KEPERAWATAN ANAK
BAYI DENGAN ATRESIA ANI PADA PASIEN By Ny. I
DI RUANG PERINATOLOGI ATAS RSUD KAB.
TANGERANG
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Ema Hikmah, Skp., M.Kep.
Disusun Oleh :
ANICAH SOVIANTI
(P27901121056)
Dari data yang ditemukan kelainan yang paling banyak ditemui pada
bayi laki-laki adalah Fistula rektouretra lalu diikuti oleh fistula perineal.
Sedangkan pada bayi perempuan, jenis malformasi anorektal yang paling
banyak ditemui adalah anus imperforate kemudian diikuti fistula
rektovestibular dan fistula perineal.
Pada Orang tua yang mempunyai gen karier terhadap Atresia ani
mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan kepada anaknya dan 30%
Anak dengan kelainan genetik, kelainan kromosom atau kelainan kongenital
lain yang juga beresiko untuk menderita atresia ani.
Pada umumnya gambaran atresia ani yang terjadi pada 1,5%-2% atresia
ani adalah Atresia rektum, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4:0.
Kejadian yang tinggi terjadi pada daerah India selatan (M Kisra, 2005).
5. Komplikasi
Komplikasi
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
c. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet
training.
d. Komplikasi jangka panjang yaitu
a) eversi mukosa anal,
b) stenosis (akibat konstriksi jaringan perut dianastomosis).
c) Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan
d) Prolaps mukosa anorektal.
e) Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
f) Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan
dan infeksi).(Ngastiyah, 2005).
Factor factor yang dapat mempengaruhi terjadinya komplikasi pada
atresia ani adalah kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan
operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, dan
keterampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang
buruk.
c. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari
setelah operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Awalnya BAB akan
sering tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan
agak padat.
d. Perawatan Postoperasi
Setelah menjalani operasi, dua minggu kemudian pasien menjalani
anal dilatasi dua kali setiap hari sampai ukuran busi sesuai dengan umur
pasien dan saat businasi terasa lancar dan tidak terasa sakit. Kemudian
dilakukan tappering businasi dengan menurunkan frekuensi sampai
beberapa bulan, biasanya sekitar 6 bulan. Orang tua pasien harus
diikutsertakan dalam program ini karena orang tua yang menjalankan dan
orang yang paling dekat dengan anak.
Pathway
Ketidakseimbang - pengeluara
an nutrisis n tak Gangguan rasa nyaman
kurang dari terkontrol
- iritasi
kebutuhan tubuh
mukosa
Trauma jaringan Abnormalitas
Resiko kerusakan
spinter rektal
integritas kulit
Perawatan tidak
adekuat
Nyeri
Resiko infeksi
7. Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1. IDENTITAS PASIEN
Nama :-
Umur : 2 hari
No. Rm : 321235
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
c. Pola istirahat/tidur
e. Pola eliminasi
Pasien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada mekonium
yang seharusnya dikeluarkan melalui anus.
Belum bisa dikaji karena pasien masih bayi dan belum mampu
berespon terhadap adanya suatu masalah.
4.PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital
• Respirasi : 32 X/menit.
2. Kepala
3. Mata
4. Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5. Mulut
7. Leher
8. Thorak
9. Jantung
1. Abdomen
Inspeksi : datar, lemas, tampak stoma kesan vital, produksi
feses positif.
Perkusi : timpani
11. Genetalia
12. Anus
14. Punggung
a. Suching +
b. Rooting +
c. Moro +
d. Grip +
e. Plantar +
5. Pemeriksaan Penunjang
Implementasi Keperawatan
Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan
oleh perawat dan pasien. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan
dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan
dilakukan dan diselesaikan, sebagaimana digambarkan dalam rencana
yang sudah dibuat di atas. Implementasi atau tindakan adalah
pengelolaan dan perwujudan dan rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Pada tahap ini, perawat sebaiknya
tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua
profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan (Setiadi, 2010)
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Evaluasi adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. (Sumirah dan Budiono,
2016)
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediarik” Edisi ke-3. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi
ke-6. Jakarta: EGC
Sri Kurnianingsih (ed), Monica Ester (Alih bahasa). Pedoman Klinis
Keperawatan Pediatrik.. Edisi ke-4. Jakarta: EGC
Faradilla, dkk. 2009. Anastesi pada tindakan posterosagital anorektoplasti
pada kasus malforasi anorektal. Faculty of Medicine – University of
Riau Pekanbaru. [serial online]
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/
malformasi_anorektal_files_of_drsmed.pdf
Hidayat, A. Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika
[serial online]
https://www.academia.edu/8685826/
ASKEP_PADA_PASIEN_ATRESIA_ANI [diakses pada tanggal 5
Mei 2023]
[serial online]
http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/767/
bab21.PDF?sequence=6 [diakses pada tanggal 5 Mei 2023]
[serial online]
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-heldanilag-
5416-2-babii.pdf [diakses pada tanggal 5 Mei 2023]
[serial online]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23480/3/Chapter
%20II.pdf [diakses pada tanggal 5 Mei 2023]