Anda di halaman 1dari 42

Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

MODUL
KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
2022

0
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

HALAMAN PENGESAHAN

Modul Praktikum
Mata Kuliah: Keperawatan Gawat Darurat
Bagi Mahasiswa Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Reguler Angkatan VI

Disahkan di Palangka Raya, 2022

Ketua Jurusan Keperawatan, Koordinator MK,

Ns. Reny Sulistyowati, M.Kep Ns. Reny Sulistyowati, M.Kep


NIP. 197609072001122002 NIP. 197609072001122002

1
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 1 dan 2:
Kemampuan akhir mahasiswa:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat melakukan triage dalam gadar serta mengelola
askep keperawatan kegawatdaruratan.

Materi:
1. Triage dalam gawat darurat
2. Pengkajian keperawatan dan setting prioritas
3. Perencanan dan tindakan keperawatan
4. Evaluasi keperawatan

Prosedur Ketrampilan:
1. Melakukan Triage
2. Merawat dan menjahit luka, menghentikan perdarahan (critical thinking: pada kondisi gula
darah tinggi)

Kriteria/Indikator penilaian:
1. Memahami pelaksanaan Pengkajian awal dan utama dalam pelaksanakan keperawatan gawat
darurat & keperawatan kritis
2. Menjelaskan Proses Keperawatan kegawatdaruratan & kekritisan

2
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

TRIASE

Triage adalah suatu sistem untuk menyeleksi problem pasien yang datang ke Unit Gawat
Darurat
(UGD) sesuai dengan skala prioritas kegawat daruratannya.

1. Prioritas I (label merah): Emergency.


Pasien gawat darurat; mengancam nyawa/ fungsi vital; penanganan dan pemindahan
bersifat segera, antara lain: syok oleh berbagai penyebab; gangguan pernapasan;
perdarahan eksternal massif; gangguan jantung yang mengancam; problem kejiwaan yang
serius;

2. Prioritas II (label kuning): Urgent


Pasien dalam kondisi darurat yang perlu evaluasi secara menyeluruh dan ditangani oleh
dokter untuk stabilisasi, diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi
vital bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan
bersifat jangan terlambat, antara lain: pasien dengan resiko syok; fraktur multiple; fraktur
femur/ pelvis; luka bakar luas; gangguan kesadaran/trauma kepala; pasien dengan status yang
tidak jelas;

3. Priotas III (label hijau): Non Emergency


Pasien gawat darurat semu (False emergency) yang tidak memerlukan pemeriksaan dan
perawatan segera.

4. Prioritas IV (label hitam): Death, Pasien datang dalam keadaan sudah meninggal

3
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

PENGKAJIAN AIRWAY, BREATHING, CIRCULATION

A. Pengertian
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan
pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup
pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
1. Primary survey
a. Airway
Membuka jalan napas menggunakan teknik manual: head tilt, chin lift, dan jaw
thrust. Untuk airway sementara menggunakan oropharingeal airway

b. Breathing
Memeriksa pernapasan, bantu pernapasan dengan mouth to mouth atau ambu bag
c. Circulation
Mengenali adanya tanda-tanda syok, pemeriksaan akral, nadi, tekanan darah, dan
adanya perdarahan
d. Disability
Memeriksa GCS dan tanda-tanda lateralisasi (pupil)
e. Exposure
Membuka seluruh pakaian klien untuk mengetahui adanya trauma

2. Secondary survey
a. Head to toe assessment
Pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
b. Diagnostic examination
Pemeriksaan diagnostik seperti cek analisa gas darah (AGD)

B. Alat untuk pemeriksaan


1. Stetoskop
2. Spigmomanometer
3. Termometer
4. Oropharingeal airway
5. Ambu bag
6. Penlight
7. Sarung tangan

4
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

8. Kassa
9. Bengkok
10. Refleks

5
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 3 dan 4:

Kemampuan akhir mahasiswa


Mahasiswa menjelaskan pengertian shock, jenis, tanda gejala dan askepnya

Materi:
1. Pengertian Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest
2. Jenis Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest
3. Penyebab Shock berdasarkan jenis Infark miocard acut, cardiac arrest
4. Tanda & Gejala Shock berdasarkan jenis, cardiac arrest , Infark miocard acut
5. Penanganan Kegawatan Shock berdasarkan jenis, Infark miocard acut, cardiac arrest
6. Askep Kegawatan Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest
(critical thinking: pada kondisi gula darah tinggi)
Ketrampilan:
1. Melakukan resusitasi jantung paru

Kriteria/Indikator penilaian:
1. Menjelaskan pengertian Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest
2. Menjelaskan Jenis Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest
3. Menjelaskan Penyebab Shock berdasarkan jenis, Infark miocard acut, cardiac arrest
4. Menjelaskan Tanda & Gejala Shock berdasarkan jenis, Infark miocard acut, cardiac arrest
5. Menjelaskan penanganan Kegawatan Shock berdasarkan jenis, Infark miocard acut, cardiac
arrest
6. Menjelaskan Askep Kegawatan Shock, Infark miocard acut, cardiac arrest

6
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

RESUSITASI JANTUNG PARU

Resusitasi jantung paru-paru atau CPR adalah tindakan pertolongan pertama pada orang yang
mengalami henti nafas karena sebab-sebab tertentu. CPR bertujuan untuk membuka kembali
jalan nafas yang menyepit atau tertutup sama sekali. CPR sangat dibutuhkan bagi orang yang 2
tenggelam,terkena serangan jantung, sesak nafas, arena syok akibat kecelakaan,terjatuh dan
sebagainya.

Rantai kehidupan (chain survival) terdiri dari beberapa tahap berikut ini (AHA, 2010) :
1. Mengenali sedini mungkin tanda-tanda cardiac arrest dan segera mengaktifkan
2. Panggilan gawat darurat (Emergency Medical Services)
3. Segera melakukan RJP dengan tindakan utama kompresi dada
4. Segera melakukan defibrilasi jika ada indikasi
5. Segera melakukan bantuan hidup lanjutan (advanced life support)
6. Melakukan perawatan post cardiac arrest

Alur Basic Life Support


1. Tahapan persiapan
Sebelum melakukan resusitasi maka harus dilakukan beberapa prosedur berikut pada pasien :
a. Memastikan kondisi lingkungan sekitar aman bagi penolong
b. Memastikan kondisi kesadaran pasien
Penolong harus segera mengkaji dan menentukan apakah korban sadar/tidak. Penolong
harus menepuk atau menggoyang bahu korban sambil bertanya dengan jelas :
‘Hallo,Pak/Bu! Apakah Anda baik-baik saja/’. Jangan menggoyang dengan kasar karena
dapat mengakibatkan cedera. Juga hindari gerakan leher yang tidak perlu pada kejadiam
cedera kepala dan leher.
c. Mengaktifkan panggilan gawat darurat
Jika korban tidak respon,segera panggil bantuan. Jika ada orang lain disekitar korban,minta
orang tersebut untuk menelpon ambulans. Memastikan posisi pasien tepat

Agar resusitasi yang diberikan efektif maka korban harus berbaring pada permukaan yang
datar,keras dan stabil. Jika korban dalam posisi tengkurap atau menyamping,maka balikkan
tubuhnya agar terlentang. Pastikan leher dan kepala tersangga dengan baik dan bergerak
bersamaan selam membalik pasien.

Fase-fase RJP (Resusitasi Jantung Paru).


Pada tahun 2010,American Heart Assiciation (AHA) mengeluarkan panduan terbaru
penatalaksaan CPR. Berbeda dengan panduan sebelumnya,pada panduan terbarunya ini
AHA mengubah algoritma CPR dari ABC menjadi CAB.
a. Circulation (C)
Mengkaji nadi/tanda sirkulasi ada tidaknya denyut jantung korban/pasien dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis di daerah leher korban/pasien,dengan dua atau tiga jari
tangan(jari telunjuk dan tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trachea,kemudian dua jari digeser ke bagian kanan atau kiri kira-kira 1-2 cm raba dengan
lembut selama 5-10 detik. Jika teraba denyut nadi,penolong harus segera memeriksa
pernafasan korban dengan melakukan manuver tergadah kepala topang dagu untuk
menilai pernapasan korban/pasien. Jika tidak bernafas lakukan bantuan pernapasan dan jika
bernapas pertahankan jalan napas.
7
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Melakukan kompresi dada jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung luar,dilakukan
dengan teknik sebagai berikut:
1) Menentukan titik kompresi (center of chest) : Cari possesus xypoideus pada sternum
dengan tangan kanan,letakkan telapak tangan kiri tepat 2 jari diatas possesus
xypoideus.
2) Melakukan kompresi dada
Kaitkan kedua jari tangan pada lokasi kompresi dada,luruskan kedua siku dan pastikan
mereka terkunci pada posisinya,posisikan bahu tegak lurus diatas dada korban dan
gunakan berat badan anda untuk menekan dada korban sedalam minimal 2 inchi (5
cm), lakukan kompresi 30x dengan kecepatan minimal 100x/menit atau sekitar 18 detik.
(1 siklus terdiri dari 30 kompresi: 2 ventilasi). Lanjutkan sampai 5 siklus CPR,kemudian
periksa nadi carotis,bila nadi belum ada lanjutrkan CPR 5 siklus lagi. Bila nadi
teraba,lihat pernapasan (bila belum ada upaya nafas) lakukan rescue breathing dan check
nadi tiap 2 menit.

