KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
hidayahNya sehingga buku panduan Kepaniteraan Umum (PANUM) Program Profesi Ners
Keperawatan Gawat Darurat (GADAR) Universitas Sulawesi Barat dapat tersusun.
Penulisan Buku Panduan Program PANUM Profesi Ners Keperawatan GADAR ini
dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa dapat memperoleh gambaran umum tentang
pelaksanaan Program PANUM pada Departemen GADAR. Buku panduan ini berisi tentang
informasi umum, tujuan dan kompetensi, proses pembimbingan, evaluasi, dan materi PANUM.
Semoga buku panduan ini dapat digunakan dalam proses pencapaian kemampuan mahasiswa
sesuai dengan tujuan dan kompetensi yang diharapkan.
Koordinator GADAR
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
DAFTAR ISI
4 Elektrokardiograph ( ) 44
8 Theraphy Oksigen 62
9 Hemodialisa 64
Berdasarkan kondisi di atas, prinsip umum asuhan keperawatan yang diberikan oleh
perawat di unit gawat darurat antara lain :
1. Cepat dan tepat dalam melakukan triase, menetapkan diagnose keperawatan,
tindakan keperawatan dan evaluasi yang berkelanjutan.
2. Penyelamatan hidup dan stabilitas kondisi merupakan pelayanan utama tanpa
melupakan pelayanan kesehatan kesehatan lainnya.
3. Sistem monitoring kondisi pasien setiap saat harus dilakukan sehubungan dengan
kondisi pasien.
4. Alat kesehatan penyelamat hidup harus selalu siap pakai dan sesuai
5. Keamanan diri perawat dan pasien terjaga.
6. Informasi dan pendidikan secara cepat, tepat dan dimengerti.
7. Sistem dokumentasi yang dipakai dapat digunakan secara mudah, cepat dan tepat.
8. Etik dan Legal keperawatan perlu dijaga.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Unit Gawat Darurat adalah salah satu pintu penerimaan pasien di RS sehingga
perawat perlu mengetahui alur/ jalannya pelayanan yang ada di UGD, pasien datang
diterima ditriase yang akan mengkaji kondisi kegawatan pasien. Dari sini lalu pasien
diarahkan ke ruang perawatan di unit gawat darurat.
Alur pelayanan di UGD umumnya menggunakan salah satu cara dibawah ini :
1. Alur pelayanan pasien berdasarkan sistem yang terganggu :
Di triase keluhan utama pasien dikaji, lalu ditetapkan organ yang mungkin
terganggu dan asal gangguannya (misalnya : bedah, penyakit dalam, kebidanan).
Pasien akan diarahkan keruangan yang sesuai.
2. Alur pelayanan pasien berdasarkan tingkat kegawatan yang diderita
Di triase tingkat kegawatan pasien ditentukan (true/ false emergency; lalu pasien
diarahkan ke ruangan yang sesuai.
Tindakan penyelamatan kehidupan atau stabilitas kondisi pasien adalah tindakan utama
yang dilakukan di unit gawat darurat. Bila kondisi pasien membaik/ terkontrol, maka
pasien akan diarahkan ke ruang perawatan yang sesuai untuk mengatasi penyebabnya
baik ruang intensive, atau ruang rawat biasa.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
I. PENGKAJIAN
Pada kondisi kegawatdaruratan, perawat harus mengetahui prioritas data yang harus
dikumpulkan. Pengkajian di IRD memiliki karekteristik tertentu, antara lain :
a. Dilakukan secara cepat
b. Dilakukan sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan
c. Pengkajian fakus pada keadaan pasien
Data utama yang harus dikumpulkan adalah data kondisi pasien yang paling cepat
menimbulkan kematian atau penurunan fungsi tubuh. Untuk itu di IGD pengkajian
dibagi atas pengkajian umum, pengkajian primer dan pengkajian sekunder yaitu :
1. Pengkajian kondisi/kesan umum adalah kesan pemeriksa terhadap keadaan
pasien. Dilakukan dalam beberapa detik untuk dapat memperkirakan tindakan apa
yang harus dilakukan. Cara mengkaji dilakukan dengan observasi kondisi pasien.
Kesan umum meliputi : sakit berat, sakit sedang, sakit ringan.
2. Pengkajian kesadaran
Kaji status mental dengan berbicara pada pasien. Kenalkan diri dan tanya nama
pasien. Perhatikan respon pasien. Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan
pengkajian selanjutnya.
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :
A : Alert, pasien berespon terhadap lingkungan sekelilingnya/ sadar terhadap
kejadian yang menimpa
V : Verbal, berespon terhadap pertanyaan perawat
P : Pain, berespon terhadap rangsang nyeri
U : Unresponsive, tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
3. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual atau resiko
tinggi dari kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Cara pengkajian difokuskan dengan wawancara bila pasien
sadar, observasi dan pemeriksaan fisik jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas pengkajian dilakukan berdasarkan :
A. Airway (bebas tidaknya jalan nafas) dengan kotrol servikal
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal :
Ada/ tidaknya sumbatan jalan nafas
Perhatikan penyebab sumbatan, sehingga dapat memperkirakan kondisi pasien.
Sumatana jalan nafas dapat terjadi secara :
1. Sumbangan Total
Pasien yang masih sadar : akan memegang leher, sangat gelisah
dan sianosis
Pasien tidak sadar : kemungkinan tidak terdengar suara nafas dan
sianosis
2. Sumbatan sebagian
Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung) akan menimbulkan suara
’gurgling’.
Lidah yang jatuh kebelakang akan menimbulkan suara
mengorok.
Penyempitan jalan nafas akan menimbulkan suara ’crowing’
(stridor jalan nafas)
Distress Pernafasan
Adanya kemungkinan fraktur cervikal
Jika pasien memiliki jejas/trauma didaerah punggung, klavikula, leher, muka dan
kepala, maka perawat harus memperkirakan adanya kemungkinan fraktur cervikal.
Bila terjadi sumbatan jalan nafas dan gangguan cervikal harus dilakukan
pembukaan jalan nafas dan memakai collar neck.
CARA PENGKAJIAN
LOOK; Lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, dan bentuk pernafasan. Periksa
apakah paru simetris atau tidak, dan adanya dispnu
LISTEN; dengan atau tanpa stetoskop dengar apakah ada suara nafas
FEEL; Rasa adanya pergerakan udara ekspirasi.
Pasien mungkin menderita henti nafas atau nafas tidak normal > 30 menit atau < 8
kali/menit. Bila tidak ditemukan pernafasan abdominal selalu harus difikirkan
kemungkinan cedera tulang belakang. Perawat harus memberikan pernafasan buatan
bila henti nafas (bagian dari RJP) atau memberikan oksigen bila nafas tidak adekuat.
CARA PENGKAJIAN
LOOK; Warna kulit; adanya sianosis pada bibir, perifer dan kuku
FEEL; Raba denyut nadi; nadi karotis untuk orang dewasa, nadi brachialis untuk
anak
Henti jantung adalah gejala shock yang sangat berat. Penderita mungkin akan
menarik nafas satu/dua kali, setelah itu akan berhenti bernafas. Penderita akan
ditemukan dalam keadaan tidak sadar. Pada perabaan nadi tidak ditemukan denyutan.
Bila ditemukan henti jantung, maka harus dilakukan pijatan jantung luar yang
merupakan bagian dari RJP yang hanya menghasilkan 25-30% curah jantung
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
sehingga oksigen tambahan mutlak diperlukan. Bila ada perdarahan eksternal maka
lakukan penghentian perdarahan luar seperti penekanan langsung atau bebat tekan
pada daerah luka.
D. Disability (Ketidakmampuan)
Ditujukan untuk mengkaji kondisi neuromuskular pasien
o Keadaan status kesadaran lebih dalam (GCS)
o Keadaan ekstremitas; kemampuan motorik dan sensorik.
E. Exposure (Paparan)
Inspeksi keadaan seluruh tubuh pasien. Seluruh pakaian harus dibuka untuk
memudahkan pengkajian menyeluruh.
d. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah airway, breathing dan circulation yang
ditemukan pada pengkajian primer di atas. Pengkajian sekunder ditujukan untuk
mengecek ada tidaknya trauma dan keluhan lain yang dapat menimbulkan kegawatan.
