Jaringan rusak/mati/nekrosis
Jaringan terinfeksi
Peradangan
Sel darah putih mati
Demam
Jaringan menjadi abses Pembedahan
& berisi PUS
MK : Hipertermi
Pecah
Reaksi Peradangan
(Rubor, Kalor, Tumor, Dolor, Fungsiolaesea)
Luka Insisi
d. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
2. Status Kesehatan umum. Kesadaran biasanya kompos mentis, ekspresi wajah
menahan sakit tanpa sakit ada tidaknya kelemahan.
3. Integumen. Ada tidaknya oedem, sianosis, pucat, pemerahan luka pembedahan pada
abdomen sebelah kanan bawah.
4. Kepala dan Leher. Ekspresi wajah kesakitan pada konjungtiva lihat apakah ada
warna pucat.
5. Torax dan Paru . Apakah bentuknya simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas,
gerakan cuping hidung maupun alat Bantu nafas frekwensi pernafasan biasanya
normal (16 – 20 kali permenit). Apakah ada ronchi, whezing, stridor.
6. Abdomen
Pada post operasi biasanya sering terjadi ada tidaknya pristaltik pada usus ditandai
dengan distensi abdomen, tidak flatus dan mual, apakah bisa kencing spontan atau
retensi urine, distensi supra pubis, periksa apakah produksi urine cukup, keadaan
urine apakah jernih, keruh atau hematuri jika dipasang kateter periksa apakah
mengalir lancar, tidak ada pembuntuan serta terfiksasi dengan baik.
7. Ekstremitas. Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya nyeri yang
hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium.
- Darah. Ditemukan leukosit 10.000 – 18.0000 mn.
- Urine. Ditemukan sejumlah kecil leukosit dan eritrosit .
2. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri biologi atau insisi pembedahan
2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3) Kerusakan Intergritas kulit berhubungan dengan trauma jaringan.
4) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan luka terbuka
3. Intervensi Keperawatan
1) Nyeri berhubungan dengan reaksi peradangan/insisi pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
gangguan rasa nyaman nyeri teratasi.
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan secara verbal rasa nyeri
berkurang, klien dapat rileks, klien mampu
mendemonstrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas
sesuai dengan kemampuannya, TTV dalam batas normal;
TD : 120 / 80 mmHg, Nadi : 80 x / menit, pernapasan : 20 x /
menit.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
1) Observasi TTV, terutama suhu 1) Untuk data awal dan memudahkan intervensi
tubuh klien.
2) Anjurkan klien untuk banyak 2) Untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan tubuh
minum, minimal 8 gelas / hari. dari demam
3) Lakukan kompres hangat. 3) Membantu vasodilatasi pembuluh darah sehingga
mempercepat hilangnya demam
4) Kolaborasi dalam pemberian 4) Mempercepat penurunan demam
antipiretik.
Intervensi Rasional
1) Kaji luas dan keadaan luka 1) Pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses
serta proses penyembuhan. penyembuhan akan membantu dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
2) Rawat luka dengan baik dan 2) Merawat luka dengan teknik aseptik, dapat menjaga
benar dengan teknik aseptik kontaminasi luka.
3) Kolaborasi dengan dokter 3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan
untuk pemberian anti biotik. jaringan.
Intervensi Rasional
1) Observasi tanda-tanda infeksi 1) Deteksi dini terhadap infeksi
2) Lakukan perawatan luka dengan 2) Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan
teknik aseptik dan antiseptik penyebaran bakteri
3) Kolaborasi dengan dokter untuk 3) Menghilangkan infeksi penyebab kerusakan
pemberian antibiotik jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor dalam bahasa Inggris : kurt J.
Lessebacher. Et. Al : editor bahasa Indnesia Ahmad H. Asdie. Edisi 13. jakarta :
EGC. 1999.
Siregar, R,S. Atlas Berwarna Saripati Kulit. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.
Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and
Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester.
Edisi 8 jakarta : EGC,2001.
NANDA, 2005
NIC, 2005
NOC, 2005