Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

DISUSUN OLEH :

FIRDA NINGSI DUWILA

224291517103

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2022

1
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi. (Smeltzer, suzanna, 2002)
Klasifikasi Luka Bakar :
1. Berdasarkan penyebab
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis. Luka bakar
derajat II ada dua :
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

2
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai
muka, tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka
bakar derajat III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau
dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa
yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau
di atas usia 50 tahun.
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada
butir pertama.
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa
memperhitungkan luas luka bakar.
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi.
6) Disertai trauma lainnya.
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.

B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar yaitu :
1. Listrik : Voltase aliran, listrik, petir, defibrilator.
2. Thermal : Api, air panas, kontak dengan objek panas, berjemur, sinar
ultraviolet (luka bakar karena sinar panas matahari).
3. Chemical : Organo phospat, acid (asam), korosi, alkalis.

3
4. Inhalasi : Saluran pernafasan yang terpapar dengan panas yang
hebat, inhalasi zat kimia yang merugikan, merokok dan CO.

C. Tanda Gejala

Kedalaman Dan
Gejala Penampilan Luka
Penyebab Luka Bakar
Derajat Satu Kesemutan, Memerah, menjadi putih
(Superfisial): tersengat hiperestesia ketika ditekan minimal
matahari, terkena api (supersensivitas), rasa atau tanpa edema
dengan intensitas nyeri mereda jika
rendah didinginkan
Derajat Dua (Partial- Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka
Thickness): tersiram sensitif terhadap udara berbintik-bintik merah,
air mendidih, terbakar yang dingin epidermis retak,
oleh nyala api permukaan luka basah,
terdapat edema
Derajat Tiga (Full- Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar
Thickness): terbakar syok, hematuria berwarna putih seperti
nyala api, terkena (adanya darah dalam bahan kulit atau gosong,
cairan mendidih dalam urin) dan kulit retak dengan bagian
waktu yang lama, kemungkinan pula lemak yang tampak,
tersengat arus listrik hemolisis (destruksi terdapat edema
sel darah merah),
kemungkinan terdapat
luka masuk dan keluar
(pada luka bakar
listrik)

4
D. Patofisiologi

5
E. Komplikasi
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas
kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke
dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling
5. Syok hipovolemik
6. Gagal ginjal akut

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Lengkap
Menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
2. AGD
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan PaO2 atau
PaCO2.
3. Elektrolit Serum CoHb
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
4. BUN
Mengetahui penurunan fungsi ginjal.
5. Toto Rontgen Dada
Dapat tampak normal/tidak normal pada pasca luka bakar dini.
6. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi hasil dapat meliputi edema,
pendarahan/tukak pada saluran pernafasan atas.
7. Scan Paru
Menentukan luasnya cedera inhalasi.
8. EKG

6
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
9. Fotografi Luka Bakar
Memberikan catatan untuk menyembuhkan luka bakar selanjutnya.

G. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama :
1. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen pada api yang menyala.
2. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
tornikuet, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi
oedem.
3. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas
menit. Akan tetapi, cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luaskarena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan
langsung pada luka bakar apapun.

Penatalaksanaan medis :

1. Pemberian cairan
Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
a. Cara Evans
1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3) 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.


Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.

b. Cara Baxter

7
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan
setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan
setengah jumlah cairan hari kedua.
2. Pemberian analgetik
3. Pemberian antibiotic
4. Perawatan luka dengan hidroterapi dan penggantian balutan
5. Bedrest
6. Debridement
7. Meningkatkan nutrisi.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan luka bakar.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar.
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan
terganggunya respon imun.

8
I. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan Nyeri berkurang 1. Balut luka segera mungkin. 1. Untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang
dengan luka bakar. sampai dengan menyebabkan infeksi.
hilang. 2. Tinggikan ekstremitas luka bakar 2. Membantu mengatasi nyeri.
secara periodik.
3. Berikan tempat tidur ayunan sesuai 3. Untuk memberikan rasa nyaman.
indikasi.
4. Kaji keluhan dan skala nyeri, lokasi. 4. Untuk menentukan tindakan yang tepat
selanjutnya.
5. Beri lingkungan yang nyaman. 5. Untuk mengurangi rasa nyeri.

6. Kolaborasi dengan dokter untuk 6. Untuk mengurangi rasa nyeri.


pemberian obat analgetik.

2. Kerusakan Penyembuhan 1. Kaji ukuran, warna, dan kedalaman 1. Untuk mengetahui apakah terjadi proses infeksi.
integritas kulit tepat waktu pada luka.
area luka bakar. 2. Berikan perawatan luka bakar yang 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi dan
membantu proses penyembuhan luka.
tepat.

9
berhubungan 3. Amati tanda infeksi: suhu dan warna. 3. Untuk menghindari komplikasi.
dengan luka bakar. 4. Anjurkan pasien agar tidak memegang 4. Agar tidak terkontaminasi dengan kuman yang
daerah luka bakar. ada di tangan pasien.
5. Rubah posisi tiap 4 jam. 5. Untuk mencegah terjadi kerusakan integritas
kulit lebih lanjut.

3. Resiko tinggi Infeksi tidak 1. Observasi tanda-tanda peradangan pada 1. Sebagai tindakan yang akan dilanjutkan untuk
infeksi terjadi ditandai daerah luka bakar. mencegah infeksi.
berhubungan dengan tidak 2. Jaga kebersihan balutan. 2. Untuk mencegah terjadinya infeksi.
dengan hilangnya terjadi peradangan 3. Ganti balutan sesering mungkin. 3. Untuk mencegah infeksi dan
barier kulit dan pada daerah luka cepatnya penyembuhan luka.
terganggunya bakar. 4. Observasi TTV: TD, N, S, P tiap 4 jam. 4. Merupakan indikator dini proses infeksi.
respon imun. 5. Jaga kebersihan alat tenun. 5. Untuk mencegah timbulnya bakteri yang
mengakibatkan infeksi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth (2003). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Alih
bahasa : dr. H.Y. Kuncara, Edisi 8. Vol 3. Jakarta : EGC.

Sylvia A. Price (2004). Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku


2. Jakarta. EGC.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.


https://independent.academia.edu/KristonoKhalifa
https://www.academia.edu/10237466/LAPORAN_PENDAHULUAN_COMBUS

Anda mungkin juga menyukai