Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN Tn.

S DENGAN TUMOR
PEDIS DI RUANG KEMUNING BAWAH RSUD KABUPATEN
TANGGERANG

Diajukan guna memenuhi tugas akademik dalam Praktek Klinik Keperawatan


Medikal Bedah ( KMB )

Dosen Pembimbing : Nabella Ayu Jeihan, S.Tr. Kep., M.Tr.Kep


Kepala Ruangan: Ns. Suhati. S. Tr. Kep

Disusun Oleh :

Selviana Nurianto
P27901121085

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PRODI D3 KEPERAWATAN
2023-2024
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Tumor Pedis


1. Pengertian
Tumor Tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal
yang bersifat neoplastik. Dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan
setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal di sebut neoplasma.
Pertumbuhan neoplasma dalam tulang kemungkinan beningna (jinak)
atau maligna (ganas) (Nuratif & Kusuma, 2015).
Pedis atau Kaki, merupakan bagian paling distal dari ekstremitas
inferior. Pedis dibagi dalam dua sisi yakni dorsum pedis dan plantar
podis. (Basicmedicalkey, 2016).
Kedua sisi tersebut memiliki susunan soft tissue yang sama yaitu
jaringan lemak, otot, jaringan fibrous (tendon dan ligamen), jaringan
synovial pada sendi, pembuluh darah, pembluh limfe, dan saraf perifer
namun dengan komposisi yang berbeda sesuai dengan fungsinya
(Amira, 2017).

2. Etiologi
Meskipun tidak diketahui penyebab yang pasti tentang
terjadinya tumor tulang, para peneliti menemukan bahwa faktor
genetik dapat meningkatkan resiko tumor tulang.

3. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon
osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang Terjadi destruksi tulang
lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
4. Manifestasi klinis
Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung pada jenis
tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyen. tumor tulang
lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan
kaki). sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling
sering merasakan nyeri. Tidak semua tumor tulang bersifat kanker,
melainkan ada juga yang jinak Nyeri tulang umumnya menunjukkan
bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa gejala tumor tulang antara
lain: persendian yang bengkak dan inflamasi patah tulang yang
disebabkan karena tulang yang rapuh
Gejala yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat
badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala
tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Lab pedis dextra
2. CT scan untuk memberi informasi tentang tumor
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dan tumor
tersebut saat didiagnosis Tujuan penatalaksanaan secara umum
meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari
anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan
dan/atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-
obatan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 43
Tanggal Lahir: 24 Juli 1980
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : islam
Tanggal Masuk RS : 5 April 2033
Diagnosa : Tumor Pedis
No Rekam Medis : 00289814
Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan dibagian kaki
b) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan pusing,mual ,muntah
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu adalah Kanker
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada

c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum TTV
TD : 98/64mmhg, N = 99x/menit, Rr = 19x/menit, S = 37,0°C
2) Kepala : normal, tidak ada kotoran
3) Mata : berbentuk simetris
4) Telinga : simetris sejajar dengan mata, tidak ada kelainan
5) Leher : normal tidak ada benjolan tyroid
6) Turgor kulit kemerahan
7) Dada : berbentuk simetris
8) Abdomen : simetris
9) Ekstremitas : normal ada benjolan di bagian kaki kanan

2. Diagnosa keperawatan
a. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan beresiko mengalami
peningkatan terserang organisme patogenik
c. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
. Keperawatan
1 (D.0077) Nyeri (L.08063) Kontrol Nyeri (I. 08238) Manajemen nyeri
akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Observasi
pencedera fisik keperawatan selama 3 x 24 jam  Identifikasi lokasi,
DO : Tekanan diharapkan kontrol nyeri meningkat: karakteristik, durasi,
darah  Melaporkan nyeri frekuensi, kualitas,
meningkat. terkontrol. intensitas nyeri.
 Kemampuan mengenali  Identifikasi skala nyeri.
Pola nafas onset nyeri.
berubah.  Kemampuan  Identifikasi respons nyeri
Nafsu makan menggunakan teknik non verbal.
berubah Proses nonfarmakologi.
berpikir  Keluhan nyeri  Identifikasi faktor yang
terganggu. (meningkat) menjadi memperberat dan
Menarik diri (menurun) memperingan nyeri.
Berfokus pada
diri sendiri  Identifikasi pengetahuan
Diaforesis. dan keyakinan tentang
nyeri.
DS : mengeluh
nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri
dan kualitas hidup.

 Monitor efek samping


penggunaan analgetik.

Terapeutik

 Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.

 Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri.
 Fasilitasi istirahat dan
tidur.

 Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemilihan strategi

 meredakan nyeri.

Edukasi
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri.

 Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat.
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 (D.0142) (L.14137) Tingkat infeksi (I.14539) Pencegahan infeksi
Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat  Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun: infeksi.lokal dan sistemik.
dengan
 Kemerahan meningkat-
beresiko
menurun. Terapeutik
mengalami
 Kultur area luka membaik.  Batasi jumlah pengunjung.
peningkatan
 Cairan berbau busuk  Berikan perawatan kulit
terserang
meningkat-menurun. pada area edema.
organisme
 Nyeri meningkat-menurun.  Cuci tangan sebelum dan
patogenik
 Gangguan kognitif sesudah kontak dengan
meningkat-menurun pasien dan lingkungan
pasien
 Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko
tinggi.

Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
 Ajarkan mencuci tangan
dengan benar.
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi.
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 (D.0054) (L.09097) Mobilitas fisik (I.05173) Dukungan Mobilisasi
Gangguan 1. Setelah dilakukan tindakan
Observasi
mobilitas keperawatan selama 3 x 24 jam

fisik diharapkan mobilitas fisik


 Identifikasi adanya nyeri
meningkat:
berhubungan atau keluhan fisik lainnya
 Pergerakan ekstremitas
dengan  Identifikasi toleransi fisik
(meningkat)
keterbatasan melakukan pergerakan
 Kekuatan otot ( meningkat)
dalam  Monitor frekuensi jantung
 Rentang gerak (meningkat)
gerakan fisik dan tekanan darah sebelum
 Nyeri (menurun)
dari satu atau memulai mobilisasi
 Kecemasan
lebih  Monitor kondisi umum
 Kaku sendi
ekstremitas selama melakukan
secara  Gerakan terbatas mobilisasi
mandiri  Kelemahan fisik
Terapeutik

Do :
 Fasilitasi ktivitas
Kekuatan
mobilisasi dengan alat
otot menurun
bantu (mis. Pagar
DS:
tempat tidur)
Mengeluh
 Fasilitasi melakukan
sulit
pergerakan, jika perlu
menggerakka
 Libatkan keluarga
n ekstremitas
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan .
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
 Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di
tempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi di mulai
setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan pada rencana strategi
untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh sebab itu,
rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari
implementasi adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Harahap, 2019)
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
DAFTAR PUSTAKA

TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai