Anda di halaman 1dari 9

MATERI INTI

4E
PENATALAKSANAAN
LUKA BAKAR

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

TUJUAN PEMBELAJARAN KKHUSUS

Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:


1. Mengetahui etiologi, memperkirakan derajat dan luas luka bakar.
2. Menerapkan pertolongan pertama pada luka bakar dengan mengunakan
prinsip A-B-C.
3. Menjelaskan tindakan stabilisasi dengan monitoring ketat.
4. Menjelaskan pemberian perawatan lokal.
5. Menjelaskan kriteria rawat inap dan merujuk pasien luka bakar.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 133
PENDAHULUAN
Cedera luka bakar merupakan kasus trauma yang masih sering dihadapi oleh dokter
spesialis bedah. Kurang lebih 2-3 juta kasus luka bakar terjadi dalam setahun di Amerika
Serikat. Seratus ribu pasien dari kasus tersebut memerlukan perawatan di rumahsakit, dan
5-6 ribu di antaranya meninggal oleh karena luka bakar. Di Indonesia data epidemiogi
luka bakar belum ada. Di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, angka kematian
akibat luka bakar berkisar 37%-39% pertahun. Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, rata-rata
dirawat 6 pasien luka bakar per-minggu setiap tahun.
Hal-hal yang menjadi perhatian untuk memperbaiki masalah mortalitas dan
morbiditas yang cukup tinggi akibat luka bakar dalam beberapa dekade terakhir adalah:
(1) penanganan gawat darurat dan resusitasi awal yang progresif, (2) penatalaksanaan
pernafasan dan penanganan cedera inhalasi, (3) mengontrol infeksi, (4) eksisi luka bakar
dan skin grafting lebih awal, (5) modulasi respon hipermetabolik terhadap cedera.

ETIOLOGI, DERAJAT, DAN LUAS LUKA BAKAR


Untuk dapat memberikan penatalaksanaan luka bakar dengan baik paling sedikit
diperlukan tiga hal terpenting yaitu :
1) Etiologi (penyebab) luka bakar
2) Derajat (kedalaman) luka bakar
3) Luas (ukuran) luka bakar
Etiologi yang dapat menginduksi luka bakar yang sering terjadi antara lain; suhu panas
(api, air, uap air), suhu dingin (frost bite), listrik (elektrik), zat kimia (zat asam kuat, zat
basa kuat), radiasi, dan sinar laser.

Beberapa penyebab spesifik :


 Luka bakar elektrik
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya luka bakar elektrik adalah arus
(A), tahanan (R) dan lama kontak (t), yang menimbulkan panas, dengan rumus:
Panas = A2 x R x 0,239 x t Joule
Yang harus diperhatikan pada luka bakar elektirk adalah trauma atau kelainan
penyerta akibat aliran listrik dalam tubuh, seperti paralisis pernafasan, gagal ginjal,
trauma muskuloskeletal, aritmia jantung, dan trauma organ multipel. Untuk itu perlu

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 134
pemeriksaan fungsi ginjal, hepar, dan jantung, yaitu: ureum, kreatinin, liver function
test, enzim-enzim jantung, dan elektrokardiografi.
 Luka bakar kimia
Pada luka bakar kimia, kerusakan dapat terjadi lama setelah agen kontaminan
dibersihkan, bila terjadi reaksi berkelanjutan antara zat kimia tersebut dengan sel dan
jaringan yang lebih dalam. Untuk itu, usaha penghilangan agen kontamnin sesegera
mungkin harus dilakukan, yang terbaik adalah dengan memberikan anti-dotumnya.
Namun bila tidak tersedia dapat dilarutkan dengan air atau cairan buffer. Bila zat
kimia berupa tepung (powder), yang pertama kali dilakukan adalah menghilangkan
sebanyak mungkin bentuk powdernya dengan sikat halus, bila sudah minimal baru
dilarutkan dengan air, cairan buffer, atau antidotumnya.
 Cold Injury (Frostbite)
Terjadi oleh karena denaturasi protein akibat suhu dingin yang menyebabkan
terbentuknya kristal intraseluler dan oklusi mikrovaskular sehingga terjadi anoksia
jaringan. Derajat frostbite:
 Derajat 1: edema, eritema, tanpa nekrosis
 Derajat 2: timbul bula atau vesikula
 Derajat 3: nekrosis kulit
 Derajat 4: gangren
Penatalaksanaan dengan penghangatan cepat (rapid warming) yaitu dengan direndam
pada air bertemperatur 40 – 44OC, lebih kurang selama 20 menit.

Derajat luka bakar dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:


1) Derajat satu (superficial skin burn) di mana sedikit kerusakan hanya terjadi pada
lapisan superficial (epidermis), ditandai dengan eritema dan sedikit edema pada luka.
Tidak diperhitungkan pada pengukuran luas luka bakar.
2) Derajat dua (partial thickness skin burn), terjadi kerusakan pada sebagian dermis.
Tanda karakteristik yang timbul adalah adanya bula atau vesikula. Bila bulla dan
vesikula pecah, maka dapat dilakukan pemeriksaan pin prick; yaitu luka ditusuk
jarum, bila tidak nyeri berarti derajat tiga.
3) Derajat tiga (full thickness skin burn). Luka tampak kering, pucat dan waxy (seperti
malam). Tanda patognomonis bila ditemukan ujung-ujung pembuluh darah yang
mengalami trombosis.
BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 135
Yang menjadi penting dalam klinis adalah derajat dua dan derajat tiga.

Gb. Luka Bakar Derajat Satu


(Superficial Skin Burn)

Gb. Luka Bakar Derajat Dua


(Partial Thickness Skin Burn)

Gb. Luka Bakar Derajat Tiga


(Full Thickness Skin Burn)

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 136
Luas (ukuran) luka bakar diukur atas persentasi terhadap luas tubuh pasien. Metoda klasik
yang sering dipergunakan untuk memperkirakan luas luka bakar adalah Hukum Sembilan
(rule of nine), namun dengan metoda ini perkiraan menjadi kurang akurat. Salah satu
metoda untuk memperkirakan luas luka bakar lebih akurat adalah dengan menggunakan
Tabel Lund & Browder. Luas luka bakar yang diperhitungkan dalam kepentingan klinis
adalah luka bakar derajat 2 dan derajat 3.

Gb. Skema perhitungan luas luka bakar dengan menggunakan rule of nine(ATLS,
1997)
Tabel.Perkiraan luas luka bakar menurut Lund and Browder
UMUR (TAHUN)
AREA (%)
0-1 1-4 5-9 10-15
KEPALA 19 17 13 10
LEHER 2 2 2 2
BADAN DEPAN 13 13 13 13
BADAN 13 13 13 13
BELAKANG
PANTAT 5 5 5 5
GENITALIA 1 1 1 1
LENGAN ATAS 4 4 4 4
LENGAN BAWAH 3 3 3 3

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 137
TANGAN 2 1/2 2½ 2 1/2 2 1/2
PAHA 5 1/2 6½ 8 1/2 8 1/2
BETIS 5 5 5 1/2 6
KAKI 3 1/2 3 ½ 3 1/2 3 1/2

PENANGANAN PRE-HOSPITAL
Seringkali korban didapatkan berlari dengan baju terbakar api dan berkobar-kobar.
Untuk mencegah luka bakar menjadi serius maka dapat dilakukan tindakan STOP, DROP,
and ROLL (hentikan, jatuhkan, dan gulingkan) untuk memadamkan api pada baju.
Bila korban terkena aliran listrik tegangan tinggi, harus diperhatikan bahwa penolong
tidak menjadi korban. Bila memungkinkan aliran listrik bisa dipadamkan dari sentral, atau
bila tidak memungkinkan penolong meng-gunakan alat bantu yang tidak menghantar
listrik, seperti kayu kering.
Bila anggota tubuh yang terkena luka bakar masih dalam kurun waktu kurang dari 2 menit,
dapat dilakukan usaha menghentikan kerusakan yang lebih dalam (menghilangkan heat
rsetore) dengan merendamnya dalam air dingin.

