Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELITROLIT

Disusun Oleh : Hendrian Aprilleo Viedro

NIM : 2130282068

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHTAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2021/2022
1. Konsep Dasar
A. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel- partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan (Abdul H, 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2004)
B. Klasifikasi Cairan dan Elektrolit
1. Cairan Intraseluler
- Merupakan cairan yang terdapat dalam sel
- 67 % dari total air tubuh manusia terdapat di dalam intrasel mengandung
banyak ion kalium, magnesium, dan fosfat
2. Cairan Ekstraseluler
- Merupakan cairan yang terdapat didalam sel
- 33 % dari total air di tubuh manusia terdapat di luar sel
- Dibagi dalam 2 bagian yaitu, cairan intravaskuler darah dan interstisial
- Mengandung banyak ion natrium, klorida, dan bikarbonat serta terdapat
berbagai nutrient
C. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
1. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant
dan anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding
usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan
dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.
2. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet

Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake


nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya
sangat diperlukan dalm proses keseimbangan cairan.

4. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan


glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air
sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan


elektrolit tubuh Misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien dengan


penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.

D. Gangguan Volume Cairan

1. Hipovolemia (Kekurangan Volume cairan)

Kekurangan Volume cairan (FVD) terjadi jika air dan elektrolit hilang pada
proporsi yang sama ketika mereka berada pada cairan tubuh normal sehingga
rasio elektrolit serum terhadap air tetap sama (Brunner & suddarth, 2002),
pengertian hipovolemia yaitu sebagai berikut :
a. Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES).
b. Hipovolemia adalah penipisan volume cairan ekstraseluler (CES).

c. Hipovolemia adalah kekurangan cairan di dalam bagian-bagian


ekstraseluler (CES).
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
- Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
- Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan
dan elektrolit.
- Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
- Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
- Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik

a. Berat Badan (BB)

Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan


atau pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah
keseimbangan cairan yang berhubungan dengan berat badan :
- Ringan : ± 2%

- Sedang : ± 5%

- Berat : ±10%
b. Keadaan Umum

Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan


tekanan darah serta tingkat kesadaran.

c. Asupan cairan

Asupan cairan meliputi:

- Cairan oral : NGT dan oral

- Cairan parental : termasuk obat-obat intravena

- Makanan yang cenderung mengandung air

- Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan

- Urin : volume, kejernihan/kepekatan

- Feses : jumlah dan konsistensi

- Muntah

- Tube drainage & IWL


3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik difokuskan pada :

a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan,


kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
hemoglobindan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
e. Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, dan lidah.

4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan elektrolit serum

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,


klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),


hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi

Hemolitik. Hb naik : adanya hemokonsentrasi


Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

B. Diagnosis Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan

Definisi :

kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko
memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit. i Haus, mual/anoreksia

Faktor yang berhubungan :

a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes


insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan
cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase
abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.

f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau


keletihan.

g. Berhubungan dengan masalah diet.

h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi


tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri
akibat nyeri mulut.

2. Kelebihan Volume Cairan

Definisi :

Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami


kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :

a. Edema

b. Kulit tegang, mengkilap.

c. Asupan melebihi haluaran.

d. Sesak napas

e. Kenaikan berat badan

Faktor yang berhubungan :


a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder
akibat gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit
katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises
vena, thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.

g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak,


malnutrisi.

h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat


imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.

j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder


akibat mastetomi.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Terjadi peningkatan a. Kaji cairan yang disukai a. Membuat klien lebih
asupan cairan min. klien dalam batas diet. kooperatif.
2000ml/hari b. Rencanakan target b. Mempermudah untuk
(kecuali terjadi pemberian asupan cairan memantauan kondisi
kontraindikasi). untuk setiap sif, mis : klien.Pemahaman
b. Menjelaskan perlu- siang 1000 ml, sore 800 tentang alsan tsb
nya meningkatkan ml dan malam 200 ml. membantu klien dlm
asupan cairan pada Kaji pemahaman klien mengatasi gangguan.
saat stress/cuaca tentang alasan Untuk mengontrol
panas. mempertahankan hidrasi asupan klien. Untuk
Mempertahankan yg adekuat.Catat asupan mengetahui
berat jenis urine dan haluaran. Pantau perkembangan status
dalm batas normal. asupan per oral, min. 1500 kesehatan klien.
Tidak menunjukan ml/ 24 jam.Pantau
tanda - tanda haluaran cairan 1000-
dehidrasi 1500ml /24jam. Pantau
berat jenis urine.

2. Kelebihan Volume Cairan


Tujuan : kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
tubuh klien.

Kriteria Hasil Intervensi Rasional


a. Klien akan a. Kaji asupan diet dan kebiasaan yg a. Untuk mengontrol
menyebutkan mendorong terjadi- nya retensi cairan. asupan klien.
faktor b. Anjurkan klien untuk menurunkan
b. Konsumsi garam
penyebab & konsumsi garam.
yg berlebihan me-
metode c. Anjurkan klien untuk:
pencegahan 1. Menghindari makanan
ningktkan tekanan
edema. gurih, makanan kaleng dan
darah.
b. Klien makanan beku.
c. Makanan yg
mperlihatkan 2. Mengkonsumsi mkann tnpa garam
meng- gunakan
penurunan dan menambahkan bumbu aroma.
penyedap rasa dan
edema. 3. Mggunakan cuka pengganti garam
pengawet.
utk penyedap rasa sop, rebusan dll.
d. Na+ mengikat air,
d. Kaji adanya tanda venostasis dan
jadi tubuh akan
bendungan vena pada bagian tubuh
lebih merasa lebih
yang mengantung.
cepat haus.
e. Untuk drainase limfatik yang tidak
Venostasis dapat
adekuat:
mengakibatkan
1. Tinggikanekstremitas dengan
terhambatnya aliran
mnggunakn bantal, imobilitas,
darah
bidai/ balutan yang kuat, serta
f. Guna
berdiri/ duduk dalam waktu
memperlancar
yang lama
sirkulasi.
2. Jangan memberikan
g. Perlukaan pada
suntikan/infuse pada lengan
daerah yang
yang sakit.
sakit
3. Ingatkan, klien
Menyebabkan
untukmenghindari detergen
kurang lancarnya
yang keras, membawa
sirkulasi peredaran
beban berat,memegang rokok,
darah di daerah tsb.
mencabut kutikula/ bintil kuku,
me-nyentuh kompor gas,
memgenakan perhiasan atau
jam tangan.
4. Lindungi kulit yang edema dari
cidera.
D. Implementasi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan

a. Mengkaji cairan yang disukai klien dalam batas diet.

b. Merencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, mis: siang
1000 ml. Sore 800 ml dan malam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman klien tentang alasan mempertahankan hidrasi yang
adekuat Mencatat asupan dan haluaran.
d. Memantau asupan per oral, minimal 1500 ml/24 jam.

e. Memantau haluaran cairan 1000- 1500 ml/24 jam. Memantau berat jenis
urine.
2. Kelebihan volume cairan

a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya setensi


cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.

c. Menganjurkan klien untuk:

- Menghindari makanan gurih,makanan kaleng,dan makanan beku.

- Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma

- Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan


dll.
d. Mengkaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh
yang mengantung.

e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung,bila


memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:

- Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.

- Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.

- Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.

- Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa


beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku,
memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam tangan.
- Melindungi kulit yang edema dari cidera

E. Evaluasi Tindakan Keperawatan

1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.


2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral, therapy
intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

3. Prosedur Tindakan Keperawatan


A. Tujuan
1. Mengoreksin dan mencegah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Mengganti cairan tubuh yang yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein,
lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara oral
3. Pemberian obat-obatan intravena
4. Pemberian nutrisi parenteral
5. Perbaikan gangguan keseimbangan asam basa
B. Indikasi
1. Dehidrasi
2. Sebelum tranfusi darah
3. Pra dan pasca bedah
4. Tidak bisa makan dan minum melalui mulut
5. Pengobatan dengan cara infus
C. Persiapan Alat dan Bahan
1. Abbocath sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan
2. Infus set sesuai ukuran
3. Cairan infus sesuai kebutuhan pasien
4. Standard infus
5. Tourniquet
6. Kapas alcohol dalam tempat tertutup
7. Bethadine dalam tempatnya
8. Kassa steril
9. Sarung tangan bersih
10. Plester
11. Bengkok
12. Gunting verban
13. alas
D. Prosedur Kerja
1. Jelaskan tujuan dan prosedur kerja yang akan dilakukan pada pasien
2. Siapkan peralatan dan cuci tangan
3. Hubungkan cairan dan infus set dengan menusukan kebagian karet atau akses
slang ke botol infus
4. Isi cairan kedalam set infus dengan menekan ruang tetes hingga terisii sebagian
san buka klem slang himgga cairan memenuhi slang dan udara slang keluar
5. Letakkan pengalas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan turniket 10-20 cm di atas tempat penusukkan dan
anjurkan pasien untuk mengenggam dengan gerakan sirkuler (bila sadar)
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena
dan posisi jarum (abbocath) mengarah atas
10. Perhatikkan keluarnya darah melalui jarum. Apabila pada saat penusukkan keluar
darah melalui jarum, maka tarik keluar bagian dalam jarum (abbocath) sambil
meneruskan tusukkan kedalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan/dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar.kemudian
bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan slang infus
12. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan
13. Lakukan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum infus yang
digunakkan
15. Lepaskan sarug tangan dan cuci tangan
16. Lakukan pendokumentasian setiap tindakan yang dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.1995.”Diagnosa Keperawatan”.Jakarta : EGC

Harnawatiaj.2008.Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, (http://wordpress.com/,

diakses 24 April 2010)

Mubarak, Wahid.I & Chayatin, NS.Nurul..2008.”Kebutuhan Dasar Manusia”.


Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai