Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Lalar Belakang
Luka bakar adalah suatu kerusakan integritas pada kulit atau kerusakan
jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia, radiasi dan
arus listrik. Berat dan ringannya luka bakar tergantung pada jumlah area
permukaan tubuh, derajat kedalaman dan lokasi luka bakar yang terjadi
(Suriadi, 2004).
Luka bakar merupakan trauma yang berdampak paling berat terhadap
fisik maupun psikologis, dan mengakibatkan penderitaan sepanjang hidup
seseorang, dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi (Moenajat,
2003).
Menurut WIjaya & Putri (2013) salah satu penyebab luka bakar adalah
arus listrik. Luka bakar listrik terjadi karena panas yang digerakan dari energi
listrik, baik Alternatif Current (AC) maupun Direct Current (DC) yang
dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai
tubuh. Luka bakar adalah penyebab utama keempat trauma dan penyebab
paling umum kecacatan dan kematian di seluruh dunia (Ardabili, dkk., 2016).
Dan merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua
kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari
pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia (Rahayuningsih, 2012).
Ardabili, dkk. (2016) melaporkan bahwa insiden total luka bakar telah
terjadi 2 diperkirakan sekitar 2,4 juta kasus di berbagai negara yang berbeda,
650.000 dan 75.000 di antaranya memerlukan perawatan segera dan rawat
inap.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mengetahui pada pasien luka bakar
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui dari terapi perawatan luka, hipnoterapi, dan totok wajah
terhadap luka bakar.

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui , mengerti, maupun memahami luka bakar
2. Mahasiswa dapat memahami hubungan perawatan luka, hipnoterapi, dan
totok wajah pada luka bakar.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Kosep Dasar
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau
suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau
penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari
jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat,
2009).
Luka bakar adalah cedera sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation) .Luka bakar adalah rusak atau
hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
kobaran api ditubuh, jilatan api ketubuh, terkena air panas, tersentuh benda
panas, akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan
matahari.

2. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. (Wim de Jong,2005).
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase,
yaitu :
a. Fase akut
Pada fase ini masalah yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas
karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini
terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat
cedera termis bersifat sistemik.

3
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat
kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan
masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai
panas/energi.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadinya
maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka
bakar berupa parut hipertrofi, kontraktur dan deformitas lainnya.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada luka bakar adalah :
a. Grade I Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering
kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada jaringan
parut.
b. Grade II Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis (kulit
bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau nanah) dan
oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit), luka merah dan
basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 - 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
c. Grade III Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada, luka
merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat putih dan
merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan (seperti luka yang
kering dan gosong juga termasuk jaringan mati), tampak kering, lapisan
yang rusak tidak sembuh sendiri (perlu skin graf).

4. Klasifikasi
American burn menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori :
a. Luka bakar mayor
1) Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dengan
lebih dari 20% pada anak-anak.

4
2) Lukabakar fullthickness lebih dari 20%
3) Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum.
4) Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan
derajat dan luasnya luka
5) Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
1) Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20%
pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
3) Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki,
dan perinium.
c. Luka bakar minor
1) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10% pada anak-anak.
2) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
3) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
4) Luka tidak sirkumfer.
5) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

5. Manifestasi Klinis
Kedalaman dan Bagian
Perjalanan
penyebab luka kulit yang Gejala Penampilan luka
kesembuhan
bakar terkena
Derajat I Kesemutan,hi Kesembuhan
(superfisial): perestesia Memerah, menjadi lengkap dalam
tersengat (supersensivit putih ketika ditekan waktu satu
Epidermis
matahari, terkena as),rasa nyeri minimal atau tanpa minggu, terjadi
api dengan mereda jika edema pengelupasan
intensitas rendah di dinginkan kulit
Derajat II Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar Kesembuhan
(partial- dan bagian hiperestesia, luka berbintik- dalam waktu 2-3

5
minggu,
pembentukan
thickness): bintik merah,
sensitif parut dan
tersiram air epidermis retak,
terhadap depigmentasi,
mendidih, dermis permukaan luka
udara yang infeksi dapat
terbakar oleh basah, terdapat
dingin mengubahnya
nyala api edema
menjadi derajat-
tiga
Tidak terasa
nyeri, syok,
hematuria Pembentukan
(adanya eskar,
darah dalam diperlukan
Derajat III (full- Epidermis, Kering, luka bakar
urin) dan pencangkokan,
thickness): keseluruha berwarna putih
kemungkinan pembentukan
terbakar nyala api, n dermis seperti bahan kulit
pula parut dan
terkena cairan dan atau gosong, kulit
hemolisis hilangnya
mendidih dalam kadang- retak dengan
(destruksi sel kontur serta
waktu yang lama, kadang bagian lemak yang
darah merah), fungsi kulit,
tersengat arus jaringan tampak, terdapat
kemungkinan hilangnya jari
listrik subkutan edema
terdapat luka tangan atau
masuk dan ekstrenitas dapat
keluar (pada terjadi
luka bakar
listrik)

6. Patofisologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa
faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak

6
dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada
epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit
akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang
berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat dua, dan pengeluaran cairan ke keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi
syok hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin,
berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi
urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi
setelah delapan jam.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap
Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
c. GDA (Gas Darah Arteri)

7
Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan
tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
d. Elektrolit Serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal
dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
e. Natrium Urin
Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
f. Alkali Fosfat
Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
g. Glukosa Serum
Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
h. Albumin Serum
Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
i. BUN atau Kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
j. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
k. EKG
Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

8. Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).
a. Infeksi luka bakar

8
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.
Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama dalam
melawan infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh
lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur. Infeksi
juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau kateter. Kateter urin
dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung
pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti pneumonia
(Burninjury, 2013).
b. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat
menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain
itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah
(blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya waktu tirah
baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu menganggu sirkulasi
darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang
kemudian akan membentuk sumbatan darah (Burninjury, 2013).
c. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis.
Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi 19
secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar
terjadi di area sendi, pasien mungkin akan mengalami gangguan
pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami
penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien
memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan trauma
luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post
traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala
yang sering ditemukan pada penderita (Burninjury, 2013).

9
9. Penatalaksanaan
Penanganan pertama sebelum kerumah sakit dengan menyingkirkan sumber
luka bakar tanpa membahayakan penolong, kemudian penatalaksanaan
mengikuti prinsip dasar resusitasi traum :
a. Lakukan survei primer singkat dan segera atasi permasalahan yang
ditemukan.
b. Singkirkan pakaian dan perhiasan yang melekat. Jika pernafasan dan
sirkulasi telah teratasi, lakukan survei sekunder.
1) Airwey dan Breating
Managemen airway pada luka bakarpenting dilakukan karena jika
tidak dilakukan dengan baik akan mengakibatkan komplikasi serius.
Kondisi serius yang perlu dicermati adalah adanya cedera inhalasi,
terutama jika uka bakar terjadi pada ruang tertutup. Cedera inhalasi
lebih jarang terjadi pada ruang terbuka atau pada ruang dengan
ventilasi baik. Hilangnya rambut-rambut wajah dan sputum hitam
memberikan tanda adanya cedera inhalasi.
2) sirkulasi
Akses intravena dan pemberian resusitasi cairan sangat penting untuk
segera dilakukan. Lokasi ideal akses pemberian cairan pada kulit yang
tidak mengalami lukabakar, namun jika tidak memungkinkan maka
dapat dilakukan pada luka bakar. Akses intravena sebaiknya dilakukan
sebelum terjadi edema jaringan yang akan menyulitkan pemasangan
infus. Pemasangan infus di vena sentral perlu dipertimbangkan jika
tidak ada akses pada vena perifer. Cairan Ringer laktat dan NaCl 0,9%
tanpa glukosa dapat diberikan pada 1-2 akses intravena. Kateter Foley
digunakan untuk memonitor produksi urin dan keseimbangan cairan.
3) Evaluasi Lanjut
Selang nasogastic digunakan untuk dekompresi lambung dan jalur
masuk makanan. Evaluasi semua denyut nadi perifer dan dinding
thoraks untuk kemungkinan timbulnya sindroma kompatermen
terutama pada luka bakar sirkumferensial. Observasi menyeluruh

10
terhadap edema jaringan terutama pada ektremitas dan kemungkinan
terjadinya gagal ginjal. Elevasi tungkai dapat dilakukan untuk
mengurangi edema pada tungkai.

11
Penjelasan Dari Keahlian Masing-Masing
A. Perawatan luka
1. Definisi Luka
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patalogis yang berasal dari internal dan eksternal dan mengenai
organ tertentu (Lazarus,etal.,1994 dalam A Potter & Perry, 2006). Luka
adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul
seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress
simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan
kematian sel (Kozier, 1995).

2. Jenis Luka
Berdasarkan lama waktu penyembuhannya, luka dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
a. Luka Akut
Luka akut adalah luka trauma yang biasanya segera mendapat
penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi
komplikasi. Kriteria luka akut adalah luka baru, mendadak dan
penyembuhannya sesuai dengan waktu yang diperkirakan. Contohnya
adalah luka sayat, luka bakar, luka tusuk.
b. Luka Kronik
Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan,
tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul
kembali. Contohnya adalah ulkus tungkai, ulkus vena, ulkus arteri
(iskemi), penyakit vaskular perifer ulkus dekubitus, neuropati perifer
ulkus dekubitus (Briant, 2007).

3. Proses Penyembuhan Luka


Proses fisiologis Penyembuhan Luka, yaitu:
a. Inflamasi

12
Fase ini dimulai dari pertama kali terjadi trauma ketika pembuluh
kapiler berkontraksi dan trombosit memfasilitasi hemostatis. Respons
pertahanan melawan bakteri pathogen yang berasal dari
polymorphonuclear leukocytes (polmorphs) dan makrofag.
Polymorphs melindungi luka dari invasi bakteri saat makrofag
membersihkan debris dari luka. Fase ini berlangsung mulai hari ke-0
s/d hari ke-3.
b. Poliferasi
Fase ini dibagi menjadi fase deskruktif dan polifrasi. Polymorphs
bersama makrofag membunuh bakteri pathogen dengan cara fagositik,
memakan bakteri yang mati dan debris agar luka menjadi bersih.
Makrofag juga diperlukan dalam penyembuhan luka untuk
menstimulasi sel fibroblastic untuk membuat kolagen. Angiogenesis
terjadi untuk membuat jaringan vaskuler baru. Migrasi sel-sel epitel
diatas dasar luka yang bergranulasi. Kontraksi luka terjadi selama fase
rekontruksi. Fase ini berlangsung mulai hari ke-3 s/d ke-21
c. Maturasi
Merupakan fase remodeling, dimana fungsi utamanya untuk
meningkatkan kekuatan daya regang luka. Selama fase maturasi,
secara perlahan-lahan kolagen menempatkan diri pada daerah yang
lebih terorganisir dan menambah kekuatan daya regang luka. Fase ini
berlangsung mulai hari ke -21 s/d 3 tahun.

4. Faktor Yang Menghambat Penyembuhan Luka


Faktor yang menghambat penyembuhan luka yaitu:
1. Lingkungan kuka a. Memungkinkan sel-sel epithelial
yang kering mongering dan mati
b. Mengganggu migrasi sel epithelial
melewati permukaan luka

2. Defisiensi nutrisi: a. menghambat pembentukan serabut

13
kolagendan perkembangan kapilaria
a.Vit C b. mengurangi suplai asam amino untuk
b. Protein perbaikan jaringan
c.zinc c. mengganggu epitelisasi

3. gangguan sirkulasi a. mengurangi suplai nutrisi pada area luka


b. menghambat respon inflamasi dan
pengangkatan debris pada area luka
4. stress Melepaskan katekolamin yang menyebabkan
(nyeri,kurang tidur) vasokontriksi
5. antiseptic: a. Toksik pada fibroblast
a.H2O2 b. Toksik pada sel darah merah, sel darah
b. Povidone putih dan fibroblast
Iodine
c.Chiorhexidine
6. Benda asing a. Menghambat penutupan luka
b. Meningkatkan respon inflamasi
7. Infeksi a. Meningkatkan respon inflamasi
b. Meningkatkan kerusakan jaringan
8. Akumulasi cairan Menghambat jaringan mendekat
9. Gesekan mekanik Memusnahkan jaringan granulasi
10. Radiasi Bisa menyebabkan nekrosis jaringan
11. Penyakit DM Menghambat sintesa kolagen, mengganggu
sirkulasi, hiperglikemis mengganggu
fagositosis, dan hambatan terhadap sekresi
insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, sehingga nutrisi tidak dapat masuk ke
dalam sel
12. Anemia Mengurangi suplai oksigen

14
5. Perawatan luka
Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit
membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang dapat
merusak permukaan kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan
luka, memasang balutan, mengganti balutan, pengisian (packing) luka,
memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi
membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase,
pemasangan perban (Briant, 2007).
1. Balutan
a. Tujuan pemilihan balutan
1) Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif penyembuhan luka
2) Untuk meningkatkan kenyamanan
3) Untuk melindungi luka dari sekitar luka
4) Untuk mengurangi nyeri
5) Untuk mempertahankan temperature pada luka
6) Untuk mengontrol pendarahan
7) Untuk mencegah/ mengontrol odor
8) Untuk mengatur drainase
9) Untuk imobilisasi bagian tubuh yang cedera
10) Untuk mencegah infeksi
11) Untuk mengurangi stress pada klien dengan menutup lukanya
b. Balutan yang ideal
Balutan yang idel memiliki ciri-ciri:
1) Menampung kelebihan eksudat dan mencegah maserasi
2) Memelihara lingkungan luka yang lembab
3) Mempertahankan suhu yang optimum/insulasi panas
4) Mencegah invasi bakteri
5) Mencegah terjadinya infeksi
6) Tidak menyebabkan reaksi alergi pada kulit

15
7) Membuang jaringan mati
8) Nyaman untuk digunakan
2. Perbedaan balutan konvesional dan modern
Balutan konvesional Balutan modern
Perwatan terbuka/kering Perawatan tertutup(lembab)
Dibuka setiap hari Tidak dibuka setiap hari
Painfull Painless
Tiap kali dibuka berdarah Tidak berdarah saat dibuka
Biaya kurang efektif Cost effective
Berakhir amputasi Cegah sejak dini

3. Macam-macam balutan modern


a. Kassa kering
b. Kassa anti lengket
c. Tranparant film
d. Hydrogel
e. Hydrocolloid
f. Calcium alginate
g. Hydrosellulosa
h. Polyurethane foam
i. Silicon dressing
j. Hydrofobik
k. Cadexomer Iodine
l. Silver dressing

B. Hipnoterapi
1. Definisi Hipnoterapi
Hipnoterapi adalah suatu rangkaian proses yang digunakan seorang
hipnoterapis untuk menyelesaikan masalah klien dengan ilmu hipnosis.
Hipnoterapi adalah suatu metode dimana pasien dibimbing untuk
melakukan relaksasi (trans), dimana setelah kondisi relaksasi dalam ini

16
tercapai, maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar sesesorang
akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah
untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan. Hipnoterapi
adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat
sugesti (perintah positif) untuk mengatasi masalah kognisi (pikiran),
afeksi (perasaan), dan perilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai
suatu teknik terapi pikiran menggunakan metode hipnosis. Hipnosis bisa
diartikan sebagai ilmu untuk memberi sugesti atau perintah positif
kepada pikiran bawah sadar seseorang. Orang yang ahli dalam
menggunakan hipnotis untuk terapi disebut “hypnotherapist”.
Hipnoterapi menggunakan sugesti atau pengaruh kata-kata yang
disampaikan dengan teknik-teknik tertentu. Satu-satunya kekuatan dalam
hipnoterapi adalah komunikasi.
2. Sejarah Hipnoterapi
Pada zaman dahulu, hipnosis seringkali dikaitkan dengan kekuatan
supranatural, ritual keagamaan, kepercayaan, dan sebagainya. Banyak
"orang pintar" di zaman Mesir Kuno dan Yunani menggunakan metode
hipnosis untuk mengobati orang-orang dengan masalah emosi, masalah
psikologis, dan sebagai alternatif anestesi pada saat itu, walaupun saat itu
belum ada istilah hipnosis. Menurut yang ditulis pada catatan dokumen
medis Ebers Papyrus, catatan sejarah tentang sejarah hipnosis, berawal
dari zaman Mesir Kuno 1550 SM. Menurut Ebers papyrus, dituliskan
bahwa pada zaman Mesir Kuno ada kuil pengobatan yang bernama kuil
tidur. Cara pengobatan pada waktu itu, para pendeta menyembuhkan
pasiennya dengan menyentuhkan tangannya pada dahi pasien sambil
mengucapkan mantra atau sugesti untuk menyembuhkan pasiennya.
Warga sekitar pada saat itu mempercayai bahwa pendeta itu memiliki
kekuatan magis. Abad ke-18 adalah titik awal untuk sejarah hipnosis
modern, yang dimulai dari pendeta yang bernama Gassner. Gassner
meyakini bahwa orang sakit itu kerasukan setan, maka dengan membuat
pasien masuk ke kondisi hypnosa (hypnosa adalah kondisi dimana

17
manusia menjadi rileks dan terfokus), kemudian beliau melakukan ritual
tertentu untuk mengusir setan yang ada dalam tubuh pasiennya. Setelah
Gassner, barulah muncul beberapa tenaga kesehatan dari para dokter dan
psikolog yang meneliti tentang hipnosis ini, dimulai dari :
a. Franz Anton Mesmer (1735-1815),
b. Marquis de Puysegur (1751-1825),
c. John Elliotson (1791-1868),
d. James Braid, penulis dan dokter terkenal di Inggris (1795-1860),
e. Para psikiater, Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Sigmund Freud
f. (1856-1939),
g. Milton Erickson (1901-1980),
h. Dave Elman (1900-1967),
i. Ommond McGill (1913-2005).

3. Dasar Teori Hipnoterapi


Telah banyak penulis yang mencoba memberi keterangan mengenai
fenomena hipnosis dan banyak sekali teori yang diungkapkan. Teori-teori
yang diajukan, antara lain: teori imobilisasi, teori hipnosis sebagai suatu
status histeria, teori yang didasari perubahan fisiologis serebral, teori
hipnosis sebagai suatu proses menuju tidur yang dikondisikan, teori
aktifitas dan inhibisi ideomotor, teori disosial, teori memainkan peran
(Role-Playing), teori regresi, teori hipersugestibilitas (hypersuggestibility),
serta teori psikosomatik. Secara umum, teori-teori mengenai hipnosis
tersebut dibagi dalam dua kategori besar, yaitu:
a) Teori berdasarkan Neuropsiko-fisiologis
Teori berdasarkan neuropsiko-fisiologis menerangkan hipnosis sebagai
suatu keadaan dimana kondisi otak berubah dan oleh karena itu, faal
otakpun juga berubah. Teori berdasarkan psikologis yang memandang
sebagai hubungan antarmanusia yang khas (termasuk teori sugesti,
disosiasi, psikoanalitik, psychic relative exclusion, dan lain-lain).
(Kaplan & Sadock, 2004).

18
b) Teori Psikofisiologis
Beberapa peneliti menerapkan formasi retikulare, hipokampus, dan
struktur subkortikal yang memerantarai komunikasi. Teori-teori lain
termasuk inhibisi sel ganglion otak, eksitasi dan inhibisi dari neuron-
neuron, fokus eksitasi sentral yang mengelilingi area non eksitasi,
anemia serebral, pergeseran energi saraf dari sistem saraf pusat menuju
sistem vasomotor, perlambatan vasomotor mengakibatkan anemia lobus
frontal “synaptic ablation” dimana impuls-impuls saraf langsung masuk
ke dalam sejumlah bagian yang lebih kecil (perhatian selektif) juga
dipertimbangkan.
c) Teori Imobilisasi
Hipnosis suatu waktu mungkin diperlukan oleh manusia sebagai
mekanisme pertahanan untuk menghadapi ketakutan atau bahaya. Teori
ini berdasarkan pada pengamatan Pavlov bahwa satu-satunya
kesempatan seekor hewan bertahan hidup adalah untuk tetap imobile
(tidak bergerak) agar terlepas dari pengamatan. (Kroger, 2007).
Walaupun diinduksi berbeda-beda pada hewan, RI (Reaksi Imobilisasi)
ditimbulkan terutama oleh faktor fisik dan insting. Pada manusia
diakibatkan dari interaksi faktor-faktor ini dengan pengalaman arti dari
simbul dan kata-kata. Hipnosis manusia dan hewan tidak mirip. Induksi
berulang pada hewan dengan penurunan kerentanan hipnotik,
sedangkan pada manusia meningkatkannya. (Kroger, 2007). Pada
umumnya, stimulus sekuat apapun seperti ketakutan, menyebabkan
hewan dan manusia tertentu ”membeku”. Konsep ini berlanjut pada
teori hipnosis “pingsan-mati”. Akan tetapi, teori ini tidak menjelaskan
bagaimana hipnosis terjadi pada manusia. Bersamaan dengan itu,
hipnosis dijelaskan sebagai suatu keadaan kesiapan tindakan emosi
yang makin bertambah menghubungkan ke bawah pada pengaruh
korteks sebagai satu filogeni ke atas, namun demikian secara konsisten
muncul pada organisme hewan dalam berbagai bentuk. (Kroger, 2007).
d) Hipnosis sebagai suatu Status Histeria

19
Pada suatu waktu, hipnosis dianggap sebagai suatu gejala histeria.
Hanya individu histeris yang diyakini dapat dihipnosis. Kesimpulan ini
diambil oleh Charcot dengan dasar hanya beberapa kasus dalam
keadaan patologis. Hipotesis seperti ini tidak dapat dipertahankan,
seberapa besar kerentanan terhadap hipnosis adalah tidak patognomonik
pada neurosis. Individu normal nyatanya dengan mudah dihipnosis.
(Kroger, 2007).
e) Teori Tidur yang Dikondisikan
Teori Keadaan Alpha dan Theta Melalui data yang dikumpulkan dari
Electroencephalography (EEG), diidentifikasikan dari impuls elektrik
yang dipancarkan oleh otak ada empat macam frekuensi pola
gelombang otak yang pokok. Keadaan Beta (waspada/bekerja)
didefinisikan sebagai 14-32 putaran per detik / cycles per second (CPS),
keadaan Alpha (santai/relax) sebagai 7-14 CPS, keadaan Theta
(mengantuk) sebagai 4-7 CPS, dan keadaan Delta (tidur/bermimpi/tidur
pulas) kira-kira 3-5 CPS. (Kroger, 2007). Satu definisi fisiologis dari
keadaan hipnosis adalah bahwa tingkat gelombang otak yang
diperlukan untuk mengatasi masalah, seperti berhenti merokok,
penanganan masalah berat badan, pengurangan fobia, peningkatan
kemampuan olahraga, dan lain-lain adalah keadaan alpha. Keadaan
alpha pada umumnya diasosiasikan dengan menutup mata, relaksasi,
dan melamun. (Kroger, 2007). Definisi fisiologis lain menyebutkan
bahwa keadaan theta diperlukan untuk perubahan therapeutic
(berhubungan dengan pengobatan). Keadaan theta dikaitkan dengan
hipnosis untuk pembedahan, hipnoanestesia (penggunaan hipnosis
untuk mematirasakan rasa sakit) dan hipnoanalgesia (penggunaan
hipnosis untuk mengurangi kepekaan terhadap rasa sakit), dimana
pembedahan lebih siap dilakukan dalam keadaan theta dan delta. Obat
bius (anestetik), zat penenang (sedatif), dan hipnosis mengacaukan
keselarasan saraf yang dianggap mendasari terjadinya gelombang theta,
baik pada manusia maupun binatang. (Kroger, 2007).

20
f) Teori Inhibisi dan Aktivitas Ideomotor
Hal itu dianggap oleh beberapa penulis bahwa efek sugestibilitas adalah
hasil dari inhibisi dan tindakan ideomotor, dan sugestibilitas hanya
sebuah pengalaman dari imaginasi yang diaktualisasikan hingga
aktivitas ideomotor. (Kroger, 2007). 7. Teori Neodisosiasi dan Disosiasi
Selama beberapa tahun diduga bahwa seseorang yang dihipnosis berada
dalam kondisi disosiasi, area-area tertentu dari perilaku terbelah dari
aliran utama kesadaran. Oleh karena itu, hipnosis menghapus kontrol
kehendak dan sebagai hasilnya seseorang merespon hanya dengan
perilaku otonomik pada tingkat refleks. Jika teori disosiasi adalah valid,
maka amnesia dapat dihilangkan oleh sugesti dari pelaksana. Selain itu,
amnesia akan selalu terjadi secara spontan. Hipnosis telah dijelaskan
sebagai disosiasi kesadaran dari sebagian besar sensori meski dengan
tegas peristiwa yang berhubungan dengan saraf disimpan. Golongan
disosiasi tidak hanya hipnosis tetapi juga banyak kondisi siaga/waspada
lain dari kesadaran seperti mimpi-mimpi, kondisi hipnagogik, “highway
hypnosis”, kondisi melamun, pemisahan atau depersonalisasi dilihat
pada beberapa tipe pemujaan agama/ ritual agama dan banyak
fenomena mental lainnya. (Kroger, 2007).
g) Teori Disosiasi
Teori lama ini tidak mempunyai nama baik lagi ketika diperagakan
lebih sering sebagai ganti dari amnesia atau disosiasi. Di sana ada
hyperacuity dan pengaturan yang lebih baik dari seluruh makna selama
hipnosis. Oleh karena itu, meskipun beberapa tingkat dari disosiasi
terjadi ketika amnesia muncul, itu bukan berarti indikasi bahwa
disosiasi menghasilkan hipnosis atau serupa untuknya. Meskipun teori
ini tidak diselesaikan, Hilgard menunjukkan bahwa kontrol ego normal
adalah memperhatikan kebutuhan, memperbolehkan perilaku yang
dapat diterima masyarakat dan pilihan yang masuk akal. Namun
demikian, dia mencatat bahwa proses lain dibawa di sisi luar kontrol

21
normal dimana pada saatnya dapat berfungsi simultan dengan mereka.
(Kroger, 2007).
h) Teori Memainkan Peran (Role Playing)
Teori ini beranggapan bahwa individu yang dihipnosis memainkan
peran dan membiarkan penghipnosis menciptakan realitas untuk
mereka. Umumnya, selama proses hipnosis orang menjadi lebih reseptif
(mudah menerima) sugesti, menyebabkan mereka berubah dalam cara
merasakan, berpikir, dan berperilaku. Beberapa psikolog, seperti Robert
Baker mengklaim bahwa apa yang kita sebut dengan hipnosis
sebenarnya adalah bentuk dari perilaku sosial yang dipelajari.
Sementara psikolog seperti Sarbin dan Spanos beranggapan bahwa
subjek bermain peran dengan pengharapan sosial yang kuat, subjek
percaya bahwa mereka dalam keadaan terhipnosis, kemudian mereka
berperilaku dengan cara yang mereka bayangkan bagaimana seorang
yang dihipnosis akan berperilaku. (Kroger, 2007).
i) Teori Regresi
Konsep Psikoanalisis Sebuah tiruan di antara psikoanalisis dan teori
fisiologi Pavlov dicoba oleh Kubic dan Margolin. Peneliti-peneliti ini
merasa bahwa subyek menuju sebuah regresi infantile dengan hipnosis
penuh berisi sebuah peran permainan dahulu oleh orangtua. Gill dan
Brenman beranggapan bahwa hipnosis adalah sebuah regresi pelayanan
dari ego, transferensi (sebuah transfer/pemindahan oleh pasien kepada
pelaksana dari perasaan emosi terhadap orang lain) adalah sebuah
elemen penting dari hipnosis. Kubic percaya motivasi lebih bermakna
daripada konsep regresi dalam memahami respon hipnosis. Hodge
menekankan konsep kontraktual dari hipnosis. Sebagai sebuah ilustrasi
dari konsep ketidakpatuhan yang lebih besar. (Kroger, 2007).
4. Tujuan Hipnoterapi
Pada saat ini, tujuan dari hipnoterapi adalah untuk mengatasi masalah-
masalah sebagai berikut :
a. Masalah Fisik dan Fisiologis

22
Ketegangan otot, hipertensi, dan rasa nyeri yang berlebihan dapat
dibantu dengan hipnoterapi. Hipnoterapi dapat membuat tubuh menjadi
rileks dan mengurangi intensitas nyeri yang berlebihan secara drastis.
b. Masalah Emosi dan Psikologis
Serangan panik, ketegangan dalam menghadapi ujian, kemarahan, rasa
bersalah, cemas, fobia, kurang percaya diri, dan lain-lain adalah
masalah-masalah emosi yang berhubungan dengan rasa takut dan
kegelisahan. Semua masalah di atas bisa diatasi dengan hipnoterapi.
c. Masalah Perilaku
Masalah perilaku seperti merokok, makan berlebihan hingga
menyebabkan obesitas, minum minuman keras yang berlebihan,
gangguan tidur, dan berbagai macam perilaku ketagihan, dapat diatasi
dengan hipnoterapi.

5. Proses Hipnoterapi
Aktivitas pikiran manusia secara sederhana dikelompokkan ke
dalam empat wilayah yang dikenal dengan istilah Brainwave, yaitu : Beta,
Alpha, Theta, dan Delta. Beta adalah kondisi pikiran pada saat sesorang
sangat aktif dan waspada. Kondisi ini adalah kondisi umum ketika
seseorang tengah beraktivitas normal. Frekuensi pikiran pada kondisi ini
sekitar 14-24 CPS (diukur dengan perangkat EEG). Alpha adalah kondisi
ketika seseorang tengah fokus pada suatu hal atau pada saat seseorang
dalam kondisi relaksasi. Frekuensi pikiran padakondisi ini sekitar 7-14
CPS.Theta adalah kondisi relaksasi yang sangat ekstrim, sehingga seakan-
akan yang bersangkutan merasa “tertidur”, kondisi ini seperti halnya pada
saat seseorang melakukan meditasi yang sangat dalam. Theta juga disebut
sebagai gelombang pikiran ketika seseorang tertidur dengan bermimpi,
atau kondisi REM (Rapid Eye Movement). Frekuensi pikiran pada kondisi
ini sekitar 3.5-7 CPS. Delta adalah kondisi tidur normal (tanpa mimpi).
Frekuensi pikiran pada kondisi ini sekitar 0.5-3.5 CPS. Kondisi hipnosis
sangat mirip dengan kondisi gelombang pikiran Alpha dan Theta. Kondisi

23
Beta, Alpha, dan Theta merupakan kondisi umum yang berlangsung secara
bergantian dalam diri kita. Pada saat setiap orang menuju proses tidur
alami, maka yang terjadi adalah gelombang pikiran ini secara perlahan-
lahan akan menurun mulai dari Beta, Alpha, Theta, kemudian Delta
dimana kita benar-benar mulai tertidur. Perpindahan wilayah ini tidak
berlangsung dengan cepat, sehingga sebetulnya walaupun seakan-akan
seseorang sudah tampak tertidur, mungkin saja ia masih berada di wilayah
Theta. Pada wilayah Theta seseorang akan merasa tertidur, suara-suara
luar tidak dapat didengarkan dengan baik, tetapi justru suara-suara ini
didengar dengan sangat baik oleh pikiran bawah sadarnya, dan cenderung
menjadi nilai yang permanen, karena tidak disadari oleh “pikiran sadar”
yang bersangkutan.

6. Syarat Hipnoterapi
Secara konvensional, hipnoterapi dapat diterapkan kepada mereka yang
memenuhi persyaratan dasar, yaitu :
a. Bersedia dengan sukarela
b. Memiliki kemampuan untuk fokus
c. Memahami komunikasi verbal

7. Tahapan Hipnoterapi
Pada saat proses hipnoterapi berlangsung, klien hanya diam, duduk atau
berbaring. Yang sibuk justru terapisnya, yang bertindak sebagai fasilitator.
Pada proses selanjutnya, klienlah yang menghipnosis dirinya sendiri
(otohipnosis). Berikut adalah tahapan hipnoterapi :
a. Pre-Induction (Interview)
Pada tahap awal, hipnoterapis dan klien untuk pertama kalinya
bertemu. Setelah klien mengisi formulir mengenai data dirinya,
hipnoterapis membuka percakapan (rapport) untuk membangun
kepercayaan klien, menghilangkan rasa takut terhadap hypnosis atau
hipnoterapi, menjelaskan mengenai hipnoterapi, dan menjawab semua

24
pertanyaan yang klien ajukan. Sebelumnya, hipnoterapis harus dapat
mengenali aspek-aspek psikologis dari klien, antara lain hal yang
diminati dan tidak diminati, apa yang diketahui klien terhadap
hipnosis, dan seterusnya. Pre-Induction merupakan tahapan yang
sangat penting. Seringkali kegagalan proses hipnoterapi diawali dari
proses Pre-Induction yang tidak tepat.
b. Suggestibility Test
Fungsi dari uji sugestibilitas adalah untuk menentukan apakah klien
termasuk ke dalam golongan orang yang mudah menerima sugesti
atau tidak. Selain itu, uji sugestibilitas juga berfungsi sebagai
pemanasan dan juga untuk menghilangkan rasa takut terhadap proses
hipnoterapi. Uji sugestibilitas juga membantu hipnoterapis untuk
menentukan teknik induksi mana yang terbaik bagi klien.
c. Induction
Induksi adalah cara yang digunakan oleh seorang hipnoterapis untuk
membawa pikiran klien berpindah dari pikiran sadar (conscious)
menuju pikiran bawah sadar (subconscious), dengan menembus apa
yang dikenal dengan Critical Area. Saat tubuh rileks, pikiran juga
menjadi rileks. Maka selanjutnya frekuensi gelombang otak dari klien
akan turun dari Beta, Alpha, lalu Theta. Semakin turun gelombang
otak, klien akan menjadi semakin rileks, sehingga klien berada dalam
kondisi trance. Inilah yang dinamakan dengan kondisi terhipnosis.
Hipnoterapis akan mengetahui kedalaman trance klien dengan
melakukan Depth Level Test (tingkat kedalaman trance klien).
d. Deepening (Pendalaman Trance)
Bila diperlukan, hipnoterapis akan membawa klien ke trance yang
lebih dalam. Proses ini dinamakan deepening.
e. Suggestions / Sugesti
Post Hypnotic Suggestion adalah salah satu komponen terpenting
dalam tahapan hipnoterapi. Pada saat klien masih berada dalam trance,
hipnoterapis juga akan memberi Post Hypnotic Suggestion, yaitu

25
sugesti yang diberikan kepada klien pada saat proses hipnotis masih
berlangsung dan diharapkan terekam terus oleh pikiran bawah sadar
klien, meskipun klien telah keluar dari proses hipnosis.
f. Termination
Termination merupakan tahapan terakhir dari hipnoterapi. Pada tahap
ini, hipnoterapis secara perlahan-lahan akan membangunkan klien dari
“tidur” hipnosisnya dan membawanya menuju keadaan yang
sepenuhnya

C. Totok Wajah
1. Definisi Totok Wajah
Totok Wajah adalah teknik pemijatan di bagian wajah dengan
penekanan kepada titik aura wajah sehingga akan memperlancar peredaran
darah di sekitar wajah. Totok Wajah yang dilakukan secara rutin akan
membuat kulit wajah akan semakin terlihat lebih segar, halus dan kencang,
akan membuat wajah Nampak terlihat awet muda.

2. Fungsi totok wajah


a. Mengeluarkan Aura Negatif. Pada dasarnya, manusia memiliki aura
positif. Namun karena sterss, letih, lelah maupun masalah terpendam
dalam tubuh yang terakumulasi, mampu menyebabkan kulit wajah
menjadi kurang bercahaya. Aura positifnya meredup, yin dan yang
tidak seimbang.
b. Untuk mengeluarkan energi negatif, penetralnya adalah melalui pijatan
totok wajah. Ada ribuan titik akupressur yang ada di seputar wajah dan
bisa bermanfaat bagi pemiliknya.
c. Menjaga metabolisme hormon-hormon dalam tubuh, meredakan stress,
mengurangi kerutan dan mengencangkan wajah.
d. Megurangi kerutan dan mengencangkan wajah. Sebab salah satu sebab
penuaan dini adalah adanya ketegangan pada otot wajah. Terapi totok
ini tak hanya dilakukan oleh kaum hawa, bahkan kaum pria.

26
3. Area Totok Wajah

Tempat-tempat yang ditotok antara lain garis senyum, pangkal hidung,


pelipis, bagian atas alis.
a. Titik Akupresur
Titik-titik akupresur terletak pada kedua telapak tangan, begitu juga pada
kedua telapak kaki.  Di telapak tersebut terdapat titik akupresur untuk
jantung, paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pancreas, sinus, dan otak.
Jika tidak mengetahui secara tepat di mana titik-titik itu secara tepat di
tangan, maka tepukkanlah tangan selama dua menit, dan tangan akan
memperoleh tekanan balik yang diperlukan. Beberapa Shadus (Saint dari
India) mengatakan bahwa saat menyanyikan lagu-lagu kebaktian, terdapat
ritual menepukkan tangan.  Di India perlakuan ini diperkenalkan oleh
orang-orang suci untuk menstimulasi titik-titik akupresur.
Pemijatan terhadap titik akupresur wajah sangat penting untuk
merevitalisasi otot-otot wajah, serta melancarkan peredaran darah di
wajah. Melakukan pemijatan terhadap wajah, adalah sesuatu yang
menyenangkan, mudah, dan dapat dilakukan di mana dan kapan
saja. Akupresur wajah memfokuskan cara melakukan pijatan-pijatan
lembut, serta menekan titik akupresur dengan gerakan memutar lembut.
Pijatan dan tekanan pada titik akupresur wajah akan merangsang peredaran

27
darah dan oksigen di wajah menjadi lancar.  Akupresur akan membuat
wajah rileks dan tampak lebih segar, dan yang paling penting membuat
wajah terlihat lebih muda.  Daerah yang dipijat, tidak hanya ditingkatkan
sirkulasi darahnya, tetapi juga membantu membersihkan “facial lymp
system”.  Rangsangan ini merangsang regenerasi kolagen yang membuat
wajah terlihat awet muda.

4. Metode Totok Wajah


a. Metode Pertama
Dilakukan penotokan dengan stik perak (acupressure therapy) pada
simpul-simpul syaraf di wajah yang berguna untuk melancarkan aliran
darah di wajah.
b. Metode Kedua
Dilakukan pijatan (massage therapy) dengan teknik yang khusus untuk
relaksasi dan penyegaran wajah.
c. Metode Ketiga
Dilakukan terapi telur (egg therapy) dimana cara ini bermanfaat untuk
menghilangkan flek-flek hitam di wajah, mengurangi jerawat dan
menghaluskan kulit wajah.
d. Metode Keempat
Dilakukan transfer energi (Metapysic Energy Therapy) yang
diistilahkan dengan membuka aura wajah, agar wajah senantiasa berseri
dan tampil awet muda.
e. Metode Kelima
Untuk kesempurnaan seri wajah dilakukan masker wajah (Herbal
Therapy) dimana digunakan masker dari bahan alami non kimia yang
benar-benar aman tanpa efek samping.

5. Efek Samping
Efek samping hampir tidak ada/tidak diketahui. totok, seperti juga pijat
dan olahraga, berfungsi melancarkan peredaran darah dan oksigen. dalam

28
hal totok wajah, melancarkan peredaran darah sekitar wajah, yang tentu saja
dapat mengurangi sinus, sakit kepala, jerawat, flek, dan gangguan lain di
sekitar wajah dan kepala. Totok tidak memasukkan sesuatu ke dalam tubuh
sebagaimana obat-obatan, jadi tentu saja tanpa efek samping, asal dilakukan
dengan frekuensi yang wajar dan cara yang benar.

6. Indikasi
Totok wajah sudah dapat dilakukan sejak usia 17 tahun. Dan sebaiknya rutin
dilakukan seminggu sekali.

7. Kintraindikasi
a. Jangan lakukan jika wajah berjerawat. Karena dapat berakibat merah-
merah dan iritasi atau mungkin tambah parah meradang jerawatnya.
b. Terapi totok wajah juga tidak boleh dilakukan pada orang-orang yang
menderita radang akut, hipertensi, jantung, TBC paru, penyakit kulit
dan diabetes. Karena, terapi totok wajah itu nantinya bisa berisiko
memperparah penyakit yang sudah ada.

8. Langkah-langkah
a. Berikut langkah-langkah melakukan totok wajah :
b. Bersihkan wajah dengan cleansing atau foam.
c. Untuk mempermudah pemijatan, gunakan massage oil atau baby oil.
d. Mulai pijatan dari daerah dagu, kemudian naik ke bibir, hidung, mata
hingga dahi. Pijatan dilakukan hingga otot-otot wajah terasa rileks.
Untuk menambahkan kesan santai dapat dipadukan dengan aromaterapi.
e. Selesai melakukan pemijatan diteruskan dengan menotok wajah, bagian
yang biasanya ditotok adalah garis senyum, pangkal hidung, pelipis dan
alis.
f. Tahap terakhir adalah pemakain masker wajah.

