Anda di halaman 1dari 23

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringanyang disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu

yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan

radiasi) atau suhu yang sangat rendah (Moenadjat, 2011). Luka bakar

adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia dibandingkan

dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak

dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia,

listrik, radiasi dan cahaya. Berbagai aktifitas sehari-hari yang

dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya luka bakar misalnya

kecelakaan yang menyebabkan meledaknya kendaraan, memegang

peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik

ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012).

Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia,

listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya

kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina,

2008).

B. Etiologi
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum

dilakukan evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2005) luka

bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam, antara lain:

1. Paparan Api (Thermal Burn)

a. Api (Flame)

Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan dengan

api terbuka, sehingga menyebabkan cedera langsung ke

jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih

dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian

memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat

sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan

cedera tambahan berupa cedera kontak (Moenadjat, 2005).

b. Benda Panas (Kontak)

Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda panas. Luka

bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang

mengalami kontak (Moenadjat, 2005).

c. Scald (Air Panas)

Semakin kental cairan dan lama waktu kontaknya,

menimbulkan kerusakan yang semakin besar. Luka disengaja

atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola

luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan


oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka

melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola

sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan

cairan (Moenadjat,2005).

2. Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat

asam, basa, dan bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya

kontak dan jumlah jaringan yang terpapar menentukan luasnya

injury. Luka bakar kimia terjadi karena kontak dengan zat-zat

pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah

tangga dan berbagai zat kimia yang dipergunakan dalam bidang

industri dan pertanian (Moenadjat, 2005).

3. Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan

dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat

ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya

tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik itu sampai

mengenai tubuh (Moenadjat, 2005).

4. Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar

matahari atau terpapar sumber radio aktif untuk keperluan

terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri (Moenadjat,

2005).
C. Klasifikasi

Semakin dalam luka bakar, semakin sedikit apendises kulit yang

berkontribusi pada proses penyembuhan dan semakin memperpanjang

masa penyembuhan luka. Semakin panjang masa penyembuhan luka,

semakin sedikit dermis yang tersisa, semakin besar respon inflamasi

yang terjadi dan akan semakin memperparah terjadinya scar. Luka

bakar yang sembuh dalam waktu 3 minggu biasanya tanpa

menimbulkan hypertrophic scarring, walaupun biasanya terjadi

perubahan pigmen dalam waktu yang lama. Sebaliknya luka bakar

yang sembuh lebih dari tiga minggu sering mengakibatkan

hypertrophic scars (Schwartz et al, 2012).

1. Luka Bakar Derajat I

a. Kerap diberi simbol 1˚

b. Kerusakan jaringan hanya sebatas bagian superfisial

(permukaan) yaitu epidermis.

c. Perlekatan antara epidermis dengan dermis (dermal-

epidermal junction) tetap terpelihara dengan baik.

d. Kulit kering, hipereremik memberikan efloresensi berupa


eritema.

e. Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritasi.


f. Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam

waktu 5-7 hari.

g. Derajat kerusakan yang ditimbulkan bukan termasuk masalah

klinik yang berarti dalam kajian terapeutik, sehingga luka bakar


derajat I tidak dicantumkan dalam perhitungan luas luka bakar.

h. Contoh: luka bakar akibat sengatan matahari (sun burn).

(Moenadjat, 2011).

Luka Bakar Derajat I


Gambar 2.1 Luka Bakar Derajat I (Demling, 2005)

Keterangan : area berwarna hitam menunjukan

nekrosis jaringan sedangkan area berwarna biru

menunjukan cairan akibat edema pada luka bakar

derajat I kerusakan jaringan hanya sebatas jaringan

epidermis.

2. Luka Bakar Derajat II (Partial Thickness Burn)


a. Kerap diberi simbol 2˚

b. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian

superfisial dermis.

c. Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai dengan

eksudasi.

d. Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritiasi.

Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua, yaitu luka bakar


derajat II dangkal dan dalam (Moenadjat, 2011).

1) Luka bakar derajat IIA dangkal (Superficial Partial Thickness

Burn)

a) Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian (sepertiga

bagian superfisial) dermis.

b) Dermal-epidermal junction mengalami kerusakan sehingga

terjadi epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh ( bula,

blister). Lepuh ini merupakan karakteristik luka bakar derajat

dua dangkal (Moenadjat, 2011).

