Anda di halaman 1dari 72

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata
masyarakat. Pelayanan Kesehatan menjadi fokus tuntutan masyarakat pada
umumnya baik pemerintah maupun swasta oleh karena itu, mutu pelayanan
kesehatan menjadi alasan pertama bagi pasien dan keluarga dalam memilih Rumah
Sakit. Salah satu upaya dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan yakni
dengan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dengan memberikan rasa
tanggung jawab yang lebih tinggi pada perawat sehingga terjadi peningkatan kinerja
kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini diaplikasikan melalui
penerapan model asuhan keperawatan profesional (MAKP) karena kepuasan pasien
ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan yang optimal. Manajemen
model asuhan keperawatan profesional (MAKP) merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit (Nursalam, 2016).
Hubungan yang baik antara pasien dan perawat dapat dilakukan apabila
menerapkan suatu model asuhan keperawatan yang baik, maka pelayanan pasien
menjadi sempurna sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien selama di rumah
sakit. Kepuasan pasien akan tercapai bila pasien memperoleh pelayanan
keperawatan yang optimal. Dalam setiap pelayanan kesehatan perlu memperhatikan
pasien baik itu terhadap keluhan maupun kondisi lingkungan fisik disekitar pasien
serta tanggap terhadap kebutuhan pasien dalam pelaksanaannya. Model asuhan
keperawatan akan memengaruhi peran dan fungsi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Hal yang harus dikaji dalam metode asuhan keperawatan yaitu
jumlah ketenagaan (man), sarana dan prasarana (material), metode (method), uang
(money), pemasarannya (mutu), perencanaan (planning), organisasi (organizing),
kepegawaian (staffing), pelaksanaan (actuating), serta pengendalian (controlling)
(Hidayah, 2014).
Pengelolahan pelayanan keperawatan harus mendapatkan perhatian yang lebih
dan menyeluruh karena pelayanan keperawatan sangat menentukan citra rumah
sakit. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai dengan
visi dan misi rumah sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang merupakan
satu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan organisasi.
Didalam organisasi keperawatan, pelaksanaan manajemen dikenal sebagai
manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja
dengan melibatkan anggota keperawatan dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan profesional. Pemberian pelayanan keperawatan secara profesional
perawat diharapkan mampu menyelesaikan tugasnya dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk meningkatkan derajat pasien menuju ke arah kesehatan yang
optimal (Nursalam, 2016).
Rumah Sakit Bhayangkara merupakan rumah sakit tipe C yang menerima
pasien anggota POLRI dan pasien umum sehingga perlu menampilkan metode
pemberian asuhan keperawatan yang tepat sehingga dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas. Laporan ini dibuat untuk mengidentifikasi dan menganalisis
proses manajemen keperawatan di Ruangan Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara
Kupang. Data dalam laporan ini di dapat dengan metode wawancara, observasi dan
pengisian angket atau kuesioner.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan umum
Setelah melaksanakan praktik manajemen keperawatan di Ruang Cempaka
Rumah Sakit Bhayangkara Kupang, mahasiswa diharapkan dapat menerapkan
konsep-konsep manajemen keperawatan yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dengan menerapkan berbagai
gaya kepemimpinan yang efektif.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melaksanakan praktik klinik manajemen keperawatan di Ruang
Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menggunakan ketrampilan interpersonal yang efektif dalam kerja tim.
2. Menggunakan tehnologi dan informasi kesehatan secara efektif dan
bertanggungjawab.
3. Mengaplikasikan fungsi kepemimpinan dan manajemen keperawatan.
4. Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana ruangan keperawatan secara
berkelompok.
5. Mengorganisasikan manajemen ruangan keperawatan secara berkelompok.
6. Mencegah dan menyelesaikan konflik di dalam tim.
7. Memberikan pengarahan kepada anggota timnya.
8. Melakukan supervise terhadap anggota timnya.
9. Melakukan evaluasi terhadap anggota timnya.
10. Menerapkan gaya kepemimpinan yang efektif sesuai dengan kondisi ruangan.
11. Melaksanakan perubahan dalam asuhan dan pelayanan keperawatan.
12. Mempertahankan lingkungan yang aman secara konsisten melalui penggunaan
strategi manajemen kualitas dan manajemen resiko.
13. Memberikan dukungan kepada tim asuhan dengan mempertahankan
akuntabilitas asuhan keperawatan yang diberikan.
14. Mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif.
15. Mengembangkan potensi diri untuk meningkatkan kemampuan professional.
16. Berkontribusi dalam mengembangkan profesi keperawatan.
17. Menggunakan hasil penelitian untuk diterapkan dalam pengelolaan klien.
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Pengertian Manajemen


Kelly dan Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan
dapat didefenisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan untuk mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi
menjadi lima tahap yaitu perencanaan, pengorganisasian, kepersonaliaan,
pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston, 2017).
Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain
(Gillies,1989). Menurut Siagian (1999), manajemen berfungsi untuk melakukan
semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas
– batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie
mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya Swanburg (2000)
mendefinisikan manajemen sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa manajemen adalah
proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber
untuk mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan
berdasarkan visi, misi, filosofi organisasi.
Menurut Gillies (1989), manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, pengobatan
dan bantuan terhadap para pasien (Suarli & Bahtiar, 2019).
Manajemen keperawatan pada dasarnya adalah suatu metode penggunaan
sumber daya keperawatan dengan sistem manajerial keperawatan untuk mencapai
tujuan yang realistis terhadap pelayanan keperawatan, yang didasarkan pada teori,
sistematika, prinsip dan metode yang saling berhubungan dan berada pada suatu
tataran organisasi keperawatan (Marquis & Huston, 2017; Suarli & Bahtiar,
2019). Teori ini meliputi pengetahuan tentang misi dan tujuan dari institusi tetapi
masih membutuhkan pengembangan atau perbaikan keterampilan manajerial
hingga ke tingkat divisi keperawatan (Marquis & Huston, 2017; Suarli & Bahtiar,
2019). Keterampilan manajemen ini diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori dan
keterampilan berfikir. 2) Keterampilan teknikal meliputi penguasaan metode,
prosedur atau teknik. 3) Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan
kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok (Suarli &
Bahtiar, 2019).
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi
sumber-sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk
mencapai tujuan dan obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan
(Huber, 2000).
Dari kesimpulan beberapa pengertian tersebut, manajemen keperawatan
adalah suatu metode penggunaan sumber daya keperawatan dengan menerapkan
proses manajemen untuk mencapai tujuan terhadap pelayanan keperawatan.

2.2 Lingkup Manajemen Keperawatan


Mempertahankan kesehatan telah menjadi sebuah industri besar yang
melibatkan berbagai aspek upaya kesehatan. Pelayanan kesehatan sudah menjadi
hak yang paling mendasar bagi semua orang dan memberikan pelayanan
kesehatan yang memadai akan membutuhkan upaya perbaikan menyeluruh dari
sistem yang ada. Pelayanan kesehatan yang memadai sangat dipengaruhi oleh
pelayanan keperawatan yang ada didalamnya. Keperawatan merupakan disiplin
praktek klinis. Manajer keperawatan yang efektif seyogianya memahami hal ini
dan mampu memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana meliputi: menggunakan
proses keperawatan dalam setiap aktivitas asuhan keperawatannya, melaksanakan
intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditetapkan,
menerima akuntabilitas kegiatan keperawatan dan hasil-hasil keperawatan yang
dilaksanakan oleh perawat, serta mampu mengendalikan lingkungan praktek
keperawatan. Seluruh pelaksanaan kegiatan ini senantiasa di inisiasi oleh para
manajer keperawatan melalui partisipasi dalam proses manajemen keperawatan
dengan melibatkan para perawat pelaksana. Berdasarkan gambaran diatas maka
lingkup manajemen keperawatan terdiri dari: Manajemen operasional/ menajemen
layanan dan manajemen asuhan keperawatan.
1. Manajemen Layanan/Operasional
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang perawatan yang
terdiri dari tiga tingkatan menajerial dan setiap tingkatan dipimpin oleh
seseorang yang mempunyai kompetensi yang relevan.
2. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg
menggunakan konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan,
pengorganisasan, implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan
keperawatan ini menekankan pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini
melekat pada diri seorang perawat. Setiap perawat dalam melaksanakan
tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan pasien. Proses Keperawatan merupakan proses pemecahan masalah
yg menekankan pada pengambilan keputusan tentang keterlibatan perawat sesuai
yang dibutuhkan pasien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahapan yaitu:
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi dan evaluasi.
2.3 Prinsip-Prinsip Manajemen Keperawatan
Ada tujuh prinsip manajemen yang harus Anda ketahui, yaitu: perencanaan,
penggunaan waktu yang efektif, pengambilan keputusan, pengelola/pemimpin,
tujuan sosial, pengorganisasian dan perubahan. Berikut dibawah ini akan
dijelaskan maksud dari prinsip-prinsip manajemen tersebut.
1. Perencanaan (Planning). Perencanaan adalah fungsi dasar dan pertama dalam
manajemen (the first function of management). Semua fungsi manajemen
tergantung dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses berpikir atau
proses mental untuk membuat keputusan dan peramalan (forecasting).
Perencanaan harus berorientasi ke masa depan dan memastikan kemungkinan
hasil yang diharapkan (Swansburg & Swansburg, 1999). Dalam perencanaan,
salah satu hal penting yang menjadi pusat perhatian adalah rencana pengaturan
sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya yang lain yang relevan.
Perencanaan yang baikakan meningkatkan capaian tujuan dan pembiayaan
yang efektif.
2. Penggunaan Waktu Efektif (Effective utilization of time). Penggunaan waktu
efektif berhubungan dengan pola pengaturan dan pemanfaatan waktu yang
tepat dan memungkinkan berjalannya roda organisasi dan tercapaianya tujuan
organisasi. Waktu pelayanan dihitung, dan kegiatan perawat dikendalikan.
3. Pengambilan keputusan (Decision making). Pengambilan keputusan adalah
suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada
pemilihan di antara beberapa alternatif yang tersedia yang dilakukan oleh
seorang pembuat keputusan. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui
pelaksanaan/ implementasi dari pilihan keputusan yang diambil.
4. Pengelola/Pemimpin (Manager/leader). Manajer yang bertugas mengatur
manajemen memerlukan keahlian dan tindakan nyata agar para anggota
menjalankan tugas dan wewenang dengan baik. Adanya manajer yang mampu
memberikan semangat, mengontrol dan mengajak mencapai tujuan merupakan
sumber daya yang sangat menentukan
5. Tujuan sosial (Social goal). Manajemen yang baik harus memiliki tujuan yang
jelas dan ditetapkan dalam bentuk visi, misi dan tujuan organisasi.
6. Pengorganisasian (Organizing). Pengorganisasian adalah pengelompokan
sejumlah aktivitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Penugasan pada
masing-masing kelompok dilakukan berdasarkan supervisi, ada koordinasi
dengan unit lain baik secara horizontal maupun secara vertikal (Swansburg &
Swansburg, 1999).
7. Perubahan (Change) adalah proses penggantian dari suatu hal dengan yang
lainnya yang berbeda dari sebelumnya (Douglas, 1988). Perubahan, di dalam
manajemen keperawatan perubahan dijadikan prinsip karena sifat layanan yang
dinamis mengikuti karakteristik pasien yang akan dilayani.
2.4 Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen keperawatan meliputi lima elemen utama yaitu Planning
(perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Staffing (kepegawaian), Directing
(pengarahan), Controlling (pengendalian/evaluasi) (Cherry & Jacob, 2014;
Marquis & Huston, 2017; Weiss et al., 2015).
2.4.1 Planning (Perencanaan)

Perencanaan merupakan suatu proses berkelanjutan yang diawali dengan


merumuskan tujuan, dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan, menentukan
personal, merancang proses dan kriteria hasil, memberikan umpan balik pada
perencanaan yang sebelumnya dan memodifikasi rencana yang diperlukan
(Marquis & Huston, 2017). Fungsi planning (perencanaan) adalah fungsi
terpenting dalam manajemen, karena fungsi ini merupakan landasan dasar dari
fungsi manajemen keperawatan secara keseluruhan sehingga fungsi ini akan
menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya (Marquis & Huston, 2017; Murray,
2017; Weiss et al., 2015). Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi
manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik (Marquis & Huston,
2017). Perencanaan akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap
semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan, dan kapan
akan dilakukan dimana hal tersebut merupakan tuntutan terhadap proses
pencapaian tujuan secara efektif dan efesien (Marquis & Huston, 2017). Di dalam
proses keperawatan, perencanaan dapat membantu menjamin klien atau pasien
akan menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dimana pelayanan ini
diberikan oleh tenaga keperawatan agar mendapat hasil yang memuaskan sesuai
tujuan yang diharapkan (Cherry & Jacob, 2014; Murray, 2017).
Tujuan dari perencanaan adalah: meningkatkan keberhasilan untuk
mencapai sasaran dan tujuan, mengefektifkan penggunaan personel dan fasilitas
yang tersedia, membantu koping dengan situasi kritis, meningkatkan efektivitas
dalam hal biaya, membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan yang akan datang, dapat digunakan untuk menemukan
kebutuhan untuk berubah, penting untuk melakukan kontrol yang lebih efektif
(Cherry & Jacob, 2014; Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Dalam penetapan
tujuan perlu dipertimbangkan prasyarat dari perencanaan diantaranya adalah
sederhana, tujuan dan hasil yang akan dicapai jelas, berdasarkan kebijakan dan
prosedur yang berlaku, sesuai prioritas, pelibatan aktif, praktis, fleksibel,
berkesinambungan, dan mempunyau kejelasan metode evaluasi (Murray, 2017).
Tahapan dalam perencanaan adalah: Menetapkan tujuan dalam
mengumpulkan data dan fakta, Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas
masalah, Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai,
Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam pelaksanaan
program, Menyusun Rencana Kerja Operasional (Murray, 2017; Suarli & Bahtiar,
2019; Weiss et al., 2015)

2.4.2 Organizing (Pengorganisasian)

Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat,


tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta
suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang
telah ditetapkan (Murray, 2017). Marquis and Huston (2017) pengorganisasian
adalah pengelompokan aktivitas-aktivitas untuk tujuan mencapai objektif,
penugasan suatu kelompok manajer dengan autoritas pengawasan setiap
kelompok, dan menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat
dengan unit lainya, baik menurut vertikal maupun horizontal, yang bertanggung
jawab untuk mencapai objektif organisasi. Tujuan pengorganisasian adalah agar
pekerjaan yang dikehendaki dapat tercapai dan dibagi-bagi diantara anggota
organisasi degan rentang tugas, wewenang dan tangggung jawab yang jelas
sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (Murray, 2017).
Dalam pengorganisasian perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
tujuan yang jelas (clear objective), skala hierarki (the scalar of principle),
kesatuan komando/perintah (unity in command), pelimpahan wewenang
(delegation of authority), pertanggungjawaban (responsibility), pembagian kerja
(division of works), rentang kendali (span of control), fungsionalisasi
(functionalization), pemisahan tugas (task separation), fleksibilitas (flexibility),
Keseimbangan (balance) dan Kepemimpinan (leadership) (Marquis & Huston,
2017; Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Selanjutnya dengan memperhatikan
prinsip-prinsip pengorganisasian tersebut diatas maka ditetapkan langkah-langkah
pengorganisasian diantaranya adalah: tujuan organisasi harus dipahami oleh staf
dan tugas ini sudah tertuang dalam fungsi perencanaan, membagi habis pekerjaan
dalam bentuk kegiatan pokok untuk mencapai tujuan, menggolongkan kegiatan
pokok kedalam satuan-satuan kegiatan yang praktis, menetapkan berbagai
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas yang
diperlukan, penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas serta
mendelegasikan wewenang (Marquis & Huston, 2017; Murray, 2017; Suarli &
Bahtiar, 2019).
2.4.3 Staffing (Ketenagaan)

Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh imbalan,


meliputi kegiatan: perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pengembangan serta
pemeliharaan (Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Manajemen ketenagaan
bukan hanya masalah administrasi/pengaturan karyawan tetapi lebih banyak
merupakan pendekatan integral secara holistik yang meliputi: peningkatan harkat,
menghargai, yakin bahwa semua manusia ingin memperbaiki diri (Murray, 2017;
Suarli & Bahtiar, 2019). Tujuan manajemen ketenagaan adalah mendayagunakan
tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa. Keberhasilan organisasi dalam
mencapai tujuan dan sasarannya serta kemampuan menghadapi tantangan internal
maupun eksternal sangat ditentukan oleh kemampuan mengelola sumber daya
manusia setepat-tepatnya (Cherry & Jacob, 2014; Marquis & Huston, 2017;
Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019).
Fungsi manajemen ketenagaan dapat dikategorikan dalam dua bagian yaitu
fungsi managerial yang meliputi: perencanaan: penetapan tujuan, standar,
penetapan aturan, prosedur, penyusunan rencana, perkiraan, prediksi dan proyeksi
di masa mendatang untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan;
pengorgnisasian: menyusun pengorganisasian, merancang pelaksanaan tugas,
pendelegasian wewenang, dan pengkordiansian pekerjaan; pengarahan:
menggerakkan tenaga untuk menyelesaikan tugas, memotivasi bawahan dan
membina moral dan pengawasan: menyusun standar dan pemeriksaan untuk
mengkaji prestasi kerja dibandingkan dengan standar (Cherry & Jacob, 2014;
Marquis & Huston, 2017; Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Selanjutnya
fungsi operasional yang meliputi: Pengadaan tenaga: usaha untuk mendapatkan
jumlah dan jenis tenaga yang diperlukan, meliputi kegiatan perencanaan
kebutuhan tenaga, rekruitmen dan seleksi, penempatan karyawan dan orientasi
karyawan; Pengembangan tenaga: kegiatan peningkatan pengetahuan,
keterampilan melalui program training, penilaian prestasi kerja dan program
kompensasi (Cherry & Jacob, 2014; Marquis & Huston, 2017; Murray, 2017;
Suarli & Bahtiar, 2019).
Langkah-langkah perencanaan tenaga keperawatan diantaranya adalah
Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan,
Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan; Menentukan jumlah masing-masing kategori perawatan
yang dibutuhkan; Menerima dan menyaring untuk posisi yang ada; Menentukan
tenaga perawat sesuai unit dan shift; Memberi tanggung jawab untuk
melaksanakan tugas pelayanan keperawatan (Murray, 2017; Suarli & Bahtiar,
2019).
2.4.4 Acuating (Penggerak/pengarahan)

Pengarahan adalah perencanaan menjadi kegiatan melalui kegiatan


directing, controling dan activiting dengn menguraikan tugas yang dapat di-
manage dan didelegasikan serta meningkatkan konstribusi untuk mencapai tujuan
organisasi. Fokus pada tahap ini adalah pembimbing dan meningkatkan motivasi
(Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Fungsi acuating ini adalah sebagai sarana
untuk mempengaruhi orang lain, agar mau dan suka bekerja dalam rangka
menyelesaikan tugas, demi tercapainya tujuan bersama (Murray, 2017). Dalam hal
ini diusahakan agar orang yang diperintah jangan hanya semata-mata menerima
perintah dari atasan, tetapi juga tergerak hatinya untuk menyelesaikan tugas
dengan kesadaran sendiri (Murray, 2017; Suarli & Bahtiar, 2019). Seringkali
terjai hambatan pada penggerakan karena yang digerakan adalah manusia yang
mempunyai keinginan pribadi, sikap dan perilaku yang khusus. Oleh sebab itu,
kepemimpinan yang dapat meningkatkan motivasi dan sikap kerja bawahan
menjadi penting. (Suarli & Bahtiar, 2019)
2.4.5 Controlling (Pengendalian/Evaluasi)

Pengawasan merupakan pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi


sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan
dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi (Murray, 2017; Suarli &
Bahtiar, 2019). Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem
informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Cherry & Jacob, 2014;
Marquis & Huston, 2017; Murray, 2017). Pengontrolan atau pengevaluasian
adalah melihat bahwa segala sesuatu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
disepakati, instruksi yang telah diberikan, serta prinsip-prinsip yang telah
diberlakukan (Murray, 2017).
2.5 Standar Asuhan Keperawatan

Standar Asuhan Keperawatan (SAK) telah ditetapkan oleh organisasi profesi PPNI
yang mengacu kepada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi, sebagai berikut :

2.5.1 Standar 3 : Pengkajian keperawatan

Merupakan tahap pengumpulan data tentang status kesehatan pasien secara


sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Data dapat diperoleh
melalui anamnese, observasi dan pemeriksaan penunjang dan kemudian
didokumentasikan. Kriteria Pengkajian meliputi: Pengumpulan data dilakukan dengan
cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik, serta dari pemeriksaan penunjang; Sumber
data adalah pasien, keluarga atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan
catatan lain. Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi: Status kesehatan
pasien masa lalu, Status kesehatan pasien saat ini, Status biologis-psikologis-sosial-
spritual, Respon terhadap terapi, Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal,
Risiko tinggi masalah.

2.5.2 Standar 4 : Diagnosa Keperawatan

Dalam tahap ini perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa
keperawatan, adapun kriteria proses yaitu: Proses diagnosa terdiri dari analisis,
interpretasi data, identifikasi masalah, perumusan diagnosa keperawatan; Diagnosa
keperawatan terdiri dari masalah (P), penyebab (E), dan tanda/gejala (S), atau terdiri dari
masalah dan penyebab (P, E); Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainnya
untuk memvalidasi diagnosa keperawatan; Melakukan pengkajian ulang dan merevisi
diagnosa berdasarkan data terbaru.
2.5.3 Standar 5 : Perencanaan keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan


meningkatkan kesehatan pasien. Kriteria proses, meliputi: Perencanaan terdiri dari
penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Bekerjasama
dengan pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan; Perencanaan bersifat
individual sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien; Mendokumentasikan rencana
keperawatan
2.5.4 Standar 6 : Implementasi

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam proses


Asuhan Keperawatan. Kriteria proses, meliputi: Bekerjasama dengan pasien dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan; Kolaborasi dengan tim kesehatan lain; Melakukan
tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien; Memberikan pendidikan
kesehatan kepada pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri, serta
membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan; Mengkaji ulang dan
merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon pasien.
2.5.5 Standar 7 : Evaluasi

Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam


pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:
Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu
dan terus-menerus; Menggunakan data dasar dan respon pasien dalam mengukur ke arah
pencapaian tujuan; Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat;
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga untuk memodifikasi perencanaan keperawatan
dan Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
2.5.6 Standar 8 Catatan Asuhan Keperawatan

Dokumentasi keperawatan merupakan suatu bukti otentik respon pasien dan


perubahan yang terjadi dari tindakan yang dilakukan oleh perawat baik secara mandiri
maupun kolaborasi yang merupakan bagian permanen dari rekam medis lain.
2.6 Model Praktik Keperawatan Profesional (MAKP)

MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni:
standar, pendidikan keperawatan, proses keperawatan dan system MAKP. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produk/jasa layanan. Dalam penentuan pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
yaitu: Sesuai dengan visi dan misi institusi; Dapat diterapkan proses keperawatan dalam
asuhan keperawatan; Efisien dan efektif penggunaan biaya; Terpenuhinya kepuasan klien,
keluarga dan masyarakat; Kepuasan kinerja perawat. Ada 5 metode pemberian asuhan
keperawatan profesional yang dikembangkan dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
Keperawatan Fungsional, Keperawatan Tim, Keperawatan Primer, Manajemen Kasus dan
Modifikasi keperawatan tim-primer (Suarli & Bahtiar, 2019).
2.6.1 Fungsional

Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan


keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena
masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya
melakukan 1 – 2 jenis intervensi keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Model ini
berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas
(tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Suarli & Bahtiar, 2019).
Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas
keperawatan yang terlibat dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing
anggota, staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien dalam
sebuah unit.
Keuntungan metode penugasan fungsional adalah: Masing-masing anggota staf
memiliki kesempatan untuk melakukan satu atau dua tugas yang merupakan
spesialisasinya. Oleh karena itu, dengan penugasan fungsional dimungkinkan dengan
jumlah pegawai perawat yang kecil akan merawat sejumlah pasien di dalam periode
waktu yang singkat dan perawatan mudah memperoleh kepuasan kerja setelah
menyelesaikan tugasnya; Menerapkan manajemen klasik yang menekankan efisiensi,
pembagian tugas yang jelas, dan pengawasan yang baik; Sangat cocok untuk rumah sakit
yang kekurangan tenaga; Perawatan fokus pada unit tertentu (membagi-bagi asuhan
keperawatan) menurunkan tanggunggugat dan tanggungjawab perawat; membuat
hubungan perawat-klien sulit terbentuk; memberi status hukum keperawatan dalam
bentuk tanggungjawab untuk perawatan pasien; persepsi perawat cenderung kepada
tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja, Misalnya seorang perawat khusus
menangani vital pasien, perawat yang lain khusus memandikan pasien, perawat lain
mengurus obat-obatannnya, sehingga tidak ada perawat yang menangani kebutuhan total
pasien, setelah selesai melaksanakan tugasnya perawat banyak yang melakukan tugas
yang non keperawatan. Perawat hanya melihat askep sebagai keterampilan saja, Selain itu
ketika tanggung jawab untuk seorang pasien dilakukan oleh beberapa perawat.
2.6.2 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Kasus

Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan
bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode
penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini umumnya
dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus seperti isolasi,
intensive care. Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan.
Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu (Suarli &
Bahtiar, 2019).
2.6.3 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Primer

Perawat yang menggunakan metode keperawatan primer dalam pemberian asuhan


keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada metode keperawatan primer
terdapat kontinutas keperawatan dan bersifat komprehensif serta dapat dipertanggung
jawabkan, setiap perawat primer biasanya mempunyai 4 – 6 klien dan bertanggung jawab
selama 24 jam selama klien dirawat dirumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab
untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan keperawatan
dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan. Jika perawat primer sedang
tidak bertugas, kelanjutan asuhan akan didelegasikan kepada perawat lain (associate
nurse). Metode ini adalah metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada kejelasan
antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan
untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi keperawatan selama pasien dirawat.
Kelebihan keperawatan primer: Bersifat kontinu dan komprehensif, Perawat primer
mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan
diri, Pasien merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhannya secara individu, Asuhan yang
diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan
dukungan proteksi informasi dan advokasi (Suarli & Bahtiar, 2019). Kelemahan
keperawatan primer adalah: Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki
pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinik, akuntabel serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin.
2.6.4 Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Suarli & Bahtiar, 2019). Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap
anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Pelaksanaan model tim harus
berdasarkan konsep berikut: Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu
menggunakan tehnik kepemimpinan; Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas
rencana keperawatan terjamin; Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim; Peran
kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil baik bila didukung oleh
kepala ruang. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan
dibagi menjadi 2 – 3 tim/ group yang terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu. Dalam penerapannya ada
kelebihan dan kelemahannya yaitu: Memungkinkan pelayanan keperawatan yang
menyeluruh; Mendukung pelaksanakaan proses keperawatan; Memungkinkan
komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan kepada
anggota tim; Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-
waktu sibuk.
2.6.5 Sistem manejemen kasus

Metode ini merupakan sistem pelayanan keperawatan, dimana para manajer kasus
(case manager) bertanggung jawab terhadap muatan kasus pasien selama dirawat. Para
manejer dapat terkait dengan muatan kasus dalam beberapa cara seperti: Dengan dokter
dan pasien tertentu; Dengan pasien secara geografis berada dalam satu unit atau unit-unit;
Dengan mengadakan diagnosa. Metode ini mempertahankan filsafat keperawatan primer
dan membutuhkan seorang sarjana keperawatan atau perawat dengan pendidikan tingkat
master untuk mengimplementasikan praktek keperawatan dengan budget yang tinggi.
2.6.6 Metode Modular

Metode keperawatan modul merupakan metode modifikasi keperawatan tim-


primer, yang dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim melalui
penugasan modular. Sistem nin dipimpin oleh perawat register (Ners). Dan anggota
memberikan asuhan keperawatan di bawah pengarahan dan pimpinan modulnya. Idealnya
2-3 perawat memberikan asuhan keperawatan terhadap 8-12 pasien. Aktifitas tim sebagai
suatu kesatuan mempunyai pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien,
asuhan diberikan semenjak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang. Keuntungan
pada metode modular mutu pelayanan keperawatan meningkat karena pasien mendapat
pelayanan keperawatan secara komprehensif sesuai dengan kebutuhan perawatan pasien.
Tidak banyak tenaga perawat register (Ners) yang dimanfaatkan sehingga biaya menjadi
lebih efektif. Tugas dan tanggungjawab kepala perawat : Memfasilitasi pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatan pasien; Memberikan motivasi pada staf perawat; Melatih
perawat untuk bekerjasama dalam pemberian asuhan. Tugas dan tanggung jawab ketua
tim moduler: Memimpin, mendukung, dan menginstruksikan perawat non profesional
untuk melaksanakan tindakan perawatan; Memberikan asuhan keperawatan pasien
meliputi: mengkaji, merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil asuhan keperawatan;
Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat patner kerjanya. Tugas dan tanggung
jawab anggota tim : Memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan yang ditugaskan
ketua tim. Keuntungan: Tim mendukung pengembangan dan produktifitas kelompok;
Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif; Membaiknya kontinuitas dan
koordinasi asuhan; Meningkatnya kepuasan pasien; Biaya efektif; Sedikit perawat
register yang digunakan untuk mengatasi kondisi pasien yang tidak diharapkan;
Diperlukan pengalaman dan keterampilan ketua tim dan Diperlukan campuran
keterampilan yang tepat.
Daftar Pustaka

Cherry, B., & Jacob, S. R. (2014). Contemporary nursing : issues, trends, & management
(6th ed.). St. Louis,: Elsevier.
Nursalam. (2016)
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2017). Leadership roles and management functions in
nursing: Theory and application (Nine ed.): Lippincott Williams & Wilkins.
Murray, E. (2017). Nursing leadership and management: for patient safety and quality care:
FA Davis.
Suarli, S., & Bahtiar, Y. (2019). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Weiss, S. A., Tappen, R. M., & Grimley, K. (2015). Essentials of nursing leadership &
management: FA Davis.
BAB III
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN
DI RUANG CEMPAKA RS. BHAYANGKARA KUPANG

3.1 Visi Misi RS Bhayangkara Kupang


3.1.1 Visi RS Bhayangkara Kupang
“Rumah sakit terpercaya sebagai pemberi pelayanan kesehatan prima di daratan
Timor”
3.1.2 Misi Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
a. Meningkatkan sumber daya manusia rumah sakit yang profesional, serta
meningkatkan kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan untuk memberikan
pelayanan prima
b. Mengembangkan pelayanan trauma center dan meningkatkan Kompartemen
Dokpol untuk mendukung tugas pokok kepolisisan.
c. Meningkatkan efesiensi dan efektifitas penggunaan dan pengelolaan anggaran
d. Membina kemitraan dengan instansi terkait.
3.1.3 Motto Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
“Senyummu Adalah Kepuasanku”.
3.1.4 Tujuan Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
1. Terwujudnya Rumah Sakit Bhayangkara Kupang yang terakreditasi dan mampu
memberikan pelayanan prima
2. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat Polri dan Masyarakat Umum di
Nusa Tenggara Timur
3.1.5 Status Akreditasi Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
Rumah Sakit Bhayangkara Kupang dinyatakan Lulus Akreditasi Tingkat Perdana
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan mendapat Sertifikat Kelulusan
Nomor: KARS-SERT/457/IX/2017 Tanggal 14 September 2017.
3.2 Kajian Situasi Di Ruangan Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
3.2.1 Karakteristik Unit
1. Visi dan Misi Ruangan
Belum ada visi dan misi di Ruang Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang
dikarenakan masih kompleknya jenis pelayanan pada ruang tersebut (anak,dewasa,
pria, wanita, bedah, interna, neurologi dll).
2. Letak/ denah ruangan

Station
R. dr

Nurse
Jaga
R. dr CPK

L O R O N G
10 konsul- K.M 6
CPK R. tan CPK 7 CPK
CPK R.Tindakan
9 Verif 7

CPK R. Petugas

CPK
8

5
K.M

KM
Wastafel Taman
CPK 7
R. Bronchoscopy

L O R O N G

CPK
1
Nurse Station Mahasiswa UCB
L O R O N G

CPK
2
R. Mawar

CPK
3
Ket:
CPK
= Pintu 4

Sumber : Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang

Gambar 3.1: Denah Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang

3. Kapasitas Ruangan
Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang terdiri dari 10 ruang rawat inap
dengan kapasitas 23 tempat tidur pasien, dilengkapi dengan nurse station, ruangan
persiapan alat, dan ruangan petugas cempaka.
4. Sifat dan Jenis Pelayanan Ruangan
a. Ruangan VIP : Cempaka 1 – Cempaka 4
b. Ruangan Bedah Laki : Cempaka 6 (3 tempat tidur)
c. Ruangan Bedah Wanita : Cempaka 5 (2 tempat tidur)
d. Ruangan Anak (Kelas 2) : Cempaka 8 (4 tempat tidur)
e. Ruangan Anak (Kelas 3) : Cempaka 7 (5 tempat tidur)
f. Ruangan Anak (Kelas 1) : Cempaka 9 ( 2 tempat tidur)
g. Ruangan Kelas 3 wanita : Cempaka 10 (3 tempat tidur)

3.2.2 Analisis Terhadap Klien


a. Karakteristik
1) Umur
Tabel 3.1 Distribusi responden pasien berdasarkan usia di Ruang Cempaka Rumah
Sakit Bhayangkara Kupang.

Usia Jumlah Persentase


Dewasa (20 tahun – 60 tahun) 6 88,89
Lansia (≥ 61 tahun) 1 11,11
Total 9 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan kuesioner yang diberikan pada pasien pada tanggal 1 September


2020, didapatkan hasil bahwa pasien terbanyak dengan kategori dewasa sebesar
88,89%. Sedangkan 1 orang yang masuk dalam kelompok lansia.
2) Jenis Kelamin
Tabel 3.2 Distribusi responden pasien berdasarkan jenis kelamin di Ruang
Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang.

Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-laki 4 44,44
Perempuan 5 56,56
Total 9 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan kuesioner yang diberikan pada pasien pada tanggal 1 September


2020, didapatkan hasil bahwa mayoritas pasien berjenis kelamin perempuan
sebanyak 56,56%.
3) Pendidikan
Tabel 3.3 Distribusi responden pasien berdasarkan pendidikan di Ruang
Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang.

Pendidikan Jumlah Persentase


SMA 3 33,33
D III 1 11,11
S1 5 55,56
Total 9 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan kuesioner yang diberikan pada pasien pada tanggal 1 September


2020, didapatkan hasil bahwa karakteristik pendidikan pasien terbanyak yaitu
pendidikan S1 sebesar 55,56%.
b. Tingkat Ketergantungan
Tingkat ketergantungan pasien di Ruangan Cempaka dinilai dengan
menggunakan instrument penilaian ketergantungan (self care defisit) menurut
Orem (1980) yaitu total care, parsial care dan minimal care. Klasifikasi
ketergantungan pasien dibagi menjadi 3 kategori yaitu perawatan minimal yang
memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, perawatan parsial dengan waktu 3-4/24 jam
dan perawatan total dengan waktu 5-6/24 jam.
a. Minimal Care (MC)
1) Pasien mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan perawat.
2) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri/dengan bantuan
minimal.
3) Makan dan minum dilakukan sendiri.
4) Ambulasi: dapat naik/turun tempat tidur, jalan sendiri tanpa bantuan petugas
kesehatan.
5) Pengobatan minimal, status emosional stabil.
6) Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik, operasi ringan/perawatan luka
sederhana.
b. Partial Care (PC)
1) Pasien memerlukan bantuan perawat tetapi tidak sepenuhnya.
2) Kebersihan diri, perlu bantuan menyiapkan air untuk mandi, kebersihan mulut,
membersihkan genetalia/anus setelah eliminasi.
3) Makan dan minum perlu bantuan.
4) Ambulasi membutuhkan bantuan untuk merubah posisi, naik/turun tempat
tidur, berjalan.
5) Pasien 24 jam post operasi minor, lewat fase akut operasi mayor, fase awal
penyembuhan.
6) Pasien menggunakan infus, kateter urine, pengobatan dengan injeksi tetapi
masih bisa beraktivitas dengan bantuan minimal.
7) Gangguan emosional ringan, cemas, butuh perhatian, menolak perawatan.
8) Observasi TTV.
c. Total Care (TC)
1) Pasien tergantung sepenuhnya semua kebutuhan dibantu perawat.
2) Kebersihan diri: mandi, oral hygiene, urogenetal/anal hygiene sepenuhnya
dibantu oleh perawat.
3) Ambulasi; pasien membutuhkan 2 atau lebih perawat untuk membantu
merubah posisi tidur naik/turun tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda, bantu
untuk latihan pasif.
4) Kebutuhan nutrisi dipenuhi melalui terapi intravena infus atau pipa lambung.
5) Pengobatan intravena/drip yang tidak mampu beraktivitas.
6) Pasien yang memerlukan suction.
7) Pasien dengan perawatan luka kompleks/memerlukan tindakan perawatan
khusus (perawatan luka dekubitus, luka bakar, tracheostomi, traksi WSD dll).
8) Memerlukan waktu perawatan yang lebih lama pasien tidak sadar, kondisi
tidak stabil 24 jam post operasi mayor, gangguan emosional berat, sangat
bingung, disorentasi.
Tabel 3.4 Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Cempaka Rumah
Sakit Bhayangkara Kupang.

No Tingkat Jumlah Pasien Persentase (% )


ketergantungan (1 September 2020)

1. Total Care 0 0
2. Partial Care 1 89,89
3. Minimal Care 8 11,11
Total 9 100
Sumber: Data Primer, 2020

c. Kepuasan Pasien
Tabel 3. Distribusi Kepuasan Pasien Di Ruang Cempaka RS Bhayangkara
Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 0 0
Cukup 0 0
Baik 9 100
Total 9 100
Sumber: Data Primer, 2020

Dari hasil analisis kuesioner didapatkan 100% pasien merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan.

3.2.3 Analisis Unit Layanan Keperawatan


1. Flow of Care
Tabel 3.6 Flow of care pelayanan Di Ruang Cempaka RS Bhayangkara
Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 4 30,8
Cukup 5 38,5
Baik 4 30,8
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari kuesioner tentang flow of care bagian pelayanan,
38,5% dengan kategori cukup. Didukung dengan hasil observasi di Ruangan
Cempaka RS Bhayangkara Kupang tanggal 1 September 2020, masih ada perawat
yang tidak memperkenalkan diri dan belum melakukan pengkajian awal pada pasien
baru setelah pasien masuk ruangan.
Tabel 3.7 Flow Of Care Pemenuhan KDM Di Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 4 30,8
Cukup 3 23,1
Baik 6 46,2
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang flow of care bagian
pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebanyak 46,2% dengan kategori baik.
Didukung dengan hasil observasi di Ruangan Cempaka RS Bhayangkara Kupang
tanggal 1 September 2020, perawat selalu mengingatkan kepada keluarga pasien
untuk membatasi pengunjung ketika jam istirahat pasien dan perawat menganjurkan
pasien mobilisasi untuk mencegah dekubitus.
Tabel 3.8 Flow Of Care Pendekatan Proses Keperawatan Di Ruang Cempaka
RS Bhayangkara Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 3 23,1
Cukup 6 46,2
Baik 4 30,8
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner tentang flow of care bagian
pendekatan proses keperawatan, 46,2 % dengan kategori cukup. Didukung dengan
hasil observasi di Ruangan Cempaka RS Bhayangkara Kupang tanggal 1 September
2020 yaitu penyusunan rencana keperawatan belum sesuai dengan prioritas masalah
serta pada evaluasi keperawatan belum semuanya melibatkan pasien, keluarga, dan
tim Kesehatan lainnya.
2. Manajemen Unit
Tabel 3.9 Distribusi Manajemen Unit Di Ruang Cempaka RS Bhayangkara
Kupang.
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 3 23,1
Cukup 4 30,8
Baik 6 46,2
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner mengenai manajemen unit sebesar
46,2 % dengan kategori baik. Didukung dengan hasil observasi di Ruangan
Cempaka RS Bhayangkara Kupang tanggal 1 September 2020, jarak dan lokasi
ruang rawat inap mudah untuk mobilisasi keluar masuk, pengambilan sampah
dilakukan rutin oleh petugas kebersihan. serta ada interaksi yang baik antara perawat
dan pasien saat melakukan tindakan.
3.2.4 Lingkungan Kerja
1. Lingkungan Fisik
Tabel 3.10 Distribusi Lingkungan Kerja Fisik Di Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 0 0
Cukup 10 76,9
Baik 3 23,1
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner mengenai lingkungan kerja fisik
sebesar 76,9% dengan kategori cukup. Didukung dengan hasil observasi di Ruangan
Cempaka RS Bhayangkara Kupang tanggal 1 September 2020, posisi ners station
berada pada jalur yang ramai dilewati banyak orang untuk transfer pasien antar
ruangan maupun pengunjung dan atau pasien dari dan menuju poliklinik.
2. Lingkungan Non Fisik
Tabel 3.11 Distribusi Lingkungan Kerja Non Fisik Di Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 0 0 0
Cukup 0 0
Baik 13 100
Total 13 100
Sumber: Data Primer, 2020

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner mengenai lingkungan kerja non fisik
sebesar 100% dengan kategori baik. Didukung dengan hasil observasi di Ruangan
Cempaka RS Bhayangkara Kupang tanggal 1 September 2020, komunikasi antar
perawat dengan perawat maupun petugas yang lain sangat baik, sedangkan hasil
wawancara pada hari yang sama perawat mengatakan sangat menyukai pekerjaannya
sekarang. Absensi masih manual belum menggunakan finger print.
3.2.5 Kajian Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, GDR)
Rumus :
BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode)) X 100%

TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Tabel 3.12 Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, GDR) Tahun 2019
No. Indikator Mutu Ruangan 2019
JAN FEB MRT APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOV DES
1. BOR (60% - 85%) 60,4 60,2 54,3 53,1 60,0 55,8 53,1 51,9 49,0 52,3 56,9 50,7
2. LOS (6 – 9 hari) 4,0 3,4 3,4 3,3 3,4 3,2 3,1 2,9 2,9 2,9 3,1 3,1
3. TOI (1 – 3 hari) 2,6 2,3 2,8 2,9 2,3 2,5 2,7 2,7 3,0 2,7 2,3 3,0
4. BTO (40 – 50 x/tahun) 4,7 4,9 5,0 4,8 5,5 5,3 5,3 5,5 5,1 5,5 5,5 5,1
5. GDR (≤ 45/1000 px keluar) 14,0 9,6 11,3 15,7 3,4 10,8 5,3 5,1 3,7 5,1 3,4 18,4
6. NDR (≤ 25/1000 px keluar) 8,0 7,6 9,4 3,9 3,4 10,8 3,6 3,4 1,8 3,4 3,4 14,7

Tabel 3.13 Indikator Mutu Ruangan (BOR, LOS, TOI, BTO, NDR, GDR) Tahun 2020
No. Indikator Mutu 7 Bulan Terakhir 3 hari terakhir
JAN FEB MRT APR MEI JUNI JULI 31/08/2020 01/09/2020 02/09/2020
Ruangan
1. BOR (60% - 85%) 70,3 78,0 57,1 32,5 15,0 30,3 32,8 60,8% 60,8% 52,1%
2. LOS (6 – 9 hari) 2,8 3,3 2,5 2,5 2,4 2,9 2,5
3. TOI (1 – 3 hari) 1,2 0,9 1,9 5,1 13,8 6,8 5,1
4. BTO (40 – 50 x/tahun) 7,9 6,8 7,0 4,0 1,9 3,1 4,1
5. GDR (≤ 45/1000 px 5,5 19,1 6,2 0,0 0,0 14,1 0,0
keluar)
6. NDR (≤ 25/1000 px 5,5 12,7 6,2 0,0 0,0 14,1 0,0
keluar)
3.2.6 Sumber Daya/Kekuatan Kerja
1. Manusia (Man)
a. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Ruang Cempaka merupakan ruang perawatan bedah dan penyakit dalam,
terdiri dari ruang VIP, kelas 1, kelas 2 dan kelas 3. Ruang Cempaka dipimpin
oleh kepala ruangan dan dibantu oleh perawat pelaksana. Adapun proses
keperawatan dibantu juga oleh administrasi ruangan dan 3 petugas kebersihan
(out sourching) yang bertugas secara shift.
Berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa sudah ada bagan struktur
organisasi di Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang namun belum diisi nama
sesuai dengan pembagian tim personil terbaru. Adapun struktur organisasi Ruang
Cempaka sebagai berikut:

KARUMKIT

KARU

Perawat Primer Perawat Primerr Perawat Primerr

PA PA PA

PA PA PA

PA PA PA

PA

BILLING

Sumber : Ruang Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang


Gambar 3.1 Struktur Organisasi Ruang Cempaka
Keterangan:
 KARUMKIT : Kepala rumah sakit
 KARU : Kepala ruangan
 PA : Perawat asosiate
 : Garis Staff/Koordinasi
 : Garis Komando
Dari struktur organisasi diatas sudah memenuhi model asuhan keperawatan
profesional dengan metode tim. Berdasarkan hasil observasi selama pengkajian
ditemukan bahwa yang diterapkan di ruangan adalah metode tim dengan satu
orang ketua tim per shift. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang
Cempaka tanggal 01 September 2020 bahwa struktur organisasi di ruangan belum
diperbarui semenjak dari pergantian personil diruangan (rolling) dan tidak ada
pemilihan/penunjukkan secara resmi ketua tim/perawat primer.
b. Karakteristik perawat
1. Umur
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan usia di Ruang Cempaka Rumah Sakit
Bhayangkara Kupang.

Usia Jumlah Persentase


Dewasa (26 tahun – 45 tahun) 14 93,33
Lansia (46 tahun - 65 tahun) 1 6,67
Total 15 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan didapatkan data bahwa rentang umur
terbanyak pada usia 26 tahun – 45 tahun. sebesar 93,33%. Sedangkan 1 orang
yang masuk dalam kelompok lansia adalah tenaga administrasi.
2. Jenis Kelamin
Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Ruang
Cempaka Rumah Sakit Bhayangkara Kupang.
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 5 33,33
Perempuan 10 66,67
Total 15 100
Sumber: Data Primer, 2020

Dari hasil angket yang diberikan, didapatkan bahwa karakteristik jenis kelamin
yang terbanyak yaitu perempuan sebesar 66,67%.
3. Pendidikan dan masa kerja
Ketenagaan di Ruang Rawat Inap Cempaka dibagi menjadi tenaga keperawatan
dan tenaga non keperawatan.

Tabel 3.14 Distribusi Tenaga Keperawatan di Ruang Rawat Inap Cempaka RS


Bhayangkara Kupang
Jumlah Masa Kerja (Tahun)
No Kualifikasi %
(orang) <1 1-5 6-15 16-25 >25
1 S-1 Keperawatan 2 14,3% 0 2 0 0 0
2 D III Keperawatan 12 85,,7% 0 6 6 0 0
Total 14 0 8 6 0 0
% 100% 100% 0% 57,2% 42,8% 0% 0%

BBerdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah tenaga keperawatan di


Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang mayoritas berpendidikan DIII
Keperawatan sebanyak 12 orang (85,7%). Masa kerja tenaga keperawatan di
Ruang Cempaka terbanyak pada rentang 1-5 tahun sebanyak 8 orang (57,2%).

Tabel 3.15 Distribusi Tenaga Non Keperawatan di Ruang Rawat Inap Cempaka
RS Bhayangkara Kupang

Jumlah Masa Kerja (Tahun)


No Kualifikasi
<1 1-5 6-15 16-25 >25
1. Administrasi Ruangan 1 0 0 0 1 0
Total 1 0 0 0 1 0
% 0% 0% 0% 100% 0%
Sumber : Data Primer, 2020
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah tenaga non keperawatan
di ruang Cempaka sebanyak 1 orang yaitu petugas administrasi dengan rentang
masa kerja 16-25 tahun.
c. Pelatihan yang sudah diikuti
Tabel 3.16 Jenis Pelatihan yang Diikuti Perawat di Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang tahun 2020

Jumlah perawat yang Jenis Pelatihan yang Tahun


No.
mengikuti Diikuti pelatihan
1 14 orang PPI Dasar 2019

2 14 orang Patien safety 2019

3 14 orang Komunikasi efektif 2019

4 14 orang BHD 2019

5 14 orang APAR 2019

6 4 orang BTCLS 2018

Sumber : Data Primer, 2020

Berdasarkan data diatas bahwa sebanyak 14 orang tenaga keperawatan telah


mengikuti pelatihan wajib dasar internal rumah sakit dan 4 orang perawat telah
mengikuti pelatihan BTCLS di luar rumah sakit.

d. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat dan Tenaga Penunjang


Jumlah Perawat yang dibutuhkan:

Jumlah jam perawat diruangan/hari Untuk perhitungan jumlah tenaga


tersebut perlu ditambahkan
Jam efektif perawat = 14/7 = 2 dengan faktor koreksi

Hari libur/cuti/har besar (Loss day)

× jmlah perawat tersedia


= 52 + 12 + 14 × 2
= 0,54
286

Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas tugas non nursing job
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan.
25
Jadi jumlah tenaga = jumlah tenaga yang tersedia + faktor koreksi = 2,54 + 0,63 =
3,17= 4 orang.

Dengan demikian, kebutuhan jumlah perawat pada tanggal 2 September 2020


dengan 7 orang kategori pasien perawatan minimal adalah 4 orang perawat.

e. Kepuasan Perawat
Tabel 3.17 Distribusi Kepuasan Perawat Di Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 2 15,4
Cukup 5 38,5
Baik 6 46,2
Total 14 100
Sumber: Data Primer, 2020.

Dari hasil kuesioner kepuasan perawat di dapatkan hasil kepuasan perawat


dengan kategori baik yaitu sebesar 46,2%.

2. Non Manusia (Methode, Machine, Material, Money, Marketing)


a. Material
1) Sarana dan Prasarana
Tabel 3.18 Daftar Alat Kesehatan Di Ruang Cempaka RS Bhayangkara
Kupang
NO NAMA BARANG JUMLAH KONDISI
1 Bed side monitor 1 Baik
2 Elektrokardiogram 1 Baik
3 Suction 1 Baik
4 Nebulizer 1 Baik
5 Tensi meter digital 1 Baik
6 Tensi meter air raksa 1 Baik
7 Thermometer digital 1 Baik
8 Syringe pump 1 Rusak
9 Stetoskop 1 Baik
10 Tongue spatel 1 Baik
11 Hecting set 1 Baik
12 Tiang infus 24 Baik
13 Penlight/ senter 1 Baik
14 Timbangan berat badan 1 Baik
15 Bengkok 3 Baik
16 Baki obat 2 Baik
17 Kursi roda 1 Baik
18 Urinal wanita 10 Baik
19 Pispot 10 Baik
20 Korentang 1 Baik
21 Troli 1 Baik
22 Tromol kassa 1 Baik
23 Gunting plester 1 Baik
24 Bagging 1 Baik
24 Pulse Oxymetry 1 Baik
25 Sterilisator ozon 1 Baik

2) Fasilitas
a) Fasilitas Di Ruang Nurse Station Dan Ruang Petugas
Tabel 3.19 Fasilitas Di Ruang Nurse Station Dan Ruang Petugas
No Nama barang Jumlah Kondisi Keterangan
1. Meja panjang 1 Baik
2 Kursi panjang 2 Baik
3. Kursi busa 7 Baik
4. Jam dinding 2 Baik
5. Meja kecil 4 Baik
6. Etalase kaca 1 buah Rusak sedang Rak linen
Rak penyimpanan
stok barang habis
7. Lemari kaca 1 buah Baik
pakai medis dan
rumah tangga
8. AC 1 Buah Baik
9. Kipas Angin 1 Buah Baik
Tempat sampah
10. 12 buah Baik
non medis
Tempat sampah
11. 1 buah Baik
medis
12. Kipas angin 1 buah Baik
Infeksius (1)
13. Tempat linen 2 buah Baik
Non infeksius (1)
14. Dispenser 1buah Baik
15. Kaca cermin 1 buah Baik
16. Kursi plastik 1 buah Baik
17. Daftar visi misi 1 buah Baik
18. HP 1 buah Baik
Lemari
19. 1 buah Baik
pendingin obat
20. Kulkas Perawat 1 buah Baik

a) Fasilitas Di Ruang Pasien


Tabel 3.20 Fasilitas Pasien Di Ruang Pasien
No Nama barang Jumlah Standar Kondisi Keterangan
1. Tempat tidur + kasur 23 buah 1:1 Baik
2. Bantal 23 buah 1:1 Baik
3. Meja pasien 23 buah 1/ kamar Baik
4. AC 10 unit 1/ kamar Baik
6. Dispenser+Galon 4 buah 1:1 Baik VIP
7 TV 5 buah 1:1 Baik
8. Kursi pasien 23 buah 1:1 Baik
10. Tempat sampah 10 buah 1/ kamar Baik
11. Wastafel cuci piring 4 buah 1/ kamar Baik VIP
14. Rak piring Kecil 4 buah 1/ kamar Baik VIP
Tempat jemur pakaian
15. 4 buah 1/ kamar Baik VIP
alumunium
16. Gayung 10 buah 1/ruangan Baik
17. Jam dinding 1 buah 1/ruangan Baik

3) Administrasi Penunjang
Tabel 3.21 Daftar administrasi penunjang di Ruang Campaka RS Bhayangkara
Kupang.
NO NAMA BARANG JUMLAH KEADAAN
1. Komputer 1 Baik
2. Buku Obat 1 Baik
3. Buku register pasien 1 Baik

Tabel 3.22 Distribusi Sarana dan Prasarana Di Ruang Cempaka RS Bhayangkara


Kupang
Kategori Jumlah Persentase
Kurang 0 0
Cukup 0 0
Baik 14 100
Total 14 100
Sumber: Data Primer, 2020

Dari hasil kuesioner didapatkan sarana prasarana di Ruang Cempaka RS

Bhayangkara Kupang dalam kategori baik yaitu 100%, namun dari hasil observasi

dan wawancara kepala ruangan tanggal 2 September 2020 bahwa sarana prasarana

di Ruang Cempaka kurang lengkap seperti syringe pump dalam keadaan rusak,

belum ada infuse pump. Dari wawancara kepala ruangan 1 September 2020

mengatakan adanya pengadaan barang secara berkala sesuai dengan rencana

kebutuhan dan selalu ada pelatihan/demontrasi jika ada alat baru.

3.2.7 Penerapan Metode Asuhan Keperawatan Profesional/MAKP


1. Manajemen Asuhan Keperawatan (Pendekatan Fungsi Manajemen : POSAC)
a. Konferensi
Tabel 3.23 Konferensi

Kuesioner Konferensi
Jumlah Persentase
Kurang 4 30.8
Cukup 5 38.5
Baik 4 30.8
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 38,5% dengan kategori cukup.
Dari hasil observasi didapat hasil bahwa konferensi selalu dilakukan.

b. Serah terima pasien antar shift keperawatan


Tabel 3.24 Serah terima pasien antar shift keperawatan

Kuesioner Serah Terima Pasien Antar Shift Keperawatan

Jumlah Persentase
Kurang 3 23.1
Cukup 6 46.2
Baik 4 30.8
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang serah terima pasien antar shift keperawatan
sebesar 46,2% dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara serah terima antar shift
keperawatan atau biasa yang disebut timbang terima di ruang cempaka dilakukan
tiga kali dalam sehari, yaitu ada pergantian shift malam ke pagi (08.00), pagi ke
sore (14.00) dan sore ke malam (21.00). Selalu diikuti oleh semua perawat yang
telah dan akan dinas, tetapi dari wawancara yang telah dilakukan, diperoleh data
100% perawat menyatakan, pelaksanaan timbang terima kadang-kadang tidak
tepat waktu dengan alasan anggota tim belum lengkap dan belum selesai
melengkapi pendokumentasian asuhan keperawatan dikarenakan pasien masuk
sesaat sebelum serah terima. Kegiatan ini dipimpin oleh kepala ruangan atau bisa
digantikan oleh katim. Untuk hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam timbang
terima, semua perawat dapat menyebutkan dengan benar dan menyiapkan hal-hal
yang dibutuhkan dalam timbang terima, meliputi perkembangan kondisi pasien,
formulir timbang terima, dll. Dalam setiap timbang terima selalu ada klarifikasi
langsung, tanya jawab dan validasi. Serah terima belum ditandatagani oleh
perawat pemberi maupun penerima overan.

Didukung dengan regulasi SPO No.Dokumen RSB/H/069/2017 tanggal terbit


03 Januari 2017. Dan terdapat revisi SPO 2019 tahun dengan No.Dokumen
062/Yanmed/SPO-Pel/IV/2019 tanggal terbit 02 April 2019.

c. Ronde keperawatan
Tabel 3.25 Ronde keperawatan

Kuesioner Ronde Keperawatan

Jumlah Persentase
Kurang 1 7.7
Cukup 7 53.8
Baik 5 38.5
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner data yang diperoleh tentang ronde
keperawatan sebesar 53,8% dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan informasi
bahwa kegiatan ronde keperawatan belum optimal karena jarang dilakukan, sebab
pelaksanaannya hanya pada saat ditemukan kasus/masalah pasien yang memenuhi
kriteria diadakannya ronde keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tanggal 1 September 2020
didapatkan data bahwa rata-rata hari rawat di ruangan cempaka adalah 2-3 hari,
sehingga sangat jarang ditemukan masalah keperawatan pasien yang tidak teratasi
dalam waktu yang lama, serta belum ada regulasi yang mengatur tentang ronde
keperawatan. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan perawat
dalam melaksanakan ronde keperawatan yang dapat melatih perawat dalam
berpikir kritis dan memberikan justifikasi terkait keadaan pasien.
d. Penerimaan pasien baru
Ada beberapa tahapan dalam penerimaan pasien baru, persiapan, pelaksanaan
penjelasan tentang 3P diantaranya, pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan
lain, peraturan rumah sakit, penyakit yang dialami termasuk sentralisasi obat,
penandatanganan penjelasan yang diberikan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan kepala ruangan cempaka
pada tanggal 09 September 2020 di ruangan Cempaka setiap pasien baru yang
diantar oleh perawat langsung dibawa ke tempat tidur pasien. Setelah itu, perawat
melakukan serah terima pasien di nurse station dengan perawat pengantar pasien.
Kegiatan serah terima yang dilakukan dengan menyebut nama pasien, diagnosa
medis, tindakan yang sudah dilakukan, instruksi dokter serah terima terapi obat.
Perawat ruang Cempaka yang menerima pasien baru akan menandatangani serah
terima pasien yang tercantum di dalam lembar pengkajian IGD RS Bhayangkara.
Berdasarkan hasil observasi , perawat di ruang cempakan sudah menjelaskan
mengenai aturan rumah sakit dan melakukan orientasi ruangan Cempaka.
Didukung dengan adanya keputusan Kepala Rumah sakit Bhayangkara
Kupang No.Kep/47/1/2017/Rumkit tanggal 03 Januari 2017 tentang SPO
Kebijakan Pelayanan Rawat inap.
e. Supervisi asuhan keperawatan
Tabel 3.26 Supervisi asuhan keperawatan
Kuesioner Pelaksanaan Supervisi Keperawatan

Frequency Percent
Kurang 1 7.7
Cukup 7 53.8
Baik 5 38.5
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 53,8% dengan kategori
cukup. Dari hasil observasi yang dilakukan saat melakukan praktek manajemen
keperawatan, didapatkan data bahwa kelengkapan supervisi di ruangan belum
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 1 September 2020 dengan kepala
ruangan supervisi keperawatan belum berjalan optimal dikarenakan belum ada
regulasi yang mengatur tentang supervisi
a. Delegasi dan rentang kendali
Berdasarkan hasil wawancara tanggal 1 September 2020 dengan kepala
ruangan diperoleh informasi bahwa pendelegasian wewenang dilaksanakan
dengan cara menunjuk ketua tim atau penanggung jawab shift yang bertugas
pada saat itu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan dan ketua tim diperoleh
informasi bahwa ruangan memiliki program pengendalian mutu yang telah
dijalankan sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan, seperti
jumlah BOR (Bed Occupancy Ratio), jumlah ALOS (Average Length of Stay),
TOI (Turn Ober Interval), BTO (Bed Turn Over), dan NDR (Net Death Rate).
b. Dokumentasi keperawatan
Tabel 3.27 Dokumentasi keperawatan

Kuesioner Penerapan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Jumlah Persentase
Kurang 5 38.5
Cukup 6 46.2
Baik 2 15.4
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 46,2% dengan kategori cukup.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan,didapatkan bahwa dokumentasi
keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian menggunakan system Head to
Toe, serta diagnosis keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
Format pengkajian sudah ada dan dapat memudahkan perawat dalam pengkajian
dan pengisiannya. Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual
(belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban terhadap
nasihat dokter dan tindakan mandiri perawat, tetapi belum semua tindakan
didokumentasikan. Dari 6 perawat (54,5%) mengatakan melakukan dokumentasi
tidak segera setelah melakukan tindakan. Catatan perkembangan pasien kurang
berkesinambungan dan kurang lengkap, serta respon dari pasien kurang terpantau
dalam lembar observasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada perawat ruangan
didapatkan 8 perawat mengatakan mengerti cara pengisian format dokumentasi
yang digunakan ruangan dengan benar dan tepat. Dokumentasi asuhan
keperawatan tidak dilaksanakan segera setelah pasien masuk atau terjadi masalah
keperawatan, tetapi kadang-kadang dilengkapi saat pasien mau pulang atau
apabila keadaan ruangan memungkingkan.
c. Discharge planning
Tabel 3.28 Discharge planning

Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang Discharge Planning

Jumlah Persentase
Kurang 3 23.1
Cukup 6 46.2
Baik 4 30.8
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 46,2% dengan kategori cukup.
Dari hasil observasi yang dilakukan, discharge planning sudah dilakukan, akan
tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian perawat dan hanya dilaksanakan saat
pasien akan pulang dan isinya hanya penjelasan tentang penyakit yang diderita
dan cara mengatasi penyakitnya jika kambuh. Discharge planning sudah
dilaksanakan namun belum maksimal karena tidak memberikan brosur atau
leaflet pada pasien, sehingga memungkinkan pasien lupa tentang penjelasan yang
diberikan oleh perawat. Hal ini disebabkan oleh karena keterbatasan ketersediaan
leaflet di ruangan cempaka, sehingga pelaksanaan discharge planning secara
tertulis tidak dapat dilakukan. Discharge planning didokumentasikan pada format
discharge planning yang digunakan oleh Rumah Sakit.
Didukung dengan adanya SPO Discharge planning No.Dokumen
RSB/1/104/2017 pada tanggal 03 Januari 2017.

a. Diskusi kasus
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diskusi kasus disama
artikan dengan ronde keperawatan. Dan hal ini tidak terlaksana di Ruangan
Cempaka, sebab pelaksanaannya hanya pada saat ditemukan kasus/masalah
pasien yang memenuhi kriteria diadakannya ronde keperawatan.

b. Family meeting
Tabel 3.29 Family meeting
Family Meeting

Jumlah Persentase
Kurang 1 11.1
Cukup 5 55.6
Baik 3 33.3
Total 9 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 55,6% dengan kategori cukup.
c. Nursing Care Delivery (Model Penugasan Asuhan Keperawatan)
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang
digunakan saat ini didapatkan bahwa model asuhan keperawatan yang digunakan
tim 11 dari 13 perawat mengataka mengerti/memahami model yang digunakan.
Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan saat ini didapatkan
bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini digunakan rata-rata pasien
rawat inap 2-3 hari. Kritikan yang diterima oleh ruangan terkait dengan masalah
kurangnya sumber daya tenaga yang ada jadi pelayanan kurang optimal.
Data mengenai mekanisme pelaksanaan model askep didapatkan bahwa
komunikasi antar profesi terlaksana cukup baik. Adapun data yang diperoleh
tentang tanggung jawab dan pembagian tugas didapatkan bahwa mendapatkan job
yang kadang-kadang tidak berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya.

d. Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)


Tabel 3.30 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT)

Kuesioner Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi

Jumlah Persentase
Kurang 9 69.2
Cukup 2 15.4
Baik 2 15.4
Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 69,2% dengan kategori
kurang.
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa pelaksanaan
pendokumentasian catatan perkembangan pasien terintegrasi baik dari legal
aspek, kelengkapan maupun kesinambungan, kurang maksimal karena
pendokumentasian tidak tepat waktu dan akhirnya membuat catatan medis yang
membingungkan, tidak akurat, dan tidak signifikan. Hal ini menjadi risiko kepada
keselamatan pasien karena komunikasi yang tidak baik dari pemberi layanan,
sehingga akan menunda pelayanan kepada pasien.
a. Serah terima pasien antar ruang
Tabel 3.31 Serah terima pasien antar ruang

Kuesioner Serah Terima antar Ruangan dan Lembar Observasi

Frequency Percent

Kurang 4 30.8

Cukup 6 46.2

Baik 3 23.1

Total 13 100.0
Sumber Data Primer, 2020
Data yang diperoleh tentang konferensi sebesar 46,2% dengan kategori cukup.
Didukung dengan adanya SPO Nomor doumen RSB/02/013/2017 dan tanggal
terbit 03 januari 2017.

2. Manajemen Pelayanan Keperawatan (Pendekatan Fungsi Manajemen: POSAC)


a. Penyusunan SPO/Kebijakan
Observasi dan Wawancara: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang pada tanggal
02/09/2020
Planning Adanya kebijakan atau SPO yang mengatur tentang penyusunan
SPO/Kebijakan
Organizing Memiliki pedoman pengorganisasian yang telah disosialisasikan
kepada seluruh staff
Staffing Adanya pelaksana (pelaksana yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan adalah orang/ jabatan/ kelompok orang/ tim)
Actuating Adanya peralatan/ perlengkapan yang diperlukan untuk
melaksanakan penyusunan SPO
Controlling Adanya tanggal dan nomor pembuatan SPO
Sumber data primer, 2020
Regulasi: Adanya kebijakan atau SPO yang mengatur tentang penyusunan
SPO/Kebijakan berdasarkan Surat Keputusan Kepala RS.Bhayangkara Kupang
No: KEP/38/1/2017/RUMKIT

b. Penyusunan Modul dan Kurikulum Pelatihan


Tabel 3.32 Penyusunan Modul dan Kurikulum Pelatihan

Kuesioner Penyusunan Modul dan Kurikulum Pelatihan


Jumlah Persentase
Cukup 3 37.5
Valid Baik 5 62.5
Total 8 100.0
Sumber data primer, 2020
Data yang diperoleh tentang penyusunan modul dan kurikulum pelatihan
sebesar 62.5% dengan kategori baik.
Observasi dan Wawancara: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
dengan kepala ruangan pada tanggal 02/09/2020 kegiatan pelaksanaan program
pelatihan berpedoman pada kurikulum, metode penyelenggaraan dan rancangan
alur proses pelatihan serta pelatihan yang diikuti sesuai dengan persyaratan
akreditasi Rumah Sakit
Regulasi: Terdapat sertifikat pelatihan yang sudah diikuti oleh perawat di
Ruang Cempaka RS. Bhayangkara Kupang di Tahun 2019
a. Integrated Clinical Pathway (ICP)
ICP (Integrated Clinical Pathway) adalah sebuah rencana yang menyediakan
secara detail tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagian sebagian besar
pasien dengan masalah klinis tertentu.
Observasi dan Wawancara: Berdasarkan hasil observasi wawancara yang
dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat pada
tanggal 02/09/2020 mengatakan
Planning Adanya perencanaan kerangka kerja untuk mengumpulkan dan
menganalisis data proses pelayanan
Organizing Memiliki pedoman pengorganisasian yang telah disosialisasikan
kepada seluruh staff
Staffing Adanya pemberian peran kepada seluruh staff yang terlibat dalam
pelayanan serta peran mereka dalam proses tersebut
Actuating Adanya peralatan/ perlengkapan yang diperlukan untuk
melaksanakan pelayanan sesuai standar
Controlling Adanya standar yang diharapkan mengenai lama perawatan dan
penggunaan pemeriksaan klinik serta prosedur klinik lainnya.

b. Panduan Asuhan Keperawatan


Tabel 3.33 Panduan Asuhan Keperawatan

Kuesioner Dokumentasi Keperawatan Pendekatan POSAC

Jumlah Persentase
Cukup 6 75.0
Valid Baik 2 25.0
Total 8 100.0
Sumber data primer, 2020
Berdasarkan data yang diperoleh tentang Dokumentasi Keperawatan Pendekatan
POSAC sebesar 75% dengan kategori cukup
c. Continuity of Care
Observasi dan Wawancara: Berdasarkan hasil observasi wawancara yang
dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat pada tanggal
02/09/2020 mengatakan:
Planning Adanya rencana pembuatan perjanjian dengan penyedia layanan
Kesehatan dan layanan yang sesuai untuk memberikan perawatan
berkelanjutan selama proses penyembuhan
Organizing 1. Adanya kerjasama antar tim Kesehatan
2. Pengaturan kesinambungan hasil pemeriksaan
Staffing 1. Adanya perawat yang menyusun daftar kegiatan lanjutan
2. Adanya tim medis lain yang menerima perawatan lanjutan
pasien
Actuating 1. Adanya daftar kegiatan perawatan lanjutan
2. Adanya informasi/ discharge planning kepada pasien dan
keluarga
Controlling 1. Adanya pemeriksaan Kembali hasil perawatan lanjutan
2. Adanya peninjauan hasil tes dan laporan konsultasi tepat
waktu
Sumber data primer, 2020
d. Admission Care
Wawancara dan Observasi: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat pada tanggal 02/09/2020
mengatakan proses admisi pasien dilakukan skrining kebutuhan pasien untuk
menetapkan pelayanan preventif, paliatif, kuratif, dan rehabilitatif yang
diprioritaskan berdasarkan atas kondisi pasien. Rumah sakit mempertimbangkan
kebutuhan klinis pasien dan memberitahu pasien jika terjadi penundaan dan
keterlambatan pelaksanaan tindakan pengobatan atau pemeriksaan penunjang
Penerimaan pasien baru merupakan suatu tata cara pertemuan dalam
penerimaan pasien baru masuk dengan Tujuan mengetahui kondisi pasien dan
keluarga, pasien dapat mengetahui ruangan perawatan, mengetahui kondisi dan
kebutuhan pasien secara umum dan pasient safety. Pelaksanaan penerimaan
pasien baru harus dilakukan secara efektif dan efisien, dipimpin oleh kepala
ruangan atau perawat primer dan perawat asosiet yang telah diberikan wewenang
Diruangan cempaka setiap pasien baru yang diantar oleh perawat langsung
dibawa ke tempat tidur pasien. Selain itu perawat melakukan serah terima pasien
di ners station dengan perawat pengantar pasien. Kegiatan serah terima yang
dilakukan dengan menyebutkan nama pasien, diagnose medis, Tindakan yang
sudah dilakukan, instruksi dokter dan serah terima terapi obat. Perawat ruangan
cempaka yang menerima pasien baru akan menandatangani serah terima pasien
yang tercantum dalam lembar pengkajian IGD RS.Bhayngkara Kupang.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan pasien baru, perawat di
ruangan Cempaka sudah menjelaskan mengenai aturan rumah sakit dan
melakukan orientasi ruangan Cempaka.
Regulasi: Permenkes RI Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
e. Inovasi dan Enterpreneurship
Observasi dan Wawancara: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala
ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang pada tanggal 02/09/2020

Planning 1. Adanya perencanaan keperawatan yang mampu


meningkatkan ke kooperatifan dan rasa nyaman pasien
dengan perawat seperti memberikan kesempatan pada
pasien untuk mengekspresikan perasaan atau kelebihan yang
dimiliki
2. Adanya perencanaan pengobatan medis konvensional
Organizing Adanya metode penugasan untuk staff dan perawat di ruangan
Staffing 1. Adanya jadwal dan pembagian tugas pada perawatan atau
staff ruangan
2. Membagi tim sesuai dengan tugas
Actuating Adanya motivasi dan bimbingan perawat atau staff dalam
menjalankan tindakan
Controlling Adanya pengontrolan penerapan Tindakan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat
Sumber data primer, 2020

f. Penilaian kinerja/OPPE
Tabel 3.34 Penilaian kinerja/OPPE
Kuesioner Kinerja Perawat
Jumlah Persentase
Valid Cukup 4 50.0
Baik 4 50.0
Total 8 100.0
Sumber data primer, 2020

Berdasarkan data yang diperoleh tentang kinerja perawat 50% dengan kategori
cukup, 50% dengan kategori baik.

Wawancara dan Observasi: Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan


kepada klien digunakan standar praktik keperawatan yang merupakan pedoman
bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Berdasarkan observasi
dan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa perawat
pada tanggal 02/09/2020 mengatakan perawat mengumpulkan data tentang status
kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan
berkesinambungan, perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan
diagnosa keperawatan, perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan klien, perawat
mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan, perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan
keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

g. Perilaku etik perawat


Tabel. 3.35 Perilaku etik perawat
Kuesioner Etik Perawat
Jumlah Persentase

Cukup 4 30.8

Valid Baik 9 69.2

Total 13 100.0
Sumber data primer, 2020

Data yang diperoleh tentang perilaku etik perawat sebesar 69,2% dengan
kategori baik.
Wawancara dan Observasi: Pelaksanaan etika keperawatan sangat
berpengaruh terhadap keselamatan dan keprofesionalan perawat. Pelaksanaan etik
keperawatan memiliki Tujuan yang jelas demi tercapainya keinginan yang
diharapkan. Menjalankan proses pelaksanaan etika keperawatan, perawat
mengacu dan berpedoman terhadap fungsi etika keperawatan. Berdasarkan
observasi dan wawancara yang dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa
perawat pada tanggal 03/09/2020 mengatakan perilaku etik keperawatan
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan,
mencegah kesalah pahaman antara tim kesehatan lainnya maupun dengan pasien
dan untuk meningkatkan keprofesionalan perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan

h. Pengelolaan mutu
Wawancara dan Observasi: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat tanggal
02/09/2020 Perawat segera menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien ketika
pasien sampai diruang rawat, Perawat meminta persetujuan dari pasien maupun
keluarga sebelum melakukan tindakan keperawatan, Perawat menjelaskan kepada
pasien tentang perkembangan penyakitnya sampai pasien paham, perawat
memberitahukan dengan jelas kepada pasien hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan demi kesembuhan pasien, perawat memberikan tindakan kepada pasien
sesuai dengan standar operasional prosedur rumah sakit, perawat bertanya tentang
perkembangan yang pasien alami setelah melakukan tindakan, perawat
mengontrol dan mengobservasi secara teratur kondisi pasien pada setiap shift
kerja, perawat membantu pasien melaksanakan pelayanan foto dan pemeriksaan
laboratorium, perawat membantu memenuhi kebutuhan pasien selama perawatan,
perawat memperkenalkan diri saat pertama kali bertemu pasien, perawat
menyebutkan nama pasien dengan benar, perawat melakukan pendidikan pada
pasien tentang perawatan dirumah ketika pasien ingin pulang ke rumah,perawat
memberikan informasi kepada pasien tentang aturan yang berlaku diruangan saat
pasien masuk, perawat memperhatikan kebersihan dan kesiapan alat-alat
kesehatan sebelum dan sesudah memberikan tindakan kepada pasien, perawat
dalam melakukan tindakan kepada pasien tetap menjaga privasinya.

i. Agent of change
Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala
ruangan dan beberapa orang perawat tanggal 02/09/2020 pemberian reward saat
perayaan ulang tahun Rumah Sakit kepada staff RS. Bhayangkara Kupang yang
dinilai melakukan pelayanan terbaik selama 1 tahun.
Regulasi: Tidak ada

j. Jenjang karir perawat


Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kepala
ruangan dan beberapa orang perawat tanggal 02/09/2020
a. Rumah Sakit memfasilitasi karyawan untuk mengikuti pelatihan internal
maupun eksternal yang diadakan Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit tidak menyediakan program beasiswa untuk perawat yang ingin
melakukan pengembangan karir
Regulasi: Tidak ada

k. Manajemen risiko dan FMEA


Tabel 3.36 Manajemen risiko dan FMEA
Kuesioner Risk Management
Jumlah Persentase
Cukup 4 30.8
Valid Baik 9 69.2
Total 13 100.0
Sumber data primer, 2020
Data yang diperoleh tentang risk management sebesar 69,2% dengan kategori
baik.
Wawancara dan Observasi: Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan pada tanggal 02/09/2020 kepada kepala ruangan dan beberapa
orang perawat mengatakan bahwa dalam meningkatkan manajemen risiko di
Ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang
a Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah.
b Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan specimen lainnya
c Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau
prosedur
d Perintah lisan dan melalui telepon maupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap
e Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali
f Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah
g Dilakukan pemberian label pada obat dengan higt alert
h Dalam pelayanan bedah menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat
dimengerti untuk diidentifikasi operasi dan melibatkan pasien dalam proses
penandaan
i Prosedur hand hygene telah disosialisasikan
j Rumah sakit menerapkan proses assesment awal resiko jatuh
Regulasi:
a Adanya kebijakan tentang pelaksanaan identifikasi pasien No. Dokumen
RSB/02/004/2017 tanggal terbit 03 Januari 2017
b Adanya kebijakan terhadap komunikasi yang efektif via telepon No. Dokumen
049/Yanmed/SPO-ADM/III/2019 Tanggal terbit 01 Maret 2019
c Adanya kebijakan tentang proses identifikasi, lokasi dan pemerian label dan
penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai No. Dokumen
RSB/02/018/2017 tanggal terbit 3 januari 2017
d Adanya kebijakan tentang prosedur hand hygene No. Dokumen
RSB/03/034/2017
e Adanya kebijakan atau prosedur yang mendukung manajemen risiko pasien
jatuh No Dokumen RSB/02/028/2017 tanggal terbit 03 januari 2017

l. Nursing informatic
Tabel 3.37 Nursing informatic

Komunikasi Efektif Perawat


Jumlah Persentase
Valid Cukup 2 15.4
Baik 11 84.6
Total 13 100.0
Sumber data primer, 2020
Data yang diperoleh tentang komunikasi efektif perawat sebesar 84.6% dengan
kategori baik. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada
tanggal 02/09/2020 kepada kepala ruangan dan beberapa orang perawat
mengatakan bahwa perawat tetap mempertahankan komunikasi dengan pasien
selama tindakan atau prosedur dilaksanakan
Regulasi: Adanya kebijakan terhadap komunikasi yang efektif
N0.KEP/40/I/2017/RUMKIT/ Tanggal 03 Januari 2017

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PERENCANAAN
4.1 ANALISA SWOT
4.1.1 Evaluasi faktor internal
Aspek Internal Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)
Karakteristik Unit  Ruang Cempaka RS  Ruang Cempaka RS
Bhayangkara Kupang memiliki Bhayangkara Kupang
10 ruang rawat inap terdiri dari belum memiliki visi, misi,
4 ruang VIP, 1 ruang bedah falsafah dan tujuan
wanita, 1 ruang anak (Kelas 2), ruangan.
1 ruangan anak (Kelas 3), 1  Sifat dan Jenis Pelayanan
ruangan anak (Kelas 1), 1 di ruangan masih sangat
ruangan kelas 3 wanita dengan komplek (anak, dewasa,
jumlah total 23 tempat tidur interna, neurologi,
pasien serta dilengkapi dengan bedah,dll)
nurse station, ruangan
persiapan alat, dan ruangan
petugas Cempaka.
Analisis terhadap  Dari hasil analisis kuesioner -
Klien tentang kepuasan pasien
terhadap kualitas perawatan
diperoleh 100% responden
memiliki kepuasan yang tinggi
terhadap pelayanan
keperawatan di Ruang
Cempaka RS Bhayangkara
Kupang.

Analisis unit layanan  Sudah dilaksanakan pengkajian  Perawat belum


keperawatan psikososial dan spiritual. memperkenalkan diri
 Interaksi, komunikasi dan kepada pasien dan
kolaborasi yang baik antara tim keluarga
medis..
 Pengambilan sampah dilakukan
rutin oleh petugas kebersihan.
Lingkungan Kerja  Hasil kuesioner : 100% perawat  Absensi masih manual
mengatakan lingkungan kerja belum menggunakan
bersih, rapi, pewarnaan cat finger print.
terang, pencahayaan baik,
ventilasi baik, cukup, suhu
ruangan nyaman, dan berkas
tersimpan rapi,
 Hasil kuesioner : 100% perawat
mengatakan terjalin hubungan
dan komunikasi yang baik antar
karyawan maupun dengan
atasan.
 Hasil kuesioner : 100% perawat
mengatakan fasilitas yang
tersedia sudah mendukung
kerja.
 Hasil kuesioner : 100% perawat
mengatakan menyenangi
pekerjaannya, saling
mendukung antar teman
perawat, menghargai
kepercayaan atasan dan
menerima gaji sesuai.
Sumber  Jumlah perawat 14 orang,  Masih menggunakan
daya/kekuatan kerja tenaga administrasi 1 orang, struktur organisasi yang
(Manusia) orang dengan kualifikasi sbb : lama.
S1 Ners : 2 orang  Belum ada penunjukkan
DIII : 12 orang katim secara resmi
SMA : 1 orang
 Seluruh perawat di Ruang
Cempaka berusia produktif
(26-45tahun)
 Masa kerja perawat >6 tahun-
15 tahun 6 orang (42,8%), 8
perawat masa kerja 1-5 tahun
(57,2%).
 Hasil wawancara kepala
ruangan dan observasi tgl 1
September 2020 : 100%
perawat telah mengikuti
pelatihan dasar seperti PPI,
BHD, APAR, komunikasi
efektif dan Patient Safety dan 4
orang yang sudah mengikuti
BTCLS.
 Perhitungan kebutuhan tenaga
perawat sudah sesuai.
 Hasil kuesioner : 100% perawat
mengatakan 100% perawat
mengatakan puas terhadap
kinerja dan tugas yang sudah
dilakukan.
Sumber  Hasil wawancara dari kepala  Masih terbatasnya alat
daya/kekuatan kerja ruangan dan beberapa perawat medis seperti belum
(Non Manusia) bahwa setiap alat baru selalu memiliki infuse pump dan
ada pelatihan/demonstrasi. syringe pump dalam
 Pemeliharaan dan perawatan keadaan rusak.
dari sarana prasarana penunjang
kesehatan sudah ada
 Fasilitas yang ada di ruangan
pasien sudah memadai dan
dalam keadaan baik.
Manajemen asuhan  Hasil Observasi tanggal  Serah terima belum
keperawatan 31Agustus 2020 – 2 September ditandatagani oleh
(Pendekatan fungsi 2020 serah terima pasien antar perawat pemberi maupun
manajemen : shif selalu dilakukan setiap penerima overan.
POSAC) pergantian shift.  Hasil wawancara tanggal
 Serah terima antar shift ditulis 1 September 2020 belum
langsung pada format yang ada ronde keperawatan
baku yang terlaksana.
 Metode asuhan keperawatan  Belum ada regulasi yang
yang digunakan adalah metode mengatur tentang ronde
tim keperawatan.
 Terdapat format CPPT yang  Belum ada regulasi yang
baku dan sudah terdokumentasi mengatur tentang
dengan baik supervisi keperawatan.
 Tersedia format discharge  Belum ada SPO delegasi
planning yang baku dan sudah kewenangan bertahap
terdokumentasi dengan baik  Sarana dan prasarana
saat pasien masuk ruang rawat untuk discharge planning
inap. belum tersedia (leaflet
 Serah terima antar ruangan penkes)
ditulis langsung pada format
yang baku dan ditanda tangani
oleh pemberi dan penerima
overan.

Manajemen  Manajemen risiko di ruang


pelayanan cempaka sudah berjalan dengan
keperawatan baik
(pendekatan fungsi  Penyusunan SPO dan kebijakan
manajemen : di Ruang Cempaka sudah
POSAC) sesuai dengan standar akreditasi
SNARS.
 Hasil kuesioner 100% perawat
menyatakan selalu ada orientasi
bagi perawat baru

4.1.2 Evaluasi faktor eksternal


Aspek Eksternal Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman)
Karakteristik unit - -
Analisis terhadap  Dari hasil observasi tanggal 1  Kondisi pandemi COVID
klien September 2020 tingkat menyebabkan
ketergantungan pasien menurunnya jumlah
diperoleh pasien minimal care pasien rawat inap
89,89%, partial care 11,11 %
dan total care 0 %.
Analisis unit layanan  Jarak dan lokasi Ruang -
keperawatan Cempaka strategis, mudah untuk
mobilisasi keluar masuk dan
dekat dengan ruangan instalasi
lainnya
Lingkungan kerja - -
Sumber  Adanya kebijakan pemerintah  Adanya tuntutan
daya/kekuatan kerja tentang profesionalisme masyarakat tentang
(Manusia) perawat. perawatan professional
 Adanya pelatihan/demonstrasi  Persaingan antar RS yang
setiap pengoperasian alat baru semakin ketat dalam
pemberian pelayanan.
Sumber  Hasil wawancara dengan kepala  Ada tuntutan tinggi dari
daya/kekuatan kerja ruangan tanggal 1 September masyarakat untuk
(Non Manusia) 2020 :.Adanya pengadaan mendapatkan pelayanan
barang secara berkala sesuai yang memadai (sarana
dengan rencana kebutuhan. dan prasarana yang
lengkap)
Manajemen asuhan  adanya interaksi, komunikasi
keperawatan dan kolaborasi yang baik antara
(Pendekatan fungsi perawat dengan kepala ruangan
manajemen : dan tim yang lain.
POSAC)  adanya teguran dan masukan
dari atasan bagi karyawan yang
tidak melaksanakan tugas
dengan baik.
Manajemen  adanya interaksi, komunikasi  Meningkatnya kesadaran
pelayanan dan kolaborasi yang baik antara masyarakat tentang
keperawatan karyawan dengan atasan serta tanggung jawab dan
(pendekatan fungsi perawat dengan tim medis tanggung gugat perawat
maanajemen : lainnya sebagai pemberi asuhan
POSAC)  adanya program akreditasi RS keperawatan
dari pemerintah untuk
meningkatkan mutu RS
(MAKP masuk dalam elemen
penilaian)
Analisis SWOT Manajemen Asuhan Keperawatan di RS. Bhayangkara Kupang

INTERNAL FACTOR (IFE)


No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating
STRENGTH (Kekuatan/kelebihan)
1. Kepuasan pasien terhadap kualitas perawatan diperoleh 100% responden memiliki
kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan di Ruang Cempaka RS 0,04 2 0,08
Bhayangkara Kupang.
2. Hasil kuesioner : 100% perawat mengatakan lingkungan kerja bersih, rapi,
pewarnaan cat terang, pencahayaan baik, ventilasi baik, cukup, suhu ruangan 0,02 1 0,02
nyaman, dan berkas tersimpan rapi.
3. Hasil kuesioner : 100% perawat mengatakan menyenangi pekerjaannya, saling
mendukung antar teman perawat, menghargai kepercayaan atasan dan menerima 0,02 1 0,02
gaji yang sesuai
4. Jumlah perawat 14 orang, tenaga administrasi 1 orang, orang dengan kualifikasi
sbb:
S1 Ners : 2 orang 0,04 3 0,12
DIII : 12 orang
SMA : 1 orang
5. Seluruh perawat di Ruang Cempaka berusia produktif (26-45tahun) 0,02 1 0,02
6. Masa kerja perawat >6 tahun-15 tahun 6 orang (42,8%), 8 perawat masa kerja 1-5
0,04 1 0,04
tahun (57,2%).
7. Hasil wawancara kepala ruangan dan observasi tgl 1 September 2020 : 100%
perawat telah mengikuti pelatihan dasar seperti PPI, BHD, APAR, komunikasi 0,04 3 0,12
efektif dan Patient Safety dan 4 orang yang sudah mengikuti BTCLS.
8. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat sudah sesuai. 0,05 3 0,15
9. Hasil kuesioner : 100% perawat mengatakan 100% perawat mengatakan puas
0,02 1 0,02
terhadap kinerja dan tugas yang sudah dilakukan.
10. Tersedia format baku serah terima antar shift,antar ruangan serta discharge
0,05 1 0,05
planning
11. Serah terima antar shift dilaksanaan setiap pergantian shift 0,04 4 0,16
12. Pendokumentasian serah terima antar ruangan sudah lengkap disertai dengan tanda
0,05 4 0,2
tangan antara petugas pemberi dan penerima overan
13. Pendokumentasian discharge planning sudah dilakukan saat pasien masuk ruang
0,03 4 0,12
rawat inap.
14. Manajemen risiko di Ruang Cempaka sudah berjalan dengan baik 0,04 3 0,12
15. Penyusunan SPO dan kebijakan di Ruang Cempaka sudah sesuai dengan standar
akreditasi SNARS. 0,05 3 0,15

Total Strength 0,55 1,39

WEAKNESS (Kelemahan)
1. Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang belum memiliki visi, misi, falsafah dan
0,04 4 0,16
tujuan ruangan.
2. Sifat dan jenis pelayanan di ruangan masih sangat komplek (anak, dewasa, interna,
0,03 4 0,12
neurologi, bedah,dll)
3. Perawat belum memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga 0,02 1 0,02
4. Absensi masih manual belum menggunakan finger print. 0,02 1 0,02
5. Masih menggunakan struktur organisasi yang lama. 0,04 3 0,12
6. Belum ada penunjukkan katim secara resmi 0,04 3 0,12
7. Masih terbatasnya alat medis seperti belum memiliki infuse pump dan syringe
0,03 3 0,09
pump dalam keadaan rusak.
8. Serah terima belum ditandatangani oleh perawat pemberi maupun penerima overan. 0,05 2 0,1
9. Belum ada regulasi yang mengatur tentang ronde keperawatan. 0,05 4 0,2
10. Belum ada regulasi yang mengatur tentang supervisi keperawatan. 0,05 4 0,2
11. Belum ada SPO delegasi kewenangan bertahap 0,05 4 0,2
12. Tidak ada pemberian leaflet penkes pada discharge planning 0,03 2 0,06
Total Weakness 0,45 1,41
TOTAL IFE 1 2,8

