Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS

A. Deskripsi kasus

Deskripsi kasus menjelaskan pelaksanaan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, menegakkan diagnosa,intervensi keperawatan,implementasi

keperawatan dan evaluasi keperawatan di Ruang Merpati Rumah Sakit

Jiwa Prof. HB Saanin yang dilakukan mulai dari tanggal 04 Mai sampai 16

mei 2020. Didapatkan 1 orang pasien dengan jumlah 8 kali kunjungan.

1. Pengkajian keperawatan

a. Identitas pasien

Tn. S seorang laki-laki berumur 31 tahun, beralamat di Pariaman,

tempat tanggal lahir pasien Pariaman 5 januari 1989, suku pasien

minang, status dalam perkawinan pasien duda,pendidikan terakhir

pasien SMA, pasien beragama islam. No RM pasien 0122 3345

b. Alasan masuk

Pasien mengatakan dia dibawa oleh kakanya karena dia hampir

membakar rumah karena adanya suara yang menyuruhnya

melakukan tersebut dan pasien mengatakan dia pernah mengamuk

tanpa sebab

c. Faktor predisposisi

1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?

Pasien mengatakan dirinya tidak pernah mengalami gangguan

jiwa sebelumnya

2) Pengobatan sebelumnya
Klien mengatakan tidak menjalani pengobatan sebelumnya,

karena sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa

3) Penganiayaan fisik

Klien mengatakan tidak pernah adanya penganiayaan fisik

4) Adakah keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?

Klien mengatakan tidak ada yang mengalami ganggua jiwa

selain dirinya

d. Faktor presipitasi

Pasien mengatakan dia merasakan hal seperti ini saat pasien

berpisah dengan istrinya dan merasa marah terhadap hal tersebut

e. Pemeriksaan fisik

1) TTV: TD : 130/90 N: 87 S: 37,3 C RR:

18x/menit

2) Ukur : TB: 160 cm BB: 65 kg

3) Keluhan fisik: ada

Pasien mengatakan kaki kanannya sakit dan susah digerakkan

dikarenakan pasien pernah mengalami stroke dan tangan

kirinya lemah

f. Psikososial

1) Genogram

Pasien berumur 31 tahun merupakan anak keempat dari 5

bersaudara. Ayah pasien meninggal 4 tahun yang lalu dan ibu

pasien masih hidup. Pasien telah mempunyai seorang anak

perempuan dan 2 anak laki-laki dan telah bercerai 3 tahun yang


lalu. Kini pasien tinggal bersama ibu dan kakak laki-lakinya,

pasien sangan menyayangi kakak laki-lakinya tersebut. Tidak

ada anggota keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa

selain pasien

2) Konsep diri

a) Gambaran diri

Pasien mengatakan ia sangat menyukai hidungnya

dikarenakan pasien berfikir hidungnya mirip dengan bule

sehingga membuatnya tampan

b) Identitas diri

Pasien merasa tidak berguna sebagai seorang ayah, dimana

ia merasa perceraian itu mengakibatkan dirinya dan

anaknya berpisah

c) Peran diri

Sebelum berpisah dengan istrinya pasien sebagai kepala

keluarga pencari nafkah untuk istri dan anak-anaknya.

Setelah berpisah pasien tinggal dengan kakaknya dan tidak

bekerja lagi

d) Ideal diri

Pasien mengatakan dia ingin cepat keluar dari rumah sakit

dan kembali tinggal bersama ibu dan kakaknya

e) Harga diri

Pasien mengatakan tidak berguna sebagai seorang ayah, dia

tampak kecewa karena perceraian yang dialaminya.


g. Hubungan sosial

Pasien sangat dekat dengan kakaknya. Dan tampak diruangan

pasien dekat dengan salah satu pasien diruangan Merpati Rsj Prof

Hb Saanin Padang

h. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Pasien menganut agama islam dan percaya akan adanya sang