b. Airway (A)
Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing.
Buka jalan napas dengan head tilt-chin lift/jaw thurst. Jika terjadi sumbatan harus dibersihkan
terlebih dahulu ,kalo sumbatan berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari
tengah yang dilapisi dengan sepotong kain(fingers weep),sedangkan sumbatan oleh benda
keras dapat dokorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat
dibuka dengan tektnik Cross Finger,dimana ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari
telunjuk pada mulut korban.

c. Breathing (B)
Bantuan napas dapat dilakukan melalui mulut ke mulut,mulut ke hidung atau mulut ke stoma
(lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan napas sebanyak
2 kali hembusan,waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5-2 detik dan
volume udara yang dihembuskan adalah 7000-1000ml(10ml/kg) atau sampai dada
korban/pasien terkihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan napas agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigenyang
dapat diberikan hanya 16-17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari
korban/pasien setelah di berikan bantuan napas.

8
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

9
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

10
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 5:

Kemampuan akhir mahasiswa:


Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, penyebab, tanda gejala dan askep kegawatan retensio
urine dan trauma urine.

Materi:
1. pengertian retensio urine, trauma urinaria
2. Penyebab retensio urine, trauma urinaria
3. Tanda & Gejala retensio urine, trauma urinaria
4. penanganan Kegawatan retensio urine, trauma urinaria
5. Askep Kegawatan retensio urine, trauma urinaria
(critical thinking: pada kondisi gula darah tinggi)

Kriteria/indikator penilaian:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan :
1. Pengertian retensio urine, trauma urinaria
2. Penyebab retensio urine, trauma urinaria
3. Tanda & Gejala retensio urine, trauma urinaria
4. Penanganan Kegawatan retensio urine, trauma urinaria
5. Askep Kegawatan retensio urine, trauma urinaria.

11
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

12
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 6:
Kemampuan akhir mahasiswa:
Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan trauma pada abdomen.

Materi:
1. Pengertian trauma abdomen
2. Jenis trauma abdomen
3. Penyebab trauma abdomen
4. Tanda & Gejala trauma abdomen
5. Penanganan Kegawatan trauma abdomen
6. Askep Kegawatan trauma abdomen
(critical thinking: pada kondisi gula darah tinggi)

Kriteria/indikator penilaian:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian trauma abdomen
2. Menjelaskan Jenis trauma abdomen
3. Menjelaskan Penyebab trauma abdomen
4. Menjelaskan Tanda & Gejala trauma abdomen
5. Menjelaskan penanganan Kegawatan, trauma abdomen.
6. Menjelaskan Askep Kegawatan trauma abdomen

13
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

RESUSITASI CAIRAN

Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh atau
ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan, misalnya pada
keadaan syok hipovolemik.

Penyebab syok hipovolemik:


1. Muntah
2. Diare yang sering
3. Dehidrasi
4. Luka bakar grade II-III yang luas
5. Trauma dengan perdarahan
6. Perdarahan masif

Klasifikasi syok hipovolemik

Klasifikasi syok hipovolemik

Klasifikasi Syok Penemuan Klinis


Kelas I Hanya takikardia minimal
Pengelolaan
Kehilangan volume darah (<100x/menit)
Tidak perlu penggantian
<15%
volume
Kelas II Takikardia (100-120x/menit)
Kehilangan volume darah 15- Takipneu (20-30x/menit)
Penggantian volume dengan
30% Penurunan tekanan nadi
cairan kristaloid (3x
Penurunan produksi urine (20-
kehilangan)
30cc/jam)
Kelas III Takikardia (>120x/menit)
Kehilangan volume darah 30- Takipneu (30-40x/menit) Penggantian volume dengan
40% Bingung
cairan kristaloid dan darah
Penurunan produksi urine (5-
15cc/jam)
Kelas IV Takikardia (>140x/menit)
Kehilangan volume darah Takipneu (>35x/menit) Sama dengan syok kelas III
>40% Pucat, dingin
Perubahan mental
Bila kehilangan volume >50%
pasien tidak sadar, tekanan
sistolik = diastolik, produksi
urine minimal atau tidak
keluar

