INTI
Initial Assessment
TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menjelaskan aman penolong, lingkungan dan pasien
2. Menjelaskan definisi dari Initial Assessment
3. Menjelaskan tahapan Initial Assessment
4. Melakukan Initial Assessment
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 49
KONSEP PASIEN PASIEN SAFETY (AMAN PENOLONG, LINGKUNGAN DAN
PASIEN) DALAM INITIAL ASSESSMENT
Kegawatan dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menimpa seseorang yang
dapat menyebabkan sesuatu yang mengancam jiwanya dalam arti melakukan pertolongan
tepat,cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat.
Banyak sebab yang dapat berakibat kematian atau cacat dalam waktu yang singkat baik dari
penyebab medik ataupun trauma,yang mengakibatkan kegawatan meliputi jalan nafas dan
fungsi nafas,fungsi sirkulasi,fungsi otak dan kesadarn.Unsur penyebab medik
kegawatdaruratan antara lain karena penyakit,obat-obatan dan penyebab trauma.Pemeriksaan
dan tindakan pasien gawat darurat harus memperhatikan keselamatan penolong, lingkungan
dan pasien.
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 50
Definisi Initial Assessment
Initial Assessment adalah proses evaluasi secara cepat pada penderita gawat darurat
yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi.Tujuan dari penilaian awal adalah untuk
memberikan pertolongan pada kondisi yang mengancam jiwa biasanya kurang dari 60 detik
untuk menyelesaikannya (Aehlert barbara,2007). Perawat gawat darurat harus melakukan
pengkajian fisik dan psikososial di awal dan secara berkelanjutan untuk mengetahui masalah
keperawatan klien dalam lingkup kegawatdaruratan.Pengkajian merupakan pendekatan
sistematik untuk mengidentifikasi masalah keperawatan gawat darurat.Proses pengkajian
dibagi dalam dua bagian yaitu pengkajian primer(primary survey) dan pengkajian
sekunder(scondary survey)
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 51
PELAKSANAAN INITIAL ASSESMENT
1. Mempersiapkan penderita
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 52
Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data/informasi kesehatan pasien yang akan
digunakan sebagai dasar penentuan masalah keperawatan pasien. Pada dasarnya pengkajian
dilakukan melalui tahapan : pengumpulan data (subyektif maupun obyektif),
validasi/pengecekan data dan pengelompokan data.
Pada kondisi kegawatdaruratan, prioritas data yang harus dikumpulkan adalah data tentang
kondisi pasien yang paling cepat menimbulkan kematian atau penurunan fungsi tubuh.
Pengkajian di UGD memiliki karakteristik:
1. Dilakukan secara cepat
2. Sesuai dengan prioritas kegawatdaruratan
3. Pengkajian berfokus pada keadaan pasien
Berdasarkan karakteristik tersebut, proses pengkajian di UGD terdiri atas: pengkajian umum,
pengkajian primer dan pengkajian sekunder
Pengkajian Umum
1. Pengkajian umum meliputi:
Pengkajian kesadaran
Kaji status kesadaran pasien dengan berbicara kepada apsien, kenalkan diri dan tanyakan
nama pasien. Perhatikan respon pasien.Bila terjadi penurunan kesadaran, lakukan
pengkajian selanjutnya.
Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU lebih dipilih karena hanya memerlukan
waktu singkat dan sederhana :
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 53
P Pain response Pasien berespon terhadap rangsangan nyeri
U Unresponsiveness PAsien tidak berespon terhadap stimulus verbal dan nyeri
Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah actual/potensial
dari kondisi life threatening (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk mempertahankan
hidup).Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal
tersebut memungkinkan.