PENANGANAN RESUSITASI
(A) Airway (Jalan Nafas)
Hal terpenting yang harus diperhatikan adalah penilaian terhadap jalan nafas. Trauma
inhalasi yaitu tersumbatnya jalan nafas akibat edema yang disebakan trauma panas pada
jalan nafas itu sendiri, harus dicurigai bila:
1) Luka bakar pada wajah
2) Bulu hidung atau alis yang terbakar
3) Didapatkan timbunan karbon kehitaman disekitar mulut, hidung, dan orofaring
4) Dahak yang berwarna kehitaman
5) Riwayat terbakar di ruangan tertutup
6) Riwayat ledakan di depan wajah, leher dan dada
7) Kadar karboksi-hemoglobin lebih dari 10% setelah riwayat dalam lingkungan api.
Bila didapatkan keadaan-keadaan seperti di atas, maka harus segera disiapkan terapi
definitif jalan nafas sebelum terjadi obstruksi. Intubasi oro atau naso-tracheal lebih
direkomendasikan dibandingkan tracheostomi mengingat kompli-kasinya yang lebih

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 138
tinggi. Bila didapatkan karboksihemoglobin lebih dari 10% dapat diberikan fraksi oksigen
(O2) 100%.
(B) Breathing (Ventilasi)
Pada luka bakar di daerah dada yang melingkar dapat menimbulkan gangguan
ventilasi oleh karena hilangnya sifat elastis kulit yang terbakar (eskar), dan bila hal
tersebut terjadi melingkar, maka dapat mengganggu gerakan otot-otot pernafasan.
Bila didapatkan kondisi tersebut di atas, maka dapat dilakukan tindakan eskarotomi
untuk menghilangkan atau mengurangi cengkraman eskar pada dinding dada. Eskarotomi
dilakukan dengan irisan longitudinal minimal di dua tempat, bila perlu dapat ditambahkan
irisan tranversal (insisi zebra)
(C) Circulation (Sirkulasi)
Bila didapatkan tanda-tanda syok, harus segera dilakukan resusitasi cairan. Pada
kasus-kasus luka bakar resusitasi cairan diberikan dengan cairan Ringer Lactate melalui
jalur intravena. Berbagai formula diperkenalkan untuk memperkirakan kebutuhan cairan,
namun yang sering digunakan adalah Formula Baxter, yaitu:
Kebutuhan Cairan = 4 cc x BB (Kg) x Luas Luka Bakar (%) cc
- Delapan jam pertama diberikan setengah (½) kebutuhan
- Enambelas jam berikutnya diberikan setengah (½) sisanya

Bila luas luka bakar lebih dari 50% maka perhitungan kebutuhan cairan
diperhitungkan dengan luas luka bakar 50%. Waktu pemberian cairan terhitung sejak
kejadian (onset), bukan dari saat masuk rumah sakit.
Gangguan sirkulasi lokal/regional dapat terjadi oleh karena luka bakar yang melingkar
pada anggota gerak sehingga menyebabkan kompartemen sindrom akibat eskar yang
melingkar. Bila hal ini terjadi, tindakan yang dilakukan adalah eskarotomi longi-tudinal
minimal pada dua tempat.
(D) Disability (Trauma Penyerta)
Seringkali perhatian terhadap korban luka bakar tertuju pada luka bakarnya itu sendiri,
padahal tidak jarang trauma termal disertai trauma lainnya yang dapat lebih menyebabkan
kematian; cedera kepala tertutup, trauma torak seperti hemato-pneumotorak, trauma
abdomen seperti internal bleeding atau perforasi hollow viscus, trauma pelvis, dan fraktur
tulang-tulang panjang.

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 139
Oleh karena itu setiap korban luka bakar di ruang emergensi harus dilucuti semua
pakaian yang digunakan untuk dapat melihat semua jejas yang mengarahkan ke trauma
penyerta.
Untuk itu perlu dilakukan pertolongan pertama sesuai trauma penyerta tersebut,
seperti dibahas dalam bab-bab terkait.

