Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan 4

Tutor : Ns. Yaumil Fajri, S.Kep


Sub Materi :
1. Tipe – tipe kepemimpinan
2. Metode asuhan keperawatan
3. Modalitas manajemen keperawatan ( diskusi refleksi kasus, operan, pre conference,
komunikasi SBAR)
4. Penugasan KARU, Katim, PP
5. Patient Safety (Penggunaan Gelang Warna Identitas)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


A. TIPE KEPEMIMPINAN
1. Gaya kepemimpinan autokratis
Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan
keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang menggunakan gaya ini
biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan seluruh
kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan
melaksanakannya (DepKes, 1990).
2. Gaya kepemimpinan demokratis
Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan dan
memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif
Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan
demokratis. Dalam pemimpin partisipatif, manajer menyajikan analisa masalah
dan mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang
kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas
usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh
kelompok tersebut (Gillies, 1986).
4. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire
Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Staf/bawahan mengevaluasi
pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi
dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator (Nursalam. 2002).
5. Gaya kepemimpinan Birokratis
Gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan yang terus-menerus
kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa kesulitan-
kesulitan akan dapat

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


B. METODE ASUHAN KEPERAWATAN
1. Metode Kasus
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu klien
satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau
untuk keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
2. Metode Fungsional
Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu, misal:
ada perawat yang bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada yang
bertugas injeksi saja, dan ada yang bertugas mengisi laporan ASKEP saja.
Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan
metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien terpisah-
pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat.
3. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang perawat
profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif. Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan keperawatan
belum optimal sehingga para pakar mengembangkan metode keperawatan
primer (Douglas,1992).
4. Metode Keperawatan Primer
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan klien
mulai dari klien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara klien dan perawat
yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama klien dirawat.
5. Metode Modular
Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi dari metode
keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-profesional
bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi primer, satu tim

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh pada sekelompok
klien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno, 2005).

C. MODALITAS KEPERAWATAN
1. Diskusi Refleksi Kasus
Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan komponen yang sangat efektif dan
efisien untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas
perawat. Pelaksanaan diskusi sesuai dengan rekomendasi yang dianjurkan oleh
DepKes yaitu bahwa kasus yang disajikan merupakan kasus klinis maupun
manajemen. Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Iqbal (2013) menjelaskan
bahwa diskusi refleksi kasus mampu meningkatkan individu dalam membuat
perencanaan dan efektif dalam upaya mengembangkan mutu keperawatan.
Penelitian Mawardi Pamungkas (2011) menunjukan hasil bahwa perawat merasa
puas dengan hasil pembelajaran melalui DRK, tetapi diperlukan pembentukan
tim monitoring untuk pelaksanaan DRK, pemberian reward untuk meningkatkan
motivasi peserta diskusi dan perlu adanya dukungan stakeholder rumah sakit.
Hasil penelitian lain oleh Chi Yi Wu (2014) menyatakan bahwa dengan
melakukan discussion group perawat menunjukkan perbaikan perilaku yang
signifikan dan konsisten terhadap tindakan keperawatan setelah diadakannya
kegiatan diskusi.
Manfaat DRK antara lain seorang perawat bias introspeksi diri terhadap
tindakan atau kegiatan kerja yang dilakukan sehingga akan meingkatkan kualitas
keja yang diharapkan (Ahmad I, Said HB Zed, at al, 2013) Diskusi dengan
berdasarkan pada kasus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran dan
pemberian umpan baik. Diskusi refleksi kasus yang dilakukan secara
berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim dan meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta mempunyai
dampak positif terhadap pengetahuan klinis perawat (Chris Dawber, 2013).
2. Handover / Serah Terima Pasien
Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab utama untuk
memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh ke salah satu

