawat inap, Rumah (hospice
home care), Hospis (hospice care), Praktek bersama, tim/ kelompok perawatan paliatif
PENGERTIAN
Perspektif merupakan sudut pandang; pandangan, dalam (KBBI) merupakan kumpulan asumsi,
keyakinan tentang suatu hal. Maka dapat diartikan Perspektif ialah memandang sesuatu hal
berdasarkan cara – cara tertentu .
o Kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai konteks budaya
dan nilai yang dianut pasien dan keluarga termasuk tujuan hidup, harapan, dan niat dan
harapan pasien
o Meyakini hidup dan mati adalah proses yang normal, tidak menunda kematian,
mengurangi nyeri dan gejala penyakit, integrasi fisik, psikis, sosial, emosional dan
spiritual dalam memberikan pelayanan sesuai kebutuhan individu dan keluarga.
o Menyediakan sistem untuk membantu individu hidup seoptimal mungkin sampai
menjelang kematiannya
o Menyediakan sistem dukungan untuk membantu keluarga dalam mengatasi masalah
sepanjang perawatan pasien dan masa berduka.
Masalah sering digambarkan adalah kejadian yang dapat mengancam diri sendiri yaitu masalah
nyeri, masalah fisik, psikologi, sosial, kultural serta spiritual (International Association For
Hospice & Palliative Care/IAHPC, 2016).
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal
Tim keperawatan paliatif, mencakup : keluarga, perawat, dokter spesialis, dokter umum, ahli
gizi, psychology, rohaniawan, relawan, farmasi, fisiotherapist, social medis
KEBERHASILAN TIM
KONDISI TERMINAL
Kondisi terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui
suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito,
2006)
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian
adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau
mengikuti periode sakit yang panjang
Contoh penyakit terminal : kanker, AIDS, Gagal Ginjal, Stroke, Diabetes Mellitus, CHF (gagal
jantung kronis), Lansia dengan penyakit degenerative, Kecelakaan fatal.
1. Penatalaksanaan nyeri
3. Asuhan keperawatan
4. Dukungan psikologis
5. Dukungan sosial
6. Dukungan kultural dan spiritual
6. Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah kematian
8. Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi perjalanan
penyakit bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia
4. Tidak menunjukan reaksi berlebihan jika terdapat bau ataupun kondisi yang tidak wajar
pada pasien
BU ERNA
systemic lupus erythematosus (SLE) lebih sering ditemukan pada ras tertentu seperti ras kulit
hitam, Cina, dan Filipina. Penyakit ini terutama diderita oleh wanita muda dengan usia 15-40
tahun. Lupus Eritematosus Sistemik (LES) atau Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang
dikenal sebagai penyakit "seribu wajah" merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang
belum jelas penyebabnya
Lupus eritematosus sistemik (SLE) adalah radang kronis yang disebabkan oleh penyakit
autoimun (kekebalan tubuh) di mana sistem pertahanan tubuh yang tidak normal melawan
jaringan tubuh sendiri. Jaringan tubuh dan organ yang dapat terkena adalah seperti kulit, jantung,
paru-paru, ginjal, sendi, dan sistem saraf. Lupus eritematosus sistemik (SLE) merupakan suatu
penyakit autuoimun yang kronik dan menyerang berbagai system dalam tubuh. ( Silvia &
Lorraine, 2006 )
Penyebab seseorang terkena lupus, antara lain : Faktor genetik, Faktor Humoral, Faktor
lingkungan, Kontak dengan sinar matahari, Infeksi virus/bakteri, Obat golongan sulva,
Penghentian lehamilan, Trauma psikis.
Lupus ditandai oleh peradangan kronis atau berulang mempengaruhi satu atau lebih jaringan
dalam hubungan dengan beberapa autoantibodi.seperti anti - sel merah dan antibodi antiplatelet,
jelas patogen, sedangkan yang lain mungkin hanya penanda kerusakan toleransi. Etiologi masih
mister, namun tampaknya penyakit ini dipicu oleh agen lingkungan dalam kecenderungan tiap
individu.
1. Countaneus Lupus
2. Discoid Lupus
3. Drug-induced lupus
Cutaneous Lupus
Lupus ini dapat di sebut dengan Discoid Lupus. Tipe lupus ini hanya terbatas pada kulit dan
ditampilkan dalam bentuk ruam yang muncul pada muka, leher, atau kulit kepala. Ruam dapat
terlihat jelas dengan menggunakan sinar ultraviolet. Secara umum terdapat ruam yang timbul,
bersisik dan merah, tetapi tidak gatal.
Discoid Lupus
dapat menyebabkan inflamasi pada beberapa macam organ. Seperti sendi dan kulit . Bahkan bisa
menyerang ke beberapa daerah lain seperti paru-paru, darah ataupun organ dan/atau jaringan lain
Drug-induced lupus
Tipe lupus ini sangat jarang menyerang ginjal atau sistem syaraf. Obat yang umumnya dapat
menyebabkan drug induced lupus adalah jenis hidralazin (untuk penanganan tekanan darah
tinggi) dan pro-kainamid (untuk penanganan detak jantung yang tidak teratur/tidak normal).
Tidak semua orang yang memakan obat ini akan terkena drug-induced lupus
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
2. Radiologi
DIAGNOSIS
• Berdasarkan kriteria American College of Rheumatology (ACR) 1982, diagnosis SLE
dapat ditegakkan secara pasti jika dijumpai empat kriteria atau lebih dari 11 kriteria
Therapy/tindakan penanganan
2. Program rehabilitasi
3. Pengobatan medikamentosa
Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen Keperawatan
• asuhan keperawatan juga berfokus pada perawatan paliatif dan memberikan dukungan
psikososial .
• mempertahankan gizi
• istirahat dan berolahraga
2. Masalah Keperawatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
4. Intervensi
5. Evaluasi
PENGKAJIAN
Data subyektif :
• Pasien mengeluh terdapat ruam-ruam merah pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-
kupu.
Data obyektif :
• Terdapat ruam – ruam merah pada wajah yang menyerupai bentuk kupu-
kupu.
MASALAH KEPERAWATAN
• Nyeri akut
• Fatigue
• Risiko infeksi
• Risiko injuri