Anda di halaman 1dari 10

Definisi Malformasi Anorektal ( MAR )

Malformasi anorektal (anus imperforata) adalah malformasi kongenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar. Anus tidak ada, abnormal atau ektopik. Kelainan anorektal umum
pada laki-laki dan perempuan memperlihatkan hubungan kelainan anorektal rendah dan
tinggi diantara usus, muskulus levator ani, kulit, uretra dan vagina(Donna L. Wong, 520 :
2003).
Imperforata anus adalah tidak komplitnya perkembangan embrionik pada distal usus (anus)
atau tertutupnya anus secara abnormal. (Suryadi 2006 )
Malformasi anorektal adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian
entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak semputna. Anus tampat tidak
rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang terbentuk anus namun tidak berhubungan
langsung dengan rectum (purwanto,2001 ).
Kesimpulan dari penulis tentang pengertian di atas adalah malformasi anorektal merupakan
penyakit dimana rektum tidak mempunyai lubang keluar atau tertutupnya anus secara
abnorma
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Malformasi Anorektal adalah suatu
kelainan kongenital dimana rekrum tidak mempunyai lubang anus sehingga dapat
menyebabkan kesulitan dalam BAB yang dapat menyebabkan konstipasi, ketidaknyamanan,
dan Ketika rectum tidak berhubungan dengan anus tetapi terdapat fistula, feses akan keluar
melalui fistula tersebut sebagai pengganti anus sehingga akan menyebabkan infeksi.
http://eprints.ums.ac.id/25932/2/BAB_I.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sriwenidew-5112-2-bab2.pdf
http://www.kapukonline.com/2011/12/askepasuhankeperawatanmalformasianorekt.html
https://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/06/malformasi_anorektal_files_of_drsmed.pdf

Askep / Asuhan Keperawatan Malformasi


Anorektal
Beranda Revenuehits Askep / Asuhan Keperawatan Malformasi Anorektal
BerandaAskepASKEP ANAKASKEP BEDAHAskep / Asuhan Keperawatan
Malformasi Anorektal

Askep / Asuhan Keperawatan Malformasi Anorektal


Askep / Asuhan Keperawatan Malformasi Anorektal - kapukonline.com | ASKEP ANAK
Definisi / Pengertian Malformasi Anorektal
Malformasi anorektal (anus imperforate) ialah suatu malformasi kongenital dimana rektum
tidak mempunyai jalan keluar. Jadi pada kasus ini anus tertutup sama sekali dan tebalnya
bagian yang tertutup ini bermacam-macam.
Klasifikasi Malformasi Anorektal
Terdapat 3 macam bentuk anus imperforate :
1. Anomali tinggi (Supralevator) : Rektum berakhir diatas M.Levat0r ani
(M.Puborektalis) dengan jarak antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum > 1
cm. Letak supralevator biasanya disertai dengan fistel kesaluran kencing atau
kesaluran genital
2. Anomali Intermediate : Rektum terletak pada M.Levator ani tapi tidak menembusnya
3. Anomali Rendah : Rektum berakhir dibawah >Levator ani sehingga jarak antara kulit
dan ujung rectum paling jauh 1 cm.
Etiologi Malformasi Anorektal
Penyebabnya tidak diketahui. Tidak ada faktor resiko jelas yang mempengaruhi seorang anak
dengan anus imperforata. Tetapi, hubungan genetik terkadang ada. Paling banyak kasus anus
imperforata jarang tanpa adanya riwayat keluarga, tetapi beberapa keluarga memiliki anak
dengan malformasi.
Patofisiologi Malformasi Anorektal
Embriogenesis malformasi ini tidak jelas. Rectum dan anus berkembang dari bagian dorsal
usus atau ruang cloaca ketika mesenchym bertumbuh ke dalam membentuk septum
anorectum pada midline. Septum ini memisahkan rectum dan canalis anus secara dorsal dari
vesica urinaria dan uretra. Ductus cloaca adalah penghubung kecil antara 2 usus.
Pertumbuhan ke bawah septum urorectalis menutup ductus ini selama 7 minggu kehamilan.

Selama itu, bagian ventral urogenital berhubungan dengan dunia luar; membran analis
dorsalis terbuka kemudian. Anus berkembang dengan penyatuan tuberculum analis dan
invaginasi external, diketahui sebagai proctodeum, yang mengarah ke rectum tetapi terpisah
oleh membran anal. Membran pemisah ini akan terpisahkan pada usia 8 minggu kehamilan.
Gangguan perkembangan struktur anorectum pada tingkat bermacam-macam menjadi
berbagai kelainan, berawal dari stenosis anus, anus imperforate, atau agenesis anus dan
gagalnya invaginasi proctodeum. Hubungan antara tractus urogenital dan bagian rectum
menyebabkan fistula rectourethralis atau rectovestibularis.
Tanda dan Gejala Malformasi Anorektal
Secara klinik pada bayi ditemukan tidak adanya mekonium yang keluar dalam waktu 24-48
jam setelah kelahiran atau tidak tampak adanya lubang anus. Untuk mengetahui kelainan ini
secara dini, pada semua bayi baru lahir harus dilakukan pemasukan thermometer melalui
anus.
Tindakan ini tidak hanya untuk mengetahui suhu tubuh, tetapi juga untuk mengetahui apakah
terdapat anus imperforata atau tidak. Bila anus terlihat normal dan terdapat penyumbatan
yang lebih tinggi dari perineum maka gejala akan timbul dalam 24-48 jam, berupa perut
kembung, muntah, tidak bisa buang air besar dan ada yang mengeluarkan tinja dari vagina
atau ureter.
Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Malformasi Anorektal
1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostic yang umum
dilakukan pada gangguan ini
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium
3. Pemeriksaan sinar-X lateral inverse (teknik Wangensteen-Rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada atau di dekat perineum;
dapat menyesatkan jika rectum penuh dengan mekonium yang mencegah udara
sampai keujung kantong rectal
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak kantong rectal
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan cara menusukkan jarum
tersebut sambil melakukan aspirasi; jika mekonium tidak keluar pada saat jarum
sudah masuk 1,5 cm, defek tersebut dianggap sebagai defek tingkat tinggi
Komplikasi Malformasi Anorektal
Semua pasien yang mempunyai malformasi anorectal dengan komorbiditas yang tidak jelas
mengancam hidup akan bertahan. Pada lesi letak tinggi, banyak anak mempunyai masalah
pengontrolan fungsi usus dan juga paling banyak menjadi konstipasi. Pada lesi letak rendah,
anak pada umumnya mempunyai control usus yang baik, tetapi masih dapat menjadi
konstipasi.

Komplikasi operasi yang buruk berkesempatan menjadi kontinensia primer, walaupun akibat
ini sulit diukur. Reoperasi penting untuk mengurangi terjadinya kontinensia. Kira-kira 90%
anak perempuan dengan fistula vestibulum, 80% anak laki-laki dengan fistula ureterobulbar,
66% anak laki-laki dengan fistula ureteroprostatic, dan hanya 15% anak laki-laki dengan
fistula bladder-neck mempunyai pergerakan usus yang baik. 76% anak dengan anus
imperforata tanpa fistula mempunyai pergerakan usus yang baik.
Selain itu, komplikasi lain yang dapat muncul yaitu :
1. Asidosis hiperkloremia
2. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan
3. Komplikasi jangka pendek :
4. Eversi mukosa anal
5. Stenosis (akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis)
6. Masalah atau kelambatan yang baerhubungan dengan toilet training
7. Inkontinensia (akibat stenosis anal atau impaksi)
8. Prolaps mukosa anorektal (menyebabkan inkontinensia dan rembesan persisten)
9. Fistula kambuhan (karena tegangan di area pembedahan dan infeksi).
Penatalaksanaan / Pengobatan Malformasi Anorektal
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan defek. Semakin
tinggi lesi, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk anomaly tinggi, dilakukan
kolostomi beberapa hari setelah lahir. Bedah definitifnya, yaitu anoplasti perineal (prosedur
penarikan perineum abdominal), umumnya ditunda 9-12 bulan.
Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada
otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat
badannya dan bertambah baik status nutrisinya. Lesi rendah diatasi dengan menarik kantong
rectal melalui sfingter sampai lubang pada kulit ananl. Fistula, bila ada harus ditutup. Defek
membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang minimal. Membran tersebut
dilubangi dengan hemostat atau scalpel.
Pada kebanyakan kasus, pengobatan malformasi anorektal memerlukan dua tahap tindakan
pembedahan. Untuk defek ringan sampai sedang, prognosisnya baik. Defeknya dapat
diperbaiki, peristalsis dan kontinensia normal juga dapat diperolah. Defek yang lebih berat
umumnya disertai anomaly lain, dan hal tersebut akan menambah masalah pada hasil
tindakan pembedahan. Anus imperforata biasanya memerlukan operasi sedang untuk
membuka pasase feses.
Tergantung pada beratnya imperforate, salah satu tindakan adalah anoplasti perineal atau
colostomy : prosedur operasi termasuk menghubungkan bagian atas colon dengan dinding

anterior abdomen, pasien ditinggalkan dengan lubang abdomen disebut stoma. Lubang ini
dibentuk dari ujung usus besar melalui insisi dan sutura ke kulit.
Setelah colostomy, feses dibuang dari tubuh pasien melalui stoma, dan terkumpul dalam
kantong yang melekat pada abdomen yang diganti bila perlu. Pengobatan pada anus
malformasi anorektal juga dapat dilakukan dengan jalan operasi PSARP (Posterio Sagital
Anorectoplasy). Teknik ini punya akurasi tinggi untuk membuka lipatan bokong pasien.
Teknik ini merupakan ganti dari teknik lama yaitu Abdomino Perineal Poli Through (APPT).
Teknik lama ini mempunyai resiko gagl tinggi karena harus membuka dinding abdomen

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian Askep Malformasi Anorektal
1. Lakukan pengkajian kepatenan lubang anal pada bayi baru lahir
2. Observasi adanya pasase mekonium. Perhatikan bila mekonium tampak pada
orifisium yang tidak tepat.
3. Observasi feses yang seperti karbon pada bayi yang lebih besar atau anak kecil yang
mempunyai riwayat kesulitan defekasi atau distensi abdomen
4. Bantu dengan prosedur diagnostik mis : endoskopi, radiografi
Dioagosa Keperawatan Askep Malformasi Anorektal
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan. intake tidak adekuat
2. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
3. Konstipasi berhubungan dengan gangguan pasase feses, feses lama dalam kolon dan
rectum
4. Distres pernafasan berhubungan dengan distensi abdomen
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kolostomi
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi

Intervensi Keperawatan Askep Malformasi Anorektal


1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
1. Tujuan : Mempertahankan Berat Badan stabil / menunjukkan kemajuan
peningkatan Berat Badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal
2. Intervensi Keperawatan :
1. Pertahankan potensi selang Naso-gastrik. Jangan mengembalikan
posisi selang bila terjadi perubahan posisi.
Rasional : Memberikan istirahat pada traktus GI. Selama fase pasca
operasi akut sampai kembali berfungsi normal
2. Berikan perawatan oral secara teratur
Rasional : Mencegah ketidaknyamanan karena mulut kering dan bibir
pecah
3. Kolaborasi pemberian cairan IV,
Rasional : Memenuhi kebutuhan nutrisi sampai masukan oral dapat
dimulai
4. Awasi pemeriksaan laboratorium. Misalnya Hb / Ht dan elektrolit.
Rasional : Indikator kebutuhan cairan / nutrisi dan keaktifan terapi dan
terjadinya konstipasi.
2. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen
1. Tujuan :
1. Menyatakan nyeri hilang
2. Menunjukkan rileks, mampu tidur, dan istirahat dengan tepat
2. Intervensi Keperawatan :
1. Catat keluhan nyeri, durasi, dan intensitasn nyeri
Rasional : Membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya
komplikasi
2. Catat petunjuk nonverbal. Mis: gelisah, menolak untuk bergerak
Rasional : Bahasa tubuh / petunjuk non verbal dapat secara prikologis
dan fisiologis dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
mengidentifikasi masalah
3. Kaji faktor-faktor yang dapat meningkatkan / menghilangkan nyeri
Rasional : Menunjukkan faktor pencetus dan pemberat dan
mengidentifikasi terjadinya komplikasi