Pengkajian dilakukan secara cepat, diawali jika pasien sadar, meliputi pengkajian objektif
dan subjektif, menanyakan riwayat penyakit pasien (riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit terdahulu yang berhubungan, riwayat pengobatan keluhan), pengecekan TTV,
dan observasi serta pengkajian kepala sampai kaki.
METODE PENGKAJIAN
1. Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat pasien.
S (signs and symptoms) : tanda dan gejala yang diobservasi & dirasakan pasien
A (Allergies) : alergi yang dimiliki pasien.
M (Medications) : tanyakan obat yang telah diminum pasien untuk mengatasi masalah
P (pertinent past medical history) : riwayat penyakit yang diderita pasien
L (last oral intake solid or liquid) : makan/minum terakhir; jenis makanan, ada
penurunan atau peningkatan kualitas makan.
E (event leading to injury or illness) : pencetus/kejadian penyebab keluhan.
P (Provoked) : pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan & mengurangi nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri, keluhan pasien (subyektif) akan kualitas nyeri
R (Radiates) : arah penjalaran nyeri
S (Severity) : kualitas nyeri, skala nyeri pasien 0-10 (0 tidak nyeri-10 sangat nyeri)
T (Time) : lamanya nyeri sudah dialami pasien.
3. Tanda-tanda vital (TTV) dengan mengukur :
Tekanan darah
Irama dan kekuatan nadi
Irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan
Suhu tubuh
4. Pengkajian Head to toe (kepala sampai kaki terfokus) :
Alat : stetoskop, tensimeter, jam, lampu pemeriksa, gunting, termometer, alat tulis dan
catatan
Pengkajian Kepala, Leher Dan Wajah :
1) Periksa rambut dan kulit kepala, wajah
Adakah luka, perubahan tulang kepala, wajah dan jaringan lunak, adakah perdarahan
serta benda asing.
2) Periksa Mata, telinga, hidung, mulut, bibir
Adakah perdarahan, benda asing, kelainan bentuk, perlukan atau keluaran (cairan
otak)
3) Periksa Leher
Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, trakea miring atau tidak, distensi vena
leher, perdarahan, edema, kesulitan menelan.
Pengkajian Dada
Hal-hal yang dikaji dari rongga toraks :
1. Kelainan Bentuk Dada
2. Pergerakan Dinding Dada
3. Amati penggunaan otot bantu nafas
4. Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan
laserasi
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Ekstermitas
Pengkajian di ekstermitas meliputi :
1. Tanda – tanda injuri eksternal 4. Sensasi keempat anggota gerak
2. Nyeri 5. Warna kulit
3. Pergerakan 6. Denyut nadi perifer
Tulang Belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi : (jika tidak didapatkan adanya cedera/ fraktur
tulang, maka pasien dimiringkan untuk mengamati) :
1. Deformitas tulang belakang
2. Tanda-tanda jejas, perdarahan
3. Lecet/luka
Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi :
a. Kaji reaksi emosional : cemas, kehilangan
b. Kaji riwayat serangan panic akibat adanya factor pencetus seperti : sakit tiba-tiba,
kecelakaan, kehilangan anggota tubuh ataupun anggota keluarga
c. Kaji adanya tanda-tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan
takikardi, tekanan darah meningkat (hipertensi), hiperventilasi
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan meliputi :
1. Radiology dan scaning
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
TRIASE
Tujuan :
Mengetahui kondisi kegawatan klien; gawat tidak darurat, tidak gawat tidak darurat,
dan meninggal saat tiba di UGD
Memberikan tindakan yang cepat dan tepat
Menjaga alur klien di IGD
Tindakan utama yang dilakukan di Triase adalah :
1. Pengkajian primer, yaitu : mengkaji kesadaran, kelancaran nafas, usaha nafas dan
denyut jantung pasien.
2. Bila tidak ditemukan masalah saat pengkajian primer, maka dikaji keluhan utama dan
gejala yang terkait, riwayat kesehatan singkat, pengkajian fisik, dan TTV.
3. Penetapan kegawatan klien mengarahkan klien ke ruang yang sesuai untuknya.
Tindakan tambahan di triase adalah :
1. Memberikan informasi untuk pasien dan keluarga yang datang
2. Memberikan petunjuk kesehatan
3. Menunjuk arah
4. Menerima telepon, dll
TINGKATKAN TRIASE
I. PETUNJUK ARAH
II. PENGECEKAN STANDAR (SPOT CHECKER)
III. PENANGANAN PENUH (COMPREHENSIVE)
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
a. Manuver Heimlich pada pasien sadar dengan posisi berdiri atau duduk.
Penolong harus berdiri dibelakang pasien, melingkari pinggang pasien dengan
kedua tangan, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan
kepalan pada perut pasie, sedikit diatas pusar dan bawah ujung tulang sternum.
Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan keperut dengan
hentakan yang cepat atas. Setiap hentakan yang cepat atas. Setiap hentakan harus
terpisah dan dengan gerakan yang jelas.
Kematian aspirasi benda asing pada kelompok anak-anak terjadi lebih dari 90% pada usia
kurang dari 5 tahun dan 65% adalah bayi. Benda-benda yang teraspirasi antara lain :
makanan (daging, permen, kacang) dan benda-benda kecil lainnya. Obstruksi jalan nafas
karena benda asing harus diduga pada bayi dan anak yang mengalami gagal nafas akut
serta batuk, tercekik dan bunyi stridor (nafas dengan bunyi nada tinggi). Gejala dan tanda
obstruksi jalan nafas juga dapat disebabkan oleh pembengkakan jalan nafas karena
infeksi, misalnya epiglotis dan difteri.
Usaha untuk menghilangkan sumbatan jalan nafas harus diperkirakan pada : (1) Anak
dengan dugaan kuat aspirasi jalan nafas ; (2) Anak yang tidak sadar, tidak bernafas
walaupun usaha membuka jalan nafas telah dilakukan.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Pada anak yang diduga terlihat mengalami aspirasi, penolong harus mengusahakan anak
untuk batuk dan berusaha bernafas, selama batuk masih kuat. Usaha menghilangkan
sumbatan jalan nafas hanya dilakukan jika batuk menjadi tak efektif dan terdapat tanda-
tanda gangguan pernafasan yang makin hebat disertai stridor.
Jika pasien seorang anak, gerakan Heimlich yakni hentakkan pada perut dibawah
diafragma secara serial masih dianjurkan. Gerakan ini dapat meningkatkan tekanan intra
toraks sehingga menimbulkan batuk buatan yang memaksakan gerakan udara dan
diharapkan benda asing akan ikut keluar.
Pada kelompok umur ini dikombinasikan pukulan pada punggung dan hentakkan dada
masih merupakan cara yang dianjurkan. Banyak orang menganggap cara tersebut juga
merupakan aplikasi cara Heimlich pada anak. Setelah dilakukan gerakan mengeluarkan
sumbatan jalan nafas, jalan nafas dibuka dan dengan tengadah kepada dan topang dagu.
1. Pada bayi
Bayi ditunggangkan pada lengan penolong dengan kepala lebih rendah dari badan dari
badan dan kepala ditahan dengan menahan pada rahang bawah. Pada bayi terletak
pada lengan atas penolong. Kemudian dengan menggunakan pangkal telapak tangan
yang lain, berikan 4x pukulan diantyara dua tulang belikat. Setelah memberikan
pukulan, penolong meletakkan tangan yang bebas pada punggung bayi sehingga
terjepit diantara kedua tangan, tangan bawah menahan leher, rahang dan dada, sedang
tangan lainnya menahan punggung. Sambil tetap menahan kepala dan leher, bayi
ditelentangkan diatas pangkuan penolong dengan kepala lebih rendah dari badan,
kemudian 4x hentakkan di dada dilakukan seperti pada kompresi dada tetapi dengan
kecepatan yang lambat. Penolong yang mempunyai tangan kecil mungkin akan
mengalami kesulitan melakukan gerakan-gerakan diatas apalagi jika bayi besar.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Cara Heimlich pada anak sadar atau tidak sadar posisi terbaring
Penolong harus melentangkan anak dan berlutut pada kaki, jika anak ada dilantai.