14
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

15
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

PENANGANAN PERDARAHAN

Tindakan yang dilakukan untuk menghentikan perdarahan

Tujuan:
1. Agar darah berhenti keluar
2. Agar tidak terjadi syok

Indikasi:
1. Pada kasus kecelakaan dengan multiple trauma
2. Kasus lain yang menyebabkan perdarahan masif

Alat yang dibutuhkan:


1. Sarung tangan
2. Perban/kain untuk menekan luka

Hal yang jangan dilakukan ketika menangani perdarahan:


1. Jangan menggunakan torniket. Hal ini bisa menimbulkan kematian jaringan. Penggunaan
torniket adalah jalan keluar terakhir untuk menghentikan pendarahan.
2. Jangan coba-coba melepaskan atau menggerakkan benda asing yang terbenam di dalam
luka.
3. Jangan menggerakkan bagian tubuh yang terdapat fraktur.

16
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

17
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 7:
Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana mengelola askep kegawat daruratan obstetri.

Kegawatdaruratan obstetri:
Perdarahan pervaginam, trauma saat kehamilan, pra eklamsi dan eklamsia, abortus,
keracunan kehamilan.
(Critical thinking: pada kondisi gula darah tinggi)

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:


Askep pasien dengan kegawatan bidang obstetri ginekologi akibat: eklamsi dan perdarahan.

18
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI

Kegawatan obstetri adalah kegawatan yang ditemukan pada fasel antenatal, intranatal,
dan post partum, berikut ini merupakan kegawatan obstetri yang sering ditemukan pada kasus
gawat darurat:
1. Perdarahan Antenatal
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 28 minggu,
biasanya terjadi akibat plasenta previa dan solusio plasenta
2. Eklampsia
Eklampsia merupakan serangan konvulsi yang mendadak atau suatu kondisi yang
dirumuskan penyakit hipertensi yang terjadi oleh kehamilan, menyebabkan kejang dan
koma
Fase kejang pada eklampsia:
a. Awal : Berlangsung 10-20 detik, bola mata berputar-putar membelalak, muka dan
otot tangan kejang – kejang, penurunan kesadaran.
b. Tonik : Berlangsung 10-20 detik, otot-otot berkontraksi dengan kuat, spasme
diafragma, pernafasan berhenti, mukosa, anggota badan dan bibir menjadi biru,
punggung melenting, gigiterkurap dan mata menonjol.
c. Klonik : Berlangsung 1-2 menit, otot-otot berkontraksi dengan kuat, air liur
berbusa, bernafasan sulit, terjadi aspirasi air liur, muka tampak sembab, lidah bisa
tergigit.
d. Koma : Berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam, tergantung individu, nafas
ngorok dan cepat, muka bengkak, tidak sianotik.
3. Perdarahan post partum
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah
perdarahan dalamkala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta
lahir.

Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:


a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum:
a. Menghentikan perdarahan.
b. Mencegah timbulnya syok.
c. Mengganti darah yang hilang.

19
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

20
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan 8 dan 9:

Kemampuan akhir mahasiswa:


Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana mengelola askep kegawat daruratan pada klien
ARDS.

Materi:
1. Pengertian Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
2. Penyebab/ Faktor resiko serangan, trauma thorax, asma, ARDS Respiratory distress
3. Patofisiologis trauma thorax, Respiratory distress, asma, ARDS
4. Tanda & Gejala Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
5. penanganan Kegawatan Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
6. Askep Kegawatan Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
Prosedur Ketrampilan:
1. Melakukan Pengkajian ABC
2. Membuka jalan nafas
3. Memasang artificial airway
4. Membantu mengeluarkan benda asing dari saluran nafas
5. Memberikan Oksigen bag-mask
(critical thinking: pada kondisi gula darah tinggi)