pencipta. Dan pasien yakin penyakitnya akan disembuhkan

oleh Allah Swt

2) Kegiatan ibadah

Pasien menjalankan ibadan sholat 5 waktu

i. Status mental

Hasil pengkajian status mental Tn.S berpenampilan tidak rapi

dikarenakan keterbatasan anggota gerak untuk memasang

pakaiannya, kuku tampak panjang. Berdasarkan observasi selama

pengkajian pasien berbicara lambat dan tampak pelo. Pasien

tampak gelisah, dan saat pengkajian pasien afek pasien tampak

datar tidak ada ekspresi wajah saat berbicara dengan pasien apakah

itu yang diicarakan menyenangkan. Dan saat interaksi selama

wawancara pasien tampak curiga dan kontak mata dengan pasien

kurang. Persepsi yang dirasakan oleh pasien adanya suara yang

berisik ditelinganya, proses pikir [asien sirkumtansial dan proses

pikir pasien tampak bingung selama pengkajian. Dan pada saat


pengkajian pasien susah dikosentrasikan pada pertanyaan yang

difokuskan

j. Mekanisme koping

Pasien memiliki mekanisme koping yang maladaptif, karena saat di

bully oleh pasien lainnya wajah pasien tampak memerah dan

mengepal tanggannya

k. Masalah psikososial dan lingkungan

Pasien tidak memiliki masalah di masa lalunya. Ia berhubungan

baik dengan keluarganya

l. Aspek pengetahuan

Saat pengkajian perawat menanyakan penyakitnya pasien

mengatakan dia baik-baik saja , dan tidak paham mengenai

penyakit yang dideritanya

m. Daya tilik diri

Pasien mengatakan bahwa dia baik-baik saja

n. Aspek medis

Pasien mendapatkan terapi obat yang pertama halloperidol 3 kali

sehari yang berguna untuk menenagkan dan menghilangkan suara-

suara. Yang kedua chlorpromasin 3 kali sehari gunanya supaya

berkurangnya rasa marah dan mondar mandir pasien, ketiga

triheksipenidil 3 kali sehari gunanya supaya rileks dan tidak kaku

2. Diagnosa keperawatan
Dari hasil pengkajian dan observasi yang telah peneliti lakukan

ditemukan diagnosa prioritas pada partisipan Tn.S yaitu gangguan

persepi sensori: halusinasi pendengaran

3. Intervensi keperawatan

Intervensi yang dilakukan untuk pasien dengan gangguan persepsi

sensori adalah membuat rencana tindakan keperawatan dengan

tindakan manajemen halusinasi:latihan menghardik dimana

membangun rasa saling percaya dengan pasien ,mengidentifikasi

halusinasi, frekuensi dan waktu terjadinya halusinasi.

Dimana tertuang dalam standar intervensi keperawatan indonesia

(SIKI) yaitu

Observasi :

1. Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi

2. Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulus lingkungan

3. Monitor isi halusinasi

Terapeutik

1. Pertahankan lingkungan yang aman

2. Lakukan tindakan keselamatan ketika dapat mengontrol perilaku

3. Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi

4. Hindari perdebatan tentang validitas halusinasi

Edukasi

1. Anjurkan memnitor sendiri situasi terjadinya halusinasi


2. Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi

dukungan dan umpan balik korektif terhadap halusinasi

3. Anjurkan melakukan distraksi

4. Anjurkan pasien cara mengntrol halusinasi

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan antiansietas

Dimana latihan menghardik dilakukan selama 2-4 kali pertemuan

selama seminggu

4. Implementasi keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada pasien dengan gangguan persepsi

sensori yaitu manajemen halusinasi: latihan menghardik. Dan juga

membina hubungan saling percaya dengan pasien, melakukan

identifikasi halusinasi, frekuensi, waktu terjadi halusinasi dimana

dilaksanakan 2-4 kali kunjungan dalam seminggu. Perawat

mengajarkan kepada pasien bagaimana cara latihan mnghardik tersebut

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada pasien dengan gangguan persepsi

sensori setelah dilakukannya kunjungan pasien mampu membina

hubungan saling percaya dengan perawat. Saat ditanya tentang

halusinasinya pasien bersedia menjawab tentang masalah yang

dialaminya, mulai dari penyebab, tanda dan gejala yang dirasakan dan

tindakan yang dilakukan pasien untuk mengontrol suara-suara yang

didengarnya. Pasien mampu mengendalikan halusinasinya dengan cara

menghardik tersebut dan meniatkan dihatinya bahwa dirinya ingin


sembuh dan ingin mengusir suara yang didengarnya. Pada evaluasi

perawat menggunakan format evaluasi SIKI, dimana mengevaluasi

pasien sebelum dan sesudah melakukan tindakalan latihan menghardik

apakah pasien masih mendengarkan suara-suara atau berkuragnya

mendengarkan suara-suara. Dimana pada saat awal pertemuan perawat

melakukan pengkajian sebelum melakukan tindakan latihan

menghardik pasien masih mendengarkan suara bisikan yang cukup

meningkat dimana tertulis dalam SIKI dengan angka 4 yakninya cukup

meningkat. Setelah beberapa hari kunjungan pasien dan sudah

melakukan tindakan latihan menghardik pasien suara yang di dengar

pasien sudah berkurang didalam SIKI dicantumkan dengan angka 1

yakninya Menurun

B. Pembahasan Kasus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan mealui pendekatan proses

keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi

keperawatan. Maka penulis akan membahas mengenai kesenjangan antara

teori dengan kenyataan yang ditemukan dalam kasus gangguan persepsi

sensori: halusinasi pendengaran pada pasien.