Bila anak diatas meja/ tempat tidur, penolong berdiri pada kaki anak. Penolong
kemudian meletakkan pangkal telapak tangan pada perut anak, diatas pusat dan tulang
iga pada garis pertengahan. Tangan yang lain diletakkan diatas tangan yang pertama
dan diberikan hentakan yang cepat ke arah atas.
Hentakan tidak boleh kearah yang lain dari perut dan dilakukan berulang-ulang
sampai benda asing dapat dikeluarkan. Pada anak-anak yang lebih kecil gerakan harus
lebih hati-hati dan lembut.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Heimlich Manuver
Sapuan dengan jari-jari
Menyapu (mengorek) dengan jari secara sembarangan pada bayi dan anak-anak harus
hati-hati karena dapat lebih mendorong benda asing menutup jalan masuk. Pada anak
yang tidak sadar dan tidak bernafas, setelah dilakukan hentakan pada dada atau
dibawah diaphragma, mulut pasien dibuka dengan memegang lidah dan rahang
bawah dengan jempol dan jari telunjuk (mengangkat lidah dan menarik rahang)
gerakan ini akan mengangkat lidah dari tenggorokan sehingga jaln nafas terbuka. Jika
kemudian benda asing terlihat dapat segera diambil.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
NILAI
No. KOMPONEN
0 1 2 3 4
1. PERALATAN :
1. Sentral oksigen/tabung oksigen yang beisi
oksigen.
2. Regulator oksigen yang terdiri dari :flowmeter,
manometer, manometer oksigen, humidifier.
3. Selang oksigen
4. Nasal canula/masker oksigen (face mask)
5. Plester 15 cm
6. Kain Kasa basah 3 lembar
7. Tanda bertuliskan dilarang merokok.
2 PERSIAPAN PASIEN
Memberitahukan pasien tentang prosedur yang
akan dilakukan
3 Prosedur :
a. Mendekatkan alat ke samping tempat tidur
pasien.
b. Mencuci tangan
c. Perawat berdiri dengan posisi yang
memudahkan, sebisanya disebelah kanan pasien.
Bantuan Hidup Dasar (BHD) bertujuan untuk memberikan oksinegasi segera, yang terdiri
dari langkah-langkah ; airway control (A = control jalan nafas), breathing support (B =
bantuan nafas) dan circulation ( C = sirkulasi). Potensi seseorang untuk dapat
diselamatkan dari gagal nafas dan henti jantung dengan melakukan resusitasi jantung
paru (RJP), manajemen jalan nafas dan ventilasi serta pemberian obat-obatan IV, dapat
berhasil dengan baik.
Tujuan BHD :
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medik yang
bertujuan :
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Langkah-langkah BHD
1. Pastikan keamanan penolong dan pasien
2. Periksa kembali keadaan pasien dengan cara menggoncangkan bahu pasien.
Gambar 1
Gambar 2
4. Memperbaiki posisi pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, pasien harus dalam posisi
terlentang dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika pasien ditemukan
dalam posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi pasien ke posisi terlentang.
Ingat ! Penolong harus membalikkan pasien sebagai satu kesatuan antara kepala,
leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama (kontrol servikal).
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Gambar 3
5. Mengatur Posisi Penolong
Segera berlutut sejajar dengan bahu pasien agar saat memberikan bantuan nafas
dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi
7. Breathing (Pernafasan).
Terdiri dari 2 tahap :
a. Memastikan pasien tidak bernafas.
Dengan cara melihat gerakan naik turunnya naik turunnya dada, mendengar
bunyi nafas dan merasakan hembusan nafas pasien. Untuk itu penolong harus
mendekatkan telinga diatas mulut dan hidung pasien, (look, listen dan feel)
sambil tetap mempertahankan jalan nafas tetap terbuka. Prosedur ini
dilakukan tidak boleh melebihi 10 detik.
Jika pasien tidak bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut ke
mulut, mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma, dengan cara
memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1.5 – 2 detik dan volume udara
yang dihembuskan 700 – 1000 ml (10 ml/ kg BB) atau sampai dada pasien
terlihat mengembang. Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan
menghembuskan nafas agar tercapai volume udara yang cukup. Penolong
harus memperhatikan respon dari pasien atau pasien setelah diberikan bantuan
nafas.
2) Mulut ke Hidung
Tehnik ini direkomundasikan jika usaha ventilasi dari mulut pasien tidak
memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana
3) Mulut ke Stoma
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Gambar 8
4) Bag valve mask (ambu bag)
Digunakan alat bag dan mask dengan diantaranya ada katub. Konsentrasi
oksigen. Untuk mendapatkan penutupan face mask yang baik maka sebaiknya
mask dipegangsatu petugas sedangkan petugas lain memompa.
Evaluasi.
a. Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif, periksa
apakah masih ada sumbatan dimulut pasien serta perbaiki posisi tengadah kepala
dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan sampai dapat dilakukan dua kali
nafas buatan yang ade kuat.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum sadar, ubah
posisi pasien keposisi miring mantap, bila pasien muntah tidak terjadi aspirasi
(recovery) waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas.
Kembali, jika terjadi segera terlentang pasien dan lakukan nafas buatan kembali.
b. Jika tetap gagal memberikan nafas buatan,tetap lanjutkan ke pemeriksaan tanda-
tanda sirkulasi
8. Circulation (C = Sirkulasi)
Terdiri dari Tahap ;
a. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pasien
b. Ada tidaknya denyut jantung pasien dapat ditentukan dengan meraba arteri karotis
di daerah leher pasien dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)
penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trakhea, kemudian
kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kira-kira 1-2 cm, raba dengan lembut
selama 5-10 detik.
f. Namun bila arteri karotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan
kompresi jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 (baik 1 atau 2 orang penolong),
dengan tehnik sebagai berikut :
1) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum)
2) Dari pertemuan tulang sternum diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke atas
daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong dalam
memberikan bantuan sirkulasi.
3) Letakkan salah satu pangkal telapak tangan penolong pada pertengahan dari
seperdua bagian bawah tulang dada (sternum).
Evaluasi :
1. Sesudah 4 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien dievaluasi kembali
2. Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan
rasio 30 : 2
3. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap.
4. Jika tidak ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi mantap
5. Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10-12
x/menit dan monitor nadi setiap 10 detik
6. jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar
jalan nafas tetap terbuka.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
2. Mintalah pertolongan
Bila telah dipastikan tidak ada respon atau terdapat tanda-tanda gagal nafas,
penolong harus memina pertolongan. Jika penolong sendiri, dan anak jelas tidak
bernafas, RJP harus dilakukan selama 1 menit sebelum meminta pertolongan
3. Posisi Penolong
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Agar RJP dapat dilakukan efektif, harus dibuat posisi terlentang pada permukaan
yang keras dan rata. Pada saat akan menelentangkan anak bila anak didapatkan
kontrol servikal.
Gunakan jari-jari tangan yang bebas untuk menopang dagu dan diletakkan pada
bagian tulang dari rahang bawah sehingga dagu ditopang ke depan agar tidak
menutup jalan nafas, harus dijaga agar tidak sampai mulut terkatup atau menekan
bagian-bagian lunak dari rahang.
Penolong meletakkan 2 atau 3 jari di bawah kedua sisi dari rahang bawah pada
sudutnya dan kemudian mendorong rahang kedepan.
Siku penolong harus diletakkan pada alas dimana pasien berbaring. Gerakan
pencangkilkan ini dapat disertai dengan kepala sedikit tengadah, sedangkan bila
pasien diduga cedera leher sebaiknya pencakilan tanpa posisi kepala tengadah.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Sambil tetap mempertahankan jalan nafas terbuka penolong dapat menutup mulut
dengan hidung anak. Jika pasiennya bayi, mulut penolong dapat menutup mulut dan
hidung pasien. Jika pasiennya lebih besar, hidung ditutup dengan pipi atau jari
telunjuk dan ibu jari tangan penolong yang menengadahkan kepala, kemudian tutup
mulut pasien dengan mulut penolong.
Tiupan lambat (1 – 1,5 detik tiap tiupan) diberikan dengan selang waktu penolong
menarik nafas (pengukuran waktu bernafas merupakan ukuran waktu penolong
menarik nafas (pengukuran waktu bernafas merupakan ukuran waktu inspirasi dari
pasien).
Jika denyut nadi teraba tetapi tidak ada usaha nafas Bantuan nafas harus segera
diberikan.
Untuk bayi diberikan bantuan nafas tiap 3 detik atau 20 x semenit.
Anak-anak tiap 4 detik (15x semenit)
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Jika nadi tak teraba, terjadi henti jantung kompresi dada harus dilakukan dan
harus dikoordinasi dengan bantuan nafas.
8. Kompresi Dada
Melakukan kompresi dada terdiri dari gerakan irama yang teratur, sehingga darah
dapat dipompakan pada organ-organ penting seperti jantung, paru dan otak, sehingga
pasien tetap hidup sampai bantuan hidup lanjut diberikan. Kompresi dada harus selalu
disertai dengan bantuan nafas. Untuk kompresi yang optimal, anak harus dalam posisi
horizontal terlentang pada permukaan yang keras.
1) Tariklah garis imaginer diantara putting susu sehingga memotong tulang dada
2) Jari telunjuk yang tidak memegang kepala bayi, diletakkan tepat di bawah garis
imaginer tadi pada sternum. Tempat untuk melakukan kompresi adalah satu jari
dibawah garis imaginer tersebut dan pada tempat jari tengah dan jari manis.
3) Dengan menggunakan 2 atau 3 jari pada tulang dada dikompresi sampai kedalam
0,5 – 1 inchi (1,3 – 2,5 cm) dengan kecepatan 100 x/menit.
4) Pada setiap akhir kompresi tekananan dilepaskan dan sternum dibiarkan kembali
pada posisi semula, tanpa melepaskan jari-jari dari sternum. Dengan irama
kompresi, relaksasi harus dilakukan dengan waktu yang sesuai dan tanpa gerakan
hentakan.
a. Pada Bayi Baru Lahir
Pada bayi baru lahir, aspiksia dapat menyebabkan vasekonstriksi perifer, hipoksi
jaringan, asidosis, kontraksi jantung yang memburuk, bradikardi dan henti jantung.
Keadaan kritis ini dapat dihindarkan jika segera melakukan ventilasi efektif dan
oksigenasi. Kompresi dada harus segera dilakukan jika frekuensi jantung dibawah
60x/menit atau dibawah 80x/menit dan tidak meningkat walau diberikan O2 100%
selam 30 detik. Terdapat 2 teknik kompresi dada pada bayi baru lahir dan bayi kecil,
keduanya harus dipelajari. Pertama, dengan menggunakan 2 jempol tangan yang
diletakkan pada 2/3 bagian atas tulang sternum dengan jari-jari lain melingkar dada
dan menunjang punggung (lihat gambar)
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Jempol harus diletakkan pada sternum tepat di bawah garis diantara puting susu. Pada
bayi yang sangat kecil mungkin jempol harus saling bertumpuk. Bagian bawah
sternum tidak boleh ditekan karena dapat merusak organ abdomen. Jika bayi lebih
besar atau tangan penolong lebih terlalu kecil untuk melingkari dada bayi, kompresi
dilakukan dengan memakai 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) pada satu jari
dibawah garis imaginer. Tangan yang lain dapat dipakai sebagai alas punggung.
Sternum dikompresi hars hati-hati dan lembut, tidak menghentak dan sama dalam
waktu relaksasi. Jempol tangan atau jari-jari tidak boleh lepas dari sternum selama
fase relaksasi. Frekuensi nadi harus diperiksa periodik dan kompresi dihentikan jika
frekwensi telah mencapai lebih dari 80 x/menit. Kompressi harus disertai tekanan
ventilasi positif dengan O2 100% pada kecepatan 40 – 60x/menit.
b. Pada Anak-Anak
1) Cari dan raba batas bawah dari iga-iga yang terletak dekat penolong dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
2) Kemudian diikuti tengah pada tonjolan tersebut, jari telunjuk ditelentangkan
kesamping jari tengah
3) Dengan jari tengah pada tonjolan tersebut, jari telunjuk ditelentangkan disamping
jari tengah.
4) Letakkan pangkal telapak tangan disamping jari telunjuk, dengan arah axis
memanjang dari pangkal telapak tangan sejajar sternum.
5) Kompressi dada dilakukan dengan satu tangan sampai kedalaman 1 ½ inci (2,5
– 3,8 cm) dengan kecepatan 80 – 100x/menit.
6) Kompressi harus hati-hati, lembut tidak menghentakkan dan dada harus dapat
kembali pada posisi semula setelah setiap relaksasi lamanya harus sama.
7) Jika anak lebih besar atau lebih dari 8 tahun, harus dipakai seperti pada cara RJP
dewasa.
Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda. Saat menghentikan
RJP merupakan keputusan yang sangat sulit yang tergantung :
a) Lamanya kematian Klinis
b) Prognosis pasien (ditinjau dari penyebab henti jantung)
c) Penyebab henti jantung (pada henti jantung karena listrik minimal 1 jam)
Sebaiknya keputusan penghentian RJP diserahkan kepada dokter.
Komplikasi RJP :
a) Fraktur Iga
Sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan walaupun terasa ada
fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi tangan salah
b) Perdarahan intra abdominal
Posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan procesus xipoideus ke arah hepar
(limpa).
c) Distensi lambung karena pernafasan buatan.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Tujuan :
Untuk mengatasi henti nafas dan henti jantung.
Prinsip :
Cepat dan tepat
Alat :
- Sarung tangan
- Pocket Facemask
- Orofaringeleal
- Ambu Bag
- Slang oksigen
- Tabung oksigen
- Trolly Emergency
Dokumentasi :
Primary Survey
- Jalan Nafas
Hasil Observasi : look, listen and feel
Pembebasan jalan nafas (heat tilt, chim lift, jawa thrust, dengan control servikal)
- Pernafsan (Breathing) :
Untuk mengetahui apakah usaha ventilasi efektif atau tidak hanya pada saat pasien
bernafas. Pengkajian berfokus pada auskultasi bunyi nafas dan evaluasi ekspansi
dada, usaha respirasi, dan adanya bukti trauma dinding dada atau abnormalitas fisik.
- Circulation
Memperbaiki dan mempertahankan sirkulasi yang efektif melalui resusitasi
kardiopulmoner, kontrol perdarahan, akses intravena dengan penatalaksanaan cairan
dan perdarahan jika diperlukan, dan obat-obatan.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
NAMA MAHASISWA :
NIM :
No Tindakan Dilakukan
Ya Tidak
1. Menggunakan sarung tangan
2. Memastikan keamanan lingkungan
3. Menilai kesadaran
4. Meminta pertolongan
5 Memperbaiki posisi pasien
6 Mengatur posisi penolong
7 Memeriksa jalan nafas
8 Membuka jalan nafas
Head tilt
Chin Lift
Jaw thurst
9 Memastikan pasien tidak bernafas
Look (melihat)
Listen (mendengar)
Feel (merasakan)
10 Membersihkan jalan nafas
Sapuan jari (finger sweep)
Suction
11 Memberikan bantuan nafas
Mulut ke mulut
Mulu ke hidung
Alat ke mulut dan hidung
Bag- valve-mask ke mulut dan hidung
12 Memastikan ada tidaknya denyut jantung
13 Memberikan Bantuan Sirkulasi
14 Mengevaluasi Setiap Sirkulasi
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Pengertian :
Suatu tindakan yang dilakukan untuk memberi pertolongan dengan menggunakan
peralatan yang ada dan dimodifikasi sesuai kebutuhan dalam usaha melindungi
korban selam pemindahan.
Tujuan :
Menghindari cedera lebih lanjut dan mengurangi nyeri
Mempermudah dan mempercepat memberi tindakan
Indikasi :
Pasien yang mengalami kecelakaan baik darat, laut dan udara
Kontra Indikasi
Tidak ada
Persiapan Alat :
Mobil Ambulans
Bidai
Perban
Tandu (selimut pengangkat)
Neck collar
Prosedur Kerja :
Metode Perpindahan
Metode apapun yang dipilih, aturan-aturan dasar pengangkatan pasti diterapkan.
1. Berdiri dengan kaki yang diberi jarak, kaki utama berkedudukan kerah pemindahan
(lihat gambar 13.1)
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Teknik-teknik ini dapat digunakan ketika hanya tersedia seorang penolong atau
jika korban dapat membantu pemindahan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
(a) dibantu oleh satu orang (b) dibantu oleh dua orang
Teknik-teknik lainnya akan meliputi beberapa pengangkatan, oleh karena itu harus
ada lebih dari satu orang. Karena dua orang akan menggenggam tangan harus
disepakati dulu (Ada 3 genggaaman yang direkomendasikan untuk dipilih.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Digulingkan miring pada satu sisi dan gulungan selimut diletakkan rapat di
sepanjang punggung korban termasuk dibagian kepala dan kakinya. Hal yang sama
juga dilakukan untuk sisi lainnya. Penolong pertama kemudian menempatkan diri
mereka disetiap sudut dan menggulung selimut ke arah korban dengan kedua
tangannya. Dengan komandan dari satu orang dari mereka semuanya meluruskan
lutut dan pinggul secara bersamaan dan mengangkat korban. Ketika korban telah
dibawa ketempat aman, maka harus diturunkan secara bersamaan juga.
(iv) Tarikan
Tarikan dilakukan karena korban sendiri tidak mampu menolong dan tidak ada
bantuan lain yang tersedia. Kemudian korban harus ditarik keluar.
Yakinkan jalur yang akan dilewati bebas dari penghambat dan benda-benda tajam.
Aplikasikan aturan-aturan pengangkatan usahakan sedekat mungkin dengan korban.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Selalu menarik berat. Badan ke arah diri anda. Gunakan tarikan pendek, istirahat
diantaranya dari pada menggunakan tarikan panjang atau sentakan tajam. Jika
mungkin berlutut atau jongkok dibelakang korban. Tempatkan korban dalam posisi
datar (jika tidak ada kontradiksi, dengan lengan menyilang tubuhnya, rebahkan
kepalanya secara perlahan. Pastikan bahwa tidak ada hambatan dalam
pemindahannya. Lebih baik menggunakan genggaman lengan atau menggenggam
baju korban pada pundaknya dan dorong secara perlahan. Jangan menarik korban
dengan menggunakan aksila karena akan merusakkan persendian bahunya. Jika
tersedia, tempatkan sebuah selimut plastik di bawah korban akan memfasilitasi
pergeseran tubuh.
(e) Nyeri yang akan menghambat atau mencegah pergerakan, keadaan ini dapat
terlihat melalui erangan-erangan atau pergerakan dari korban, dan akan suhu
dilihat jika korban tetap diam dan menolak untuk menggerakkan bagian yang
nyeri.
(f) Anggota badan tidak dapat dipergunakan atau terbatas penggunannya fraktur
atau laserasi hebat dengan perdarahan membutuhkan penanganan terlebih
dahulu sebelum pergerakan memungkinkan dilakukan.
(g) Keterbatasan fisik contohnya paralise, spastisiti, kehilangan anggota tubuh atau
anggota tubuh buatan, dimana semuanya dapat terjadi sebelum kejadian
berlangsung tetapi dapat juga disebabkan oleh kejadian tersebut.
(h) Keadaan mental/emosi dapat menyebabkan korban menjadi panik atau tidak
kooperatif atau menolak untuk ditolong.
(i) Berat dan tinggi korban harus diperkirakan saat akan menentukan alternatif
pemindahan korban.
(a) .
(b) .
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
(c)
Selimut Pengangkat
ELEKTROKARDIOGRAPH (EKG)
NAMA MAHASISWA :
NIM :
OBSERVASI
No Jenis Kegiatan Aspek yang dinilai Ket.
ya tidak
1 Melakukan pemeriksaan a. Kriteria persiapan alat
12 lead 1) Alat lengkap dan siap pakai
2) Kapas Alkohol dalam tempatnya
3) Kapas/Kasa Lembut
b. Persiapan pasien
1) Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2) Posisi pasien diatur terlentang datar
b. Kriteria Pelaksanaan
1) Cuci tangan
2) Membuka dan melonggarkan pakaian pasien bagian atas, bila
pasiennya memakai jam tangan, gelang dan logam lain dilepas
3) Membersihkan kotoran dan lemak menggunakan kapas
menggunakan kapas pada daerah dada, kedua pergelangan tangan
dan kedua tungkai dilokasi pemasangan manset elektroda
4) Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda, Bila tidak ada jelly,
gunakan kapas basah
5) Memasang manset elektroda pada kedua pergelangan tangan dan
kedua tungkai
6) Memasang Arde
7) Menghidupkan Monitar
8) Menyambung kabel pada kedua pergelangan tangan dan kedua
tungkai pasien, untuk rekan ekstremitas lead (lead I, II, III, AVR,
AVF) dengan cara sebagai berikat :
- Warna merah pada tangan kanan
- Warna hijau pada kaki kiri
- Warna hitam pada kaki kanan
- Warna hijau paa kaki kiri
9) Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead :
V1 Pada interkosta keempat pada garis sternum sebelah kanan
V2 Pada interkosta keempat pada garis sternum sebelah kiri
V3 Pertengahan antara V2 dan V4
V4 Pada interkosta kelima pada mid aksila
V5 Pada aksila sebelah depan kiri
V6 Pada interkosta kelima pada mid aksila
V7 Pada Interkosta kelima pada aksila bagian belakang kanan
V8 Satu bidang (sejajar dengan V7 pada garis scapula
V9 Sejajar dengan V8 pada batas kiri dari columna vertebralis
10) Melakukan kalibrasi 10 mm dengan keadaan 25 mm/volt/ detik
11) Membuat rekaman secara berurutan sesuai dengan pilihan lead yang
terdapat pada median
12) Melakukan Kalibrasi kembali setelah perekaman selesai
13) Memberi identitas pasien hasil rekaman : Nama, umur , tanggal dan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
NILAI
No. KOMPONEN
0 1 2 3 4
1. PERALATAN :
a. Selang sonde (NGT) steril
b. Pelumas/Jelly
c. Spuit 50-60 ml
d. Plester Hipoalergik
e. Stetoskop
f. Nierbekken/ Bengkok
g. Sarung Tangan Steril/ Bersih
h. Spatel
i. Tissue Wajah
j. Handuk
k. Penlight
l. Korentang
2. PERSIAPAN KLIEN :
Memberitahukan pada klien tentang prosedur yang
akan dilakukan
3. PROSEDUR :
1. Mencuci Tangan
2. Dekatkan alat ke sisi tempat tidur dimana
perawat akan berdiri sesuai penggunaan tangan
3. Bantu klien untuk posisi flower atau semi flower
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
OBSERVASI
No Jenis Kegiatan Aspek yang dinilai Ket.
ya tidak
2 Merawat Luka Bakar c. Kriteria persiapan
1) Persiapan alat
a) Alat-alat steril
(1) Alat tenun
(2) Set ganti balutan
(3) Spuit 10 cc
(4) Kain kasa
(5) Verband sesuai dengan ukuran
(6) Sarung tangan
b) Alat-Alat tidak steril
(1) Bengkok
(2) Obat penenang (bila diperlukan)
c) Obat-obatan steril
(1) Zalp kulit sesuai program
(2) Cairan Desinfekten
2) Pasien
Pasien/keluarga diberikan penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
d. Kriteria Pelaksanaan
Memandikan pasien diruang khusus dengan fasilitas khusus :
1) Sebelum Tindakan
(a) Bak mandi dibersihkan dan didesinfeksi
(b) Bak mandi diisi air dengan suhu 37-43 derajat
(c) Masukkan Desinfektan kedalam bak mandi dengan
komsentrasi sesuai aturan
2) Selama Tindakan
(b) Cuci tangan
(c) Pasien diantar keruang khusus
(d) Pasien dipersiapkan dengan menanggalkan baju
(e) Perawat membantu dokter pada saat memandikan pasien :
a) Merendam pasien kedalam bak mandi
b) Mengambil jaringan nekrotik
c) Memecahkan Bulae
(f) Memindahkan pasien keatas brankar yang sudah dialas dengan
perlak dan alat tenun steril
(g) Mengeringkan baan pasien dengan handuk steril kemudian
pasien diberi zalf sesuai program dokter
(h) Menutup pasien dengan alat tenun steril kemudian pasien
diantar ketempat perawatan khusus
(i) Melakukan observasi terhadap :
(1) Tensi, nadi, suhu dan pernafasan
(2) Posisi jarum infus, kelancaran jarum infus
(3) Reaksi pemberian cairan infus dan reaksi pasien setelah
dimandikan
(j) Mencatat segala perkembangan dan hasil observasi
(k) Cuci tangan
3) Memandikan Pasien diruang tindakan
a) Cuci tangan
b) Pasien dipersiapkan, baju ditanggalkan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
OBSERVASI
No Jenis Kegiatan Aspek yang dinilai Ket.