Luka Bakar Derajat II Dangkal:

Gambar 2.2Luka Bakar Derajat II Dangkal

(Demling, 2005)

Keterangan : Panah menunjukan gambar bula dimana di

dalamnya terdapat cairan akibat edema

2) Luka bakar derajat II dalam ( Deep Partial Thickness Burn)

a) Kerusakan mengenai hampir seluruh (duapertiga bagian

superfisial) dermis.

b) Apendises kulit (integumen) seperti folikel rambut, kelenjar

keringat, dan kelenjar sebasea sebagian utuh.


c) Kerap dijumpai eskar tipis di permukaan, harus dibedakan

dengan eskar pada luka bakar derajat III.

Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung apendises kulit yang

tersisa. Biasanya penyembuhan memerlukan waktu lebih dari dua

minggu (Moenadjat, 2011).

Luka Bakar Derajat II Dalam:

Gambar 2.3Luka Bakar Derajat II Dalam (Demling, 2005)

Keterangan : area berwarna hitam menunjukan nekrosis

jaringan sedangkan area berwarna biru menunjukan edema

pada luka bakar derajat II dalam kerusakan jaringan mengenai

epidermis dan sebagian dermis (sepertiga bagian superfisial).

3) Luka bakar derajat III ( Full Thickness Burn)

a. Kerap diberi simbol 3˚

b. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan

dermis) serta lapisan yang lebih dalam.

c. Apendises kulit (adheksa, integumen) seperti folikel


rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami

kerusakan.

d. Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih

karena terbentuk eskar.

e. Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang

sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami

kerusakan/kematian.

f.Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelialisasi spontan

baik dari tepi luka (membrana basalis) maupun dari

apendises kulit (folikel rambut, kelenjar keringat, dan

kelenjar sebasesa yang mempunyai potensi epithelialisasi)

tidak dimungkinkan terjadi karena struktur- struktur

jaringan tersebut mengalami kerusakan (Moenadjat, 2011).

Luka Bakar Derajat III:

Gambar 2.4Luka Bakar Derajat III (Demling, 2005)


Keterangan : area berwarna hitam menunjukan nekrosis

jaringan sedangkan area berwarna biru menunjukan edema

pada luka bakar derajat III kerusakan jaringan mengenai

seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta lapisan

yang lebih dalam.

D. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke

tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi

elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor

penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kotak dengan

sumber panas. Cidera luka bakar mempengaruhi semua system organ.

Besarnya respon patofisiologis berkaitan dengan luasnya luka bakar dan

mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira 60% seluruh luas

permukaan tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan perubahan

tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan

kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan berlangsung sampai 48-

72 jam pertama. Kondisi ditandai dengan pergerseran cairan dari komponen

vaskuler ke ruang intertestitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi

meningkatkan permeabilitas kapiler, dan timbul perubahan permeabilitas sel

pada yang luka bakar dan sekitarnya. Dampaknya jumlah cairan yang banyak

berada pada ekstra sel, sodium chloride dan protein lewat melalui darah byang

terbakar dan akan membentuk gelembung-gelembung dan odema atau keluar

melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka bakar pada lingkungan kulit
akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik berfungsi sebagai

mekanisme pertahanan diri yang sangat penting , dari organisme yang mungkin

masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan memungkinkan mikro

organisme masuk dalam tubuh dan akan menyebabkan infeksi pada luka yang

dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

E. Manifestasi Klinis

Menurut Wong and Whaley’s 2003, tanda dan gejala pada luka

bakar adalah :

1. Grade I

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar), kulit kering

kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam 3 - 7 hari dan tidak ada

jaringan parut.

2. Grade II

Kerusakan pada epidermis (kulit bagian luar) dan dermis

(kulit bagian dalam), terdapat vesikel (benjolan berupa cairan atau

nanah) dan oedem sub kutan (adanya penimbunan dibawah kulit),

luka merah dan basah, mengkilap, sangat nyeri, sembuh dalam 21 -

28 hari tergantung komplikasi infeksi.

3. Grade III

Kerusakan pada semua lapisan kulit, nyeri tidak ada,

luka merah keputih-putihan (seperti merah yang terdapat serat

putih dan merupakan jaringan mati) atau hitam keabu-abuan

(seperti luka yang kering dan gosong juga termasuk jaringan


mati), tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri

(perlu skin graf).

Metode Rule of Nines untuk menentukan daerah

permukaan tubuh total (Body surface Area : BSA) untuk orang

dewasa adalah :

a) Kepala dan leher : 9%

b) Ekstremitas atas kanan : 9%

c) Ekstremitas atas kiri : 9%


d) Ekstremitas bawah kanan : 18%,

e) Ekstremitas bawah kiri : 18%

f) Badan bagian depan : 18%

g) Badan bagian belakang : 18%

h) Genetalia : 1%

100%
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku, bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor registrasi dan

diagnose medis.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Penting untuk menentukan apakah pasien, mempunyai

penyakit yang merubah kemampuan untuk memenuhi

keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap infeksi

(seperti Diabetes mellitus , gagal jantung, sirosis hipatis,

gangguan pernafasan).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

1) Sumber kecelakaan

2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya

3) Gamabaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi

4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-


obatan

5) Keadaan fisik disekitar luka bakar

6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit.


d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit

yang sama dengan yang diderita klien.

e. Riwayat Psiko- Sosio- Spiritual

Pengkajian psikologi meliputi status emosi, kognitif, dan

perilaku klien, pengkajian mekanisme koping klien terhadap

penyakit yang diderita.

2. Pola Kesehatan Sehari-hari


a. Pola kebiasaan

Pasien biasanya melakukan kegiatan berhubungan dengan

benda panas dan sangat beresiko.

b. Pola tidur dan istirahat

Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman

ataupun nyeri pada bagian luka.

c. Pola eliminasi

Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan seperti


biasa.

d. Pola hubungan dan peran

Terjadinya perubahan peran dan hubungan karena terhambatnya

pola aktivitas.

e. Pola persepsi dan konsep diri

Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit dan punya harapan

untuk sembuh.
3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Tingkat kesadaran :Compos metis

2) Keadaan umum: lemah

3) Tanda-tanda vital:

a) Tekanan darah

b) Nadi

c) Pernapasan

d) Suhu

b. Pemeriksaan Fisik Head To Toe

1) Kepala

Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi

atau bekas luka.

Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan

penyebaran rambut.

Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulitbserta

tekstur kasar atau halus, akral dingin/ hangat.

2) Rambut

Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut,

penyebaran rambut.

Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya

ketombe atau tidak.

Palpasi :mudah rontok atau tidak, rambut lengket atau tidak.


3) Wajah

Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk

mengetahui luka dan kelainan pada kepala.

Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada

perbedaan maka ada kelumpuhan atau parase.

Palpasi :lihat adanya luka, respon nyeri dengan melakukan

penekanan sesuai kebutuhan.

4) Mata

Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk

melihat apakah ada kelainan pada mata.

Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau

ikterik), pupil isokor, medriasis atau miosis.

Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada

maka ketika dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika

ada nyeri tekan.

5) Hidung

Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung

Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada

kemerahan atau lesi hidung bagian dalam.

Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada

sinus, apakah ada nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah

terjadi benjolan.
6) Mulut dan Faring

Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada mulut dan

faring. Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir

sumbing), bentuk bibir simetris atau tidak, warna bibir,

kelembapan, apakah ada gigi yang berlubang, kebersihan gigi,

serta lihat apakah ada pembesaran pada tonsil.

Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan

penekanan di daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.

7) Telinga

Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada

kondisi abnormal pada telinga.

Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak

antara kanan dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.

Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau

tidak dan elastisitas kartilago.

8) Leher

Untuk mengetahui fungsi dan apakah ada kelainan pada

leher. Inspeksi : lihat warna kulit, bentuk, amati adanya

pembesaran kelenjar tiroid.

Palpasi : lakukan penekanan pada leher dengan cara meletakkan

kedua tangan disisi samping leher dan pasien suruh menelan lalu

rasakan apakah ada pembesaran tiroid pada sisi leher.

9) Dada
Untuk mengetahui bentuk, frekuensi, nyeritekan, irama

pernafasan dan bunyi paru.

Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada

retraksi dada atau tidak.

Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada

pelebaran pada ictus cordis.

Perkusi: untuk melihat batas normal paru.

Auskultasi: untuk mengetahui bunyi nafas.

10) Abdomen

Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus,

dan apakah ada nyeri tekan.

Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan,

dan asites.

Auskultasi: dengarkan peristaltik usus dan hitung apakah ada

peningkatan pada bising usus.

Palpasi: apakah ada lesi, dan nyeri tekan. Perkusi: apakah ada

hipertimpani atau tidak.

11) Musculoskeletal/ Ektremitas

Untuk mengetahui mobilitas kekutan otot.

Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas.

Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi

tahanan pada eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada

anggota gerak atas dan bawah


13. Pemeriksaan Nervus

 NI olfaktorius : untuk memeriksa indra penciuman dengan

baubauan yg tajam .

 NII optikus : pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan

visual test snellen card.

 N III,IV,VI okulomotorius, throkhlearis, abdusens : apakah

ada paralisis pada salah satu mata, pemeriksaan pupil,

gerakan bola mata.

 N V trigeminus : apakah ada gangguan mengunyah, kasus

stroke terkadang terdapat paralisis pada saraf trigeminus.

 N VII fasialis : kaji persepsi pengecapan, dan kesimetrisan

wajah.

 N VIII akustikus : apakah ada gangguan pendengaran .

 N IX dan X glosofaringeus dan vagus : kemampuan menelan

berfungsi secara normal atau tidak, serta ajak klien untuk

membuka mulut untuk menilai fungsi dari vagus.

 N XI asesorius : minta klien untuk menengok kesisi salah

satu tubuh serta mengangkat bahu.

 N XII hipoglosus : melihat saraf motorik untuk ekstrinsik dan

intrinsik lidah .

14. Pemeriksaan Integumen

Inspeksi:amati warna kulit, kaji adanya lesi dan edema


Palpasi:kelembaban kulit, mengecek suhu kulit dengan cara

membandingkan kedua kaki dan lengan tangan dengan

menggunakan jari, tarik/cubit untuk mengetahui turgor kulit

(normalnya kembali cepat). Wallace membagi tubuh atas bagian 9%

atau kelipatan 9 yang terkenal dengan rule of nine of Wallace yaitu :

a) Kepala dan leher :9%

b) Lengan masing-masing 9% :18%

c) Badan depan 18%, badan bagian belakang :36%

d) Tungkai masing-masing 18 :36%

e) Genitalia/perinium :1%

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien luka bakar yang mungkin muncul :

1. Resiko tinggi bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

obtruksi trakeabronkial; edema mukosa dan hinganya kerja silia; luka bakar

daerah leher; kopresi jalan nafas thorak dan dada.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

cairan melalui rute abnormal; status hypermetabolik.

3. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap

sindrom kompartemen terokal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial

dari dada atau leher.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adequate;

kerusakan perlindungan kulit; jaringan traumatic.


5. Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan; bentukan edema;

manifulasi jaringan cedera.

6. Resiko kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar

melingkari ekstremitas atau luka bakar listrik dalam.

7. Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisi situasi;

kecacatan; nyeri.

8. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi lapisan kulit.

3. Intervensi Keperawatan

Tabel Intervensi Keperawatan mengenai Resiko InfeksiDengan intervensi

tambahan Perawatan Luka Bakar

Diagnose Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi (SIKI)

(SDKI) Hasil (SLKI)


Resiko Infeksi Kriteria hasil sebagai Intervensi utama:

Definisi: berisiko akan berikut: Manajemen

mengalami peninggkatan 1. Kebersih tangan imunisasi/vaksinasi

terserang organisme meningkat (pencegahan infeksi)

patogenik. 2. Kebersihan badan Intervensi pendukung:

Faktor risiko: meningkat 1. Dukungan perawatan

1. Penyakit Kronis 3. Nafsu makan diri(mandi)

2. Efek prosedur invasive 4. Demam menurun 2. Edukasi pencegahan

3. Malnutrisi 5. Kemerahan luka tekan

4. Peningkatan paparan menurun 3. Manajemen nutrisi

organisme pathogen 6. Nyeri menurun 4. Menejemen medikasi

lingkungan 7. Bengkak menurun 5. Pemantauan elektrolit

5. Ketidakadekuatan 8. Cairan berbau 6. Pemantauan nutrisi

pertahanan tubuh primer busuk menurun 7. Pemantauantanda

a. Gangguan peristaltic 9. Kultur area luka vital

b. kerusakan integritas membaik 8. Pemberian obat oral

kulit 9. Pencegahan luka

c. Perubahan sekresi PH tekan

d. Penurunan kerja 10. Pengaturan posisi

siliaris 11. Perawatan luka

e. Ketuban pecah lama bakar

f. Ketuban pecah

sebelum waktunya
g. Merokok

h. Statis cairan tubuh

6. Ketidakadekuatan

pertahanan tubuh

sekunder:

a. Penurunan

hemeoglobin

b. Imonosupresi

c. Leukopenia

d. Supresi respon

inflamasi

e. Vaksinasi tidak

adekuat

Kondisi Klinis:

1. AIDS

2. Luka bakar

3. Penyakit paru

obstruktif kronis

4. Diabetes mellitus

5. Tindakan invasive

6. Kondisi penggunaan

terapi steroid

7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah

sebelum waktunya

(KPSW)

9. Kanker

10. Gagal ginjal

11. Imunosupresi

12. Lymphedema

13. Leukositopenia

14. Gangguan fungsi

hati

Anda mungkin juga menyukai