Anda di halaman 1dari 11

ATRESIA ANI

Pendahuluan
Atresia ani termasuk dalam beberapa bentuk dari malformasi anorektal. Malformasi
ini merupakan hal yang biasa terjadi sebagai malformasi kongenital yang disebabkan oleh
perkembangan yang tidak normal. Insidensi minor abnormalitas terjadi sekitar 1:500 per
kelahiran hidup dan insidensi mayor anomali sekitar 1:5000 kelahiran hidup.
Imperforate anus (atresia ani) meliputi beberapa gabungan malformasi rektum
termasuk malformasi traktus urinarius, esophagus dan duodenum (biasanya jarang) yang
tanpa adanya gejala yang jelas dan beberapa memiliki fistula dari rectum distal ke perineum
atau sistem genitourinari.
Ekstropi kloaka merupakan bentuk yang jarang dari malformasi sistem genitourinari,
sistem genitalia dan usus, yang mengalir langsung ke saluran yang berhubungan dengan
perineum.
Malformasi anorectal mungkin saja terjadi secara terpisah dan bisa juga sebagai
bagian dari Vacterl syndrom (Vertebral, Anorectal, Cardiovaskuler, Thracheoesophageal,
Renal, dan Limb Abnormalities).

Definisi
Menurut kamus kedokteran, Atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang
seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus.

Klasifikasi
 Anomali bawah
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat
spingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal, dan tidak
terdapat hubungan dengan saluran genitourinari.
 Anomali intermediate
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborektalis, lesung anal dan
spingter eksternal berada pada posisi yang normal.

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 1
 Anomali tinggi
Ujung rektum diatas otot puborektalis, dan spingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius rektouretral (pria) atau
rektovaginalis (wanita).

Imperforate anus pada infant wanita

Gambaran anatomi normal Imperforate anus, lesi Imperforate anus, lesi tinggi:
pada wanita, menunjukkan rendah: akhir/ujung rektum pada kantong
posisi hubungan antara anus tidak berkembang dan yang samar-samar terlihat (a
kandung kemih, uterus, rektum tertutup oleh kulit. blind pouch), dimana terjadi
vagina, dan rektum. hubungan ke vagina oleh fistula
(narrow tube-like structure)

 Imperforate anus pada infant laki-laki

Gambaran anatomi normal Imperforate anus, lesi Imperforate anus, lesi tinggi:
pada laki-laki, menunjukkan rendah: anus tidak akhir/ujung rektum pada kantong
posisi hubungan antara berkembang dan rektum yang samar-samar terlihat
kandung kemih, urethra, dan tertutup oleh kulit. ( a blind pouch), dimana terjadi
rektum. hubungan ke urethra oleh fistula.

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 2
Patofisiologi
Selama perkembangan embrio, kloaka menjadi jalur utama untuk perkembangan
sistem urinari, genital, dan rektal. Pada usia kehamilan 6 minggu (ada juga sumber yang
menyebutkan 7 minggu), kloaka terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sinus urogenital anterior dan
rektal dengan urorektal septum. Setelah lateral folds bergabung dengan septum urorektal,
pemisahan urinari dari segmen rektal terjadi, yaitu membran urogenital ke arah ventral dan
membran anal ke arah dorsal. Berhentinya perkembangan ini akan mengakibatkan
perpindahan rektum pada posisi normal perineal menjadi terhambat. Selama usia kehamilan
ini, bagian urogenital pada kloaka sudah membuka ke arah eksternal, tetapi membran anal
tidak akan ruptur sampai proses ini selesai. Anus berkembang dengan invaginasi eksternal
yang dikenal sebagai proctodeum yang masuk ke dalam rektum tetapi terhalang oleh
membran anal. Membran ini akan ruptur sampai usia kehamilan 8 minggu.
Rectal atresia terjadi pada saat proctodeum (saluran anal) berkembang dengan normal
tetapi gagal untuk berkomunikasi dengan rektum, rektum mungkin terpisah dari jarak yang
substansial atau hanya ada diaprahma mukosa. Biasanya tidak ada fistula. Pada kelainan
retrokloakal, uretra membuka ke arah anterior menuju saluran vaginal, dan rektum membuka
ke arah posterior menuju saluran yang sama. Hanya yang satu orifisium yang tampak, uretra
maupun rektum tak terlihat.
Cloakal Exstrophy adalah gabungan antara ekstrofi bladder, anus imperforata,
kelainan perkembangan atau tidak adanya colon dan malformasi genitalia eksternal.
Supralevator anomali tinggi sebagian besar terjadi pada anak laki-laki dan biasanya terbentuk
fistula diantara rektum dengan akhiran usus proksimal dan prostat urethra. Bila supralevator
terjadi pada anak perempuan, biasanya terdapat fistula yang menghubungkan antara rektum
dengan posterior vaginal fernix. Pada translevator anomali rendah, usus telah diubah menjadi
levator otot anus, internal dan aksternal sphingter ada dan berkembang dengan baik dan
fungsinya normal. Pada anak laki-laki terdapat kulit atau membran yang menutup anus (biasa
disebut “covered anus”).
Tanda atresia ani antara lain: bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam dan sejak lahir tidak
ada defekasi mekonium, distensi abdomen.