ya tidak
(1) Mencuci darah luka bakar dengan cairan NaCI 0.9 %
yang sudah dicampur dengan desinfektan
(2) Membersihkan luka bakar dari segala kotoran yang
menempel
(3) Membuang jaringan nekrotik
(4) Memecahkan bullae dengan memakai spuit
(5) Membilas luka bakar dengan cairan steril tanpa
desinfektan
OBSERVASI
No Jenis Kegiatan Aspek yang dinilai Ket.
ya tidak
a. Kriteria Persiapan
1) Persiapan alat
a) Bidai dengan ukuran sesuai kebutuhan
b) Verband/ mitella
c) Gunting
2) Persiapan Pasien
a) Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
b. Kriteria Pelaksanaan
1) Cuci Tangan
2) Petugas I mengangkat daerah yang akan dipasang bidai
3) Petugas II meletakkan bidai melewati dua persendian anggota
gerak
4) Jumlah dan ukuran bidai yang dipakai disesuaikan likasi patah
tulang
5) Peugas I mempertahankan posisi anggota tubuh yang patah
sementara petugas II mengikat bidai
6) Cara pengikatan degan simpul hidup
7) Mengatur posisi pasien
8) Cuci tangan
9) Mencatat dalam catatan perawatan
Sub total
Total
Presentase
Jenis-jenis pembalutan/perban
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Jenis-jenis pembalutan
Bentuk segi tiga untuk kepala
Dasar segitiga dilipat selebar 5 cm dua kali
Letakkan bagian tengah lipatan itu diatas dahi
Bagian yang mengandung lipatan diletakkan sebelah luar
Ujung puncak segitiga ditarik kebelakang kepala sehingga puncak kepala
tertutup kain segitiga
Kedua ujung lipatan tadi dililitkan kebelakag kepala lalu kembali ke dahi dan
dibuat simpul didahi
Bila ujung dasar segitiga yang ada dibelakang terlalu pendek dapat langsung
diikat di belakang kepala :
Perban Kasa
Perban kasa dibuat dari benang yang dianyam jarang-jarang. Perban ini sering dipakai
untuk membalut luyka atau koreng pada anggota badan, sehingga pembalut basah atau
berbagai bahan dasar gips.
Perban Planel
Kain planel adalah kain berbulu, dipakai sebagai perban penekan, perban penarik pada
pertolongan pertama.
Perban Kambrik
Perban kambrik terbuat dari benang dan dianyam jarang-jarang. Serta pemakaiannya
sama dengan perban kasa.
Perban Trikot
Perban Trikot bahannya seperti kaus berbentuk pipa. Jenis ini sering dipakai untuk
membuat perban ransel. Selain itu anggota gerak yang akan digips, dimasukkan ke dalam
perban tricot, agar gips tidak langsung mengenai kulit.
CARA-CARA MEMBALUT
Demikian pula kedua ujung samping dililitkan kembali ke depan kepala sehingga
mengimpit lagi ujung perban tengah
Demikian seterusnya sampai semua perban terpakai
Perhatikan Gambar Berikut :
Membalut Persendian
1. Cara balut silang (spica)
Membalut silang dipakai pada pergelangan tangan (spika manus) atau pergelangan
kaki (spikapedis). Cara melakukan balutan spika menus dan spika pedis kurang lebih
sama. Oleh karena itu yang akan diterangkan hanya spiral manus saja.
a. Cara membalut silang pada pergelangan tangan (Spica Manus Desendens)
Mulailah dengan melilitkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan.
Arahkan perban ke distal melilit punggung tangan dan telapak tangan.
Masukkan lilitan diantara ibu jari dan jari telunjuk, miring pada punggung
tangan menuju pergelangan tangan
Lilitkan satu kali lalu ulangi pekerjaan itu sambil menggeser perban sedikit
demi sedikit sehingga seluruh pergelangan tangan terbalut.
Ujung perban akhir diletakkan dengan sepotong plester
Perhatikan gambar berikut :
Membalut Silang (Spica)
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
c. Cara membalut silang sendi pergelangan dan ibu jari (Spica Pollicis Desendens)
Balutkan perban beberapa kali pada pergelangan tangan
Melalui punggung tangan menuju ke ibu jari, lilitkan satu kali
Arahkan selanjutnya adalah ke pergelangan tangan dan kembali lagi ke ibu
jari
Lilitkan lagi satu kali, lalu teruskan dengan setiap kali lilitan digeser sedikit
hingga seluruh ibu jari terbalut.
Lilitkan perban terakhir pada pergelangan tangan diletakkan dengan plester
Perhatikan gambar berikut :
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
c. Membalut sendi pergelangan kaki secara balut silang (Spica Pedis Desendens)
Balutkan perban beberapa kali pada pergelangan kaki.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Dari pinggir lateral (Luar) kaki, perban melaui punggung kaki menuju ke mata
kaki medial (dalam)
Lilitkan perban ke belakang pergelangan mata kaki menuju kemata kaki (luar)
kemudian perban diarahkan ke punggung kaki lagi.
Lalu putarlah perban ketelapak kaki. Selanjutnya, diulangi cara pembalutan
tadi dengan menggeser sedikit demi sedikit ke arah proksimal sehingga
seluruh sendi terbalut.
A. PENDAHULUAN
Proses hemodialisa ditemukan oleh seorang ahli kimia Skotlandia yang
bernama Prof. Thomas Graham pada tahun 1854, dimana ditemukan prinsip
pemisahan bahan zat melalui membran semi permiabel. Hemodialisa sekarang
sudah banyak dikenal dan merupakan tindakan satu-satunya untuk kasus gagal
ginjal akut maupun kronik. Dan mulai dikembangkan di RSU Pemerintah sejak
November 1990. dialisis merupakan suatu terapi alternatif atau terapi pengganti
pada gagal ginjal Kronik (GGK) dengan maksud untuk memperpanjang
kelangsungan hiidup penderita sambil menunggu tindakan lebih lanjut yaitu
transplantasi ginjal.
Hemodialisa adalah suatu proses pemisahan sisa-sisa metabolisme yang
tertimbun dalam darah dan mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit juga asam
basa melalui sirkulasi ekstra korporel dengan menggunakan ginjal buatan.
B. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Hemodialisa berasal dari bahasa Yunani yaitu :
a. Haemo : Darah
b. Diaiisis : Lepas dari Sesuatu
Hemodialisis adalah suatu proses dialisis yang mempergunakan selaput
semipermiabel sebagai pemisah antara darah dan cairan dialisa yang dibuat
dengan sengaja.
4. Sistem Hemodialisa
Sistem hemodialisa terbagi dalam 3 komponen :
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
a. Sirkuit Darah
b. Ginjal buatan
c. Sirkuit dialisat
Flow motor
Pressure controller
Katub bypass
Blood leak detektor
Pompa dialisat
6. Prosedur Kerja
Menyiapkan mesin HD dan perlengkapanya :
1) Mesin HD :
Listrik
Air yang sudah diolah. Dimurnikan dengan cara :
Filtrasi
Softening
Deionisasi
Reverse osmosis (RO)
Saluran pembuangan cairan pencuci (drainage) :
Mesin :
- Rinse
- Desinfeksi dan pemanas
- Dialyse
2) Sirkulasi Dialisat :
Pencampuran dialisat yaitu dialisat pekat (consentrate dan air yang
sudah diolah dengan perbandingan 1 : 34
Batch system : dialisat sudah tercampur lebih dahulu sebelum HD
dimulai.
Proporsioning System : - Asetat
- Bicarbonat
Yaitu : dialisat pekat dan air yang sudah diolah, dicampur secara otomatis,
konstan selama HD oleh pompa proporsioning dengan perbandingan
campuran ;
Dialisat pekat : air = 1 : 34
Campuran ini dipompakan sekali saja ke kompartemen dialisat kemudian
dibuang.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
1) Sirkuit darah
Sirkuit darah ekstrakorporeal merupakan sirkuit darah diluar tubuh
yang berhubungan dengan sirkuit darah pasien yang merupakan sarana
hubungan sirkulasi dapat berupa pembuluh darah yang sudah ada seperti
vena femoralis, vena subclavia atau fistula (cemino) atau AV shunt
(scribner) dsb.
2) Ginjal buatan
Ginjal buatan (hallow feber) merupakan suatu tabung yang berisi
selaput semipermiabel yang berfungsi sebagai tempat terjadinya proses
dialisis
3) Sirkulasi Dialisat
Terdiri dari :
a) Sistem penyediaan dialisat, dibagi atas 2 jenis :
Batch sistem
Proporsioning sistem
b) Sistem pengaliran dialisat, dapat dibagi 3 yaitu :
Single pass
Recirculation single pass
recirculation
c) Bagian dalam sirkuit dialisat
Air bersih dan murni yang dilairkan melalui pemanas
Degasing device
Proportioning Device
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Monitor temperatur
Conductiviti monitoring
Komposisi dialisat :
Natrium : 135 – 145 meq/l
Kalium : 0 – 4.0 meq/l
Calsium : 2.5 – 3.5 meq/l
Khorida : 9.8 – 112 meq/l
Asetat/Bicarbonat : 33 – 45 meq/l
Dectrose : 2500 mg
3) Sirkuit Darah :
4) Sirkuit Darah :
Dialiser (Ginjal Buatan)
Selang darah : arteri dan vena (arteri venous blood line)
Priming
Perlengkapan :
- Dialiser (ginjal buatan)
- AVBL (arterial venous blood line)
- AVF
- Set infuse
- NaCL 0.9%
- Spoit 1 cc, 10 cc, 2.5 cc
- Heparin
- Alkohol
- Betadin
- Kain kasa dan kapas
- Doek steril dan klem
- Hands coend
Terbagi 3 yaitu :
1. Perawatan sebelum haemodialisis :
a. Mempersiapkan perangkap HD
b. Mempersiapkan mesin HD
c. Mempersiapkan cara pemberian heparin/heparinisasi
d. Memepersiapkan pasien dengan memperhatikan faktor biopsikososial, agar
penderita dapat bekerja sama dalam hal program HD
e. Mempersiapkan akses darah
f. Menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, nadi dan pernapasan
g. Mengambil pemeriksaan rutin dan sewaktu
Cairan yang masuk per parenteral maupun per oral catat jumlahnya dan ditulis
dilembaran follow up
Akses darah diperhatikan
Bila terjadi komplikasi segera atasi dan catat tindakan yang dilakukan serta
interpretasikan jenis komplikasi yang terjadi
Berat badan kering harus dicatat selama HD
3. Perawatan sesudah HD
Ada 2 hal yang perlu diperhatikan yaitu : cara mengakhiri HD pada pasien dan mesin
HD.
a. Cara mengakhiriHD pada pasien
Ukur tekanan darah dan nadi sebelum slang inlet dicabut
Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
Kecilkan aliran darah menjadi 5 ml/menit
Cabut AV fistula inlet, lalu bilas slang inlet memakai NaCL 0.9% sebanyak
50-100 cc. Lalu memakai udara hingga semua darah dalam sirkulasi
eksterakorporeal kembali ke sirkulasi sistemik
Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5-10 menit, hingga darah
berhenti dari luka tusukan
Luka bekas tusukan Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5-10
menit, hingga darah berhenti dari luka tusukan
Luka bekas tusukan ditutup pakai kassa steril dan betadin
Tekanan darah nadi, nadi, pernafasan ukur kembali, lalu dicatat
Timbang BB, lalu dicatat
Kirimkan darah ke laboratorium bila pemeriksaan diperlukan
Pengertian
Tekanan vena sentral (CVP) merupakan suatu pengukuran terhadap tekanan pada atrium
kanan dan vena cava.
Tujuan
Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien yang sangat dipengaruhi oleh faktor :
1. Volume Darah
2. Keefektifan Pembuluh Darah
3. Tonus vaskuler
Indikasi
Hipovolemi sehubungan dengan hemoragi dan dehidrasi.
Kemungkinan Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Emboli udara
3. Kelebihan cairan
4. Sepsis
5. Infeksi pada tempat tusukan
6. Emboli pulmoner
7. Disritmia
Persiapan Alat
1. Alat CVP dengan set penghubung intravena
2. Stopcock threeway
3. Manometer
Prosedur
1. Atur peralatan dan periksa patensi alat CVP
2. Jelaskan prosedur pada pasien
3. Baringkan pasien dengan posisi supinasi. Bila pasien tidak dapat beradaptasi dengan
posisi datar, letakkan bagian kepala dari tempat tidur serendah mungkin.
4. Temukan dan tandai titik nol pada atrium kanan, yang terletak pada ruang
intercostals keempat digaris midklavukularis. Tinggi kepala pasien dan titik nol harus
dipertahankan tetap untuk penilaian yang akurat.
5. Gunakan tehnik steril, hubungkan dengan manometer CVP ke stopcock threeway
sehingga cairan intravena masuk kedalam manometer. Aliran yng menuju pasien
ditutup. Manometer harus terisi 10 mmHg diatas nilai yang diharapkan.
6. Untuk menentukan pengukuran CVP, putar stopcock cairan yang mengalir kearah
pasien. Cairn dalam manometer turun sampai tingkat yang sama dengan tekanan
atrium kanan pasien, pada titik ini, tingkat cairan naik turun sesuai dengan tekanan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
atrium kanan pasien, pada titik ini, tingkat cairan naik turun sesuai dengan irama
pernapasan pasien karena perubahan dalam tekanan intra toraks. Nilai CVP dibuat
ketika pasien ekspirasi (pada titik terendah tekanan intra toraks)
7. Setelah melakukan penilaian, tutup aliran yang ke manometer, dimana aliran ke arah
pasien terbuka.
“Catatan”
Tekanan pada atrium kanan biasanya berkisar antara 0 – 4 cm, H2O, sedangkan
tekanan pada vena cava berkisar 4 – 14 cm H2O.
CVP yang rendah dapat menunjukkan :
o Penurunan volume darah
o Gagal Ginjal
Hasil peniaian CVP harus selalu dikaitkan dengan keadaan klinis pasien seperti :
1. Tekanan darah
2. Nadi dan respirasi
3. Suara Nafas dan Jantung
4. Pemasukan cairan
5. Pengeluaran urine
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
Pengertian
Analisa gas darah/AGD/astrup dalah salah satu tes diagnostik untuk menentutkan staus
respirasi : status oksigenasi dan status asam basah. Komponen pemeriksaan AGD adalah
pH, pO2, pCO2, saturasa O2, Buffer base (BB), base (BE)
Indikasi
Untuk mengevalaluasi dan membantu dalam penatalaksanaan hipoksia, keseimbangan
asam basa dan terapi oksigen.
Kontraindikasi
Sirkulasi kolateral tidak adekuat pada ekstremitas (berdasarkan hasil tes Allen)
Kemungkinan Komplikasi
Hematom
Tombosisi
Spasma arteri
Gangguan sirkulasi pada ekstremitas
Peralatan
Spuit 2,5 cc berisi heparin 0,5 cc
Kapas alkohol
Bantalan kasa
Plester adhesif
Label pengenal klien
Prosedur
Basahi seluruh dinding spuit dengan heparin dengan cara menarik plunger dengan
posisi vertical dan keluarkan udara dari dalam spuit.
Identifikasi klien, yakinkan dan jelaskan prosedur tindakan pada klien
Pilih tempat tusukan arteri radial yang terbaik karena dangkal dan sirkulasi kolateral
pada lengan. Hindari tempat yang terdapat hematom, tempat tusukan arteri berulang
atau kelainan patologis kulit. Jangan pilih tempat tusukan dimana ada sirkulasi darah
distal.
Lakukan tes allen paada bagian radialis untuk mengakaji adanya sirkulasi kolateral.