4. Berikan tindakan nyaman, seperti pijat penggung, ubah posisi dan


Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan perhatian, dan
meningkatkan koping
5. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Memudahkan istirahat dan menurunkan rasa sakit
3. Konstipasi berhubungan dengan gangguan pasase feses, feses lama dalam kolon
dan rectum
1. Tujuan :
1. Menormalkan fungsi usus
2. Mengeluarkan feses melalui anus
2. Intervensi Keperawatan :
1. Kaji fungsi usus dan karakteristik tinja
Rasional : Memperoleh informasi tentang kondisi usus
2. Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltik usus
Rasional : Distensi dan hilangnya peristaltic usus menunjukkan fungsi
defekasi hilang
3. Berikan enema jika diperlukan
Rasional : Mungkin perlu untuk menghilangkan distensi
4. Distres pernafasan berhubungan dengan distensi abdomen
1. Tujuan: Pola nafas efektif, tidak ada gangguan pernafasan
2. Intervensi Keperawatan :
1. Observasi frekuensi / kedalaman pernafasan
Rasional : Nafas dangkal, distress pernafasan, menahan nafas, dapat
menyebabkan hipoventilasi
2. Dorong latihan napas dalam
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru maksimal dan alat
pembersihan jalan napas, sehingga menurunkan resikoatelektasis
3. Berikan oksigen tambahan
Rasional : memaksimalkan sediaan O2 untuk pertukaran dan
peningkatan kerja nafas
4. Tinggikan kepala tempat tidur 300
Rasional : Mendorong pengembangan diafragma / ekspansi paru
optimal dan meminimalkan isi abdomen pada rongga thorax

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan colostomy


1. Tujuan : Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu dan bebas tanda
infeksi
2. Intervensi Keperawatan :
1. Observasi luka, catat karakteristik drainase
Rasional : Perdarahan pasca operasi paling sering terjadi selama 48
jam pertama, dimana infeksi dapat terjadi kapan saja
2. Ganti balutan sesuai kebutuhan, gunakan teknik aseptik
Rasional : Sejumlah besar drainase serosa menuntut pergantian
dengan sering untuk menurunkan iritasi kulit dan potensial infeksi
3. Irigasi luka sesuai indikasi, gunakan cairan garam faali
Rasional : Diperlukan untuk mengobati inflamasi infeksi praap / post
op
6. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya kolostomi
1. Tujuan:
1. Menyatakan penerimaan diri sesuai situasi
2. Menerima perubahan kedalam konsep diri
2. Intervensi Keperawatan :
1. Dorong pasien/orang terdekat untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Membantu pasien untuk menyadari perasaannya yang tidak
biasa
2. Catat perilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan
Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan
evaluasi lanjut dan terapi lebih kuat
3. Gunakan kesempatan pada pasien untuk menerima stoma dan
berpartisipasi dan perawatan
Rasional : Ketergantungan pada perawatan diri membantu untuk
memperbaiki kepercayaan diri
4. Berikan kesempatan pada anak dan orang terdekat untuk memandang
stoma
Rasional : Membantu dalam menerima kenyataan
5. Jadwalkan aktivitas perawatan pada pasien
Rasional : Meningkatkan kontrol dan harga diri

6. Pertahankan pendekatan positif selama tindakan perawatan


Rasional : Membantu pasien menerima kondisinya dan perubahan
pada tubuhnya
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi
1. Tujuan : Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi / proses penyakit,
tindakan dan prognosis
2. Intervensi Keperawatan :
1. Tentukan persepsi anak tentang penyakit
Rasional : Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran
kebutuhan belajar individu
2. Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan kerjasama
3. Tekankan pentingnya perawatan kulit pada orang tua
Rasional : Menurunkan penyebaran bakteri

Bagan penatalaksanaan bayi dengan malformasi anorektal

Anda mungkin juga menyukai