Anda di halaman 1dari 21

MATERI

INTI

Initial Assessment

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melakukan Penilaian awal (Initial Assessment)

TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan aman penolong, lingkungan dan pasien
2. Menjelaskan definisi dari Initial Assessment
3. Menjelaskan tahapan Initial Assessment
4. Melakukan Initial Assessment

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 49
KONSEP PASIEN PASIEN SAFETY (AMAN PENOLONG, LINGKUNGAN DAN
PASIEN) DALAM INITIAL ASSESSMENT
Kegawatan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menimpa seseorang yang
dapat menyebabkan sesuatu yang mengancam jiwanya dalam arti melakukan pertolongan
tepat,cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat.
Banyak sebab yang dapat berakibat kematian atau cacat dalam waktu yang singkat baik dari
penyebab medik ataupun trauma,yang mengakibatkan kegawatan meliputi jalan nafas dan
fungsi nafas,fungsi sirkulasi,fungsi otak dan kesadarn.Unsur penyebab medik
kegawatdaruratan antara lain karena penyakit,obat-obatan dan penyebab trauma.Pemeriksaan
dan tindakan pasien gawat darurat harus memperhatikan keselamatan penolong, lingkungan
dan pasien.

Gambar : Keamanan brankard


Gambar : Universal precausion

Gambar: penggunaan APD pada initial assessment

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 50
Definisi Initial Assessment
Initial Assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat
yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi.Tujuan dari penilaian awal adalah untuk
memberikan pertolongan pada kondisi yang mengancam jiwa biasanya kurang dari 60 detik
untuk menyelesaikannya (Aehlert barbara,2007). Perawat gawat darurat harus melakukan
pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah
keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.Pengkajian merupakan pendekatan
sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat.Proses pengkajian
dibagi dalam dua bagian yaitu pengkajian primer(primary survey) dan pengkajian
sekunder(scondary survey)

TAHAP INITIAL ASSESSMENT


Tahapan dalam initial assessment meliputi :
1. Persiapan,antaralain
a. Fase pra rumah sakit, harus ada koordinasi yang baikantara dokter di rumah sakit dengan
petugas lapangan sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan diri. Pada fase ini
dititikberatkan pada stabilisasi pasien yang menyangkut penjagaan jalan nafas, kontrol
perdarahan dan syok, immobilisasi pasien dan transportasi pasien.
b. Fase rumah sakit, harus mempersiapkan diri sebelum pasien tiba seperti perlengkapan airway,
cairan kristaloid yang telah dihangatkan, perlengkapan monitoring, alat-alat proteksi diri dan
tenaga medis dan penunjangnya sendiri.
2. Triage
3. Survei primer
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap survey primer dan resusitasi
6. Survei sekunder
7. Tambahan terhadap survey sekunder
8. Pemantauan dan re-evaluasi
9. Penanganan definitive

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 51
PELAKSANAAN INITIAL ASSESMENT
1. Mempersiapkan penderita

Pada praktek sehari-hari di Instalasi Gawat Darurat (IGD), mempersiapkan penerimaan


penderita diperlukan SDM yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan cukup/memadai
serta terlatih (kompetensi SDM di IGD), komunikasi/anamnesis yang cepat dan tepat
diperlukan agar terhindar dari kesalahan cara penerimaan pasien. Bila petugas IGD harus
menjemput pasien di lapangan maka koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit
dengan petugas dilapangan akan menguntungkan penderita. Seharusnya rumah sakit sudah
diberitahu sebelum pasien mulai diangkut dari tempat kejadian sehingga rumah sakit dapat
mempersiapkan peralatan dan tim trauma pada saat penderita tiba di rumah sakit.
Ada 2 tahap persiapan penderita :
a. Pra-rumah sakit dan
b. Intra rumah sakit.
a. Pra rumah sakit :
Merupakan fase yang cukup menentukan untuk keselamatan pasien, mulai dari penanganan
awal hingga rujukan pasien ke RS yang tepat.
Yang perlu dipertimbangkan :
• Koordinasi dengan rumah sakit tujuan yang disesuaikan dengan kondisi penderita dan
jenis penyakitnya/perlukaannya
• Penjagaan jalan napas, control perdarahan dan imobilisasi penderita.
• Koordinasi dengan petugas lapangan lainnya

b. Intra rumah sakit :


