A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid
(misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat
menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia
terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan
sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan proses
penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan
dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2009).
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat
gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah
serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka
derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah
atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
Derajat Tiga (Full- Epidermis, Tidak terasa nyeri, Kering, luka Pembentukan
Thickness): terbakar keseluruhan syok, hematuria bakar berwarna eskar, diperlukan
nyala api, terkena dermis dan (adanya darah dalam putih seperti pencangkokan,
cairan mendidih kadang- urin) dan bahan kulit atau pembentukan parut
dalam waktu yang kadang kemungkinan pula gosong, kulit dan hilangnya
lama, tersengat arus jaringan hemolisis (destruksi retak dengan kontur serta fungsi
listrik subkutan sel darah merah), bagian lemak kulit, hilangnya
kemungkinan yang tampak, jari tangan atau
terdapat luka masuk terdapat edema ekstrenitas dapat
dan keluar (pada terjadi
luka bakar listrik)
C. PENYEBAB
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara
langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar.
Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung
meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera
kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda
panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok
dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin
lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan.
Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola
luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola
percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada
kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas
dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan
oklusi jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang
menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka
bakar tambahan.
Pathway
E. PENGKAJIAN
1. Primary Survey
a. Airway
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah penekanan/bendungan pada vena jugularis
3) Cek adanya pengeluaran cairan dari hidung, telinga atau mulut
b. Breathing
1) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kedalaman
2) Monitoring ventilasi : pemeriksaan analisa gas darah, saturasi
oksigen Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
3) Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
4) Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan
dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam
(ronkhi)
c. Circulation
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
d. Disability
Cek Kesadaram /GCS
Cek laterisasi pupil
Cek kekuatan otot
e. Exsposure
Kaji apakah ada luka / jejas lainnya , BTLS (Bentuk, Tumor,Luka
lainnya)
2. Secondary Survey
a. keadaan umum
b. TTV
2) Mata
3) Hidung
5) Telinga
6) Leher
e. Abdomen
f. Urogenital
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karena nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
i. Pemeriksaan kulit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Derajat I
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d stimulasi saraf sensoris, luka
2. Gangguan perfusi jaringan b/d kerusakan jaringan epidermis.
Derajat II
1. Gangguan integritas kulit b/d terjadi lepuh dan oedem pada kulit.
2. Gangguan pernafasan b/d penyumbatan saluran pernafasan karena oedem
3. Cemas b/d kurangnya pengetahuan tentang kodisinya.
4. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit b/d haluaran cairan elektrolit
me↑
Derajat III
1. Resti infeksi b/d terbukanya lapisan kulit pelindung.
2. Resti injuri b/d penurunan kesadaran
INTERVENSI KEPERAWATAN
Gangguan rasa Rasa nyeri berkurang Tutup luka sesegera mungkin. Suhu berubah dan gerakan udara
nyaman nyeri b/d setelah dilakukan dapat menyebabkan nyeri hebat
stimulasi saraf tindakan keperawatan pada pemajanan ujung saraf
sensoris, luka selama 2 x 24 jam dengan
KH :
- pasien mengatakan Berikan tempat tidur ayunan Peninggian linen dari luka
nyeri berkurang. sesuai indikasi membantu menurunkan nyeri
- Pasien menunjukan
skala nyeri pada angka
3. Tutup jari/ ekstrimitas pada Posisi fungsi menurunkan
- Ekspresi wajah klien posisi yang berfungsi deformitas/ kontraktur dan
rileks. menggunakan bebat dan meningkatkan kenyamanan.
papan kaki sesuai keperluan
Resti infeksi b/d Infeksi tidak terjadi Kolaborasi pemasangan urine Memungkinkan obsevasi ketat
terbukanya lapisan setelah dilakukan kateter tak menetap fungsi ginjal dan mencegah statis
kulit pelindung. perawatan selama 3 X 24 atau reflek urine.
jam KH :
Implementasikan teknik Tergantung luasnya luka dan
- bebas eksudat purulen isolasi yang tepat sesuai untuk menurunkan infeksi silang.
dan tidak demam indikasi
Brunner & Suddart. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3.
Jakarta: EGC
Moenadjat Y. 2011. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta:
EGC
Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar
TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. 2009. Schwartz‟s
principal surgery. 8th ed. USA: The McGraw-Hill Companies