S DENGAN TUMOR
PEDIS DI RUANG KEMUNING BAWAH RSUD KABUPATEN
TANGGERANG
Disusun Oleh :
Selviana Nurianto
P27901121085
2. Etiologi
Meskipun tidak diketahui penyebab yang pasti tentang
terjadinya tumor tulang, para peneliti menemukan bahwa faktor
genetik dapat meningkatkan resiko tumor tulang.
3. Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi
oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon
osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon
osteoblastik atau proses pembentukan tulang Terjadi destruksi tulang
lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi
penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi,
sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
4. Manifestasi klinis
Gejala yang muncul bisa bervariasi tergantung pada jenis
tumor tulangnya, namun yang paling umum adalah nyen. tumor tulang
lebih umum terjadi pada tulang yang bentuknya panjang (lengan dan
kaki). sehingga tempat-tempat tersebut merupakan tempat yang paling
sering merasakan nyeri. Tidak semua tumor tulang bersifat kanker,
melainkan ada juga yang jinak Nyeri tulang umumnya menunjukkan
bahwa tumor tersebut adalah jinak. Beberapa gejala tumor tulang antara
lain: persendian yang bengkak dan inflamasi patah tulang yang
disebabkan karena tulang yang rapuh
Gejala yang tidak spesifik seperti demam, menurunnya berat
badan, kelelahan yang hebat, dan anemia juga bisa menjadi gejala
tumor tulang, tapi bisa juga merupakan indikator penyakit lain.
4. Pemeriksaan penunjang
1. Lab pedis dextra
2. CT scan untuk memberi informasi tentang tumor
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan secara medis
Penatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dan tumor
tersebut saat didiagnosis Tujuan penatalaksanaan secara umum
meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika
memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari
anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit Penatalaksanaan
meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi
kombinasi Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan
dan/atau radiasi dan kemoterapi.
Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi
adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid)
atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini
mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi Bila
terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan
pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-
obatan
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 43
Tanggal Lahir: 24 Juli 1980
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : islam
Tanggal Masuk RS : 5 April 2033
Diagnosa : Tumor Pedis
No Rekam Medis : 00289814
Keluhan Utama
Pasien mengatakan ada benjolan dibagian kaki
b) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan pusing,mual ,muntah
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu adalah Kanker
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada
c) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum TTV
TD : 98/64mmhg, N = 99x/menit, Rr = 19x/menit, S = 37,0°C
2) Kepala : normal, tidak ada kotoran
3) Mata : berbentuk simetris
4) Telinga : simetris sejajar dengan mata, tidak ada kelainan
5) Leher : normal tidak ada benjolan tyroid
6) Turgor kulit kemerahan
7) Dada : berbentuk simetris
8) Abdomen : simetris
9) Ekstremitas : normal ada benjolan di bagian kaki kanan
2. Diagnosa keperawatan
a. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
b. (D.0142) Resiko infeksi berhubungan dengan beresiko mengalami
peningkatan terserang organisme patogenik
c. (D.0054) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Keperawatan
. Keperawatan
1 (D.0077) Nyeri (L.08063) Kontrol Nyeri (I. 08238) Manajemen nyeri
akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan Observasi
pencedera fisik keperawatan selama 3 x 24 jam Identifikasi lokasi,
DO : Tekanan diharapkan kontrol nyeri meningkat: karakteristik, durasi,
darah Melaporkan nyeri frekuensi, kualitas,
meningkat. terkontrol. intensitas nyeri.
Kemampuan mengenali Identifikasi skala nyeri.
Pola nafas onset nyeri.
berubah. Kemampuan Identifikasi respons nyeri
Nafsu makan menggunakan teknik non verbal.
berubah Proses nonfarmakologi.
berpikir Keluhan nyeri Identifikasi faktor yang
terganggu. (meningkat) menjadi memperberat dan
Menarik diri (menurun) memperingan nyeri.
Berfokus pada
diri sendiri Identifikasi pengetahuan
Diaforesis. dan keyakinan tentang
nyeri.
DS : mengeluh
nyeri Identifikasi pengaruh nyeri
dan kualitas hidup.
Terapeutik
Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
meredakan nyeri.
Edukasi
Jelaskan strategi
meredakan nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2 (D.0142) (L.14137) Tingkat infeksi (I.14539) Pencegahan infeksi
Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan selama 3 x 24 jam diharapkan tingkat Monitor tanda dan gejala
infeksi menurun: infeksi.lokal dan sistemik.
dengan
Kemerahan meningkat-
beresiko
menurun. Terapeutik
mengalami
Kultur area luka membaik. Batasi jumlah pengunjung.
peningkatan
Cairan berbau busuk Berikan perawatan kulit
terserang
meningkat-menurun. pada area edema.
organisme
Nyeri meningkat-menurun. Cuci tangan sebelum dan
patogenik
Gangguan kognitif sesudah kontak dengan
meningkat-menurun pasien dan lingkungan
pasien
Pertahankan teknik aseptic
pada pasien beresiko
tinggi.
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
Ajarkan mencuci tangan
dengan benar.
Ajarkan etika batuk
Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka
operasi.
Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi.
Anjurkan meningkatkan
asupan cairan.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
3 (D.0054) (L.09097) Mobilitas fisik (I.05173) Dukungan Mobilisasi
Gangguan 1. Setelah dilakukan tindakan
Observasi
mobilitas keperawatan selama 3 x 24 jam
Do :
Fasilitasi ktivitas
Kekuatan
mobilisasi dengan alat
otot menurun
bantu (mis. Pagar
DS:
tempat tidur)
Mengeluh
Fasilitasi melakukan
sulit
pergerakan, jika perlu
menggerakka
Libatkan keluarga
n ekstremitas
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan .
Edukasi