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


pengasuh yang lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap ruang rawat,
asisten dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat praktisi
berlisensi. (The Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, 2010).
Sedangkan Australian Medical Association (2006), mendefinisikan handover
sebagai transfer tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa
atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau kelompok pasien, kepada orang
lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen.
3. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus
tertentu yang dilakukan oleh kepala tim (KATIM), kepala ruangan, PA, serta
melibatkan seluruh anggota tim .
4. Supervisi
Suatu tindakan merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara
terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana (Kron,
1987).
5. Pre Conference
Suatu tindakan yang dilakukan oleh katim dan perawat pelaksana setelah selesai
operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim
atau penanggung jawab tim.
6. Post Conference
Suatu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang
shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil
askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post
conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
7. Komunikasi S-BAR
SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima
(handover) ke pasien.

D. PENUGASAN KARU, KATIM DAN PP


Peran sebagai kepala ruangan
1) Fungsi:
a) Menentukan standar pelaksanaan kerja.
b) Memberi pengarahan kepada ketua dan anggota tim.
c) Supervisi dan evaluasi tugas staf.
2) Uraian Tugas:
a) Perencanaan:
• Menunjuk ketua tim yang bertugas di kamar masing-masing.
• Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya.
• Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien.
• Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkanberdasarkan
aktifitas dan kebutuhan pasien.
• Merencanakan metode penugasan dan penjadwalan staf.
• Merencanakan strategi pelaksanaan asuhan keperawatan.
• Merencanakan kebutuhan logistik dan fasilitas ruangan kelolaan.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
• Merumuskan metode penugasan keperawatan.
• Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan.
• Merumuskan rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
• Membuat rentang kendali diruang rawat.
• Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, misal:
membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari
sesuai dengan jumlah dan kondisi pasien.
• Mengatur dan mengendalikan pelaksanaan asuhan keparawatan
dalam bentuk diskusi, bimbingan dan penyampaian informasi.
• Mengatur dan mengendalikan logistik dan fasilitas ruangan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


• Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktek.
• Mendelegasikan tugas kepada ketua tim.
• Melakukan koordinasi dengan tim kesehatan lain.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
c) Pengarahan:
• Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
• Memberikan pengarahan kepada ketua tim tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan dan fungsi-fungsi manajemen.
• Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan asuhan keperawatan pasien.
• Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
• Melalui supervisi:
✓ Supervisi langsung terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan melalui pengamatan sendiri atau laporan
langsung secara lisan dari ketua tim.
✓ Supervisi tidak langsung dengan cara mengecek, membaca
dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan.
✓ Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang
terjadi pada saat itu juga.
• Membimbing bawahan yang kesulitan dalam melaksanakan
tugasnya.
• Memberi pujian kepada bawahan yang melaksanakan tugas
dengan baik.
• Memberi teguran kepada bawahan yang membuat kesalahan.
• Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


d) Pengawasan :
• Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim maupun anggota tim/ pelaksana mengenai
asuhan keperawatan yang diberikan secara langsung kepada
pasien.
• Melalui evaluasi: mengevaluasi upaya/ kerja ketua tim dan
anggota tim/ pelaksana dan membandingkan dengan peran
masing-masing serta dengan rencana keperawatan yang telah
disusun.
• Memberi umpan balik kepada ketua tim.
• Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
• Pengendalian logistik dan fasilitas ruangan.
• Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelayanan
keperawatan.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

e) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratis, autokratis,


partisipatif.
f) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.

Peran sebagai ketua tim


1) Fungsi :
a) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang
didelegasikan oleh kepala ruangan.
b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi kinerja anggota
tim/pelaksana.
c) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
d) Mengembangkan kemampuan anggota tim/pelaksana.
e) Menyelenggarakan konferensi