1. Pengkajian keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 04 Mei

sampai 16 Mei 2020 pada Tn.S yang berumur 31 tahun didapatkan

keluhan yang dirasakan pasien mengatakan saat ini dia masih

mendengar suara-suara seperti mengajak sesuatu serta dengan suara


tersebut membuat pasien terluka. Pasien mengatakan mendengarkan

suara tersebut saat pasien melamun, sendiri dan lebih sering saat

malam hari. Pasien mengatakan ketika mendengar suara tersebut

pasien mencoba mengusirnya dengan tutup mata namun pasien berfikir

saat pasien ingin mengusirnnya pasien mengatakan bahwa suara itu

malah membuatnya terluka bahkan sampai jatuh di kamar mandi.

Menurut Sutejo (2017), tanda dan gejala halusinasi terbagi 2 yaitu

tanda subjektif diantaranya mendenegar suara kegaduhan, mendengar

suara yang mengajak bercakap-cakap bahkan mendengar suara untuk

melakukan sesuatu yang berbahaya, dan tanda objektif diantaranya

pasien berbicara sendiri atau tertawa sendiri, mengarahkan telinga ke

arah tertentu dan ketakutan pada suatu yang tidak jelas.

Berdasarkan hasil penelitian dari kasus kelolaan dan teori yang

telah dijelaskan diatas, maka penulis berasumsi keluhan yang akan

ditemukan pada pasien halusinasi, pasien mengatakan mendengarkan

suara-suara seperti mengajak, menyuruh bahkan membuatnya terluka.

Dari data pengkajian yang ditemukan pada pasien faktor

predisposisi halusinasi yaitu klien mengatakan tidak pernah dirawat

sebelumnya dan tidak adanya keluarga yang menyerupai penyakit yang

dialaminya. Faktor presipitasi yang didapatkan berdasarkan pengkajian

pasien mengalami ini saat pasien berpisah dengan istrinya dimana saat

ini pasien mengatakan hancur dan stres saat harus berpisah dengan

anak-anaknya bahkan pasien mengamuk kepada istrinya.


Faktor predisposisi yang dilakukan oleh penelitian Zelika &

Dermawan tentang kajian asuhan keperawatan jiwa halusinasi

pendengaran pada Tn.D di ruang nakula RSJD Surakarta (2015)

didapatkan data TN. D ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu

ayahnya dan Tn. D mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan

fisik. dari data tersebut peneliti menemukan perbedaan faktor

predisposisi yang di alami Tn. D dengan faktor predisposisi Tn.S

Berdasarkan hasil penelitian kasus kelolaan dan teori yang telah

dijelaskan diatas maka penulis berasumsi faktor presipitasi yang

menyebabkan pasien mengalami gangguan jiwa.

Hasil pemeriksaan fisik pada pasien tidak ada kelainan. Tanda-

tanda vital dalam batas normal. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 87

x/menit, suhu 37,30 C dan pernapasan 18x/meni. Pasien merasakan

keluhan merasakan keluhan fisik yaitu kaki sebelah kanan pasien sulit

untuk bergerak dan tangan kiri pasien kaku.

Berdasarkan dari hasil penelitian terhadap kasus kelolaan yang

telah dijelaskan diatas maka penulis berasumsi tidak ada kesenjangan

antara teori dengan data yang ditemukan.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan pada pastisipan Tn. S

didapatkan data yang memperkuat peneliti mengambil diagnosa

gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada Tn. S

mengatakan mendengar suara bisikanyang tidak ada


wujudnya,mendengarkan suara bisikan menyuruhnya melakukan

sesuatu.

Menurut teori Irman (2016), menyatakan bahwa tanda dan gejala

halusinasi pada pasien dengan halusinasi yaitu mendengar suara-suara,

bicara atau tertawa sendiri, mengarahkan telinga ke arah tertentu,

menutup telinga, ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.

3. Intervensi keperawatan

Sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

partisipan Tn. S yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi

pendengaran. Peneliti menyusun rencana keperawatan sesuai dengan

teori yang telah ada dengan menggunakan manajemen

halusinasi:latihan menghardik.

Muhith (2015), menghardik halusinasi adalah upaya

mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak

halusinasi yang muncul, pasien dilatih untuk mengatakan “Tidak”

terhadap halusinasi yang muncul.

Berdasarkan penelitian Pratiwi, Murni & Setiawan (2018), bahwa

tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori: halusinasi

yaitu dengan tindakan keperawatan menghardik halusinasi untuk

mengusir halusinasi.

4. Implementasi keperawatan

Secara umum implementasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan

keperawatan dilakukan sesuai waktu yang telah ditetapkan. Hasil


penelitian pada Tn. S dengan halusinasi di ruang merpati RSJ. Prof.

HB Saanin Padang peneliti melakukan manajemen halusinasi:latihan

menghardik kepada partisipan dilakukan 2-4 kali pertemuan selama

seminggu.

Dalam pemberian implementasi peneliti juga memberikan

reinforcement positif kepada pasien. Dengan memberikan

reinforcement positif pasien tampak bersemangat dalam melakukan

latihan menghardik yang diberikan peneliti. Reinforcement positif

memiliki kemampuan positif bagi pasien jika diberikan secara

berulang. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Zelika dan

Dermawan (2015) dimana reinforcement positif dapat memudahkan

perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dan dapat

memberikan motivasi pada pasien.

Peneliti menemukan faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan yaitu pasien sangat kooperatif dan kerja sama yang baik

antar peneliti dengan perawat diruangan. Sedangkan faktor

penghambat yang peneliti temukan adalah tidak adanya keterlibatan

keluarga dalam pemberian implementasi keperawatan sehingga

intervensi keluarga belum bisa dilaksanakan. Solusi yang peneliti

lakukan untuk mengatasi masalah ini adalah peneliti tetap melakukan

intervensi semaksimal mungkin dengan bantuan perawat ruangan dan

tenaga kesehatan lainnya.


5. Evaluasi keperawatan

Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yang digunakan untuk menilai keberhasilan asuhan keperawatan atas

tindakan yang diberikan. Dimana kasus peneliti melakukan evaluasi

dari tindakan keperawatan yang dilakukan selama 8 hari.

Diagnosa halusinasi dapat teratasi, hal ini dibuktikan dengan

pengamatan peneliti selama 8 hari partisipan Tn. S mampu

mempraktekan latihan menghardik dengan baik. Adapun perilaku yang

muncul ada Tn. S dapat beraktivitas tanpa terganggu dengan

halusinasinya dan halusinasi sudah tidak muncul lagi menguasai Tn. S

untuk melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya maupun orang

lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, Murni & Setiawan (2018)

bahwa didapatkan hasil tanda dan gejala halusinasi menurun setelah

dilakukan tindakan menghardik dan penelitian yang dilakukan oleh

Livana & Suerni (2019) didapatkan hasil bahwa teknik menghardik

mampu mengontrol halusinasi yang di dengarnya.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S di ruangan

Merpati Rumah Sakit Jiwa Proh Hb Saanin Padang dengan gangguan

persepsi sensori. Berdasarkan hasil pelaksanaan keperawatan yang

dilaksanakan pada tanggal 04 Mei sampai 16 Mei 2020 maka

disimpulkan :

1. Pengkajian pada Tn. S ditemukan pasien masih mendengar suara-

suara, berbicara sendiri, sering melamun dan berbicara ngaur dan

sesekali mengarahkan telinga ke sudut arah. Peneliti berpendapat

faktor presipitasi yang menyebabkan halusinasi karena saat berpisah

dengan istrinya pasien mengalami seperti ini

2. Diagnosa keperawaatan yang munculyaitu gangguan persepsi sensori

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan kepada pasien yaitu

manajemen halusinasi:latihan menghardik

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada tanggal 04 Mei hingga

16 Mei 2020. Tindakan disesuaikan dengan perencanaan yang telah

peneliti susun. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan

adalah latihan menghardik untuk mengontrol halusinasi pada pasien

5. Evaluasi keperawatan dimulai dari tanggal 04 Mei sampai 16 Mei

2020. Evaluasi yang dilakukan mengenai tindakan yang telah

dilakukan berdasarkan catatan perkembangan pada psien

menggunakan evaluasi pada SLKI


B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Agar dapat menambah wawasan mahasiswa dan pengalaman

mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dengan

mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh dibangku perkuliahan

khususnya pada pasien dengan gangguan persepsi sensori

2. Rumah sakit

Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan

khususnya pada pasien dengan gangguan persepsi sensori

3. Pasien

Diharapkan pasien dapat mengikuti program terapi yang sudah di

rencanakan oleh dokter dan perawat agar dapat mempercepat proses

penyembuhan pada pasien khususnya pada pasien dengan gangguan

persepsi sensori

Anda mungkin juga menyukai