Pengaruh Keahlian Terhadap Luka Bakar

29
1. Perawatan luka
Perawatan luka sangat mempengaruhi dalam penyembuhan luka.
Karena jika terjadi perlukaan lalu pendarahan maka resiko terjadi kuman
masuk. Jika tidak dilakukan perawatan luka maka akibatnya terjadi infeksi
bahkan bisa terjadi kematian. Perawatan luka bakar definitif untuk luka
bakar terdiri atas pembersihan, dibridemen jaringan mati (nonvital),
pembuangan bahan-bahan yang membahayakan, dan penggunaa bahan-
bahan topikal yang tepat. Luka bakar harus dicuci menggunakan sabun
yang lembut dan dibilas secara menyeluruh dengan air hangat. Tujuan
perawatan luka pada penderita luka bakar yaitu mencegah terjadinya
tetanus, mencegah iskemia jaringan jaringan.

2. Hipnoterapi
Bagian otak yang teraktivasi pada saat ada rangsang nyeri adalah
thalamus, primary somatosensory cortex (SI), secondary somatosensory
cortex (SII), insula, prefrontal cortex (PFC), amigdala, anterior cingulated
cortex (ACC). Bagian-bagian otak tersebut sangat dipengaruhi dengan
kondisi emosi dan proses berpikir seseorang. Hipnoterapi mempengaruhi
ACC dimana akan berefek pada proses afeksi terhadap pengalaman nyeri.
Modulasi afeksi akan mempengaruhi presepsi otak terhadap pengalaman
nyeri tersebut sehingga mampu menimbulkan koping positif. Nyeri tidak
dapat dihilangkan akan tetapi koping positif akan membuat seseorang
dapat menerima dan menyadari rasa nyeri dengan lebih nyaman seiring
perubahan presepsi otak selama proses hipnoterapi dan paska hipnoterapi.
Teknik Hipnoterapi Hipnoterapi yang sesuai pada kondisi nyeri kronik
adalah bertahap yakni tahap pertama relaksasi kemudian dilanjutkan
dengan cognitive distraction dan diakhiri dengan anchoring. Anchoring
inilah yang akan bersifat memandirikan pasien dengan anchoring maka
pasien dapat melakukan Selfhypnosis. Kemampuan self hypnosis pernah
ditulis oleh Downe S et al (2015) pada pengelolaan nyeri intrapartum pada

30
wanita nullipara. Teknik relaksasi menggunakan standard deepening yakni
berupaya memasukkan pasien dalam state hipnotik yang dimulai dengan
menghadirkan kembali kenangan tempat/situasi yang nyaman bagi pasien.
Dimulai dengan memposisikan tubuh dengan nyaman (berbaring-duduk),
dan dapat dibantu dengan iringan musik relaksasi kemudian mengambil
napas panjang sebanyak 3 kali, inspirasi melalui hidung dan ekspirasi
melalui mulut secara perlahan. Setelah pernapasan ketiga kalinya maka
pasien diarahkan untuk menutup mata. Secara sistematis, pasien dipandu
dengang hitungan mundur dari sepuluh hingga satu dengan semakin
berkurangnya hitungan maka gambaran tadi semakin nyata dan dapat
dirasakan kembali secara fisik dengan ditandai adanya REM (Rapid Eye
Movement). Setelah tercapai kondisi REM maka pasien diarahkan untuk
menikmati sejenak kenyamanan tersebut. Tahap selanjutnya dalam kondisi
REM dipertahankan, teknik cognitive distraction diterapkan. Teknik ini
akan memandu pasien mengubah gambaran nyaman tadi menjadi urutan
sensasi suhu dan warna tanpa menghilangkan sensasi nyaman yang ada.
Dengan tetap nyaman, pasien dipandu untuk mengumpamakan warna
merah sebagai rasa panas dan panas tersebut dianalogikan dengan rasa
nyeri. Lambat laun terapis akan memandu pasien mengubah warna merah
secara bertahap menjadi merah muda, kuning, hijau muda, hijau tua, biru
tua dan biru langit yang nyaman di mata seiring perubahan warna tadi
pasien disugesti suhu pada bagian tubuh yang nyeri tadi menjadi semakin
sejuk hingga sensasi nyeri tadi berkurang atau bila pasien memiliki
sugestibilitas tinggi, rasa nyeri tadi menghilang. Setelah beberapa saat
terapis akan menanyakan kepada pasien kondisi sensasi nyeri tersebut,
biasanya jawaban dari pasien akan lambat merespon sehingga tunggu saja
sejenak, Bila jawaban pasien masih nyeri dan mengganggu maka proses
analogi warna dan suhu diulang sampai rasa nyeri berkurang.

3. Totok Wajah

31
Pengaruh totok wajah pada pasien luka itu hanya untuk
merileksasikan perasaan stress, takut dan tidak percaya diri dari hasil
pengobatan yang dilakukan maka dari itu dengan dilakukannya totok
wajah dapat merilekskan dan meningkatkan kepercayaan diri serta
mempelancar sirkulasi aliran darah karna orang yang stress aliran
darangnya terganggu maka dari itu dapat dilakukannya totok wajah untuk
memperlancar kembali aliran darahnya. Efek dari totok wajah tidak ada
efek sampingnya karna hanya pemijatan yang merileksasikan.

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat
tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu
yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau penyebab
lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat, 2009).
Luka bakar adalah cedera sebagai akibat kontak langsung atau terpapar
dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation) .Luka bakar adalah rusak atau hilangnya
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api
ditubuh, jilatan api ke tubuh,terkena air panas, tersentuh benda panas, akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, sertasengatan matahari.
B. Saran
Sebaiknya saat terjadi kecelakaan yang menyebabkan luka bakar, perlu di
lihat dengan teliti keadaan lukanya dan cara-cara penanganan pertamanya
yang benar supaya tidak terjadi infeksi, jika luka terlampau parah maka
segeralah bawa ke rumah sakit, atau pelayanan kesehatan lainnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Jose L. Anggowarsito. 2014. Luka Bakar Sudut Pandang Dermatologi.


Jurnal Widya Medika Surabaya. Vol 2 No.2
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan
Profesional. Revisi jilid 2. Yogyakarta:Medika Action Publishing
Joyce M. Black & Jane Hokanson Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah
Manajemen Klinis Untuk Hasil Yang Diharapkan. Ed.2 Buku 2 ELSIVIER
https://id.scribd.com/document/188516337/Terapi-totok-wajah

34

Anda mungkin juga menyukai