Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN TETANUS DENGAN

GANGGUAN MOBILITAS FISIK

I. Pengertian Tetanus

Tetanus adalah kejang bersifat spasme (kaku otot) yang dimuli pada
rahang dan leher yang disebabkan oleh racun yang berbahaya yaitu bakteri
Clostridium tetani yang masuk menyerang saraf tubuh melalui luka kotor.

Klasifikasi beratnya tetanus adalah sebagai berikut :

1. Derajad 1 (ringan) : trismus (kekuatan otot mengunyah) ringan sampai sedang,


spastisitas general, tanpa gangguan pernapasan, tanpa spasme, sedikit atau tanpa
disfagia
2. Derajad II (sedang) : trismus sedang, ridigitas yang Nampak jelas, spasme
singkat ringan sampai sedang, gangguan pernapasan sedang RR >30x/menit,
disfagia ringan
3. Derajad III (berat) : trismus berat, spastisitas generaisata, spasme reflek
berkepanjangan, RR >40x/menit, serangan apnea, disfagia berat, takikardia >120
4. Derajad IV (sangat berat) : derajad tiga dengan gangguan otomik berat
melibatkan system kardiovaskular. Hipotensi berat dan takikardia terjadi
berselingan dengan hipotensi dan bradikardia, salah satunya dapat menetap
komplikasi-komplikasi tetanus

Etiologi

Tetanus disebabkan oleh basil gram positif, Clostridium tetani. Bakteri ini
terdapat dimana-mana, dengan habitat alamnya di tanah, tetapi dapat juga
diisolasi dari kotoran binatang peliharaan dan manusia

Clostradium tetani merupakan hasil berbentuk batang yang bersifat


anaerob, membentuk spora membentuk spora ( tahan panas ), gram positif,
mengeluarkan eksotoksin yang bersifat neurotoksin ( yang efeknya mengurangi
aktivitas kendali SSP ), patogenesis bersimbiosis dengan mikroorganisme
piogenik ( pyogenic) (Batticaca, 2012, p. 126)

1
Basil ini banyak ditemukan pada kotoran kuda, usus kuda, dan tanah yang
dipupuk kotoran kuda. Penyakit tetanus banyak terdapat pada luka dalam, luka
tusuk, luka dengan jaringan mati ( corpus alienum) karena merupakan kondisi
yang baik untuk proliferasi kuman anaerob. Luka dengan infeksi pogenik
dimana bakteri piogenik mengonsumsieksogen pada luka sehingga suasana
menjadi anaerob yang penting bagi tumbuhnya basil tetanus (Batticaca, 2012,
p. 126)

Manifestasi Klinis

Periode inkubasi (rentang waku antara trauma dengan gejala pertama) rata-
rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala
pertama dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama
regiditas, spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari
setelah spasme dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekuatan tetap bertahan
lebih lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu (Nurarif & Kusuma,
2016, p. 286). Secara umum tanda dan gejala yang akan muncul:

1. Spasme dan kaku otot rahang (massester) menyebabkan


kesukaran membuka mulut (trismus)
2. Pembengkakan, rasa sakit dan kaku dari berbagai otot:
a. Otot leher
b. Otot dada
c. Merambat ke otot perut
d. Otot lengan dan paha
e. Otot punggung, seringnya epistotonus
3. Tetanik seizures (nyeri, kontraksi otot yang kuat)
4. Iritabilitas
5. Demam
Gejala penyerta lainnya:
1. Keringat berlebihan

2
2. Sakit menelan
3. Spasme tangan dan kaki
4. Produksi air liur
5. BAB dan BAK tidak terkontrol
6. Terganggunya pernapasan karena otot laring terserang
 

Patofisiologi

Clostridium tetani harus bersimbiosis dengan organisme piogenik. Basil


tetanus tetap berada didaerah luka dan berkembang biak sedangkan
eksotoksinnya beredar mengikuti sirkulasi darah sehnggga terjadi toksemia (
toksemia murni tanpa disertai bakterimia maupun sepsis)
Tetanus biasanya terjadi setelah tubuh terluka dan kebanyakan luka
tusukan, luka yang terkontaminasi oleh clostridium tetani. Kerusakan
jaringan menyebabkan menurunnya potential oksidasi sehingga
menyebabkan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan clostridium
tetani. Tetanus disebabkan oleh neurotoksin Yang kuat yaitu tetanospasmin,
yangdihasilkan sebagai protein protoplasmik oleh bentuk vegetatif c. Tetani
pada tempat infeksi terutama ketika terjadi lisis bakteri . tetanospasmin
dapat terikat secara kuat pada gangliosida dan tempat masuknya yang
terpenting kedalam syaraf. Bila jumlah tetanospasmin cukup besar untuk
menyebar melalui pembuluh darah dan limfe diseluruh tubuh, yang terkena
lebih dahulu adalah otot dengan jalur saraf terpendek.
Suntikan tetanospasmin kedalam otak dapat menimbulkan kejang.
Tetanospasmin dapat pula memudahkan kontraksi otot spontan tanpa
potensial aksi pada saraf eferen. Aliran eferen yang tak terkendali akan
menyebabkan proses inflamasi dijaringan otak dan perubahan tingkat
kesadaran. Terdapat trias klinis berupa spasme otot, disfungsi otonomik,
rigiditas (Batticaca, 2012, p. 126)

3
Pathway

luka

Terpapar kuman Clostridium tetani

Eksotoksin

Pengangkutan toxin melalui saraf motorik

Tetanus

Ganglion sumsum Otak Saraf otonom


tulang belakang
Menempel pada Mengenai saraf simpatis
Tonus otot ceberal gangliosides

- Keringat
Kaku pada otot Kekakuan otot dan kejang berlebih
khas pada tetanus - Hipertermi
- Hipotermi
- Aritmia
Dirangsang Otot esector pada Otot menelan Otot pernapasan - Takikardi
oleh cahaya, batang tubuh dan laring
suara
Sulit menelan Hipoksia
Kejang Kaku kuduk Suplai O2 seberal berat
berulang menurun
Intake nutrisi
Gangguan tidak adekuat O2di otak
Resiko cidera menurun
mobilitas fisik
Defisit nutrisi
Kesadaran
menurun

Gangguan
pertukaran gas

4
Pemeriksaan penunjang

a. EKG: interval CT memanjang karena segment ST.  Bentuk takikardi


ventrikuler (Torsaderde pointters)
b. Pada tetanus kadar serum 5-6 mg/al atau 1,2-1,5 mmol/L atau lebih
rendah kadar fosfat dalam serum meningkat.
c. Sinar X tulang tampak peningkatan denitas foto Rontgen pada jaringan
subkutan atau basas ganglia otak menunjukkan klasifikasi.

Penatalaksanaan
1. Netralisasi toksin dengan tetanus antitoksin (TAT)
a. Hiperimun Globulin (Paling Baik)
Dosis: 3.000-6.000 unit IM
Waktu paruh: 24 hari, jadi dosis ulang tidak diperlukan
Tidak berefek pada toksin yang terikat di jaringan saraf; tidak dapat
menembus barier darah-otak
b. Antitoksin kuda
Serum anti tetanus (ATS) menetralisir toksin yang masih beredar.
Dosis: 100.000 unit, dibagi dalam 50.000 unit IM dan 50.000 unit
IV, pelan setelah dilakukan skin test
2. Perawatan luka
a. Bersihkan, kalau perlu didebridemen, buang benda asing,
biarkan terbuka (jaringan nekrosis atau pus membuat kondisis
baik C. Tetani untuk berkembang biak)
b. Penicillin G 100.000 U/kg BB/6 jam (atau 2.000.000 U/kg
BB/24 jam IV) selama 10 hari
c. Alternatif
Tetrasiklin 25-50 mg/kg BB/hari (max 2 gr) terbagi dalam 3
atau 4 dosis
Metronidazol yang merupakan agent anti mikribial.

5
Kuman penyebab tetanus terus memproduksi eksotoksin yang
hanya dapat dihentikan dengan membasmi kuman tersebut.

3. Berantas kejang
a. Hindari rangsang, kamar terang/silau, suasana tenang
b. Preparat anti kejang
c. Barbiturat dan Phenotiazim
1) Sekobarbital/Pentobarbital 6-10 mg/kg BB IM jika
perlu tiap 2 jam untuk optimum level, yaitu pasien
tenag setengah tidur tetapi berespon segera bila
dirangsang
2) Chlorpromazim efektif terhadap kejang pada tetanus
3) Diazepam 0,1-0,2 mg/kg BB/3-6 jam IV kalau perlu
10-15 mg/kg BB/24 jam: mungkin 2-6 minggu
4. Terapi suportif
a. Hindari rangsang suara, cahaya, manipulasi yang
merangsang
b. Perawatan umum, oksigen
c. Bebas jalan napas dari lendir, bila perlu trakeostomi
d. Diet TKTP yang tidak merangsang, bila perlu nutrisi
parenteral, hindari dehidrasi.  Selama pasase usus baik,
nutrisi interal merupakan pilihan selain berfungsi untuk
mencegah atropi saluran cerna.
e. Kebersihan mulut, kulit, hindari obstipasi, retensi urin

Komplikasi
a. Hipertensi
b. Kelelahan
c. Asfiksia
d. Aspirasi pneumonia
e. Fraktur dan robekan otot

6
Mortalitas 44-55%.  Faktor yang berpengaruh jelek adalah: luasnya
otot yang terlibat, panas tinggi, masa inkubasi yang pendek.  Kematian
biasanya terjadi pada minggu pertama sakit

Cara Mencegah Tetanus


1. Imunisasi tetanus
Dipertimbangkan proteksi terhadap tetanus selama 10 tahun setelah
suntukan
a. DPT vaksin pada bayi dan anak-anak
b. Td vaksin digunakan pada booster untuk remaja dan dewasa.
Ada juga yang menganjurkan dilakukan imunisasi setiap interval 5
tahun
2. Membersihkan semua jenis luka setelah injuri terjadi, sekecil apapun.
3. Melahirkan di tempat yang terjaga kebersihan

II. 9 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWAAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari
proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
1.      Identitas pasien mencakup (nama, No.RM, umur, Jenis kelamin,
Pekerjaan, Agama, status, tanggal MRS, tanggal pengkajian).
2.      Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan
pengkajian tentang riwayat keluhan utamaseharusnya
mengandung unsur PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio,
Skala, dan Time)
3.      Riwayat Kesehatan

7
a. Riwayat kesehatan dahulu
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan keluarga

Gangguan Pertukaran Gas


Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Dispnea Pusing
PCO2 meningkat/menurun Pengelihatan kabur
PO2 menurun Sianosis
Takikardia Diaforesis
pH arteri meningkat/menurun Gelisah
Bunyi napas tambahan Napas cuping hidung
Pola napas abnormal
(cepat/lambat, regular/iregular,
dalam/dangkal)
Warna kulit abnormal (mis.
pucat, kebiruan)
Kesadaran menurun
Defisit nutrisi
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Berat badan menurun minimal 10% Cepat kenyang setelah makan
dibawah rentang ideal
Kram/nyeri abdomen
Nafsu makan menurun
Bising usus hiperaktif
Otot pengunyah lemah
Membran mukosa pucat
Sariawan
Serum albumin turun
Rambut rontok berlebihan
Diare
Risiko Cedera
Faktor Risiko
Eksternal
Terpapar pathogen
Terpapar zat kimia toksik
Terpapar agen nosokomial
Ketidakamanan transportasi
Internal
Ketidaknormalan profil darah
Perubahan orientasi afektif
Perubahan sensasi
Disfungsi biokimia
Hipoksia jaringan
Kegagalan mekanisme pertahanan tubuh

8
Malnutrisi
Perubahan fungsi psikomotor
Perubahan fungsi kognitif
Gangguan Mobilitas Fisik
Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
Mengeluh kesulitan menggerakkan Nyeri saat bergerak
ekstremitas Enggan melakukan pergerakan
Kekuatan otot menurun Merasa cemas saat bergerak
Sendi kaku
Rentang gerak (ROM) menurun Gerakan tidak terkoordinasi
Gerakan terbatas
Fisik lemah

B. DIAGNOSA
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, perubahan metabolisme, ketidakbugaran fisik, penurunan
kendali otot, penurunan masa otot, keterlambatan perkembangan,
kekakuan sendi, kontraktur, malnutrisi, gangguan muskuloskeletal,
gangguan neuromuskular, IMT diatas persentil ke-75 sesuai usia, efek
agen farmakologis, program pembatasan gerak, nyeri, kurang terpapar
informasi tentang aktivitas fisik, kecemasan, gangguan kognitif,
keengganan melakukan pergerakan, gangguan sensoripersepsi dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun,
rentang gerak (ROM) menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakan tidak
terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler yang dibuktikan
dengan dispnea, PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia,pH
arteri meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, pusing, pengelihatan
kabur, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas
abnormal, warna kulit abnormal, kesadaran menurun
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient, peningkatak kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi, faktor

9
psikologis yang dibuktikan dengan berat badan menurun 10% dibawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare.
4. Resiko cedera berhubungan dengan terpapar patogen, terpapar zat kimia
toksik, terpapar agen nosokomial, Ketidakamanan transportasi,
ketidaknormalan profil darah, perubahan orientasi afektif, perubahan
sensasi, disfungsi autoimun, disfungsi biokimia, hipoksia jaringan,
kegagalan mekanisme pertahanan tubuh, malnutrisi, perubahan fungsi
psikomotor, perubahan fungsi kognitif

10
C. PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan asuhan SIKI Label:
mobilitas fisik keperawatan ....x.... I. 05173. Dukungan
berhubungan Jam maka mobilitas Mobilisasi
dengan ..... fisik meningkat a) Observasi
1. Untuk mengetahui
Dibuktikan DENGAN KRITERIA 1. Identifikasi adanya
keluhan yang
dengan..... HASIL : nyeri atau keluhan
dirasakan pasien
- Pergerakan fisik lainnya
ekstemitas
meningkat 2. Identifikasi
2. Untuk mengetahui
- Kekuatan otot toleransi fisik
kemampuan pasien
meningkat melakukan
dalam mobilisasi
- Rentang gerak pergerakan
(ROM) meningkat
3. Untuk mengetahui
- Gerakan tidak 3. Monitor frekuensi
denyut jantung dan
terkoordinasi jantung dan
tekanan darah pasien
menurun tekanan darah
- Gerakan terbatas sebelum memulai
menurun mobilisasi
Kelemahan fisik
menurun 4. Monitor kondisi
4. Untuk mengetahui
umum selama
kondisi umum
melakukan
pasien selama
mobilisasi
melakukan
mobilisasi

b) terapeutik

11
5. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan 5. Untuk
alat bantu(mis. mempermudah
Pagar tempat tidur) pasien dalam
melakukan
6. Fasilitasi mobilisasi
melakukan
pergerakan 6. Untuk
mempermudah
7. Libatkan keuarga pasien melakukan
untuk membantu mobilisasi
pasien dalam
meningkatkan 7. Untuk mendukung
pergerakan pasien dalam
mobilisasi

c) Edukasi

8. Jelaskan tujuan
dan prosedur 8. Untuk
mobilisasi menginformasikan
kepada pasien
mengenai tujuan,
dan prosedur
dilakukannya
9. Anjurkan mobilisasi
melakukan
mobilisasi dini 9. Untuk mempercepat
pemulihan pasien
10. Ajarkan
mobilisasi 10. Pasien bisa mulai
sederhana yang melakukan aktivitas

12
harus dilakukan seperti biasa
(mis. Duduk di
tempat tidur,
duduk di sisi
tempat tidur,
pindah dari tempat
tidur ke kursi)

2 Gangguan Setelah diberikan SIKI Label:


pertukaran gas asuhan keperawatan
berhubungan selama .... x .... jam I.01026. Terapi
dengan .... diharapkan pertukaran oksigen
yang gas meningkat dengan a. observasi 1. Untuk memberikan
dibuktikan kriteria hasil : 1. Monitor kecepatan oksigen sesuai dengan
dengan .... - Tingkat kesadaran aliran oksigen kebutuhan pasien
meningkat 2. Memberikan oksigen
- Dispnea menurun 2. Monitor posisi alat dengan efektif
- Bunyi napas terapi oksigen
tambahan menurun 3. Mengetahui
- Pusing menurun kefektifan oksigen
- Diaforesis menurun 3. Monitor aliran yang diberikan
- Gelisah menurun secara periodik dan
- Napas cuping pastikan fraksi
hidung menurun yang dinerikan
- PCO2 membaik cukup 4. Mengetahui
- PO2 membaik efektifitas pemberian
- Takikardia 4. Monitor efektifitas oksigen
membaik terapi oksigen
- Sianosis membaik 5. Menghindari
- Pola napas hipoventilasi pada
membaik 5. Monitor tanda pasien
tanda hipoventilasi
6. Menghindari toksikasi

13
oksigen dan
6. Monitor tanda dan atelektasis
gejala toksikasi
oksigen dan 7. Menghindari luka
atelektasis pada mukosa hidung
7. Monitor integritas
mukosa hidung
akibat pemasangan
oksigen
b. terapeutik 8. Untuk
mengefektifkan
8. Pertahankan pemberian oksigen
kepatenan jalan
napas
9. Ggar pasien tau
c. Edukasi penggunaan oksigen
9. Ajarkan pasien yang benar
caran
menggunakan
oksigen dirumah
d. Kolaborasi 10.Agar oksigen yang
diberikan sesuai
10. Kolaborasi dengan kebutuhan
penentuan dosis pasien
oksigen