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 3
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik: Anus tampak merah, Usus melebar, kadang-kadang tampak ileus
obstruksi. Termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi
terdengan hiperperistaltik. Ketiadaan secara komplit ciri-ciri anal, perineum yang rata dan
ketiadaan spingter eksternal ketika stimulasi generalmengindikasikan intermediate atau lesi
tinggi.
Pemeriksaan endoskopi dan digital: mengidentifikasi konstriksi atau sembunyinya kantong
perut dari atresia rectal. Stenosis mungkin muncul tak jelas sampai usia 1 tahun atau lebih
pada anak yang mempunyai riwayat defekasi sulit, distensi abdominal, dan ribbon likestool
(feses berbentuk pita).
Pemeriksaan radiologis, ditemukan:
 Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menadakan terdapat obstruksi di daerah
tersebut.
 Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir. Dari gambaran ini
harus dipikirkan kemungkinan atresia rekti atau anus imperforatus. Pada bayi dengan
anus imperforatus, gambaran udara terhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon, atau
rektum.
 Dibuat foto anteroposterior (AP) dan lateral, bayi diangkat dengan kepala di bawah dan
kaki diatas (Wangensteen dan Rice). Pada anus diletakkan benda yang radioopak
sehingga pada foto daerah antara benda radioopak dengan bayangan udara yang
tertinggi dapat di ukur.

Penanganan
 Pada stenosis anal dapat dikoreksi dengan dilatasi manual. Prosedur ini dilakukan oleh
perawat selama di RS, dan setelah pulang dilakukan oleh orang tua pasien setelah dilatih
oleh perawat.
 Imperforata anal dimana usus masih mempunyai hubungan yang tepat dengan levator ani,
anus dapat dikoreksi dengan memotong/menghilangkan mukokutaneosis.
 Pada intermediate anorektal malformasi, rekonstruksi dilakukan sesuai dengan tempat
kelainan. Hal utama yang harus diperhatikan adalah tempat berakhirnya rektum dan
hubungannya dengan area puborektal yang menyandang otot levator ani. Penanganan

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 4
dimulai dari kolostomi kemudian dilanjutkan dengan pembedahan/pembuatan lubang anus
pada umur 3-6 bulan, bahkan 1 tahun pada saat anak mulai belajar toilet training.

Pembuatan lubang anus harus pada area eksternal sphingter dan penempatan usus pada
puborektal harus sesuai dengan anomali tubuh. Adanya fistula juga harus diperhatikan
sebelum dilakukan operasi rekonstruksi untuk mencegah adanya kentaminasi fekal pada
saluran genitourinari.
 Setelah post operatif, hal utama yang harus diperhatikan adalah masalah konstipasi yang
disebabkan oleh defisit neurologi akan kontrol defekasi. Berkurangnya sensasi defekasi
pada rektum akan menyebabkan fekal image dan paradoxal diare. Masalah ini dapat
dibatasi dengan melatih anak untuk defekasi secara teratur dalam kesehariannya. Enema
juga kadang-kadang diperlukan untuk membersihkan kolon.

KEMUNGKINAN DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


PADA ATRESIA ANI:

1. Inkontinensia bowel b.d. abnormalitas spingter rektal (atresia ani)


2. Risiko kerusakan integritas kulit b.d pengeluaran sekret feses.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
memasukkan makanan, mencerna makanan.
4. Resiko infeksi b.d prosedur invasif, operasi kolostomi.
5. Kurang pengetahuan tentang kolostomi dan perawatannya b. d. kurangnya paparan
informasi, misinterpretasi informasi, dan ketidakfamiliaran terhadap sumber
informasi.

