Anda di halaman 1dari 14

ASKEP ATRESIA ANI

Ns. Maria Getrida Simon, MAN


ETIOLOGI
• Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
• Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan
daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
• Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu/3 bulan
• Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan
embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan. (Hidayat, A,
2008)
• Berkaitan dengan down sindrom
Patofisiologi

Atresia ani terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal


pada kehidupan embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya
obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi
abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila
urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi
sehingga terjadi asidosis hiperkloremia, sebaliknya feses mengalir
kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan
ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ
sekitarnya. Pada perempuan, 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki umumnya
fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostat (rektovesika) bila
kelainan merupakan letak tinggi, pada letak rendah fistula menuju ke
uretra (rektouretralis).
Beberapa jenis kelainan yang sering ditemukan bersamaan dengan malformasi anorekta
adalah:

1. Kelainan kardiovaskuler
Ditemukan pada sepertiga pasien dengan anus imperforata. Jenis kelainan yang paling banyak ditemui adalah
atrial septal defect dan paten ductus arteriosus, diikuti oleh tetralogi of fallot dan vebtrikular septal defect.

2. Kelainan gastrointestinal
Kelainan yang ditemui berupa kelainan trakeoesofageal (10%), obstruksi duodenum (1%-2%)

3. Kelainan tulang belakang dan medulla spinalis


Kelainan tulang belakang yang sering ditemukan adalah kelainan lumbosakral seperti hemivertebrae, skoliosis,
butterfly vertebrae, dan hemisacrum. Sedangkan kelainan spinal yang sering ditemukan adalah
myelomeningocele, meningocele, dan teratoma intraspinal.

4. Kelainan traktus genitourinarius


Kelainan traktus urogenital kongenital paling banyak ditemukan pada malformasi anorektal. Beberapa
penelitian menunjukkan insiden kelainan urogeital dengan malformasi anorektal letak tinggi antara 50 %
sampai 60%, dengan malformasi anorektal letak rendah 15% sampai 20%.
Klasifikasi
Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan, terdapat tiga letak:
•Tinggi (supralevator): rektum berakhir di atas M. levator ani (M.
puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rektum dengan kulit
perineum lebih dari 1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan
fistel ke saluran kencing atau saluran genital.
•Intermediate: rektum terletak pada M. levator ani tetapi tidak
menembusnya.
•Rendah: rektum berakhir di bawah M. levator ani sehingga jarak
antara kulit dan ujung rektum paling jauh 1 cm.
MANIFESTASI KLINIS
• Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran.
• Tidak terdapat defekasi mekonium
• Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada
bayi.
• Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus
yang salah letaknya.
• Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi
usus (bila tidak ada fistula).
• Bayi muntah-muntah berwarna hijau pada umur 24-
48 jam.
• Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya
membran anal.
• Perut kembung dan hiperperistaltik.
• Anus tampak merah, usus melebar dan kadang-
kadang tampak ileus obstruksi
• Tidak adanya apertura anal
• Kesukaran defekasi, misalnya dikeluarkannya feses
mirip seperti stenosis(Betz. Ed 7. 2002)
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. X-ray, ini menunjukkan adanya gas dalam usus meliputi:
• Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menandakan
terdapat obstruksi di daerah tersebut.
• Tidak ada bayangan udara dalam ronggan pelvis pada
bayi baru lahir kemungkinan terjadi anus imperforate.
Pada bayi baru lahir dengan anus imperforate gambaran
udara terhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon atau
rectum.
• Dibuat foto anteposterior (AP) dan lateral, bayi di angkat
dengan kepala di bawah dan kaki di atas (Wangensteen
dan Rice). Pada anus diletakkan radio-opak dengan
bayangan udara tertinggi dapat diukur.
• Pewarnaan radiopak dimasukkan kedalam traktus
urinarius, misalnya suatu sistouretrogram mikturasi
akan memperlihatkan hubungan rektourinarius dan
kelainan urinarius
• Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat mekonium di dalamnya sehingga
fistula dapat diketahui lebih dini.
Penatalaksanaan
1. Preventif
•Menurut Nurhayati (2009), penatalaksanaan preventif yaitu:
• diberikan nasihat pada ibu hamil bahwa selama hamil muda
untuk berhati-hati atau menghindari obat-obatan, makanan yang
diawetkan dan alkohol karena dapat menyebabkan atresia ani
• pemeriksaan lubang dubur/anus bayi pada saat lahir sangat
penting dilakukan sebagai diagnosis awal adanya atresia ani.
Sebab jika sampai tiga hari diketahui bayi menderita ani atresia
ani, jiwa bayi dapat terancam karena feses yang tertimbun dapat
mendesak paru-paru bayi dan organ yang lain.
2. Pembedahan
•Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah
lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen (prosedur
penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia 12 bulan.
Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan untuk memberi
waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.
Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan dan
bertambah baik status nutrisnya.

•Jenis-jenis pembedahan
• Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
• Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
korksi sekaligus (pembuat anus permanen)
Komplikasi
Menurut Betz dan Sowden (2009), komplikasi pada atresia ani antara lain:
•Asidosis hiperkloremik
•Infeksi saluran kemih yang terus-menerus
•Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah)
•Komplikasi jangka panjang
•Eversi mukosa anus
•Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
•Impaksi dan konstipasi (akibat dilatasi sigmoid)
•Masalah atau keterlambatan yang berhubungan dengan toilet training
•Inkontinensia (akibat stinosis anal atau inpaksi)
•Prolaps mukosa anorektal (penyebab inkontinensia)
•Fistula kambuhan

Anda mungkin juga menyukai