11.Agar oksigen
tercukupi
11. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktifitas dan/atau

14
tidur
3 Defisit nutrisi Setelah diberikan SIKI Label:
berhubungan asuhan keperawatan I.03119 Manajemen
dengan .... selama .... x .... jam nutrisi
yang diharapkan status Observasi
dibuktikan nutrisi membaik 1. Identifikasi status 1. Mengetahui status
dengan .... dengan kriteria hasil : nutrisi nutrisi pasien
- porsi makan yang
dihabiskan 2. Identifikasi alergi 2. Mengetahui adanya
meningkat dan intoleransi alergi dan intoleransi
- Kekuatan otot makanan makanan
pengunyah
meningkat 3. Identifikasi 3. Mengetahui
- Verbalisasi kebutuhan kalori kebutuhan nutrisi
keinginan untuk dan jenis nutrien pasien
meningkatkan 4. Agar asupan nutrisi
nutrisi 4. Monitor asupan pasien tercukupi
- Pengetahuan makanan
tentang pilihan 5. Mengetahui berat
makanan yang 5. Monitor berat abdan pasien
sehat meningkat badan
- Berat badan indeks
masa tubuh Terapeutik
membaik 6. Untuk mencegah
- Frekuensi makan 6. berikan makanan konstipasi
membaik tinggi serat untuk
- Nafsu makan mencegah
membaik konstipasi
- Bising usus 7. Agar kebutuhan
menbaik 7. Berikan makanan nutrisi pasien
tinggi kalori dan tercukupi
protein
8. Agar kebutuhan

15
8. Berikan suplemen nutrisi pasien
makanan, jika tercukupi
perlu

Edukasi 9. Agar pasien


9. Ajarkan diet mengetahui diet yang
yang diprogramkan
diprogramkan

3. Resiko cedera Setelah diberikan SIKI Label:


berhubungan asuhan keperawatan
dengan .... selama .... x ....jam I.14513. Manajemen
diharapkan tingkat keselamatan
cedera menurun lingkungan
dengan kriteria hasil :
- Nafsu makan Observasi
meningkat
- Toleransi makan 1. Identifikasi 1. Mengetahui
meningkat kebutuhan kebutuhan
- Kejadian luka keselamatan keselamatan pasien
lecet/cedera 2. Monitor perubahan
menurun status keselamatan 2. Mengetahui
- Ketegangan otot lingkungan perubahan status
menurun keselamatan
- Gangguan moilitas lingkungan
menurun
- Tekanan darah Terapeutik
membaik
- Pola istirahat/tidur 3. Modifikasi 3. Menciptakan
membaik lingkungan untuk lingkungan pasien
meminimalkan yang nyaman agar
bahaya dan resiko tidak terjadi kejang

16
4. Gunakan perangkat 4. Menghindari jatuh
pelindung jika pasien kejang

Edukasi

5. Ajarkan individu, 5. Agar pasien dan


keluarga dan keluarga mengetahui
kelompok resiko resiko tinggi bahaya
tinggi bahaya lingkungan
lingkungan

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam hal ini, perawat mengaplikasikan intervensi atau rencana yang
sudah ditetapkan sebelumnya sesuai dengan kondisi pasien dan terdapat
evaluasi formatif untuk mengetahui respon klie ketika diberikan implementasi
pada saat itu juga, adapun yang harus diperhatikan adalah :
1. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Meningkatkan konsep diri dan penerimaan situasi
3. Pemberian informasi tentang proses penyakit, prognosis, risiko
komplikasi dan kebutuhan pengobatan lainnya.

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Evaluasi yang digunakan dalam
proses keperawatan ini adalah evaluasi sumatif. Tujuan evaluasi sumatif
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga
perawat dapat mengambil keputusan :
1. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai
tujuan yang ditetapkan).

17
2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami
kesulitan untuk mencapai tujuan).
3. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu
yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

DAFTAR PUSTAKA

Batticaca. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin. (2008). Asuhan Kepeawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

18
Muttaqin, Arif. (2012). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurarif & Kusuma. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keprawatan Indonesia :
definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

19

Anda mungkin juga menyukai