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 5
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Inkontinensia bowel Setelah dilakukan asuhan Bowel management:
b.d. abnormalitas keperawatan selama 6 x 24  Monitor bising usus. Peristaltik berhubungan
spingter rektal (atresia jam dapat adekuat dalam:  Monitor tanda dan gejala diare, dengan produksi feses.
ani.  Bowel continence konstipasi, impaksi.
 Bowel elimination  Monitor konsistensi, warna, frekuensi,
Kriteria hasil: volume feses.
 Feses lunak.  Monitor intake cairan dan nutrisi.
 Tak ada diare
 Tak ada konstipasi Bowel incontinence care:
 Feses bebas dari darah  Tentukan penyebab fisik dan psikologis Menentukan terapi
 Peristaltik normal dari inkontinensia fekal.
 Warna feses normal  Jelaskan penyebab dan rasional tindakan. Meningkatkan partisipasi dan
 Penurunan insidensi kepercayaan keluarga.
inkontinensia.  Tentukan tujuan bowel management pada
klien.
 Monitor kebutuhan diit dan cairan.

2. Breastfeeding tidak Setelah dilakukan asuhan


efektif b.d. keperawatan selama 6 x 24 Breastfeeding assistance:
gangguan/terhentinya jam dapat adekuat dalam:  Sediakan kontak bayi dengan ibu sedini ASI yang pertama sangat baik
menyusui, anomaly pengaturan breastfeeding dan mungkin. untuk bayi
pada infant (atresia terpenuhi pengetahuan:  Bantu ibu dalam menyusui.
ani). menyusui.  Monitor kemampuan infant dalam
Kriteria hasil: menghisap.
 Pertumbuhan infant  Monitor integritas putting susu.
dalam rentang normal.  Instruksikan perawatan putting susu
 Perkembangan infant  Diskusikan cara pemompaan susu
dalam rentang normal.  Informasikan tentang pemompaan susu Pengaturan intake per oral
 Keluarga mengetahui apabila diperlukan pengaturan laktasi. infant
keuntungan menyusui.  Berikan suplemen susu formula bila

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 6
 Ibu bisa dibutuhkan.
menyusui/memompa  Anjurkan ibu untuk memakai bra yang
susu. dapat menyangga payudara
 Ibu bebas dari kekakuan  Anjurkan ibu makan makanan bergizi. Meningkatkan kualitas dan
payudara. produksi ASI

3. Risiko kerusakan Setelah dilakukan asuhan Pengawasan Kulit:


integritas kulit b.d keperawatan selama 6 x 24 - Amati kondisi post pembedahan (area insisi)
pengeluaran sekret jam, klien dapat: - Observasi warna, kehangatan, bau, nadi, Deteksi dini kerusakan
feses. Menunjukkan integritas tekstur, edema, drainase dan ulserasi integritas kulit.
jaringan: kulit dan membrane - Monitor area kulit dari kemerahan
mukosa yang baik dan - Monitor adanya tekanan dan gesekan
penyembuhan luka, dengan - Monitor kulit dari abrasi dan rashes
indikator: - Monitor kulit dari kekeringan dan
- Temperatur kulit dalam kelembapan yang berlebihan
batas normal - Monitor warna kulit
- Hidrasi dalam batas - Monitor temperature kulit
normal - Catatlah jika ada perubahan pada kulit dan
- Pigmentasi dalam batas membrane mukosa
normal
- Perspirasi dalam batas Ostomy care:
normal  Tandai kulit yang dipasang stoma.
- Warna kulit dalam batas  Monitor insisi stoma/penyembuhan stoma.
normal  Irigasi kolostomi bila diindikasikan.
- Tekstur dalam batas  Monitor stoma, penyembuhan jaringan
normal disekitarnya
- Perfusi jaringan  Ganti dan rawat kolostomi.
- Luka tak berbau
- Luka tak keluar
pus/perdarahan.
- Luka tak terjadi herniasi.
4. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi:

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 7
nutrisi: kurang dari keperawatan selama 6x24 - Catat jika klien memiliki alergi makanan
kebutuhan tubuh b.d jam klien dapat menunjukkan - Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien Mencukupi kebutuhan kalori
ketidakmampuan status nutrisi yang baik, yang dibutuhkan klien.
memasukkan dengan kriteria: - Dorong asupan kalori sesuai tipe tubuh dan
makanan, mencerna - Masukan nutrisi gaya hidup
makanan. - Masukan makanan dan - Dorong asupan zat besi
cairan - Berikan gula tambahan k/p
- Tingkat energi cukup - Berikan makanan tinggi kalori, protein dan
- Berat badan stabil minuman yang mudah dikonsumsi
- Nilai laboratorium - Ajarkan keluarga cara membuat catatan
makanan
Keterangan: - Monitor asupan nutrisi dan kalori
1 : Sangat bermasalah - Timbang berat badan secara teratur Mengetahui perkembangan
2 : Cukup bermasalah - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi status nutrisi klien.
3 : Masalah sedang dan bagaimana memenuhinya
4 : Sedikit bermasalah - Ajarkan teknik penyiapan dan penyimpanan
5 : Tidak ada masalah makanan
- Tentukan kemampuan klien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisinya

Monitor nutrisi
- BB klien dalam interval spesifik
- Monitor adanya penurunan BB
- Monitor tipe dan jumlah nutrisi untuk
aktivitas biasa
- Monitor respon emosi klien saat berada
dalam situasi yang mengharuskan makan.
- Monitor interaksi anak dengan orang tua
selama makan.
- Monitor lingkungan selama makan.
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan, tidak
selama jam makan.
- Monitor kulit kering dan perubahan
MAINAL – 05/184195/EIK/00477 8
pigmentasi Deteksi dini kurang gizi.
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam dan
mudah patah.
- Monitor adanya bengkak pada alat Mengantisipasi kebutuhan
pengunyah, peningkatan perdarahan, dll. cairan dan nutrisi.
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
kadar Ht.
- Monitor kadar limfosit dan elektrolit.
- Monitor makanan kesukaan.
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
- Monitor kadar energi, kelelahan,
kelemahan.
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
pada jaringan konjungtiva.
- Monitor kalori dan intake nutrisi.
- Catat adanya edema, hiperemia, hipertropik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna merah keunguan.

5. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi:


prosedur invasif, keperawatan selama 6 hari  Bersikan lingkungan secara tepat setelah Paparan lingkungan bisa
operasi kolostomi. klien dapat mengontrol risiko digunakan oleh klien meningkatkan risiko infeksi.
infeksi, dan keluarga  Ganti peralatan klien setiap selesai tindakan
mengerti cara mengontrol  Batasi jumlah pengunjung
infeksi. Kriteria hasil:  Ajarkan cuci tangan untuk menjaga Meminimalkan transmisi
 Bebas dari tanda-tanda kesehatan individu infeksi
infeksi (R,K,T,D,F).  Anjurkan klien untuk cuci tangan dengan
 WBC dalam batas tepat
normal.  Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci
 Keluarga dapat tangan

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 9
mendiskripsikan cara  Anjurkan pengunjung untuk mencuci
untuk mencegah infeksi. tangan sebelum dan setelah meninggalkan
ruangan klien
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan klien
 Lakukan universal precautions
 Gunakan sarung tangan steril Meningkatkan imunitas.
 Lakukan perawatan aseptic pada semua
jalur IV dan insersi cateter
 Tingkatkan asupan nutrisi Mencegah/mengobati infeksi
 Anjurkan asupan cairan Meningkatkan kesadaran diri
 Anjurkan istirahat dan partisipasi dalam
 Berikan terapi antibiotik (kolaborasi) mencegah infeksi.
 Ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-
tanda dan gejala dari infeksi. Ajarkan klien
dan anggota keluarga bagaimana mencegah
infeksi

6. PK Hipoalbumin Perawat mampu mengelola Kaji hasil laboratorium terkait albumin


dan meminimalkan Transfusi albumin
komplikasi dari hipoalbumin Monitor edema, vital sign

7. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan --- Proses penyakit:
berhubungan dengan keperawatan selama 6 hari
 Kaji tingkat pengetahuan keluarga
kurangnya paparan keluarga dapat mengetahui
berhubungan dengan proses penyakit
informasi, tentang proses penyakit dan
yang spesifik dan kesiapan
misinterpretasi perawatannya.
belajar/menerima informasi..
informasi, dan Kriteria hasil:
ketidakfamiliaran Klien dan keluarga dapat  Jelaskan patofisiologi penyakit, anatomi
terhadap sumber menjelaskan tentang dan fisiologi sesuai bahasa yang
informasi. penyakit, mengerti kebutuhan dipahami keluarga.
 Jelaskan tanda-tanda dan gejala yang
MAINAL – 05/184195/EIK/00477 10
pengobatan. bisa muncul.
 Jelaskan tentang proses penyakit.
 Kaji penyebab yang mungkin mendasari.
 Berikan informasi kepada keluarga
tentang kondisi klien.
 Berikan informasi tentang tindakan
diagnostik yang dilakukan.
 Diskusikan perubahan perilaku yang
dapat mencegah komplikasi.
 Diskusikan pilihan terapi
 Fasilitasi pasien untuk mendapatkan
second opinion.
 Jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin muncul.

MAINAL – 05/184195/EIK/00477 11

Anda mungkin juga menyukai