Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan 22

Tutor : Ns. Yaumil Fajri, S.Kep

A. TIPE KEPEMIMPINAN

1. Gaya kepemimpinan autokratis


Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam
pengambilan keputusan (Gillies, 1986). Seorang pemimpin yang menggunakan
gaya ini biasanya akan menentukan semua keputusan yang berkaitan dengan
seluruh kegiatannya dan memerintah seluruh anggotanya untuk mematuhi dan
melaksanakannya (DepKes, 1990).

2. Gaya kepemimpinan demokratis


Prinsipnya pemimpin melibatkan kelompok dalam pengambilan keputusan
dan memberikan tanggung jawab pada karyawannya (La Monica, 1986).

3. Gaya kepemimpinan Partisipatif


Merupakan gabungan bersama antara gaya kepemimpinan otoriter dan
demokratis. Dalam pemimpin partisipatif, manajer menyajikan analisa masalah
dan mengusulkan tindakan kepada para anggota kelompok, mengundang
kritikan dan komentar mereka. Dengan menimbang jawaban bawahan atas
usulannya, manajer selanjutnya membuat keputusan final bagi tindakan oleh
kelompok tersebut (Gillies, 1986).

4. Gaya kepemimpinan Laisserz Faire


Disebut juga bebas tindak atau membiarkan. Staf/bawahan mengevaluasi
pekaryaan sesuai dengan cara sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber
informasi dan pengendali secara minimal atau sebagai fasilitator (Nursalam.
2002).

5. Gaya kepemimpinan Birokratis

BIMBINGAN BELAJAR APPSKEP INDONESIA 1


Gaya kepemimpinan yang ditandai dengan keterikatan yang terus-
menerus kepada aturan-aturan organisasi. Gaya ini menganggap bahwa
kesulitan-kesulitan akan dapat

B. Metode Asuhan Keperawatan

1. Metode Kasus
Menurut Nursalam (2007), metode penugasan kasus biasa diterapkan satu
klien satu perawat, dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat
atau untuk keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.

2. Metode Fungsional
Metode keperawatan yang membagi tugas perawat per tindakan tertentu,
misal : ada perawat yang bertugas hanya melakukan perawatan luka saja, ada
yang bertugas injeksi saja, dan ada yang bertugas mengisi laporan ASKEP
saja. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat.

3. Metode Tim
Metode tim merupakan pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif. Namun pada metode ini, kesinambungan asuhan
keperawatan belum optimal sehingga para pakar mengembangkan metode
keperawatan primer (Douglas,1992).

4. Metode Keperawatan Primer


Menurut Nursalam (2007), metode penugasan dimana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan klien
mulai dari klien masuk sampai keluar rumah sakit. Metode primer ini ditandai
dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara klien dan perawat

BIMBINGAN BELAJAR APPSKEP INDONESIA 2


yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama klien dirawat.

5. Metode Modular
Menurut Gillies (1994), metode modular merupakan bentuk variasi dari
metode keperawatan primer, dengan perawat profesional dan perawat non-
profesional bekerja sama dalam memberikan asuhan keperawatan. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode modifikasi
primer, satu tim terdiri dari 2 hingga 3 perawat memiliki tanggung jawab penuh
pada sekelompok klien berkisar 8 hingga 12 orang (Arwani & Supriyatno,
2005).

C. MODALITAS KEPERAWATAN

1. Diskusi Refleksi Kasus


Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan komponen yang sangat efektif
dan efisien untuk mengembangkan pengetahuan, pengalaman dan
akuntabilitas perawat. Pelaksanaan diskusi sesuai dengan rekomendasi yang
dianjurkan oleh DepKes yaitu bahwa kasus yang disajikan merupakan kasus
klinis maupun manajemen. Hasil penelitian yang dilakukan Ahmad Iqbal (2013)
menjelaskan bahwa diskusi refleksi kasus mampu meningkatkan individu
dalam membuat perencanaan dan efektif dalam upaya mengembangkan mutu
keperawatan. Penelitian Mawardi Pamungkas (2011) menunjukan hasil bahwa
perawat merasa puas dengan hasil pembelajaran melalui DRK, tetapi
diperlukan pembentukan tim monitoring untuk pelaksanaan DRK, pemberian
reward untuk meningkatkan motivasi peserta diskusi dan perlu adanya
dukungan stakeholder rumah sakit. Hasil penelitian lain oleh Chi Yi Wu (2014)
menyatakan bahwa dengan melakukan discussion group perawat
menunjukkan perbaikan perilaku yang signifikan dan konsisten terhadap
tindakan keperawatan setelah diadakannya kegiatan diskusi.
Manfaat DRK antara lain seorang perawat bias introspeksi diri terhadap
tindakan atau kegiatan kerja yang dilakukan sehingga akan meingkatkan

BIMBINGAN BELAJAR APPSKEP INDONESIA 3


kualitas keja yang diharapkan (Ahmad I, Said HB Zed, at al, 2013) Diskusi
dengan berdasarkan pada kasus mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
dan pemberian umpan baik. Diskusi refleksi kasus yang dilakukan secara
berkelompok dapat meningkatkan kerjasama tim dan meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dalam hubungan interpersonal serta mempunyai
dampak positif terhadap pengetahuan klinis perawat (Chris Dawber, 2013).

2. Handover / Serah Terima Pasien


Handover adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung jawab
utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pengasuh
ke salah satu pengasuh yang lain. Pengasuh termasuk dokter jaga, dokter tetap
ruang rawat, asisten dokter, praktisi perawat, perawat terdaftar, dan perawat
praktisi berlisensi. (The Joint Commission Journal on Quality and Patient
Safety, 2010). Sedangkan Australian Medical Association (2006),
mendefinisikan handover sebagai transfer tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan untuk pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara
sementara atau permanen.

3. Ronde Keperawatan
Ronde Keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, disamping klien
dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
kasus tertentu yang dilakukan oleh kepala tim (KATIM), kepala ruangan, PA,
serta melibatkan seluruh anggota tim .

4. Supervisi
Suatu tindakan merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar,
mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi
secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana
(Kron, 1987).

BIMBINGAN BELAJAR APPSKEP INDONESIA 4


5. Pre Conference
Suatu tindakan yang dilakukan oleh katim dan perawat pelaksana setelah
selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh
ketua tim atau penanggung jawab tim.

6. Post Conference
Suatu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference
adalah hasil askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut).
Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim (Modul MPKP, 2006)

7. Komunikasi S-BAR
SBAR adalah Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit yang
terdiri dari Situation, Background, Assessment, Recommendation. Metoda
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan timbang terima
(handover) ke pasien.

D. Penggunaan Gelang Identitas Pasien

Pemakaian Gelang Identitas Pasien Dibedakan Berdasarkan Warna,


diantaranya:
1. Merah muda : untuk pasien berjenis kelamin perempuan
2. Biru muda : untuk pasien berjenis kelamin laki-laki.
3. Merah: untuk pasien alergi obat-obatan.
4. Kuning : untuk pasien dengan risiko jatuh
5. Hijau: untuk pasien alergi latek
6. Ungu: untuk pasien DNR (Do Not Resusitation)
7. Abu-abu : untuk pasien dengan pemasangan bahan radioaktif (kemoterapi)

BIMBINGAN BELAJAR APPSKEP INDONESIA 5

Anda mungkin juga menyukai