MONITORING
Setelah melakukan tindakan resusitasi, hal perting yang harus diperhatikan adalah
monitoring terhadap pasien. Monitoring terhadap vital sign (denyut nadi, tekanan darah,
frekuensi nafas, temperatur tubuh), produk urin, dan sura nafas harus dilakukan secara
ketat untuk mengetahui respon terhadap resusitasi, terutama terhadap resusitasi cairan.
Untuk itu perlu dipasang kateter urethral, dan bila perlu kateter tekanan darah vena
sentral (CVP normal 0 – 8 mmHg) pada pasien luka bakar berat (luas luka bakar lebih dari
50%). Bila didapatkan tanda-tanda resusitasi cairan inadekuat (denyut nadi cepat, tekanan
darah sistole < 90 mmHg) dapat diberikan tambahan resusitasi, dan bila tanda-tanda
resusitasi berlebihan (suara nafas tambahan ronkhi basah basal, tekanan darah vena sentral
lebih dari 8 mmHg), maka pemberian cairan dikurangi dan diberikan diuretik. Monitoring
pada pasien anak-anak dan geriatri harus dilakukan dengan sangat ketat.
Pemeriksaan laboratorium yang diambil adalah: hemoglobin, hematokrit, angka
eritrosit, angka lekosit, angka trombosit, waktu perdarahan, waktu pembekuan, golongan
darah (termasuk cross-match), gula darah sewaktu, elektrolit, dan bila perlu kadar Hb-CO,
analisis gas darah bila ada indikasi trauma inhalasi.

INDIKASI RAWAT INAP


Indikasi perujukan ke Unit Luka Bakar atau kirteria rawat inap adalah:
 Trauma inhalasi
 Luka bakar derajat III lebih dari 10% untuk dewasa
 Luka bakar derajat III lebih dari 5% untuk anak-anak dan geriatri
 Luka bakar derajat II lebih 15% untuk dewasa
 Luka bakar derajat II lebih dari 10% untuk anak-anak dan geriatri
 Luka bakar di daerah wajah, tangan, kaki, perineum, dan sendi besar
 Luka bakar elektrik dan kimia
 Luka bakar dengan trauma penyerta lain

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 140
 Luka bakar dengan kelainan medis lain

PERAWATAN LUKA
Perawatan luka di ruang emergensi menjadi penting untuk segera menghilangkan
kontaminan yang ada. Perawatan luka bakar derajat satu tidak memerlukan tindakan
khusus, dapat diberikan sediaan topikal antibiotik dan analgetik.
Perawatan luka bakar derajat dua:
1) Bersihkan (irigasi) luka dengan larutan NaCl (500 cc) yang sudah ditambahkan
2) larutan Savlon (lima cc)
3) Tutup permukaan luka dengan tule (Sofratule, Daryantule)
4) Balut luka dengan kasa steril tebal
5) Biarkan selama satu minggu
Perawatan luka bakar derajat tiga:
1) Bersihkan (irigasi) luka dengan larutan NaCl (500 cc) ditambah larutan Savlon (lima
cc)
2) Oleskan salaf silver sulfadizin (Burnazin, Dermazin)
3) Balut luka dengan kasa steril tebal
4) Dilakukan debridemen tiap hari
5) Perawatan lanjutan bila perlu dengan eskarektomi dan tandur kulit

Referensi
1. American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008, ATLS for Doctor, Chicago
2. John E Campbell, 2000, Basic Trauma Life Support, American Collage of Emergency
Physician, Alabama
3. Fifth Edition, 1999, PHTLS (Basic and Advanced Prehospital Trauma Life Support),
Mosby.
4. Brady, Bergeron, Le Baudeour, ninth edition, 2011, Emergency Medical Responder,
New Jersey.
5. Yefta Moenajdat, 2005, Dasar-dasar Manajemen Luka Bakar fase akut, Asosiasi Luka
Bakar Indonesia (ALBI

BASIC TRAUMA & CARDIAC LIFE SUPPORT | RSUP DR. SARDJITO - YOGYAKARTA 141

Anda mungkin juga menyukai