Perintahkan klien untuk mengepalkan tangannya dan melepaskan kepalan tersebut
bebefrapa kali, kemudian raba dengan lembut arteri radialis dan arteri ulnaris
menggunakan ibu jari. Selanjutnya lepaskan rabaan pada arteri radial. Harus dilihat
adanya denyutan eritema melewati permukaan dorsal dari lengan. Hal tersebut
menandakan adanya sirkulasi kolateral yang adekuat pada lengan.
Telentangkan pergelangan tangan sehingga bagian dorsal terpapar. Ginjal
pergelangan tangan handuk sehingga posisi tersebut mendekati 15 derajat
dorsofleksi. Pada saai ini raba arteri proksimal untuk mengantisipasi tempat tusukan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
dengan menggunakan sate atau 2 ujung jari. Tentukan dengan pasti dimana ada
denyutan. Desinbfeksi dengan kapas iodine atau kapas alkohol.
Letakkan jari pada posisi denyutan arteri sehingga denyutan tersebut mudah untuk
dipastikan. Tangan lain memegang spuit. Tusukan jarum denagn sudut 30-45 derajat
pada lengan klien. Tusukkan dengan perlahan ke dalam arteri sampai terlihat darah
naik dalam spuit secara spontan. Biarkan 1-2 ml darah memasuki spuit. Cabut jarum
dengan cepat, tekan tempat tusukan dengan lembut selama minimal 12 menit.
Bila darah tidak keluar, cabut jarum perlahan sampai ujungnya tepat dibawah
permukaan kulit dan dengan perlahan tusukan kembali jarum.
Klien yang mendapatkan terapi antikoagulan atau yang menderita kelainan
pembekuan darah harus diberikan tekanan ditempat tusukan selama 10 menit. Tutup
tempat tusukan dengan plester adhesif.
Keluarkan semua udara yang terdapat pada spuit dan pasang tutup jarum untuk
mencegah udara memasuki spuit dan mengganggu pengukuran.
Dengan segera masukkan spuit dalam lemari pendingin atau es dan berikan tabel
pengenal.
Lengkapi lembar formulir permintaan laboratorium dengan menuliskan suhu tubuh
klien dan konsentrasikan oksigen yang didapat bila ada.
Kirimkan sampel AGD dalam waktu 15 menit karena akan memberikan hasil
pengukuran terbaik.
Tindak lanjut
Observasi tempat tusukan arteri terhadap adnya perdarahan, hematom atau pucat
pada bagian distal.
Kaji perfusi darah pada lengan dengan memeriksakan kualitas denyut arus balik
kapiler, warna kulit, suhu dan rabaan.
Bila hasil AGD datang, analisa hasilnya, lakukan intervensi yang tepat, dan ingatkan
Dokter.
Dokumentasikan
Tempat tusukan
Hasil laboratorium dan intervensi yang diberikan
Toleransi klien terhadap prosedur
Semua order tambahan yang diterima setelah memberitahukan petugas yang
berwenang.
Komposisi
pH =-log( )=0.103xPa
Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa pH sangat dipengaruhi HCO3 dan pCO2.
Pa O2 : adalah tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang terlarut dalam darah. Jasi
PaO2 menunjukkan cukup tidaknya oksigenasi darah dalam arteri.
PaCO2 : adalah tekanan yang ditimbulkan oleh O2 yang terlarut dalam darah. PaCO2
dapat digunakan sebagai parameter cukup atau tidaknya ventilasi alveolar. PaCO2
rendah tersebut dengan hipokapnia, berarti terjadi hiperventilasi akibat stimulasi
pernafasan. paCO2 tinggi disebut hiperkanpnea, berarti terjadi kegagalan ventilasi
alveolar (hipoventilasi). Pada awal peningkatan PaCO 2 sistem pernafasan akan
terstimulasi untuk menurunkan PaCO2 tersebut. Sebaliknya jika PaCO2 sangat tinggi
justru akan menekan sistem pernafasan.
BB : konsentrasi dapar anion yang terdapat dalam darah. Pedu diingat bahwa
perubahan B.B akan menunjukkan adanya gangguan metabolic non respiratorik.
Dengan kata lain, nilai B.B tdak dipengaruhi oleh PCO2 dan perubahanny secara
langsung menunjukkan jumlah asam – basa yang menyebabkan perubahan tersebut.
B.E : atau base deficit, menggambarkan secara langsung jumlah dalam m Eq/L
kelebihan basa (kekurangan asam) atau kekurangan basa (kelebihan asam). Nilai
positif menggambarkan kelebihan basa, sementara nilai negatif menggambarkan
kekurangan basa.
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
KRIKOTIROTOMI
1. Pengertian
Tindakan gawat darurat dengan menusuk di membran krikotiroid pada keadaan
gawat nafas berat di luar kamar operasi
2. Indikasi
- Pada gawat nafas / sumbatan jalan nafas , bila intubasi endotrakea gagal
- Obstruksi orofaring yang di sebabkan oleh trauma
3. Persiapan alat:
4. Prosedur kerja
1. Jelaskan tindakan yang akan di lakukan
2. Alat-alat di dekatkan
3. Cuci Tangan
4. Klien terlentang dengan kepala ekstensi, letakkan bantal pasir/ gulungan
handuk di bawah skapula ( Punggung atas)
5. Pasang sarung tangan
6. Tentukan lokasi penusukan, raba daerah krikotiroid
7. Pegang kartilago tiroid degan jempol atau telunjuk kiri
8. Infiltrasi anastesi lokal di membran krikotiroid
9. Tusuk kulit dengan ujung pisau di daerah krikotiroid, tahan supaya luas lubang
1 cm
10. Masukkan dilator dekat pisau ke dalam lubang yang telah di buat
11. Masukkan kanul trakheostomi, ikat pada leher
12. Pasang balon pada kanul
13. Alat-alat di rapikan
14. Cuci tangan
15. Dokumentasikan tindakan yang di lakukan
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
TRAKEOSTOMI
1. Pengertian
Tindakan Membuat lubang di dinding trakea yang di pakai untuk pernafasan atau
mengisap sekret dari paru.
2. Indikasi :
- Sumbatan saluran nafas bagian atas :
- Kelainan kongenital, trauma eksternal, infeksi, tumor,kelainan neurologi
- Untuk pembebasan jalan nafas. : Koma, Trauma dada, Luka bakar, Aspirasi
- Untuk Ventilasi
3. Persiapan Alat
a. Scapel
b. Gunting tajam dan panjang
c. Sepasang retraktor
d. Klem arteri
e. Gunting tajam dan kecil untuk membuat lubang trakea
f. Kanul trakea
g. Obat anastesi (xylocain+ adrenalin)
h. Kasa steril
i. Tali pengikat kanul trakea
j. Betadin – alkohol untuk antiseptik
k. Handscoond
l. Nearbekken
m. Duk steril Lubang
n. Spoit
4. Prosedur Kerja
1 Jelaskan tindakan yang akan di lakukan
2 Alat-alat di dekatkan dengan klien
3 Cuci tangan
4 Sebaiknya sebelum di lakukan trakeostomi di lakukan tindakan intubasi
endotrakea.
5 Klien di tidurkan dalam posisi terlantang dengan bantal pasir di letakkan
di bawah punggung klien
6 Antara kartilago tiroid dan suprasternal di bersihkan aseptik dan
antiseptik,
7 Pasang duk steril
8 Sutikkan obat anastesi secara infiltratif di garis tengah antara kartilago
tiroid dan supra sternal
9 Buat insisi vertikal antara 1cm di bawah kartilago tiroid dan 2 cm di atas
suprasternal atau insisi horizontal di tengah-tengah antara kartilago tiroid
dan suprasternal
10 Jaringan subkutis di buka dengan gunting panjang dibuka (dengan bagian
belakang dari gunting) lapis demi lapis sehingga fasia pretrakhea juga
terpotong
PANUM Profesi Ners Unsulbar Keperawatan Gawat Darurat 2020
6. Komplikasi
Empisema subkutis, terrjadi apabila stoma terlalu besar sedangkan insisi kulit
terlalu sempit
Letakkan kanul tidak di tempanya, masuk fasia pretrakea, klien akan sesak
nafas dan terdapat empisema yang luas
Pneumothoraks
Sumbatan jalan nafas karena kanul tersumbat
pneumomediastinum