Indikator/kriteria penilaian:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian Respiratory distress trauma thorax, asma, ARDS
2. Menjelaskan Penyebab/ Faktor resiko serangan Respiratory distress, trauma thorax,
asma, ARDS
3. Menjelaskan Patofisiologis Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
4. Menjelaskan Tanda & Gejala Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
5. Menjelaskan penanganan Kegawatan Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS
6. Menjelaskan Askep Kegawatan Respiratory distress, trauma thorax, asma, ARDS

21
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

PENANGANAN TERSEDAK

Tersedak (choking) merupakan suatu keadaan masuknya benda asing (makanan, mainan, dll)
ke dalam jalan napas atas sehingga menimbulkan gawat napas. Jika hal ini tidak ditangani
segera maka korban akan meninggal. Pada dasarnya kita mengenal 2 jenis tersedak.
Tersedak sebagian (partial/mild) artinya benda asing yang masuk hanya menyumbat sebagian
dari jalan napas, masih ada sedikit celah untuk masuknya udara. Yang paling berat adalah
Tersedak Total (total blockage/severe) dimana benda asing yang masuk sudah menutup semua
bagian jalan napas korban, sehingga korban menjadi jatuh tidak sadarkan diri.

Tanda tersedak parsial:


1. Masih ada pertukaran udara
2. Korban masih sadar dan dapat batuk sekeras-kerasnya

Tanda tersedak total:


1. Buruknya pertukaran udara terhadap si korban
2. Masih bisa batuk, tapi lemah atau tidak dapat batuk sama sekali
3. Napas bertambah cepat
4. Tidak dapat berbicara
5. Memegang leher (tanda universal dari tersedak)
6. Tidak dapat memasukkan udara/ menarik napas dengan baik

Yang tidak boleh dilakukan saat menolong korban tersedak:


1. Memberi minum pada korban (jalan napas hanya boleh dilalui oleh udara)
2. Memasukkan jari ke dalam mulut sebagai usaha untuk mengeluarkan benda asing

Penanganan tersedak:
1. Melakukan abdominal thrust (Heimlich manuever) selama beberapa kali sampai benda
asing keluar atau sampai korban menjadi tidak sadar. Untuk pengananan korban tersedak
yang tidak sadar membutuhkan teknik yang berbeda. Akandibahas di halaman
selanjutnya.

Langkah-langkah melakukan Heimlich manuever:


a. Berdiri atau berlutut di belakang korban
(posisikan tubuh Anda sesuai dengan tinggi
tubuh korban, pada pasien anak kemungkinan
Anda harus berlutut)
b. Kepalkan salah satu telapak tangan Anda
c. Letakkan kepalan tangan Anda dengan arah ibu
jari menempel ke dinding perut korban,
posisikan kepalan tangan Anda 2 jari di atas
pusat (pusat selalu sejajar dengan tulang pinggul
atas), Anda tidak memposisikan kepalan
tangan Anda di ulu hati.

22
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

d. Kencangkan kepalan tangan Anda dengan tangan satunya sehingga kedua lengan
Anda melingkar di perut korban.
e. Lakukan penekanan ke arah belakang dan atas sampai benda asing keluar atau sampai
korban menjadi jatuh tidak sadar.

2. Jika korban tersedak adalah wanita hamil atau orang dewasa yang terlalu gemuk (obesitas)
kita bisa melakukan pilihan lain dengan melakukan “chest thrust” yaitu dengan
meletakkan kepalan tangan Anda di tengah-tengah tulang dada.

Langkah-langkah pertolongan tersedak terhadap bayi yang masih sadar:


a. Gendonglah bayi dengan posisi Anda duduk
atau berlutut.
b. Buka pakaian bayi.
c. Gendong bayi dengan posisi wajah ke bawah
telungkup di atas pangkuan tangan Anda. Buat
kepala bayi lebih rendah dari kakinya. Sangga
kepala dan rahang bawah bayi menggunakan
tangan Anda (hati-hati untuk tidak menekan
leher bayi, karena ini akan menyebabkan
tersumbatnya saluran napas.
d. Berikan 5 kali tepukan di punggung (tepuklah
dipunggung, antara 2 tulang belikat bayi,
jangan menepuk di tengkuk!). Gunakan
pangkal telapak tangan Anda ketika
memberikan tepukan.
e. Setelah memberikan 5 kali tepukan punggung,
sanggalah leher belakang bayi Anda dengan

23
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

tangan dan balikkan tubuh bayi sehingga


dalam posisi terlentang. Buat posisi kepala
bayi lebih rendah dari kakinya.
f. Lakukan 5 kali penekanan dada (lokasi
penekanan sama dengan posisi penekanan
dada pada proses CPR yaitu di tengan-tengan
tulang dada/ di bawah garis imajiner antara 2
putting susu bayi). Hanya gunakan2 jari saja
(jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan
chest thrust.

24
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

25
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan Ke: 10 dan 11

Kemampuan akhir mahasiswa:


Mahasiswa mampu mengelola askep kegawatdaruratan pada klien dengan hipoglikemia
diabetes

Materi:
1. Pengertian hipoglikemi & diabetes
2. Penyebab hipoglikemi & diabetes
3. patofisiologis hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
4. Tanda & Gejala hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
5. penanganan Kegawatan hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
6. Askep Kegawatan hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
Prosedur Ketrampilan:
Mengenali tanda-tanda hipoglikemia

Indikator/Kriteria penilaian:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
2. Menjelaskan Penyebab hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
3. Menjelaskan patofisiologis hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
4. Menjelaskan Tanda & Gejala hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
5. Menjelaskan penanganan Kegawatan hipoglikemi & diabetes ketoasidosis
6. Menjelaskan Askep Kegawatan hipoglikemi & diabetes ketoasidosis

26
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

27
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

28
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan Ke: 12

Kemampuan akhir mahasiswa:


Mahasiswa mampu mengelola askep kegawatdaruratan pada klien dengan cedera kepala

Materi:
1. Pengertian cedera kepala
2. Jenis cedera kepala
3. Penyebab cedera kepala
4. Tanda & Gejala cedera kepala berdasarkan jenis
5. penanganan Kegawatan cedera kepala berdasarkan jenis
6. Askep Kegawatan cedera kepala
Ketrampilan:
Merawat dan memonitor ICP

Kriteria/indikator penilaian:’
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian cedera kepala
2. Menjelaskan Jenis cedera kepala
3. Menjelaskan Penyebab cedera kepala
4. Menjelaskan Tanda & Gejala cedera kepala berdasarkan jenis
5. Menjelaskan penanganan Kegawatan cedera kepala berdasarkan jenis.
6. Menjelaskan Askep Kegawatan cedera kepala

29
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Penyebab peningkatan tekanan intracranial


Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya peningktan tekanan intracranial yaitu :
a. defekasi
b. batuk
c. obstruksi pernafasan
d. pernafasan abdominal
e. muntah
f. positive end expiratory pressure (PEEP)
g. suksion
h. latihan ROM
i. isometric exercise
j. valsava maneuver
k. REM sleep
l. Perubahan posisi ( prone,trendelenburg,extreme hip flexion, nect flexion )
m. Hypercapnia ( PCo2 lebih besar dari 42mmHg)
n. Hypoxia ( PO2 kurang dari 50 mmHg)
o. Nyeri
p. Aktifitas kejang
q. Hyperthermia

Tanda dan gejala peningkatan TIK


a. tingkat kesadara: gelisah, iritabilitas,perubahan personality,bingung
sedang,agitasi,penurunan GCS.
b. Pupil:ptosis,lambatnya reaktifity,perubahan unilateral ukuran pupil karena tekanan
nervus okulomotor.
c. mata : blurred vision,diplopia,penurunan ketajaman penglihatan karena penekanan pada
nervus yang mengontrol pergerakan mata ( N II,IV,VI )
d. Motor : pronatot drift,penurunan kekuatan menggenggam,kontralateral hemiparese.
e. Sensori: penurunan respon pada sentuhan.
f. Sakit kepala : sakit kepala dengan mual atau muntah,sakit kepala jika tegang.
g. Bicara : lambat
h. Memori : gangguan memori sedikit
i. Vital sign tidak ada perubahan
j. nervus cranial: bisa atau juga tidak menunjukkan perubahan insial.
k. aktifitas kejang : mungkin atau tidak mungkin terjadi tergantung penyebab

Peran perawat dalam monitor tekanan intra cranial yang menggunakan alat
a. inspeksi paling sedikit setiap 4 jam daerah tempat terjadinya insersi adanya
kemerahan,pembengkakan,dan drainase.
b. Bersihkan tempat insersi dengan betadin dan tutup dengan kasa steril.
c. Posisi drip chamber, jika terlalu tinggi akan menyebabkan peningkatan TIK, jika terlalu
rendah akan menyebabkan drainase CSF yang berlebihan.
d. Kaji status klinik pasien, vital sign secara rutin
e. Hitung CPP tiap jamObservasi gelombang dan grafik TIK, sebaiknya dibaca lebih dari
satu orang
f. Monitor intake dan output

30
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Managemen peningkatan tekanan intracranial


a. Posisi pasien
b. Managemen cairan Peningkatan TIK diatur dengan restriksi cairan dalam usaha untuk
mencegah brain water
c. Managemen suhu : dengan menggunakan kompres dingin dan acetaminophen.
d. Propilaksis kejang : Kejang dapat menyebabkan meningkatnya cerebral blood
fluid.Meningkatnya cerebral blood venous akan mengurangi cerebral compliance yang
akan menyebabkan peningkatan TIK
e. Steroid : seharusnya tidak secara rutin digunakan sebagai standar untuk peningkatan
TIK.Kortikosteroid diketahui tidak efektif melawan cytotoxic edema atau efek massa
dari cerebral infarction,intracerebral hemorrhage atau trauma kepala. Steroid dapat
digunakan untuk perawatan vasogenic edema dari tumor atau abses.Steroid diberikan 10
sampai 100 mg bolus diikuti dengan 4 sampai 20 mg setiap 6 jam.Penurunan dramatis
dalam volume lesi dan TIK

31
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan Ke: 13

Kemampuan akhir mahasiswa:


Mahasiswa mampu mengelola askep kegawatdaruratan pada klien dengan fraktur, dislokasi

Materi:
1. Pengertian fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
2. Penyebab fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
3. Tanda & Gejala fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
4. penanganan Kegawatan fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
5. Askep Kegawatan fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
Prosedur Ketrampilan:
1. Melakukan pembidaian
2. Pemasangan gips

Kriteria/indikator penilaian:
Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
2. Menjelaskan Penyebab fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
3. Menjelaskan Tanda & Gejala fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom
4. Menjelaskan penanganan Kegawatan fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen
sindrom
5. Menjelaskan Askep Kegawatan fraktur Dislokasi, strain, sprain, kompartemen sindrom

32
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

BALUT DAN BIDAI

Balut bidai adalah tindakan memfiksasi /mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami
cidera dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator
/imobilisator.
A. Pembalutan
Macam-macam pembalutan
1. Pembalut penutup
a. Untuk menutup sebagian badan agar terhindar dari kotoran luar maupun tidak
tersinggung dari anggota badan yang lain
b. Untuk menghindarkan diri dari cahaya matahari atau udara
c. Sebelum luka dibngkus terlebih dahulu Luka dibersihakn atau dilakukan
perawatan luka
d. Untuk menahan perdarahan
e. Melekatkan obat (Zalf, serbuk, kompres)
2. Pembalut penahan
a. Mengistirahatkan anggota badan yang luka atau sakit
b. Mengurangi gerakan yang dapat menambah beratnya sakit
c. Mengurangi rasa sakit
3. Pembalut penekan
Menekan luka

Tujuan
a. Untuk mengurangi atau menghentikan perdarahan
b. Untuk meminimalkan kontaminasi
c. Untuk stabilisasi benda yang menancap

Indikasi
a. Pada luka terbuka yang memungkinkan terkontaminasi dengan lingkungan luar
b. Ada perdarahan eksternal, sehingga darah mengalir melalui luka yang ada
c. Ada luka tusuk dengan benda yang masih menancap, dengan kemungkinan benda
tersebut menembus arteri atau pembuluh darah besar.

Persiapan Alat:
a. Balut tekan (balut elastik)
b. Mitella
c. Set perawatan luka

B. Pembidaian
Jenis pembidaian
1. Tindakan pertolongan sementara
a. Dilakukan ditempat cidera sebelum ke rumah sakit
b. Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
c. Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meghindarkan kerusakan yang lebih
berat.
d. Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan tehnik
dasar pembidaian

33
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

2. Tindakan pertolongan definitif


a. Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, klinik / RS
b. Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur /dislokasi menggunakan
alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang sudah terlatih.

Jenis-Jenis Bidai
1. Bidai keras: Merupakan bidai yang paling baik dan sempurna, contoh: bidai kayu
2. Bidai Traksi: Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya hanya
dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus umumnya dipakai pada patah tulang
paha. Contoh : bidai traksi tulang paha.
3. Bidai improvisasi: Bidai yang cukup dibut dengan bahan cukup kuat dan ringan
untuk menopang ,pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan
kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, koran, karton.

Tujuan:
1. Mencegah gerakan bagian yang stabil sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2. Mempertahankan posisi yang nyaman.
3. Mempermudah transportasi organ.
4. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
5. Mempercepat penyembuhan.

Indikasi
1. Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.
2. Adanya kecurigaan adanya fraktur.
3. Dislokasi persendian
4. Multiple trauma

Persiapan Alat
1. Spalk sesuai ukuran
2. Kasa balutan panjang, elastis verban
3. Gunting

34
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

35
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

36
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

37
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Pertemuan ke: 14
Kemampuan akhir mahasiswa:
Mahasiswa mampu mengelola askep kegawatdaruratan pada klien dengan keracunan dan luka
bakar.

Materi:
1. Pengertian keracunan
2. Jenis keracunan
3. Penyebab keracunan berdasarkan jenis
4. Tanda & Gejala keracunan berdasarkan jenis
5. penanganan Kegawatan keracunan berdasarkan jenis
6. Askep Kegawatan keracunan

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:


1. Pengertian Keracunan
2. Jenis Keracunan
3. Penyebab keracunan berdasarkan jenis
4. Tanda & Gejala keracunan berdasarkan jenis
5. Penanganan Kegawatan keracunan berdasarkan jenis
6. Askep Kegawatan keracunan

38
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

PENANGANAN KERACUNAN

Keracunan adalah masuknya suatu zat racun kedalam tubuh yang mempunyai efek
membahayakan/mengganggu fungsi organ dan tidak ditentukan oleh jumlah, jenis,
frekuensi dan
durasi yang disengaja maupun disengaja bahkan dapat menimbulkan kematian.
Jenis-jenis keracunan:
1. Keracunan makanan: jengkol, makanan kaleng, makanan kadaluarsa
2. Keracunan korosif: bahan kimia industri, bahan kimia pertanian, bahan kimia rumah tangga
3. Keracunan inhalasi: karbon dioksida, karbon monoksida
4. Keracunan organofosfat: baygon
5. Keracunan hidrokarbon: bensin, minyak tanah
6 . Gigitan ular
7. Gigitan serangga
8. Keracunan narkotika

Penanganan keracunan:
Dengan cara dekontaminasi yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengurangi efek dari
bahan berbahaya baik efek lokal maupun sistemik yang dipengaruhi oleh bahan beracun.
1. Dekontaminasi mata
2. Dekontaminasi kulit
3. Dekontaminasi saluran cerna
4. Dekontaminasi saluran napas

Teknik dekontaminasi:
1. Dekontaminasi mata
Melakukan irigasi mata dengan larutan NaCl 0,9% atau air hangat selama 15 menit
2. Dekontaminasi kulit
a. Membasahi kulit dengan air mengalir sampai zat racun hilang dari kulit
b. Jika terdapat luka berikan perawatan luka
c. Jika terdapat gatal-gatal berikan agen antihistamin
3. Dekontaminasi saluran cerna
a. Berikan minum air putih/susu segera (anak=100cc, dewasa=250cc)
b. Lakukan bilas lambung jika pasien menelan racun dalam jumlah banyak atau pasien
tidak sadar
4. Dekontaminasi saluran napas
a. Tempatkan pasien di ruang terbuka
b. Buka kancing baju pasien
c. Berikan oksigen 4-6 liter
d. Bila pasien tidak bernapas berikan bantuan ventilasi

39
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

40
Modul Keperawatan Kegawatdaruratan - Prodi Sarjana Terapan Keperawatan

Gigitan Ular
1. Pengertian gigitan ular
2. Penyebab gigitan ular
3. Ciri gigitan ular
4. Tanda & Gejala gigitan ular
5. Penanganan Kegawatan gigitan ular
6. Askep Kegawatan gigitan ular

Luka bakar:
1. Pengertian luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Derajat & luas permukaan luka bakar

Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat :


1. Menjelaskan pengertian gigitan ular, luka bakar
2. Menjelaskan Penyebab gigitan ular, luka bakar
3. Menjelaskan Ciri gigitan ular berbisa,
4. Menjelaskan Tanda & Gejala gigitan ular luka bakar
5. Menjelaskan derajat & luas permukaan luka 41aker
6. Menjelaskan penanganan Kegawatan gigitan ular, luka bakar.
7. Menjelaskan Askep Kegawatan gigitan ular, luka bakar

41

Anda mungkin juga menyukai