SKENARIO 3
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan tutorial berjudul “Skenario 3” mata kuliah General Emergency Life Support telah melalui
konsultasi dan disetujui oleh Tutor Pembimbing
Pembimbing
Anggota :
Seorang laki-laki usia sekitar 40 tahun dating ke UGD pukul 12.00 WIB dengan diantar
ambulan. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien dikirim oleh puskesmas. Pasien mengalami luka
bakar ditubuhnya karena terkena ledakan mesin pabrik tempat pasien bekerja pada pukul 08.00
WIB.
Pasien datang dalam keadaan tidak sadar, gelisah, nafas cepat, terdengar suara melengking
saat pasien bernafas. Didapatkan rambut terbakar, bulu mata terbakar, alis terbakar, bulu hidung
terbakar, dan ada jelaga di rongga mulut serta sputum pasien. Sebelum ke UGD, pasien sempat
dibawa ke Puskesmas pada pukul 10.00 WIB dan mendapatkan terapi infus RL 1000cc dan
Oksigen nasal 3lpm. Namun kesadaran dan tekanan darah tidak membaik, akhirnya diputuskan
untuk dirujuk ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik di UGD didapatkan : jalan nafas obstruksi parsial, terdengar suara
crowing, RR 30 x/menit, retraksi otot intercostal +/+, rhonki -/-, perfusi akral dingin, basah dan
pucat, TD : 80/50 mmHg, HR : 120 x/menit cepat dan lemah, kesadaran respon to pain, pupil bulat
isokor 3/3 mm. setelah dipasang kateter urin hanya keluar 100cc pekat kemudian tidak keluar urin
sama sekali. Didapatka luka bakar diseluruh wajah, leher, dada bagian depan, kedua lengan kanan
dan kiri.
HIPOTESIS
MIND MAPPING
LEARNING OBJEKTIF
DEFINISI
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari (sunburn). (Moenajat, 2003)
ETIOLOGI
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh (flash),
kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas
lainnya(logam panas,dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam
bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah
tangga (Moenadjat, 2005).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini sering
disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan
industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Moenadjat, 2001)
KLASIFIKASI
Saat menilai ‘airway” perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan sputum
karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada wajah, oedem oropharyngeal,
perubahan suara, perubahan status mental. Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi
endotracheal, kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal tube.Luka bakar
biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul akibat kecelakaan sepeda
motor. Evaluasi pada luka bakar harus dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain.
Meskipun perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama dibandingkan luka
bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk menentukan mekanisme
dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu mengevaluasi derajat luka bakar karena
trauma akibat air mendidih biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness),
sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full thickness).
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang muncul pada luka bakar sesuai dengan kerusakannya:
1) Grade I
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, dan tidak ada jaringan
parut
2) Grade II
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka merah,
basah, dan mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung komplikasi infeksi
3) Grade III
Kerusakan pada smua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputih-putihan, dan hitam
keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka perlu skin
graff.(Effendi:1999)
Perawatan luka bakar tergantung pada tingkat keparahan luka bakar tersebut. Menurut derajat
keparahan luka bakar :
Kedua derajat ini sebenarnya hampir sama perawatannya yaitu menggunakan krim/salep antibiotik
pada luka bakar, kemudian memberikan obat NSAID yaitu bisa menggunakan ibuprofen atau
acetaminophen, obat itu untuk pengilang rasa sakit dan pembekakan.
Derajat III (full thickness) kerusakan pada semua lapisan kulit, termasuk tulang, tendon,
saraf dan jaringan otot, terdapat bulla berdinding tipis, kulit tampak warna putih dan
terdapat bekas arang, terdapat nyeri. Untuk perawatannya sama juga menggunakan
krim/salep antibiotik dan obat NSAID tetapi dengan pemeriksaan lanjut bahkan bisa
sampai dioperasi, cangkok kulit, fisioterapi, rehabilitasi bahkan tindakan yang suportif
seumur hidup.( Wim de Jong. 2005)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Pertolongan Pertama
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan menyelimuti
dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen pada api yang
menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket, karena
jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya
dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Proses koagulasi protein
sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih
dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena bahaya
terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka bakar apapun.
e. Evaluasi awal
f. Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat trauma
yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti dengan
pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey sekunder.
Resusitasi Cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar, Pemberian cairan
intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena yang adekuat harus ada, terutama
pada bagian ekstremitas yang tidak terkena luka bakar. Adanya luka bakar diberikan cairan
resusitasi karena adanya akumulasi cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar,
tetapi juga seluruh tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan disfungsi dari sel,
kebocoran kapiler. Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan terbesar
adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum edema adalah pada 24
jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian
garam ekstraseluler dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena
luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang
menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan
sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu
jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
• Oedem paru
• Anemia
• Kontraktur
Hipotermia adalah salah satu komplikasi dari luka bakar. Kondisi yang berbahaya ini terjadi
ketika suhu tubuh menjadi sangat rendah akibat luka bakar. Pada suhu lebih tinggi dari 44 °C
(111 °F), protein mulai kehilangan bentuk tiga dimensinya dan mulai terurai. Keadaan ini
menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan. Kebanyakan efek kesehatan langsung dari luka
bakar adalah gangguan sekunder terhadap fungsi kulit yang normal. Efek-efek ini meliputi
gangguan sensasi kulit, kemampuan untuk mencegah keluarnya air melalui evaporasi, dan
kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh. Gangguan pada membran sel menyebabkan sel
kehilangan kalium yang keluar dari sel dan mengisi ruang di luar sel sehingga sel tersebut
mengikat air dan natrium.( Tintinalli, 2010)
KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas, seperti api, listrik, bahan kimia dan radiasi. Luka bakar juga merupakan
suatu trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi.
Luka bakar dibagi menjadi 4 grade menurut derajat luka bakar, yaitu grade I (superficial atau
eritem), grade II yang dibagi menjadi 2 a (partial thickness) dan b (deep partial thickness),
grade III (kerusakan jaringan permanen) dan grade IV (full thickness).
Diakarenakan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, maka dalam perawatan dan
rehabilitasi pada pasien luka bakar harus dilakukan dengan tekun, tenaga medis terlatih dan
terampil, oleh karena itu dalam perawatan pasien luka bakar akan melibatkan tim trauma yang
terdiri dari Spesialis Bedah (bedah plastik, bedah umum dan bedah thoraks), Intensifies,
Spesialis Penyakit Dalam, Ahli Gizi, Rehablitas Medik, Psikiatri dan Psikologi.
DAFTAR PUSTAKA
Knight B. Simpson’s Forensic Medicine (Eleventh Edition). New York: Oxford University,
1997.
Kristanto, Erwin G., Sonny J.R. Kalangi, Penentuan Derajat Luka Dalam Visum et Repertum
Pada Kasus Luka Bakar, Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3, Suplemen, November
2013.
Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter 19.
Wim de Jong. 2005. Bab 3: Luka, Luka Bakar: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa Monica Ester.
Editor Sari Kurnianingsih. Edisi 4. Jakarta: EGC.