Di dalam rumah sakit sendiri harus dipersiapkan SDM serta sarana dan prasarananya
sebelum penderita tiba.
Persiapan tersebut meliputi:
• Alat perlindungan diri (APD)
• Kesiapan perlengkapan dan ruangan untuk resusitasi
• Persiapan untuk tindakan resusitasi yang lebih kompleks
• Persiapan untuk terapi definitive/Kesiapan SDM yang sesuai dengan jenis
penyakit/perlukaannya

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 52
Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data/informasi kesehatan pasien yang akan
digunakan sebagai dasar penentuan masalah keperawatan pasien. Pada dasarnya pengkajian
dilakukan melalui tahapan : pengumpulan data (subyektif maupun obyektif),
validasi/pengecekan data dan pengelompokan data.

Pada kondisi kegawatdaruratan, prioritas data yang harus dikumpulkan adalah data tentang
kondisi pasien yang paling cepat menimbulkan kematian atau penurunan fungsi tubuh.
Pengkajian di UGD memiliki karakteristik:
1. Dilakukan secara cepat
2. Sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan
3. Pengkajian berfokus pada keadaan pasien

Berdasarkan karakteristik tersebut, proses pengkajian di UGD terdiri atas: pengkajian umum,
pengkajian primer dan pengkajian sekunder

Pengkajian Umum
1. Pengkajian umum meliputi:

Pengkajian kondisi/kesan umum


Adalah kesan pemeriksa terhadap keadaan pasien.Kesan diperoleh dalam beberapa detik
untuk dapat menentukan langkah lebih lanjut. Kesan umum meliputi: kondisi umum
pasien, misalnya Kondisi umum lemah, sedang, baik.

Pengkajian kesadaran
Kaji status kesadaran pasien dengan berbicara kepada apsien, kenalkan diri dan tanyakan
nama pasien. Perhatikan respon pasien.Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan
pengkajian selanjutnya.
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU lebih dipilih karena hanya memerlukan
waktu singkat dan sederhana :

A Alert Pasien berespon terhadap lingkungan, sadar dengan kejadian


yang menimpanya
V Verban response Pasien berespon terhadap pertanyaan perawat

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 53
P Pain response Pasien berespon terhadap rangsangan nyeri
U Unresponsiveness PAsien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri

Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial
dari kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan
hidup).Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal
tersebut memungkinkan.

Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:


1. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal
2. Breathing dan ventilasi
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
4. Disability
5. Exposure control, dengan membuka pakaian pasien tetapi cegah hipotermi.

Komponen Pengkajian Primer

1. Airway (jalan nafas) dengan kontrol servikal


Saat melakukan pengkajian, apabila ditemukan jejas di daerah dada, punggung,
klavikula, leher, wajahdan kepala, maka pastikan adanya kemungkinan fraktur servikal.
Apabila ditemukan sumbatan jalan nafas dan fraktur cervical, lakukan tindakan
pembebasan jalan nafas dan gunakan collar neck.

Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal:
 Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
 Distress pernafasan
 Kemungkinan fraktur servikal

Tanda tanda dan macam sumbatan jalan nafas


Sumbatan jalan nafas total
 Pasien sadar : memegang leher, gelisah, sianosis
 Pasien tidak sadar : tidak terdengar suara nafas dan sianosis

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 54
Sumbatan parsial jalan napas
 ada kesulitan bernapas
 retraksi suprasternal
 masih terdengar suara napas
 suara stridor
Sumbatan total jalan napas
 tidak ada suara napas
 ada kesulitan bernapas
 retraksi interkostal
 tidak dapat berbicara atau batuk
 memegang leher
 ada tanda-tanda kepanikan
 wajah pucat, sianotik

Cara Pengkajian
 Look : apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas clavikula, adanya
penggunaan otot tambahan
 Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah suara tambahan
 Feel: rasakan adanya pergerakan udara ekspirasi

2. Breathing dan Ventilasi


Ditujukan untuk mengkaji henti nafas dan adekuatnya pernafasan:
 Frekuensi nafas, usaha nafas dan pergerakan dinding dada
 Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
 Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
Cara pengkajian
 Look :Lihat pergerakan dada, irama, kedalaman, simetris atau tidak, dyspnea
 Listen : dengarkan dengan atau tanpa stetoskop, apakah ada suara nafas
 Feel : Rasakan adanya pergerakan udara respirasi

3. Circulation
Ditujukan untuk mengkaji ada atau tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok dan adanya
perdarahan eksternal:

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 55
 Denyut nadi: kekuatan dan kecepatan. Nadi karotisuntuk dewasa, nadi brakhialis
untuk anak anak
 Warna kulit, kelembaban kulit
 Tanda-tanda perdarahan eksternal
 Tanda jejas/trauma

Cara Pengkajian:
 Look: warna kulit, adanya sianosis pada bibir, perifer dan kuku.
 Feel: raba denyut nadi. Nadi karotisuntuk dewasa, nadi brakhialis untuk anak anak

Henti jantung adalah gejala syok yang sangat parah. Pasien mungkin akan menarik nafas
satu atau dua kali kemudian berhenti bernafas, dan pasien dalam kondisi tidak sadar.
Segera lakukan BHD untuk pertolongan awal.

Syok
 Perfusi :
 pucat - dingin - basah
 cap. refill time lambat (kuku, telapak)
 Nadi > 100
 Tekanan darah < 100 (atau 90) mmHg

Nadi masih teraba di: Tek darah


art. radialis > 80 mmHg
art. femoralis > 70 mmHg
art. carotis > 60 mmHg

4. Disability

Ditujukan untuk mengkaji kondisi neuromuskuler pasien


 GCS atau pada anak tentukan : alert (a), respon verbal (v), respon nyeri /pain (p),
tidak berespons/ unresponsive (u).
 pupil (ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya)
 kemampuan motorik (penilaian ekstremitas meliputi sensorik dan motorik).
 amati tanda-tanda trauma : adanya jejas.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 56
Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah A (Airway, B(Breathing), dan C(Circulation)
yang ditemukan saat pengkajian primer dapat diatasi.
Pengkajian sekunder meliputi pengkajian subyektif dan obyektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga)
dan pengkajian dari kepala sampai kaki.

1. Riwayat penyakit:

Komponen yang perlu dikaji adalah:


 Keluhan utama dan alasan pasien dibawa ke rumah sakit
 Lama waktu kejadian sampai dengan dibawa ke rumah sakit
 Tipe cedera, posisi dan lokasi cedera.
 Gambaran mekanisme cedera
 Waktu makan terakhir
 Riwayat pengobatan terakhir
 Imunisasai tetanus, riwayat alergi

Metode Pengkajian
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat pasien adalah menggunakan metode
SAMPLE :
S Sign and symptom Tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan
pasien
A Allergies Alergi yang dimiliki pasien
M Medications Obat yang diminum pasien untuk mengatasi
masalah
P Pertinen past medical history Riwayat penyakit yang diderita
L Last oral intake solid or liquid Makan/minum terakhir, jenis makanan, ada
penurunan atau peningkatan kualitas makanan.
E Event leading to injury / Pencetus/kejadian penyebab keluhan
illness

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 57
Metode untuk mengkaji nyeri :
P Provoked Pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan
Q Quality Kualitas nyeri, keluhan pasien subyektif terhadap
nyeri yang dirasakan
R Radian Arah penjalaran nyeri
S Severity Keparahan nyeri, dinyatakan dengan Visual
Analog Scale (0 – 10)
T Time Lamanya nyeri dialami pasien.

Tanda tanda vital dengan mengukur tekanan darah; irama dan kekuatan nadi; irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan dan suhu tubuh

2. Pengkajian Head to Toe

 Pengkajian kepala, leher dan wajah


– Periksa wajah, adakah luka dan laserasi, perubahan tulang wajah dan jaringan lunak,
adakah perdarahan serta benda asing.
– Periksa mata, telinga, hidung, mulut. Adakah tanda-tanda perdarahan, benda asing,
deformitas, laserasi, perlukaan serta adanya keluaran
– Amati bagian kepala, adakah depresi tulang kepala, tulang wajah, kontusio/jejas,
hematom, serta krepitasi tulang.
– Kaji adanya kaku leher
– Nyeri tulang servikal dan tulang belakang, deviasi trachea, distensi vena leher,
perdarahan, edema, kesulitan menelan, emfisema subcutan dan krepitas pada tulang.
 Pengkajian dada
– Pernafasan : irama, kedalaman dan karakter pernafasan
– Pergerakan dinding dada anterior dan posterior
– Palpasi krepitas tulang dan emfisema subcutan
– Amati penggunaan otot bantu nafas
– Perhatikan tanda-tanda injuri atau cedera : petekiae, perdarahan, sianosis, abrasi dan
laserasi.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 58
 Abdomen dan pelvis
Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis :
– Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
– Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi, distensi abdomen,
jejas.
– Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
– Nadi femoralis
– Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
– Bising usus
– Distensi abdomen
 Genitalia dan rectal :
Hal yang perlu dikaji adalah:perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis,
tonus spinkter ani
 Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
– Tanda-tanda injuri eksternal
– Nyeri
– Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
– Sensasi keempat anggota gerak
– Warna kulit
– Denyut nadi perifer
 Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
– Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien
dimiringkan untuk mengamati :
– Deformitas tulang belakang
– Tanda-tanda perdarahan
– Laserasi
– Jejas
– Luka
– Palpasi deformitas tulang belakang
 Psikososial:
Pengkajian psikososial meliputi

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 59
 Kaji reaksi emosional:
– Cemas
– Kehilangan
 Kaji riwayat serangan panic akibat adanya factor pencetus seperti: sakit tiba
tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh atau anggota keluarga
 Kaji adanya tanda tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan:
takikardi, tekanan darah meningkat, hiperventilasi

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan meliputi :
– Radiologi dan scanning
– Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan
lain-lain
 Psikososial
 Pemeriksaan penunjang

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


Diagnosa atau masalah keperawatan dapat teridentifikasi sesuai kategori urgensi masalah
berdasarkan pada sistem triage dan pengkajian yang telah dilakukan.

Prioritas ditentukan berdasarkan besarnya ancaman kehidupan : Airway, breathing dan


circulation.

1. Mempersiapkan penderita

Pada praktek sehari-hari di Instalasi Gawat Darurat (IGD), mempersiapkan


penerimaan penderita diperlukan SDM yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan
cukup/memadai serta terlatih (kompetensi SDM di IGD), komunikasi/anamnesis yang
cepat dan tepat diperlukan agar terhindar dari kesalahan cara penerimaan pasien. Bila
petugas IGD harus menjemput pasien di lapangan maka koordinasi yang baik antara
dokter di rumah sakit dengan petugas dilapangan akan menguntungkan penderita.
Seharusnya rumah sakit sudah diberitahu sebelum pasien mulai diangkut dari tempat

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 60
kejadian sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan peralatan dan tim trauma pada saat
penderita tiba di rumah sakit.
Ada 2 tahap persiapan penderita :
a. Pra-rumah sakit dan
b. Intra rumah sakit.

a. Pra rumah sakit :


Merupakan fase yang cukup menentukan untuk keselamatan pasien, mulai dari
penanganan awal hingga rujukan pasien ke RS yang tepat.
Yang perlu dipertimbangkan :
 Koordinasi dengan rumah sakit tujuan yang disesuaikan dengan kondisi penderita
dan jenis penyakitnya/perlukaannya
 Penjagaan jalan napas, control perdarahan dan imobilisasi penderita.
 Koordinasi dengan petugas lapangan lainnya

b. Intra rumah sakit :


Di dalam rumah sakit sendiri harus dipersiapkan SDM serta sarana dan prasarananya
sebelum penderita tiba.
Persiapan tersebut meliputi:
 Alat perlindungan diri (APD)
 Kesiapan perlengkapan dan ruangan untuk resusitasi
 Persiapan untuk tindakan resusitasi yang lebih kompleks
 Persiapan untuk terapi definitive/Kesiapan SDM yang sesuai dengan jenis
penyakit/perlukaannya
2. Triase

Triase (triage) adalah tindakan untuk mengelompokkan penderita berdasar pada


beratnya cedera yang diprioritaskan berdasar ada tidaknya gangguan pada Airway (jalan
napas), Breathing (pernapasan), Circulation (sirkulasi), Disability (kondisi neurologis),
dan Exposure / Environment.
Penderita yang mengalami gangguan jalan napas (Airway) harus mendapatkan
prioritas penanganan pertama mengingat adanya gangguan jalan napas adalah penyebab
tercepat kematian pada penderita.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 61
Gb.Guidelines for Field Triage of Injured Patients (CDC, 2011)

Triase juga mencakup pengertian mengatur rujukan sedemikian rupa sehingga


penderita mendapatkan tempat perawatan yang semestinya.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 62
Tindakan triase dapat dikerjakan pada sekelompok
pasien, misal pada keadaan bencana atau korban
massal, atau pada penderita tunggal untuk menentukan
diagnosis.Dalam lingkup internasional, telah disusun
beberapa pedoman untuk membantu melakukan proses
triase. Seperti Guidelinesfor Field Triage of Injured
Patients untuk individu korban trauma di lapangan,
Simple Triage And Rapid Treatment / START untuk
korban musibah massal, Emergency Severity Index
untuk penderita di unit gawat darurat, dsb.
Gb. Triase pada korban massal
Triase pada musibah massal :
a. Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melebihi
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah gawatdarurat
dan multitrauma akan ditangani terlebih dahulu.
b. Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan ditangani terlebih dahulu
adalah penderita dengan kemungkinansurvival yang terbesar, serta membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.

Gb. Simple Triage And Rapid Treatment (Hoag Hospital and the Newport Beach Fire Department,1983)

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 63
Gb. Emergency Severity Index (Agency for Healthcare Research and Quality, 2011)
3. Survey Primer, Resusitasi dan Pemeriksaan penunjang untuk survey primer

Survey primer atau primary survey adalah pemeriksaan secara cepat fungsi vital
pada penderita dengan cedera berat dengan prioritas pada ABCD, fase ini harus
dikerjakan dalam waktu yang singkat dan kegawatan pada penderita sudah harus dapat
ditegakkan pada fase ini. Seperti sudah disampaikan di atas bahwa analisa dan
penanganan pasien di IRD harus berurutan akan tetapi bisa juga simultan, sehingga bila
kita membahas masalah survey primer tidak bisa terlepas dari tindakan resusitasi dan
kemungkinan diperlukannya pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
maupun tindakan selanjutnya. Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan nyawa harus
segera dikerjakan apabila dijumpai kegawatan pada penderita. Tindakan pada survey
primer meliputi penilaian:
(A)atauAirway maintenance adalah mempertahankan jalan napas, hal ini dapat
dikerjakan dengan teknik manual ataupun menggunakan alat bantu (pipa orofaring, pipa
endotrakheal dll). Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher sehingga harus
diperhatikan
 menjaga stabilitas tulang leher

 kontra indikasi penggunaan alat-alat bantu

(B)atauBreathing adalah menjaga pernapasan/ventilasi dapat berlangsung dengan baik.


Adanya kegawatan/gangguan ventilasi (pasien EPA, Asthma Bronchiale) dan setiap

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 64
pasien trauma berat memerlukan tambahan oksigen yang harus diberikan kepada
penderita dengan cara yang efektif.
(C) atauCirculation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan untuk
menghentikan perdarahan. Pengenalan dini tanda-tanda syok perdarahan dan pemahaman
tentang prinsip-prinsip pemberian cairan sangat penting untuk dilakukan sehingga
menghindari pasien dari keterlambatan penanganan.
(D)atauDisability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya
gangguan neurologis bila pasien tersebut tidak segera ditangani.
(E)atauEnvironment atau Exposure adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita
untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak terlihat dengan
menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
Selama survey primer ini keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.Resisusitasi yang agresif dan pengelolaan yang
cepat dari keadaan yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin
penderita tetap hidup.Prioritas penanganan kegawatan dilakukan berdasar urutan diatas,
namun bila memungkinkan dapat juga dilakukan secara simultan.Prioritas penanganan
untuk pasien usia muda maupun usia lanjut adalah sama. Salah satu perbedaannya adalah
bahwa pada usia muda ukuran organ relatif lebih kecil, dan fungsinya belum berkembang
secara maksimal.
Pada ibu hamil prioritas tetap sama, hanya saja proses kehamilan membuat proses
fisiologis berubah karena adanya janin. Pada orang tua, karena proses penuaan fungsi
tubuh menjadi lebih rentan terhadap trauma karena berkurangnya daya adaptasi tubuh.
Airway + Cervical control
Kelancaran jalan napas (airway) adalah menjadi prioritas pemeriksaaan. Pemeriksaan
ini meliputi adanya obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan karena benda asing,
fraktur tulang wajah, trauma laring, trachea dan sebab lain.
Dalam hal ini penjagaan airway bisa dimulai dengan membuka jalan napas secara
manual dengan teknik manuver Chin Lift-Head Tilt ( perhatikan kontra indikasi
manuver ini) atau jaw thrust. Selain itu perlu diperiksa ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing/darah/dan lainnya. Selama melakukan tindakan tersebut harus
dijaga stabilisasi tulang leher, khususnya pada multiple trauma atau trauma di bagian atas
tubuh. Cedera tulang leher harus diantisipasi dengan benar sampai terbukti tidak ada.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 65
Pada keadaan tertentu dimana airway sukar dipertahankan dengan tindakan biasa
maka harus segera disiapkan untuk memasang airway definitif jika diperlukan.
Breathing + Ventilation
Breathing (pernapasan) dan Ventilation (ventilasi = proses pertukaran gas) yang baik
memerlukan kerja dinding dada, paru dan diafragma yang baik pula. Gangguan pada
salah satu organ tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan dan ventilasi.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi dinding dada. Lakukan teknik
auskultasi, perkusi dan palpasi untuk melihat adanya kelainan pada pernapasan penderita.
Setiap penderita trauma harus diberikan oksigen. Beberapa keadaan akut akibat trauma
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang fatal adalah: tension pneumothorak,
flail chest yang disertai kontusio pulmonum, hematothorak yang masif dan
pneumothorak terbuka. Hal ini harus dikenali pada fase ini, pada tension pneumothorak
harus segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa berupa pemasangan drain
thorak untuk tujuan dekompresi.
Circulation + Hemorhage control
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pada penderita trauma yang
mungkin dapat diatasi apabila mendapat terapi yang cepat dan tepat. Penilaian fungsi
sirkulasi secara cepat dapat dilakukan dengan menilai kesadaran, warna kulit dan nadi.
Menghentikan perdarahan luar dapat dikerjakan selama survey primer dengan teknik
penekanan pada luka atau dengan cara operatif. Reaksi tubuh terhadap hilangnya cairan
(perdarahan) dapat berbeda:
 Pada orang tua kemampuan kompensasi sudah jauh berkurang sehingga tindakan
resusitasi harus segera diberikan.
 Pada usia dini kompensasi sangat besar sehingga tanda-tanda kegagalan sirkulasi
muncul lambat.
 Pada olah ragawan daya kompensasi lebih besar dari pada orang biasa dengan ciri
khas lebih jarang terjadi takikardi meskipun dalam keadaan hipovolemia.
Resusitasi cairan diberikan berdasarkan derajat syok yang terjadi, dari derajat
syok dan responnya terhadap resusitasi cairan, dapat diprediksi apakah suatu perdarahan
(terutama internal bleeding) memerlukan tindakan operatif (surgical resusitation) atau
tidak.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 66
Disability
Pemeriksaan neurologis secara cepat dapat dilakukan dengan metode AVPU (Allert,
Voice respone, Pain respone, Unresponsive). Pemeriksaan GCS secara periodik dapat
dilakukan untuk hasil yang lebih detail pada survey sekunder. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
trauma langsung pada otak.Bila hipoksia dan hipovolemia pada penderita dengan
gangguan kesadaran dapat disingkirkan, pikirkan adanya kerusakan CNS sampai terbukti
tidak.

Eksposure
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai tindakan untuk mencegah
hipotermia.Pemasangan bidai atau vakum matras untuk menghentikan perdarahan juga
dapat dilakukan pada fase ini.

Pemeriksaan penunjang pada survey primer


Pemeriksaan penunjang pada umumnya tidak dilakukan pada survey primer. Yang
dilakukan pada survey primer adalah: pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse
oxymetri. Pemeriksaan penunjang yang kadang silakukan : foto cervical, foto thoraks,
dan foto polos abdomen. Tindakan lainnya yang dapat dikerjakan pada survey primer
adalah pemasangan monitor EKG, kateter dan NGT. Pemeriksaan dikerjakan tanpa
menghentikan / menunda proses survey primer.

4. Survey sekunder, Pemeriksaan penunjang untuk survey sekunder serta


Pengawasan dan evaluasi ulang

Setelah survey primer dan resusitasi selesai maka perlu dilakukan survey ulang
(survey sekunder/SAVE = Secondary Assessement of Victim Endpoint) :

 Triase ulang : pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki <═> termasuk
pemeriksaan rectal
 Evaluasi ulang resusitasi yang sudah dilakukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya apakah perlu :
– stabilisasi

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 67
– tindakan definitif segera
– resusitasi yang lebih kompleks
– atau perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
 Pasien bisa dikategorikan :
– Korban yang harapan hidupnya kecil/yang akan mati meskipun dilakukan
tindakan medis apapun
– Korban yang akan selamat
– Korban yang beruntung dengan intervensi di lapangan yang sangat terbatas
 Pemeriksaan CNS <═> untuk proteksi tulang belakang
 Pemeriksaan penunjang (foto cervical, foto thoraks) <═> lebih diarahkan untuk
re-evaluasi hasil tindakan pada saat survey primer
 Hindari komplikasi dini
5. Terapi definitif dan rujukan

Terapi definitif pada umumnya merupakan tugas dari dokter spesialis (Bedah, Penyakit
Dalam dll). Tugas dokter yang melakukan penanganan pertama adalah untuk melakukan
resusitasi dan stabilisasi serta menyiapkan penderita untuk dilakukannya tindakan
definitif atau untuk dirujuk. Proses rujukan harus sudah dimulai saat alasan untuk
merujuk ditemukan, karena menunda rujukan akan meninggikan morbiditas dan
mortalitas penderita. Keputusan untuk merujuk penderita didasarkan atas data fisiologis
penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan, penyakit penyerta serta faktor-faktor
yang dapat mengubah prognosis. Idealnya dipilih rumah sakit terdekat yang cocok
dengan kondisi penderita.

Referensi
1. American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008, ATLS for Doctor, Chicago
2. John E Campbell, 2000, Basic Trauma Life Support, American Collage of Emergency
Physician, Alabama
3. Fourth Edition, 1999, PHTLS (Basic and Advanced Prehospital Trauma Life Support),
Mosby.
4. Brady Edited by Jhon Emory Campbell, 1995, Basic Trauma Life Support, New Jersey.
5. Brady, Bergeron, Le Baudeour, ninth edition, 2011, Emergency Medical Responder, New
Jersey

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 68
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 69

Anda mungkin juga menyukai