Ditujukan untuk mengkaji sumbatan total atau sebagian dan gangguan servikal:
Ada tidaknya sumbatan jalan nafas
Distress pernafasan
Kemungkinan fraktur servikal
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 54
Sumbatan parsial jalan napas
ada kesulitan bernapas
retraksi suprasternal
masih terdengar suara napas
suara stridor
Sumbatan total jalan napas
tidak ada suara napas
ada kesulitan bernapas
retraksi interkostal
tidak dapat berbicara atau batuk
memegang leher
ada tanda-tanda kepanikan
wajah pucat, sianotik
Cara Pengkajian
Look : apakah kesadaran menurun, gelisah, adanya jejas diatas clavikula, adanya
penggunaan otot tambahan
Listen : dengan atau tanpa stetoskop apakah suara tambahan
Feel: rasakan adanya pergerakan udara ekspirasi
3. Circulation
Ditujukan untuk mengkaji ada atau tidaknya denyut nadi, kemungkinan syok dan adanya
perdarahan eksternal:
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 55
Denyut nadi: kekuatan dan kecepatan. Nadi karotisuntuk dewasa, nadi brakhialis
untuk anak anak
Warna kulit, kelembaban kulit
Tanda-tanda perdarahan eksternal
Tanda jejas/trauma
Cara Pengkajian:
Look: warna kulit, adanya sianosis pada bibir, perifer dan kuku.
Feel: raba denyut nadi. Nadi karotisuntuk dewasa, nadi brakhialis untuk anak anak
Henti jantung adalah gejala syok yang sangat parah. Pasien mungkin akan menarik nafas
satu atau dua kali kemudian berhenti bernafas, dan pasien dalam kondisi tidak sadar.
Segera lakukan BHD untuk pertolongan awal.
Syok
Perfusi :
pucat - dingin - basah
cap. refill time lambat (kuku, telapak)
Nadi > 100
Tekanan darah < 100 (atau 90) mmHg
4. Disability
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 56
Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah A (Airway, B(Breathing), dan C(Circulation)
yang ditemukan saat pengkajian primer dapat diatasi.
Pengkajian sekunder meliputi pengkajian subyektif dan obyektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat pengobatan, riwayat keluarga)
dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1. Riwayat penyakit:
Metode Pengkajian
Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat pasien adalah menggunakan metode
SAMPLE :
S Sign and symptom Tanda dan gejala yang diobservasi dan dirasakan
pasien
A Allergies Alergi yang dimiliki pasien
M Medications Obat yang diminum pasien untuk mengatasi
masalah
P Pertinen past medical history Riwayat penyakit yang diderita
L Last oral intake solid or liquid Makan/minum terakhir, jenis makanan, ada
penurunan atau peningkatan kualitas makanan.
E Event leading to injury / Pencetus/kejadian penyebab keluhan
illness
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 57
Metode untuk mengkaji nyeri :
P Provoked Pencetus nyeri, tanyakan hal yang menimbulkan
Q Quality Kualitas nyeri, keluhan pasien subyektif terhadap
nyeri yang dirasakan
R Radian Arah penjalaran nyeri
S Severity Keparahan nyeri, dinyatakan dengan Visual
Analog Scale (0 – 10)
T Time Lamanya nyeri dialami pasien.
Tanda tanda vital dengan mengukur tekanan darah; irama dan kekuatan nadi; irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan dan suhu tubuh
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 58
Abdomen dan pelvis
Hal-hal yang dikaji pada abdomen dan pelvis :
– Struktur tulang dan keadaan dinding abdomen
– Tanda-tanda cedera eksternal, adanya luka tusuk, laserasi, abrasi, distensi abdomen,
jejas.
– Masa : besarnya, lokasi dan mobilitas
– Nadi femoralis
– Nyeri abdomen, tipe dan lokasi nyeri (gunakan PQRST)
– Bising usus
– Distensi abdomen
Genitalia dan rectal :
Hal yang perlu dikaji adalah:perdarahan, cedera, cedera pada meatus, ekimosis,
tonus spinkter ani
Ekstremitas
Pengkajian di ekstremitas meliputi :
– Tanda-tanda injuri eksternal
– Nyeri
– Pergerakan dan kekuatan otot ekstremitas
– Sensasi keempat anggota gerak
– Warna kulit
– Denyut nadi perifer
Tulang belakang
Pengkajian tulang belakang meliputi :
– Jika tidak didapatkan adanya cedera/fraktur tulang belakang, maka pasien
dimiringkan untuk mengamati :
– Deformitas tulang belakang
– Tanda-tanda perdarahan
– Laserasi
– Jejas
– Luka
– Palpasi deformitas tulang belakang
Psikososial:
Pengkajian psikososial meliputi
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 59
Kaji reaksi emosional:
– Cemas
– Kehilangan
Kaji riwayat serangan panic akibat adanya factor pencetus seperti: sakit tiba
tiba, kecelakaan, kehilangan anggota tubuh atau anggota keluarga
Kaji adanya tanda tanda gangguan psikososial yang dimanifestasikan dengan:
takikardi, tekanan darah meningkat, hiperventilasi
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan meliputi :
– Radiologi dan scanning
– Pemeriksaan laboratorium : Analisa gas darah, darah tepi, elektrolit, urine analisa dan
lain-lain
Psikososial
Pemeriksaan penunjang
1. Mempersiapkan penderita
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 60
kejadian sehingga rumah sakit dapat mempersiapkan peralatan dan tim trauma pada saat
penderita tiba di rumah sakit.
Ada 2 tahap persiapan penderita :
a. Pra-rumah sakit dan
b. Intra rumah sakit.
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 61
Gb.Guidelines for Field Triage of Injured Patients (CDC, 2011)
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 62
Tindakan triase dapat dikerjakan pada sekelompok
pasien, misal pada keadaan bencana atau korban
massal, atau pada penderita tunggal untuk menentukan
diagnosis.Dalam lingkup internasional, telah disusun
beberapa pedoman untuk membantu melakukan proses
triase. Seperti Guidelinesfor Field Triage of Injured
Patients untuk individu korban trauma di lapangan,
Simple Triage And Rapid Treatment / START untuk
korban musibah massal, Emergency Severity Index
untuk penderita di unit gawat darurat, dsb.
Gb. Triase pada korban massal
Triase pada musibah massal :
a. Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak melebihi
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita dengan masalah gawatdarurat
dan multitrauma akan ditangani terlebih dahulu.
b. Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan melampaui
kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan ditangani terlebih dahulu
adalah penderita dengan kemungkinansurvival yang terbesar, serta membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.
Gb. Simple Triage And Rapid Treatment (Hoag Hospital and the Newport Beach Fire Department,1983)
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 63
Gb. Emergency Severity Index (Agency for Healthcare Research and Quality, 2011)
3. Survey Primer, Resusitasi dan Pemeriksaan penunjang untuk survey primer
Survey primer atau primary survey adalah pemeriksaan secara cepat fungsi vital
pada penderita dengan cedera berat dengan prioritas pada ABCD, fase ini harus
dikerjakan dalam waktu yang singkat dan kegawatan pada penderita sudah harus dapat
ditegakkan pada fase ini. Seperti sudah disampaikan di atas bahwa analisa dan
penanganan pasien di IRD harus berurutan akan tetapi bisa juga simultan, sehingga bila
kita membahas masalah survey primer tidak bisa terlepas dari tindakan resusitasi dan
kemungkinan diperlukannya pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis
maupun tindakan selanjutnya. Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan nyawa harus
segera dikerjakan apabila dijumpai kegawatan pada penderita. Tindakan pada survey
primer meliputi penilaian:
(A)atauAirway maintenance adalah mempertahankan jalan napas, hal ini dapat
dikerjakan dengan teknik manual ataupun menggunakan alat bantu (pipa orofaring, pipa
endotrakheal dll). Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher sehingga harus
diperhatikan
menjaga stabilitas tulang leher
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 64
pasien trauma berat memerlukan tambahan oksigen yang harus diberikan kepada
penderita dengan cara yang efektif.
(C) atauCirculation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan untuk
menghentikan perdarahan. Pengenalan dini tanda-tanda syok perdarahan dan pemahaman
tentang prinsip-prinsip pemberian cairan sangat penting untuk dilakukan sehingga
menghindari pasien dari keterlambatan penanganan.
(D)atauDisability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya
gangguan neurologis bila pasien tersebut tidak segera ditangani.
(E)atauEnvironment atau Exposure adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita
untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak terlihat dengan
menjaga supaya tidak terjadi hipotermi.
Selama survey primer ini keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.Resisusitasi yang agresif dan pengelolaan yang
cepat dari keadaan yang mengancam nyawa merupakan hal yang mutlak bila ingin
penderita tetap hidup.Prioritas penanganan kegawatan dilakukan berdasar urutan diatas,
namun bila memungkinkan dapat juga dilakukan secara simultan.Prioritas penanganan
untuk pasien usia muda maupun usia lanjut adalah sama. Salah satu perbedaannya adalah
bahwa pada usia muda ukuran organ relatif lebih kecil, dan fungsinya belum berkembang
secara maksimal.
Pada ibu hamil prioritas tetap sama, hanya saja proses kehamilan membuat proses
fisiologis berubah karena adanya janin. Pada orang tua, karena proses penuaan fungsi
tubuh menjadi lebih rentan terhadap trauma karena berkurangnya daya adaptasi tubuh.
Airway + Cervical control
Kelancaran jalan napas (airway) adalah menjadi prioritas pemeriksaaan. Pemeriksaan
ini meliputi adanya obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan karena benda asing,
fraktur tulang wajah, trauma laring, trachea dan sebab lain.
Dalam hal ini penjagaan airway bisa dimulai dengan membuka jalan napas secara
manual dengan teknik manuver Chin Lift-Head Tilt ( perhatikan kontra indikasi
manuver ini) atau jaw thrust. Selain itu perlu diperiksa ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing/darah/dan lainnya. Selama melakukan tindakan tersebut harus
dijaga stabilisasi tulang leher, khususnya pada multiple trauma atau trauma di bagian atas
tubuh. Cedera tulang leher harus diantisipasi dengan benar sampai terbukti tidak ada.
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 65
Pada keadaan tertentu dimana airway sukar dipertahankan dengan tindakan biasa
maka harus segera disiapkan untuk memasang airway definitif jika diperlukan.
Breathing + Ventilation
Breathing (pernapasan) dan Ventilation (ventilasi = proses pertukaran gas) yang baik
memerlukan kerja dinding dada, paru dan diafragma yang baik pula. Gangguan pada
salah satu organ tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pernafasan dan ventilasi.
Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi dinding dada. Lakukan teknik
auskultasi, perkusi dan palpasi untuk melihat adanya kelainan pada pernapasan penderita.
Setiap penderita trauma harus diberikan oksigen. Beberapa keadaan akut akibat trauma
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan yang fatal adalah: tension pneumothorak,
flail chest yang disertai kontusio pulmonum, hematothorak yang masif dan
pneumothorak terbuka. Hal ini harus dikenali pada fase ini, pada tension pneumothorak
harus segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan jiwa berupa pemasangan drain
thorak untuk tujuan dekompresi.
Circulation + Hemorhage control
Perdarahan merupakan sebab utama kematian pada penderita trauma yang
mungkin dapat diatasi apabila mendapat terapi yang cepat dan tepat. Penilaian fungsi
sirkulasi secara cepat dapat dilakukan dengan menilai kesadaran, warna kulit dan nadi.
Menghentikan perdarahan luar dapat dikerjakan selama survey primer dengan teknik
penekanan pada luka atau dengan cara operatif. Reaksi tubuh terhadap hilangnya cairan
(perdarahan) dapat berbeda:
Pada orang tua kemampuan kompensasi sudah jauh berkurang sehingga tindakan
resusitasi harus segera diberikan.
Pada usia dini kompensasi sangat besar sehingga tanda-tanda kegagalan sirkulasi
muncul lambat.
Pada olah ragawan daya kompensasi lebih besar dari pada orang biasa dengan ciri
khas lebih jarang terjadi takikardi meskipun dalam keadaan hipovolemia.
Resusitasi cairan diberikan berdasarkan derajat syok yang terjadi, dari derajat
syok dan responnya terhadap resusitasi cairan, dapat diprediksi apakah suatu perdarahan
(terutama internal bleeding) memerlukan tindakan operatif (surgical resusitation) atau
tidak.
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 66
Disability
Pemeriksaan neurologis secara cepat dapat dilakukan dengan metode AVPU (Allert,
Voice respone, Pain respone, Unresponsive). Pemeriksaan GCS secara periodik dapat
dilakukan untuk hasil yang lebih detail pada survey sekunder. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
trauma langsung pada otak.Bila hipoksia dan hipovolemia pada penderita dengan
gangguan kesadaran dapat disingkirkan, pikirkan adanya kerusakan CNS sampai terbukti
tidak.
Eksposure
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh harus dilakukan disertai tindakan untuk mencegah
hipotermia.Pemasangan bidai atau vakum matras untuk menghentikan perdarahan juga
dapat dilakukan pada fase ini.
Setelah survey primer dan resusitasi selesai maka perlu dilakukan survey ulang
(survey sekunder/SAVE = Secondary Assessement of Victim Endpoint) :
Triase ulang : pemeriksaan dari ujung kepala sampai ujung kaki <═> termasuk
pemeriksaan rectal
Evaluasi ulang resusitasi yang sudah dilakukan untuk menentukan tindakan
selanjutnya apakah perlu :
– stabilisasi
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 67
– tindakan definitif segera
– resusitasi yang lebih kompleks
– atau perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai.
Pasien bisa dikategorikan :
– Korban yang harapan hidupnya kecil/yang akan mati meskipun dilakukan
tindakan medis apapun
– Korban yang akan selamat
– Korban yang beruntung dengan intervensi di lapangan yang sangat terbatas
Pemeriksaan CNS <═> untuk proteksi tulang belakang
Pemeriksaan penunjang (foto cervical, foto thoraks) <═> lebih diarahkan untuk
re-evaluasi hasil tindakan pada saat survey primer
Hindari komplikasi dini
5. Terapi definitif dan rujukan
Terapi definitif pada umumnya merupakan tugas dari dokter spesialis (Bedah, Penyakit
Dalam dll). Tugas dokter yang melakukan penanganan pertama adalah untuk melakukan
resusitasi dan stabilisasi serta menyiapkan penderita untuk dilakukannya tindakan
definitif atau untuk dirujuk. Proses rujukan harus sudah dimulai saat alasan untuk
merujuk ditemukan, karena menunda rujukan akan meninggikan morbiditas dan
mortalitas penderita. Keputusan untuk merujuk penderita didasarkan atas data fisiologis
penderita, cedera anatomis, mekanisme perlukaan, penyakit penyerta serta faktor-faktor
yang dapat mengubah prognosis. Idealnya dipilih rumah sakit terdekat yang cocok
dengan kondisi penderita.
Referensi
1. American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008, ATLS for Doctor, Chicago
2. John E Campbell, 2000, Basic Trauma Life Support, American Collage of Emergency
Physician, Alabama
3. Fourth Edition, 1999, PHTLS (Basic and Advanced Prehospital Trauma Life Support),
Mosby.
4. Brady Edited by Jhon Emory Campbell, 1995, Basic Trauma Life Support, New Jersey.
5. Brady, Bergeron, Le Baudeour, ninth edition, 2011, Emergency Medical Responder, New
Jersey
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 68
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 69