A. TIPE KEPEMIMPINAN
1. Metode Kasus
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
klien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
2. Metode Fungsional
Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu,
misal : ada perawat yang bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada
yang bertugas injeksi saja, dan ada yang bertugas mengisi laporan ASKEP
saja. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat.
3. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif. Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan
keperawatan belum optimal sehingga para pakar mengembangkan metode
keperawatan primer (Douglas,1992).
5. Metode Modular
Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi dari
metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-
profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi
primer, satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh
pada sekelompok klien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno,
2005).
C. MODALITAS KEPERAWATAN
3. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
kasus tertentu yang dilakukan oleh kepala tim (KATIM), kepala ruangan, PA,
serta melibatkan seluruh anggota tim .
4. Supervisi
Suatu tindakan merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana
(Kron, 1987).
6. Post Conference
Suatu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)
7. Komunikasi S-BAR
SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima
(handover) ke pasien.