Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DI RUANG SAKURA RSUD DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

NAMA : GLORIA NATALINA KORNEDI

NIM : PO.62.20.1.20.123

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

KELAS REGULER VI

TAHUN 2022
I. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Elektrolit adalah zat

kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion.

Kekurangan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami

atau beresiko mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.

Kelebihan cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau

beresiko mengalami peningkatan cairan intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.

Ketidakseimbangan volume cairan dan elektrolit adalah keadaan dimana seorang

individu mengalami atau beresiko mengalami peningkatan, penurunan atau cepatnya

pertukaran dari satu ke lainnya dari intravaskuler, interstitial dan atau intraseluler.

B. Komposisi Cairan Tubuh


1. Elektrolit

Merupakan sebuah unsure atau senyawa, yang jika larut di dalam air atau pelarut lain

akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik.

• Elektrolit yang memiliki muatan positif : Kation

- Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na+)

- Kation intraseluler utama adalah kalium (K+)

• Elektrolit yang memiliki muatan negative : Anion

- Anion ekstraseluler utama : klorida (Cl-)

- Anion intraseluler utama : fosfat (PO43-)

- Ukuran : miliekuivalen per liter (mEq/L)

• Nilai normal elektrolit


- Natrium : 135 – 145 mEq/L

Fungsi :

- Mempertahankan keseimbangan air

- Menstransmisi implus saraf

- Melakukan kontraksi otot

• Kalium : 3,5 – 5,3 mEq/L

Kalium mengatur rangsangan neuromuscular dan kontraksi otot. Kalium dibutuhkan

untuk pembentukan glikogen, sintesis protein, dan memperbaiki keseimbangan

asam basa.

• Kalsium : 4 -5 mEq/L

Fungsi : integritas dan struktur membrane sel, konduksi jantung yang adekuat,

koagulasi (pembekuan) darah, pertumbuhan dan pembentukan tulang dan relaksasi

otot.

Kalsium di dalam cairan ekstrasel diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid.

Hormone paratiroid mengontrol keseimbangan kalsium tulang, absorpsi kalsium di

gastrointestinal, ekskresi kalsium di ginjal.

• Klorida : 100 - 106 mEq/L

Klorida diatur melalui ginjal. Keseimbngan klorida dipertahankan melalui asupan

makanan dan ekskresi serta reabsorpsi renal.

• Magnesium : 1,5 – 2,5 mEq/L

Magnesium mempunyai peranan dalam aktivitas enzim, neurokimima, dan

aksitabilitas otot.

• Fosfat : 2,5 – 4,5 mEq/L


Fosfat meningkatkan kerja neuromuscular normal, berpartisipasi dalam

metabolisme karbohidrat, dan membantu pengaturan asam basa.

• Bicarbonat : 22- 26 mEq/L

Ion bicarbonat merupakan komponen penting dalam system buffer asam karbonat-

bikarbonat yang berperan dalam keseimbangan asam basa.

2. Mineral

Mineral merupakan unsure semua jaringan dan cairan tubuh serta penting dalam

mempertahankan proses fisiologis. Mineral juga bekerja sebagai katalis dalam respon

saraf, kontraksi otot, dan metabolisme gizi yang terdapat dalam makanan. Mineral juga

mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormone serta menguatkan struktur

tulang. Contoh zat besi dan zink.

3. Sel

Merupakan unit fungsional dasar dari semua jaringan hidup. Contoh sel darah merah dan

sel darah putih.

C. Fisiologi Cairan dan Elektrolit

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk
kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membran
semipermiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh
ikut berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara
yaitu :
a. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah melalui
membran sel yang permeable terhadap substansi materi baik padat maupun partikel
zat terlarut.
b. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat terlarut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang mempunyai perbedaan
tekanan.
c. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktif permeable dari area
yang konsentrasi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.
d. Transpor aktif adalah perpindahan cairan menggunakan ATP yang melawan gradien
konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

D. Faktor yang Memengaruhi Keseimbangan Cairan


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain
yaitu :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi
ginjal atau jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan
dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen
otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan elektrolit
2. Darah lengkap
3. pH
4. Berat jenis urin
5. Analisa Gas Darah (AGD)

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan
a. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
b. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
d. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu status cairan.
e. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
f. Faktor psikologis (perilaku emosional).
2. Pengukuran Klinik
a. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau pengeluaran
1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan yang berhubungan
dengan berat badan :
1) Ringan : ± 2%
2) Sedang : ± 5%
3) Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama dengan
menggunakan pakaian yang beratnya sama.
b. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan tekanan darah
serta tingkat kesadaran.
c. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Iritasi kateter
d. Pengukuran keluaran cairan
1) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainage & IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument
Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler
Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi jantung.
c. Mata
Cekung, air mata kering.
d. Neurology
Reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal
Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit
(Ht).

Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.


Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.

c. pH dan berat jenis urine


Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

d. Analisa gas darah


Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25 – 29 mEq/l.
Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah
oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 –
85 %).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipervolemia (SDKI: D.0022, Hal.62)
Berhubungan dengan:
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (SDKI: D.0037, Hal.88)
Berhubungan dengan:
a. Kelebihan volume cairan
b. Gangguan mekanisme regulasi
c. Disfungsi Ginjal
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1 Hipervolemia (SLKI: L.03028, Hal.107, (SIKI : I.03121, Hal.238,
(SDKI: D.0022, Luaran Tambahan : Intervensi utama :
Hal.62) Status Cairan) Pemantauan Cairan)
Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 2x24 1. Monitor frekuensi dan
jam diharapkan status kekuatan nadi
cairan pasien membaik 2. Monitor intake dan
dengan kriteria hasil : output cairan
1. Kekuatan nadi 3. Identifikasi tanda tanda
meningkat hypovolemia
2. Output urin membaik Terapeutik
4. Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
5. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
6. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
7. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

2 Resiko (SLKI: L.03021, Hal.42, (SIKI : I.03122, Hal.240,


Ketidakseimbangan Luaran Utama : Intervensi utama :
Elektrolit (SDKI: Keseimbangan Elektrolit) Pemantauan Elektrolit)
D.0037, Hal.88) Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 2x24 1. Identifikasi
jam diharapkan kemungkinan
keseimbangan elektrolit penyebab
pasien meningkat dengan ketidakseimbangan
kriteria hasil : elektrolit
1. Serum Natrium 2. Monitor kadar
meningkat elektrolit serum
2. Serium kalium Terapeutik
meningkat 3. Atur interval waktu
3. Serum kalsium pemantauan sesuai
meningkat dengan kondidi pasien
4. Serum magnesium 4. Dokumentasikan hasil
meningkat pemantauan
Edukasi
5. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
6. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

D. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya secara umum, evaluasi ditujukan untuk melihat dan menilai
kemampuan klien dalam mencapai tujuan, menentukan apakah tujuan keperawatan telah
tercapai atau belum, mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
Evaluasi terbagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan keperawatan,
dirumuskan dengan empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, subyektif (data
berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (pembandingan data
dengan teori), perencanaan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah semua aktivitas proses keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC


PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan tindakan Keperawatan,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil Keperawatan,
Edisi I. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai