PEMBAHASAN
Asumsi dasar dari teori Neuman yaitu individu merupakan sistem yang
unik dengan respon yang berbeda. Kurang pengetahuan, perubahan
lingkungan dapat merubah stabilitas individu (fisiologis, psikologis, sosio
kultural, perkembangan dan spiritual). Individu dalam memberikan respon
harus mempunyai koping yang stabil terhadap stressor, karena lingkungan
internal dan eksternal dapat menyebabkan stress. Untuk itu individu akan
bereaksi terhadap stressor dari lingkungan dengan mekanisme pertahanan diri
(Sumijatun, 2005).
Interkomunitas
Buruknya jalan Marah pada Adanya tekanan Riwayat yang Perbedaan
salah satu rasial pada bermakna sistem nilai
yang
partai kelompok untuk sebuah yang dianut
menghubungkan
Potensial tertentu di kota kota antara
kota dengan
untuk Bis sekolah Usia dari penduduk desa
pusat
isolasi pada untuk usia 4-6 penduduk. dan kaum urba.
pengobatan
Distribusi dokter kelompok tahun.
lansia pada
yang tidak
suatu desa
merata.
Tidak
adekuatnya
komunikasi
antara
penduduk
desa dan
pendatang.
Ekstrakomunikasi
Sistem Potensial untuk Munculnya Nilai moral
Sistem
kepercayaan PHK karena industri baru. yang
perencanaan
nasional industry/pabrik Potensial muncul dan
jalan raya yang
yang yang akan meningkatny bersebranga
menghubungkan
bersebranga ditutup. a keluarga n dengan
antar tempat.
n dengan Banyaknya muda untuk nilai yang
Epidemi flu.
oposisi. tamu dengan bekerja pada dianut
Penurunan dana
Kekawatiran aneka budaya industry baru. komunitas.
pelayanan.
pada yang Potensial Seleksi
lingkungan dating//berkunju tumbuhnya komunitas
yang akan ng. sekolah. untuk
terancam menduduki
satu
golongan
tertentu.
Tujuan dari keperawatan model Neuman adalah menjaga agar sistem tetap
dapat stabil dengan cara melakukan pengkajian terhadap stressor, baik yang
actual maupun potensial. Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
yang ditujukan pada pertahanan kestabilan sistem yang meliputi tiga hal
penting, yaitu prevensi primer, sekunder, dan tersier. Prevensi primer adalah
suatu cara yang mengidentifikasi factor-faktor risiko dan berusaha untuk
mengurangi stressor serta berfokus pada perlindungan garis normal dan
memperkuat garis fleksibel/pertahanan. Prevensi sekunder, berkaitan dengan
penatalaksanaan aktif setelah gejala terjadi. Fokusnya adalah memperkuat garis
internal perlawanan dengan cara mengurangi reaksi dan meningkatkan factor
perlawanan. Prevensi tersier, mengarah pada intervensi selanjutnya yang telah
diberikan pada tingkat sekunder dan berfokus pada adaptasi ulang serta
stabilitas dalam melindungi penetalaksanan selanjutnya.
Pada model Neuman, promosi kesehatan mengacu pada tujuan sehat untuk
semua pada tahun 2000, terutama yang berkaitan dengan upaya preventif
terhadap penderita dan penyakit, serta upaya untuk menurunkan biaya
pengobatan yang telah ditetapkan untuk decade 1990-an.
Selanjutnya, model sistem dari Neuman diadopsi oleh keperawatan dari 14
negara untuk mengembangkan kurikulum dan praktik mereka pada individu,
keluarga, dan komunitas. Selain itu, model Neuman juga digunakan sebagai
kerangka kerja dalam pusat pelayanan keparawatan komunitas. Pada model
Neuman, pendekatan dilakukan secara komprehensif yaitu dengan
memfasilitasi multidisiplin lain, seperti pekerja social dan pekerja kesehatan
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan
menurunkan biaya sehingga lebih efisien.
Pada level administrative dapat menggunakan tiga tingkatan prevensi,
yakni primer, sekunder, dan tersier. Prevensi primer yang digunakan adalah
komunikasi tentang perubahan kesehatan yang dibutuhkan. Prevensi sekunder
merupakan tindakan pengorganisasian sehari-hari pada core dan tenaga
pelayanan. Sedangkan prevensi tersier mempunyai fokus pada perencanaan
jangka pnjang dengan mengoordinasikan sistem tujuan pada pencapaian tujuan
jangka pendek. Pada tingkatan administrative, garis pertahanan fleksibel
merupakan alat untuk melindungi dan mendukung perawatan pada kelompok
inti (Sumijatu, 2005).
Konsep-konsep utama yang diidentifikasi dalam model Betty Neuman
adalah sebagai berikut :
1. Basic Struture dan Energy Resources
Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup
dasar yang biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu
yang unik. Variabel-variabel tersebut yaitu variabel sistem,
karakteristik masyarakat, dan kekuatan/kelemahan bagian-bagian
sistem. Contohnya kemampuan dalam mempertahankan adanya
stressor di masyarakat (misal : adanya penyakit menular), masyarakat
berupaya agar penyakit tersebut tidak menular ke anggotanya secara
luas. Disamping itu, ada juga karakteristik dasar yang berhubungan
dengan variabel tersebut, yaitu : kekuatan, kemampuan kognitif dan
sistem nilai yang ada di masyarakat. Perubahan pada satu arah akan
menimbulkan gerakan kompensasi ke arah yang lain. Jika sistem
terganggu dari keadaan normal atau stabil, maka timbul kebutuhan
energi yang cepat untuk mengatasi disorganisasi akibat gangguan
tersebut.
2. Lines of Resistance
Merupakan serangkaian lingkaran putus-putus yang mengelilingi
struktur dasar. Artinya garis resisten ini melindungi struktur dasar dan
akan teraktivasi jika ada invasi dari stressor lingkungan melalui garis
normal pertahanan (normal line of defense). Misalnya adalah
mekanisme sistem nilai atau keyakinan masyarakat, mekanisme koping
masyarakat. Jika lines of resistance efektif dalam merespon stressor
tersebut, maka sistem depan berkonstitusi, jika tidak efektif maka
energi berkurang dan bisa timbul kematian.
3. Normal Lines of Defense
Merupakan lingkaran utuh yang mencerminkan suatu keadaan
stabil untuk masyarakat, sistem atau kondisi yang menyertai
pengaturan karena adanya stressor yang disebut keadaan wellness
normal dan digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi
dari keadaan wellness untuk sistem klien.
Berbagai stressor dapat menginvasi normal line defense jika
flexible lines of defense tidak dapat melindungi secara adekuat. Jika itu
terjadi maka sistem klien akan bereaksi yang akan tampak pada adanya
gejala ketidakstabilan atau sakit dan akan mengurangi kemampuan
sistem untuk mengatasi stressor tambahan. Normal lines of defense
terbentuk dari beberapa variabel dan prilaku seperti pola koping
masyarakat, gaya hidup dan tahap perkembangan.
4. Flexible Lines of Defense
Digambarkan sebagai lingkaran putus-putus paling luar yang
berperan memberikan respon awal atau perlindungan pada sistem dari
stressor. Diibaratkan sebagai suatu accordion yang bisa menjauh atau
mendekat pada normal line of defense. Bila jarak antara flexible lines
of defense dan normal lines of defense meningkat maka tingkat
proteksipun meningkat.
Melindungi normal line of defense dan bertindak sebagai buffer
untuk mempertahankan keadaan stabil dari sistem klien. Bersifat
dinamis dan dapat berubah dalam waktu yang relatif singkat.
Hubungan dari berbagai variabel (fisiologi, psikologis, sosiokultur,
perkembangan dan spiritual) dapat mempengaruhi tingkat penggunaan
flexible lines of defense terhadap berbagai reaksi terhadap stressor.
5. Stressor
Skekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan dan
berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil. Neuman
mengklasifikasi stressor sebagai berikut :
a. Stressor Intrapersonal : terjadi dalam diri
individu/keluarga/masyarakat dan berhubungan dengan
lingkungan internal. Misalnya : kondisi geografis
b. Stressor interpersonal : yang terjadi pada satu
individu/keluarga/masrakat yang memiliki pengaruh pada
sistem. Misalnya : ekspektasi peran
c. Stressor ekstrapersonal : juga terjadi diluar lingkup sistem atau
individu/keluarga/masyarakat tetapi lebih jauh jaraknya dari
sistem daripada stressor interpersonal. Misalnya : sosial politik
d. Stressor interpersonal dan extrapersonal berhubungan dengan
lingkungan eksternal. Created environment mencakup ketiga
jenis stressor ini.
5. Reaksi
Merupakan ketidakstabilan sistem yang diakibatkan adanya invasi
stressor pada normal lines of defense. Reaksi dan hasilnya bisa positif
atau negatif yang selanjutnya dapat bergerak ke arah negetropy atau
entropy.
6. Pendekatan klien secara Wholistik
Model sistem Neuman merupakan suatu pendekatan sistem yang
terbuka dan dinamis terhadap klien yang dikembangkan untuk
memberikan suatu kesatuan fokus definisi masalah keperawatan dan
pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan lingkungannya. Klien
sebagai sistem bisa individu, keluarga, kelompok, komunitas atau
issue.
7. Konsep Wholistic
Klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya
berada dalam suatu interaksi dinamis. Konsep ini melibatkan seluruh
variabel yang mempengaruhi klien secara simultan, yang mencakup
fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual.
Perubahan istilah dari Holistik menjadi Wholistik untuk meningkatkan
pemahaman terhadap orang secara keseluruhan.
8. Sistem Terbuka
Elemen-elemen yang ada dalam sistem mengalami pertukaran
energi informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi
terhadap stres merupakan komponen dasar dari sistem terbuka.
9. Proses atau Fungsi
Pertukaran energi, substansi dan informasi dengan lingkungan dan
interaksi dari elemen-elemen dalam sistem. Suatu sistem kehidupan
cenderung untuk bergerak kearah keseluruhan, stabilitas, kesehatan
dan negentrophy.
10. Input dan Output
Substansi, energi dan informasi yang masuk atau keluar dari sistem
11. Feed Back
Proses dimana substansi, energi dan informasi yang merupakan
output sistem diberikan umpan balik untuk perbaikan guna perubahan,
peningkatan atau stabilitasasi sistem.
12. Negentrophy
Suatu proses penggunaan energi yang membantu sistem untuk
maju ke arah stabilitas atau sehat.
13. Entropy
Suatu proses pengurangan energi yang menggerakkan sistem ke
arah sakit atau kematian.
14. Stabilitas
Klien atau sistem dapat menangani stressor dengan baik, sehingga
dapat mempertahankan kesehatan secara adekuat. Keseimbangan
fungsional atau harmonis menjaga keutuhan integritas sistem.
15. Wellness
Wellness terjadi jika bagian-bagian dari klien berinteraksi secara
harmonis. Kebutuhan-kebutuhan sistem terpenuhi.
16. Illness
Terjadi ketidakharmonisan diantara bagian-bagian dari sistem
karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.
17. Prevention atau Pencegahan sebagai Intervensi
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh,
meningkatkan dan memelihara sistem keseimbangan, terdiri dari
pencegahan primer, sekunder dan tertier.
Pencegahan primer : terjadi sebelum sistem bereaksi terhadap
stressor, meliputi : promosi kesehatan dan mempertahankan kesehatan.
Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of
defense dengan cara mencegah stress dan mengurangi faktor-faktor
risiko. Intervensi dilakukan jika risiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup :
immunisasi, pendidikan kesehatan, olahraga dan perubahan gaya
hidup.
Pencegahan sekunder. Meliputi berbagai tindakan yang dimulai
setelah ada gejala dari stressor. Pencegahan sekunder mengutamakan
pada penguatan internal lines of resistance, mengurangi reaksi dan
meningkatkan faktor-faktor resisten sehingga melindungi struktur
dasar melalui tindakan-tindakan yang tepat sesuai gejala. Tujuannya
adalah untuk memperoleh kestabilan sistem secara optimal dan
memelihara energi. Jika pencegahan sekunder tidak berhasil dan
rekonstitusi tidak terjadi maka struktur dasar tidak dapat mendukung
sistem dan intervensi-intervensinya sehingga bisa menyebabkan
kematian.
Pencegahan Tersier. Dilakukan setelah sistem ditangani dengan
strategi-strategi pencegahan sekunder. Pencegahan tersier difokuskan
pada perbaikan kembali ke arah stabilitas sistem klien secara optimal.
Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat resistansi terhadap
stressor untuk mencegah reaksi timbul kembali atau regresi, sehingga
dapat mempertahankan energy. Pencegahan tersier cenderung untuk
kembali pada pencegahan primer.
18. Rekonstitusi
Rekonstitusi suatu adaptasi terhadap stressor dalam lingkungan
internal dan eksternal. Rekonstitusi dapat dimulai menyertai tindakan
terhadap invasi stressor.
