Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

KEKURANGAN VOLUME CAIRAN

Disusun oleh :

NAMA :………………………..

NPM :……………………….

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU 2018


A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Cairan tubuh terdistribusi dalam dua kompartemen, yaitu cairan ekstrasel (CES) dan cairan
intrasel (CIS). Cairan ekstrasel terdiri dari cairan intersisial dan cairan intravaskuler. Lima
belas persen berat tubuh merupakan cairan interstitial. Cairan intravaskuler terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe, yang mengandung air yang tidak berwarna dan darah. Plasma
menyusun 5% berat tubuh. Cairan intrasel merupakan cairan dalam membrane sel yang
membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute(zat
terlarut) yang sama dengan cairan yang berada di ruang ekstrasel. Namun proporsi substansi-
substansi tersebut berbeda (Potter&Perry, 2006).

Kebutuhan cairan menurut berat badan

CAIRAN (ML/24
NO Umur BB (KG) JAM)

1 3 hari 3,0 250-300


2 1 tahun 9,5 1150-1300
3 2 tahun 11,8 1350-1500
4 6 tahun 20 1800-2000
5 10 tahun 28,7 2000-2500
6 14 tahun 45 2200-2700
7 18 tahun (adult) 54 2200-2700

2. Etiologi
Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstrasel dalam
jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemi. Umumnya
gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler lalu diikuti dengan perpindahan
cairan intrasel menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan jumlah cairan
ekstrasel. Untuk mengompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindaha cairan intrasel.
Secara umum, deficit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan
abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga. Lokasi ketiga yang dimaksud adalah lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstrasel istirahat.
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritoneum (Tamsuri, 2004).
3. Faktor Predisposisi
Faktor pencetus dari kekurangan volume cairan dapat disebabkan oleh :
a. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti muntah, diare dan drainase
b. Kehilangan plasma atau darah utuh seperti luka bakar dan perdarahan
c. Keringat berlebih
d. Demam
e. Penurunan asupan cairan peroral
f. Penggunaan obat-obatan diuretic

4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan
cairan ekstraseluler. Untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan
cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan
pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk
mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium,
perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan
dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan
Pathway

HIV masuk kedalam tubuh


manusia

Menginfeksi sel yang


mempunyai molekul CO4

Mengikat olekulk CO4

Memiliki sel Target dan


memproduksi virus

Sel Limfosit T4 hancur

Imunitas tubuh menurun

Infeksi opurtinistik

Saluran pencernaan

peristaltik

Diare kronik

Bibir kering

Turgor kulit jelek

MK : Kekurangan cairan
5. Gejala Klinis
Beberapa tanda dan gejala pada kekurangan volume cairan
a. kien mengalami kehilangan berat badan secara tiba tiba
b. volume haluaran menurun jika dibandingkan dengan asupan, terjadi peningkatan berat
jenis urine.
c. Klien merasa haus dan lemah
d. Klien diare
e. Klien muntah

6. Pemeriksaan fisik
a. Nadi cepat tetapi lemah
b. kolaps vena
c. hipotensi
d. frekuensi nafas cepat
e. kulit dan memberan mukosa kering
f. tugor kulit tidak elastis
g. kehilangan berat badan yang cepat

7. Pemeriksaan laboratorium
a. Berat jenis urin > 1,025
b. Peningkatan semu hematokrit > 50%
c. Peningkatan semu nitrogen urea darah > 25 mg/100 ml

8. Penatalaksanaan
a. Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam-basa dan
elektrolit.
b. Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik.
c. Rehidrasi oral pada diare pediatrik.
d. Tindakan berupa hidrasi harus secara berhati-hati dengan cairan intravena
e. Tindakan terhadap penyebab dasar.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan cairan kurang dari kebutuhan tersebut, yaitu:
a. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan dengan cairan,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan dengan cairan.
b. Pola metabolik
Kebiasaan diit buruk (rendah serta, tinggi lemak, bahan pengawt), anoreksia, mual,
muntah, intoleransi makanan atau minuman, perubahan berta badan, berat badan
turun, frekuensi makan dan minum, adanya sesuatu yang dapat mempengaruhi
makan dan minum (agama, budaya, ekonomi). Adakah status fisik seseorang yang
mempengaruhi makan dan minum.
c. Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi), perubahan
berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d. Aktivitas-latihan
Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang mempengaruhi pola cairan
seseorang,
e. Pola istirahat-tidur
Perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, adanya faktor-faktor yang
mempengaruhi tidur (nyeri, bangun malam untuk minum),
f. Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien terganggu atau tidak,
penggunaaan alat bantu dalam penginderaan pasien.
g. Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi cairan seseorang (pekerjaan, situasi keluarga,
kelompok sosial), penilaian terhadap diri sendiri (gemuk/ kurus).
h. Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat ketika makan, adanya
ketegangan dan ansietas saat terjadi gangguan cairan dalam tubuh.
i. Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan dikaji
j. Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang mempengaruhi ke minum.
k. Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi nutrisi, adanya pantangan atau
larangan minuman tertentu dalam agama pasien.

Pemeriksaan fisik
a. Keadaan fisik: apatis,lesu, letargi, konfusi, disorientasi
b. Berat badan turun.
c. Kepala: pusing, fontanel bayi cekung,
d. Mata: cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada.
e. Sistem saraf: bigung,rasa terbakar, reflek menurun.
f. Fungsi gastrointestinal: abdomen cekung, muntah, hiperperistaltik disertai diare atau
hipoperistaltik.
g. System ginjal: oliguri atau anuria, berat jenis urin meningkat.
h. Kardiovaskuler: vena leher datar, lambatnya pengisian vena, denyut nadi meningkat.
Pengurangan frekuensi denyut nadi, denyut nadi lemah, tekanan darah rendah
i. Kulit: kering, turgor kulit buruk, kulit dingin, suhu tubuh menurun
j. Bibir: kering ,pecah-pecah, membrane mukosa pucat.
k. Kuku: mudah patah (Potter&Perry, 2006)

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Kekurangan volume cairan
Faktor yang berhubungan:
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan
melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan

3. Rencana Asuahan Keperawatan

No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional


1 Setelah Dilakukan Tindakan NIC label : Airway
Keperawatan 3x24 Jam volume Management 1. Mengetahui
cairan dan elektrolit dalam tubuh1. pantau tanda kekurangan keseimbangan
seimbang (kurangnya cairan dan cairan cairan
elektrolit terpenuhi) 2. observasi/catat hasil intake 2. Mengurangi
Dengan KH : output cairan kehilangan
1. Turgor kulit elastis 3. anjurkan klien untuk banyak cairan
2. Membran mukosa lembab minum 3. mengganti cairan
3. Intake output seimbang 4. jelaskan pada klien tanda yang keluar dan
kekurangan cairan mengatasi diare
4. Meningkatkan
partisipasi dalam
perawatan

4. Evaluasi
Evaluasi pada kekurangan volume cairan yaitu mengacu pada kriteria hasil yaitu :
a. Intake output seimbang
b. Klien mengerti tentang pentingnya meningkatkan masukan cairan selama stress.
c. Berat jenis urine normal.
d. Tidak terjadi tanda-tanda dehirasi (mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis).

Daftar Pustaka

NANDA. (2011). Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC.


Potter, P. A. & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol.2. Jakarta :
EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta :
EGC.
Tamsuri, Anas.2004. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit: Seri Asuhan
Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai