PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan organisasi yang sangat kompleks dan juga komponen yang
sangat penting dalam upaya peningkatan status kesehatan bagi masyarakat. Salah satu fungsi
rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang merupakan
bagian dari sistem pelayanan kesehatan dengan tujuan memelihara kesehatan masyarakat
seoptimal mungkin. Rumah sakit sebagai salah satu tatanan pemberi jasa pelayanan kesehatan
harus mampu menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang bermutu, institusi
pelayanan kesehatan yang kompleks, padat karya, padat pakar dan padat modal (Ilyas, 2000).
Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis metode
pemberian asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode fungsional, metode
kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut dikenal dengan Model Praktik
Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011). Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak
negara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di
berbagai negara, pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari Departemen Kesehatan
dan dari organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996; Pearson, 1997). Pengembangan MPKP
juga menjadi strategi berbagai rumah sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu rumah
sakit yang sering dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan Aiken, 1999
dikutip oleh Sitorus, 2006). Adapun rumah sakit yang menerapkan pengembangan MPKP di
berbagai negara seperti Professional Practice Home (Iowa Veterans Home, 1967), Professional
Nursing Practice Model (Beth Israel Hospital, 1973), Unit Level Self Management Model (John
Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983), Professionally
Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital, 1987), Shared Governance (St.
Luke’s Hospital, 1988), Transformational Model for the Practice of Professional Nursing
(Shadyside Hospital, 1993), dan Clinical Development Units Nursing (The Western Sydney Area
Health Service, 1996), (Sitorus, 2006). Di negara Indonesia, Model Praktik Keperawatan
Profesional pertama kali dikembangkan oleh RSUP Nasional dr. Cipto Mangunkusumo
(RSUPNCM).
Model pemberian asuhan keperawatan yang saat ini sedang menjadi trend dalam
keperawatan Indonesia adalah Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dengan metode
pemberian asuhan keperawatan Modifikasi Primer. Dalam melaksanakan praktek profesi
departemen manajemen, kami mahasiswa profesi ners kelompok Edelweis mencoba
mengidentifikasi dan menganalisis Model Asuhan Keperawatan Profesional yang ada dan lebih
cocok untuk diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan di Ruang Edelweis Rumah Sakit
Umum Sembiring. Mengingat pentingnya fungsi manajemen dalam menjamin kelancaran dan
keberhasilan pelayanan keperawatan, maka konsep manajemen keparawatan perlu diwujudkan
secara nyata dalam tatanan praktek guna menjamin efisiensi, efektifitas, dan kualitas pelayanan
keperawatan yang di berikan kepada klien.
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek profesi manajemen keperawatan diharapkan mahasiswa
dan perawat mampu menerapkan dan melaksanakan supervisi klinis dalam manajemen metode
tim keperawatan pada klien sesuai standar fungsi, tugas, peran dan tanggungjawab secara
professional.
B. Tujuan Khusus
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu
organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu
keuntungan (Nursalam, 2012). Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan
sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen
keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional.
Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling
mendukung. Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari
fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi
manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk
mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda.
Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu :
a. Planning (Perencanaan)
Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun
dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan
tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk
melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam
menjalankan tugas – tugasnya.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf
agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan
yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.
Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja
yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.
Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada
umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme
umpan balik.
a. Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan
dan fasilitas.
b. Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan
tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan.
c. Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan
hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk
menindaklanjuti hasil atau keluaran.
d. Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan
anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai
standar dan akreditasi.
e. Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan
kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif sebaiknya
memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer
keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi:
a. Manajemen Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang
perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu:
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-
nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996).
Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan
profesional. Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk memberdayakan
keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang disertai
biaya tinggi dalam layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006). Model Praktik Keperawatan Profesional
merupakan penataan struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang
rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan
Rumondang Panjaitan, 2011).
Prinsip pemilihan metode penugasan ditinjau dari jumlah tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi
pasien. Pada pertengahan abag ke-19, metode penugasan kasus merupakan metode yang paling
popular. Kemudian muncul metode fungsional untuk menanggulangi kekurangan tenaga, lalu metode
tim diperkenalkan pada decade tahun 70-an. Kemudian mucul pula perawatan primer dan modul yang
juga dikembangkan. Berikut penjelasan metode penugasan yang ada :
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama untuk melakukan perawatan sejumlah pasien yang ada.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai
pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan
kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan satu sampai dua jenis intervensi,
misalnya merawat luka kepada semua pasien di bangsal. Metode ini dapat dikatakan sebagai
metode penugasan klasik dimana menitikberatkan kepada pembagian habis tugas sesuai dengan
kebutuhan pelayanan keperawatan saat itu. Metode ini menekankan kepada efisiensi
penyelesaian tugas, pembagian habis tugas, dan pengawasan kepada petugas.
Kelebihan : 1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas
serta adanya pengawasan yang baik.
Penerapan metode tim dapat mengikuti beberapa anjuran berikut agar pelayanan yang
diberikan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya :
- Besarnya tim ditentukan oleh jumlah tenaga yang ada di ruangan tersebut.
Kelemahan : 1. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada
waktu-waktu sibuk (memerlukan waktu ).
Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan Edelweis Rumah Sakit Sembiring Deli Tua.
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 17 – 20 Januari 2023 dengan menggunakan
metode observasi dan wawancara. Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini
adalah Man, Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan Edelweis tersebut. Selain itu,
yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat dan pasien.
a. Struktur Organisasi
Instalasi Rawat Inap Edelweis dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dibantu oleh CI (Clinical
Instructor), 2 Ketua Tim, 8 Perawat Pelaksana, Pegawai Administrasi 1 orang, serta Cleaning Service 3
orang. Adapun Struktur Organisasi Ruang Edelweis adalah sebagai berikut.