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


2) Uraian Tugas:
a) Perencanaan:
• Mengikuti serah terima pasien dari shift sebelumnya bersama
kepala ruangan
• Bersama kepala ruangan melakukan pembagian tugas untuk
anggota tim/pelaksana.
• Menyusun rencana asuhan keperawatan.
• Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
• Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
• Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
• Mengorientasikan pasien baru.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

b) Pengorganisasian dan ketenagaan:
• Merumuskan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.
• Bersama kepala ruangan membuat rincian tugas untuk anggota
tim/pelaksana sesuai dengan perencanaan terhadap pasien yang
menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian asuhan
keperawatan.
• Melakukan pembagian kerja anggota tim/ pelaksana sesuai
dengan tingkat ketergantungan pasien.
• Melakukan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain.
• Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim/ pelaksana.
• Mendelegasikan tugas pelaksanaan proses keperawatan kepada
anggota tim/pelaksana.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


c) Pengarahan:
• Memberi pengarahan tentang tugas setiap anggota tim/
pelaksana.
• Memberikan informasi kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan
• Melakukan bimbingan kepada anggota tim/ pelaksana yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
• Memberi pujian kepada anggota tim/ pelaksana yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, tepat waktu, berdasarkan
prinsip, rasional dan kebutuhan pasien
• Memberi teguran kepada anggota tim/pelaksana yang melalaikan
tugas atau membuat kesalahan.
• Memberi motivasi kepada anggota tim/pelaksana.
• Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

d) Pengawasan:
• Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada
pasien.
• Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota
tim/ pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan
dari anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan.
• Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi
pada saat itu juga.
• Melalui evaluasi:

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


✓ Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana
dan membandingkan dengan peran masing-masing serta
dengan rencana keperawatan yang telah disusun.
✓ Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam
melaksanakan tugas.
✓ Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
• Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
• Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
• Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
• Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.

e) Gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan: demokratis, autokratis,


partisipatif.
f) Peran manajerial: informasional, interpersonal, decisional.

Peran sebagai anggota tim/ pelaksana:


1) Perencanaan:
a) Bersama kepala ruang dan ketua tim mengadakan serah terima tugas.
b) Menerima pembagian tugas dari ketua tim.
c) Bersama ketua tim menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan
keperawatan.
d) Mengikuti ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
e) Menerima pasien baru.
f) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
2) Pengorganisasian dan ketenagaan:
a) Menerima penjelasan tujuan dari metode penugasan keperawatan tim.
b) Menerima rincian tugas dari ketua tim sesuai dengan perencanaan
terhadap pasien yang menjadi tanggung jawabnya dalam pemberian
asuhan keperawatan.
c) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh ketua tim.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


d) Melaksanakan koordinasi pekerjaan dengan tim kesehatan lain
e) Menyesuaikan waktu istirahat dengan anggota tim/ pelaksana lainnya.
f) Melaksanakan asuhan keperawatan.
g) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian tindakan keperawatan
yang dilakukan.

3) Pengarahan:
a) Menerima pengarahan dan bimbingan dari ketua tim tentang tugas setiap
anggota tim/ pelaksana.
b) Menerima informasi dari ketua tim berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
c) Menerima pujian dari ketua tim.
d) Dapat menerima teguran dari ketua tim apabila melalaikan tugas atau
membuat kesalahan.
e) Mempunyai motivasi terhadap upaya perbaikan
f) Terlibat aktif dari awal sampai dengan akhir kegiatan.
g) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.
4) Pengawasan:
a) Menyiapkan dan menunjukkan bahan yang diperlukan untuk proses
evaluasi serta terlibat aktif dalam mengevaluasi kondisi pasien.
b) Menunjang pelaporan dan pendokumentasian.

E. PENGGUNAAN GELANG IDENTITAS PASIEN


Pemakaian Gelang Identitas Pasien Dibedakan Berdasarkan Warna, diantaranya:
1. Merah muda : untuk pasien berjenis kelamin perempuan
2. Biru muda : untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.
3. Merah: untuk pasien alergi obat-obatan.
4. Kuning : untuk pasien dengan risiko jatuh
5. Hijau: untuk pasien alergi latek
6. Ungu: untuk pasien DNR (Do Not Resusitation)
7. Abu-abu : untuk pasien dengan pemasangan bahan radioaktif (kemoterapi)

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12

Anda mungkin juga menyukai