Neuman (1995) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan
energi yang terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor.
Rekonstitusi bisa memperluas normal line defense ke tingkat
sebelumnya, menstabilkan sistem pada tingkat yang lebih rendah, dan
mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit. Yang termasuk
rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel
fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan spiritual
(Sumijatun, 2005).
a. Kekuatan
Contoh Kasus
Sebuah keluarga yang bahagia sedang menantikan kehadiran anak pertama
mereka. Sabg ibu telah mengandung 2 bulan. Namun, suatu saat ibu
mengalami perdarahan dan menurut dokter kehamilan tersebut tidak bisa
dipertahankan. Oleh karena itu dilakukan aborsi untuk menyelamatkan jiwa
ibunya.
Pada kasus di atas, perasaan duka cita dari pasangan tersebut memiliki
karakteristik yang kompleks. Misalnya, sang ibu berduka karena calon
bayinya tidak bisa dipertahankan (kehilangan interpersonal), atau hilangnya
harapan terhadap kehamilan yang telah ditunggu-tunggu(kehilangan
intrapersonal), atau barangkali merasa bersalah kepada anggota keluarga
lainnya karena tidak sesuai harapan mereka (kehilangan ekstrapersonal).
Ketika kita akan menentukan tingkat pengaruh kehilangan pada diri
seseorang, kita jiga harus mengkaji dampak dari perasaa kehilanhan tersebut
pada kehidupan mereka sehari-hari, cara mereka mengatasi mengatasi
kesedihannya, atau nilai-nilai dan kepercayaan yang dianut mengenai
kehilangan. Secara umum kita akan mengkaji fungsi dari masing-masing
garis pertahanan fleksibel, garis pertahanan normal, garis perlawanan, dan
struktur dasar. Pengkajian harus meliputi banyak aspek, meliputi : aspek
fisiologis, spiritual, psikologis, perkembangan, dan sosial budaya.
Untuk membantu pasangan tersebut mencapai rekonstitusi, dukungan
interpersonal dan ekstrapersonal merupakan 3 hal penting yang perlu dikaji.
Siapakah anggota keluarga yang dapat memberikan dukungan positif?.
Apakah sistem pendukung secara kultural dapat diterima oleh pasangan
trsebut?. Setiap oragtua akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung
pada struktur dasar yang dimilikinya. Sebuah penelitian telah membuktikan
adanya perbedaan respon berdasarkan jenser terhadap perasaan kehilangan
pada masa perinatal, maka respon terhadap pengalaman duka cita bagi
masing-masing orang tidak akn sama termasuk rentang waktu pemulihannya
pun berbeda. Perbedaan dalam proses duka cita tentu akan memberikan stres
tambahan diantara para orangtua.Selanjutnya, faktor-taktor ekstrapersonal
berpotensi memberikan dampak bagi mereka.
Setelah dilakukan pengkajian scara menyeluruh, selanjutnya tahapan
perencanaan, intervensi, dan evaluasi akan menggunakan proses yang sama.
Perangkat penilaian akan mengukur hal-hal yang akan berdmpak secara
khusus pada aspek-aspek fisiologis, psikologis rohani, sosial budaya, dan
perkembangan. Misalnya aspek sosial budaya akan mempengaruhi jenis
intervensi yang bisa diterima oleh keluarga. Kehilangan pada masa perinatal
merupakan suatu pengalaman yang sangat pribadi bagi banyak orang.
Pemahaman mengenai arti dari pengalaman pribadi akan sangat membantu
petugas kesehatan untuk menentukan intervensi yang spesifik dan terbaik.
Intervensi terhadap gangguan fisiologis yang dapat menghalangi proses
rekonstitusi bisa juga diberikan tergantug kondisi klien, misalnya perubahan
pola tidur, nutrisi, dan sebagainya. Selanjutnya, perawat perlu
mempertimbangkan aspek perkembangan seseorang dari perasaan berduka.
Intervensi yang sesuai untuk ibu muda primigravida tentunya akan sangat
berbeda dengan ibu yang telah memiliki anak sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H. Zaidin. 2000. Dasar-dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya
Mediks
Machfoedz, Ircham dan Eko suryani. 2008. Pendidikan kesehatan bagian dari
promosi kesehatan. Yogyakarta : Fitramaya
McKenzie J.M., Robert R. P., dan Jerome E.K. 2006. Kesehatan Masyarakat
Suatu Pengantar. Jakarta: EGC.