INTERPRETASI IFE: IFE (Strength – Weakness) : 1,39 + 1,41 = 2,8. Skor total IFE Ruangan Cempaka = 2,8 termasuk ke dalam kategori
sedang/ rata-rata. Total skor ini berada di atas nilai cut of point (2,5). Nilai ini menunjukkan bahwa posisi ruangan cempaka kuat, karena
terdapat lebih banyak kekuatan daripada kelemahan. Hasil evaluasi faktor internal ruangan cempaka juga menunjukkan bahwa faktor internal
yang ada dapat menjadi kesempatan meningkatkan mutu dengan memanfaatkan SDM, dukungan dana dan fasilitas unggulan yang dimiliki.
EKSTERNAL FACTOR (EFE)

No Analisis SWOT Bobot Rating Bobot x Rating

OPPORTUNITIES

1 Pengambilan sampah dilakukan rutin oleh petugas kebersihan. 0, 05 2 0,1

2 Jarak dan lokasi Ruang Cempaka strategis, mudah untuk mobilisasi keluar masuk 0,03 1 0,03
dan dekat dengan ruangan instalasi lainnya
3 Adanya pengadaan barang secara berkala sesuai dengan rencana kebutuhan. 0,1 2 0,2

4 Dari hasil observasi tanggal 1 September 2020 tingkat ketergantungan pasien 0,03 1 0,03
diperoleh pasien minimal care 89,89%, partial care 11,11 % dan total care 0 %.
5 Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme perawat. 0,07 4 0,28
6 Adanya pelatihan/demonstrasi setiap pengoperasian alat baru 0,03 2 0,06

7 Adanya program akreditasi RS dari pemerintah untuk meningkatkan mutu RS 0,2 4 0,8
(MAKP masuk dalam elemen penilaian)
8 RS memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan 0,03 2 0,06

9 Adanya teguran dan masukan dari atasan bagi karyawan yang tidak melaksanakan 0,02 1 0,02
tugas dengan baik.
10 Pasien/keluarga ikut berpartisipasi terhadap anjuran perawat 0,02 1 0,02

11 Makin tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan 0,2 2 0,4

Total Opportunities 0,73 2,0

THREATS

1 Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan tanggung jawab dan tanggung gugat
0, 02 1 0,2
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan

2 Persaingan antar RS yang semakin kuat dalam pemberian pelayanan 0, 1 1 0,1

3 Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
0, 05 1 0,05
yang memadai

4 Kondisi pandemi COVID menyebabkan menurunnya jumlah pasien rawat inap 0,2 2 0,4

Total Threats 0,37 0,75

TOTAL EFE 1 2,75


INTERPRETASI EFE: (Opportunity – Threats): 2,0 + 0,75 = 2,75. Skor total EFE Ruangan Cempaka = 2,75 termasuk dalam kategori
sedang/ratarata. Total skor ini berada di atas nilai cut of point (2,5). Angka ini dapat diartikan bahwa Ruangan Cempaka berada di lingkungan
eksternal yang lebih berpeluang untuk berkembang. Hasil evaluasi faktor eksternal Ruangan Cempaka menunjukkan bahwa pelayanan berjalan
dengan baik, merespon dengan baik terhadap peluang ataupun kesempatan eksternal yang ada serta menghindari ancaman-ancaman yang
dihadapi oleh Ruangan Cempaka.

4.1.3 MATRIX IE (Internal External)

TOTAL IFE

KUAT SEDANG LEMAH

4,0 3,0 2,80 2,0 1,0

KUAT

1,0
2,75
SEDANG
LEMAH
2,0
T
I
O II III
T 3,0
A
L
IV V
Hold & Maintain VI

E
F
E
VII VIII IX

Interpretasi Matrixs Internal Eksternal:


Penggabungan kuantifikasi IFE dan EFE dalam Matrixs IE menunjukkan posisi Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang berada pada sel
V, yaitu Hold and Maintain. Posisi Strategic Bussiness Unit organisasi yang berada pada sel V paling baik dikendalikan dengan kelompok
strategi adaptif yaitu product development (penambahan nilai produk serta perluasan garis produk) dan market penetration (memberikan
pelayanan yang lebih terhadap pasar yang ada dengan produk dan jasa yang ada saat ini).

4.2 Perencanaan
4.2.1 Plan Of Action (POA)
Indiktor/ target Waktu
NO Masalah Tujuan Program/ kegiatan Penanggungjawab
keberhasilan Pelaksanaan

1 Ronde keperawatan belum pernah Ronde 1. Mendiskusikan hal- Ronde `


dijalankan keperawatan hal yang keperawatan sudah
terlaksana menghambat terlaksana bersama
pelaksanaan ronde
dengan perawat ruangan
keperawatan
optimal sesuai 2. Menentukan pasien
dengan untuk ronde
prosedur keperawatan
3. Mempersiapkan
ronde keperawatan
4. Melaksanakan ronde
keperawatan
(strategi dan materi)
2 1. Pelaksanaan supervisi belum Mampu 1. Melaksanakan Supervisi
dilakukan secara optimal menerapkan supervisi dilaksanakan, dan
2. Tidak tersedia format baku untuk supervisi keperawatan didokumentasikan
supervisisetiap tindakan bersama-sama
keperawatan dengan baik dan
3. Belum dilakukannya pelatihan perawat dan kepala
atau sosialisasi tentang supervise dengan benar ruangan benar
2. Mendokumentasikan
hasil pelaksanaan
supervisi
keperawatan
3. Membuat format
supervise
3 Masih terbatasnya alat medis seperti Meningkatkan 1. Identifikasi 1. Terpenuhinya
kebutuhan kebutuhan
belum memiliki infuse pump dan fasilitas yang
ada agar administrasi vasilitas
syringe pump dalam keadaan rusak. penunjang sesuai standar
mampu
2. Mengusulkan
meningkatkan kebutuhan sesuai
pelayanan standar
yang
komprehensif

4 Serah terima belum ditandatangani Serah terima 1. Menentukan 1. Serah terima


penanggung jawab dilakukan di
oleh perawat pemberi maupun dilakukan
secara efektif serah terima nurse station
penerima overan. 2. Menyusun format dan di pasien
serah terima pasien 2. Isi Serah terima
serta petunjuk teknis tentang masalah
pengisiannya lebih keperawatan
menekankan pada yang sudah ada
aspek keperawatan dan belum
teratasi
3. Serah terima
terdokumentasi
dengan baik

4.2.2 Rencana Strategi Melalui Matriks Tows


1. Strategi SO Manajemen Keperawatan di Ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang
MATRIKS TOWS Strength (S)
1. Kepuasan pasien terhadap kualitas perawatan diperoleh 100%
responden memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan
keperawatan di Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang.
2. Hasil kuesioner: 100% perawat mengatakan lingkungan kerja bersih,
rapi, pewarnaan cat terang, pencahayaan baik, ventilasi baik, cukup,
suhu ruangan nyaman, dan berkas tersimpan rapi.
3. Hasil kuesioner: 100% perawat mengatakan menyenangi pekerjaannya,
saling mendukung antar teman perawat, menghargai kepercayaan
atasan dan menerima gaji yang sesuai
4. Jumlah perawat 14 orang, tenaga administrasi 1 orang, orang dengan
kualifikasi sbb :
S1 Ners : 2 orang
DIII : 12 orang
SMA : 1 orang
5. Seluruh perawat di Ruang Cempaka berusia produktif (26-45 tahun)
6. Masa kerja perawat > 6 tahun-15 tahun 6 orang (42,8%), 8 perawat
masa kerja 1-5 tahun (57,2%).
7. Hasil wawancara kepala ruangan dan observasi tgl 1 September 2020:
100% perawat telah mengikuti pelatihan dasar seperti PPI, BHD,
APAR, komunikasi efektif dan Patient Safety dan 4 orang yang sudah
mengikuti BTCLS.
8. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat sudah sesuai.
9. Hasil kuesioner: 100% perawat mengatakan 100% perawat mengatakan
puas terhadap kinerja dan tugas yang sudah dilakukan.
10. Tersedia format baku serah terima antar shift, antar ruangan serta
discharge planning
11. Serah terima antar shift dilaksanaan setiap pergantian shift
12. Pendokumentasian serah terima antar ruangan sudah lengkap disertai
dengan tanda tangan antara petugas pemberi dan penerima overan
13. Pendokumentasian discharge planning sudah dilakukan saat pasien
masuk ruang rawat inap.
14. Manajemen risiko di Ruang Cempaka sudah berjalan dengan baik
15. Penyusunan SPO dan kebijakan di Ruang Cempaka sudah sesuai
dengan standar akreditasi SNARS.
Opportunity (O) SO Strategies

1. Pengambilan sampah dilakukan rutin oleh petugas 1. Meningkatkan kualitas produk dalam hal ini Kajian situasi di Ruangan
kebersihan. Cempaka RS. Bhayangkara Kupang dimana responden memiliki
2. Jarak dan lokasi Ruang Cempakastrategis, mudah untuk kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan di Ruang
mobilisasi keluar masuk dan dekat dengan ruangan Cempaka RS Bhayangkara Kupang
instalasilainnya 2. Meningkatkan realisasi hasil produksi melalui lingkungan kerja yang
3. Adanya pengadaan barang secara berkala sesuai dengan bersih, rapi, pewarnaan cat terang, pencahayaan baik, ventilasi baik,
rencana kebutuhan. cukup, suhu ruangan nyaman, dan berkas tersimpan rapi
4. Dari hasil observasi tanggal 1 September 2020 tingkat 3. Meningkatkan kualitas perawatan dengan lebih memperhatikan
ketergantungan pasien diperoleh pasien minimal care pelayanan yang bersifat komprehensif meliputi aspek bio psiko sosial
89,89%, partial care 11,11 % dan total care 0 %. dan spiritual sehingga kepuasan pasien tetap tinggi
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme 4. Memperkuat kelengkapan sarana dan prasarana yang memadai dari
perawat. fasilitas kamar perawatan, nurse station, ruang tindakan, sehingga
6. Adanya pelatihan/ demonstrasi setiap pengoperasian alat menarik minat pasien untuk dirawat di ruangan
baru
7. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah untuk
meningkatkan mutu RS (MAKP masuk dalam elemen
penilaian)
8. RS memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan
9. Adanya teguran dan masukan dari atasan bagi karyawan
yang tidak melaksanakan tugas dengan baik.
10. Pasien/ keluarga ikut berpartisipasi terhadap anjuran
perawat
11. Makin tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan

2. Strategi WO Manajemen Keperawatan di Ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang


MATRIKS TOWS Weakness (Kelemahan)
1. Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang belum memiliki visi, misi,
falsafah dan tujuan ruangan.
2. Sifat dan Jenis Pelayanan di ruangan masih sangat komplek (anak,
dewasa, interna, neurologi, bedah,dll)
3. Perawat belum memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga
4. Absensi masih manual belum menggunakan finger print.
5. Masih menggunakan struktur organisasi yang lama.
6. Masih terbatasnya alat medis seperti belum memiliki infuse pump,
syringe pump dalam keadaan rusak.

Opportunity (O) WO Strategies

1. Pengambilan sampah dilakukan rutin oleh petugas 1. Dukungan dari manajemen RS. Bhayangkara Kupang dapat mendorong
kebersihan. perbaikan dan peningkatan kualitas Ruang Cempaka RS Bhayangkara
2. Jarak dan lokasi Ruang Cempakastrategis, mudah
Kupang sehingga memiliki visi,misi, falsafah, dan tujuan ruangan
untuk mobilisasi keluar masuk dan dekat dengan
ruangan instalasilainnya 2. Mengoptimalkan pelayanan dengan meningkatkan komunikasi perawat saat
3. Adanya pengadaan barang secara berkala sesuai di pasien serta adanya dukungan dari manajemen RS. Bhayangkara Kupang
dengan rencana kebutuhan.
untuk pengadaan sarana prasarana untuk mendorong peningkatan kuantitas
4. Dari hasil observasi tanggal 1 September 2020 tingkat
ketergantungan pasien diperoleh pasien minimal care dan kualitas alat-alat kesehatan di ruangan perawatan.prasarana dalam hal ini
89,89%, partial care 11,11 % dan total care 0 %. kelengkapan peralatan medis di Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang
5. Adanya kebijakan pemerintah tentang profesionalisme 3. Mengusulkan adanya pembuatan struktur organisasi yang baru di Ruang
perawat. Cempaka RS Bhayangkara Kupang
6. Adanya pelatihan/ demonstrasi setiap pengoperasian
alat baru
7. Adanya program akreditasi RS dari pemerintah untuk
meningkatkan mutu RS (MAKP masuk dalam elemen
penilaian)
8. RS memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan
9. Adanya teguran dan masukan dari atasan bagi
karyawan yang tidak melaksanakan tugas dengan baik.
10. Pasien/ keluarga ikut berpartisipasi terhadap anjuran
perawat
11. Makin tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan

3. Strategi WT Manajemen Keperawatan di Ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang


MATRIKS TOWS Weakness (Kelemahan)

1. Ruang Cempaka RS Bhayangkara Kupang belum memiliki visi,misi,


falsafah dan tujuan ruangan.
2. Sifat dan Jenis Pelayanan di ruangan masih sangat komplek (anak,
dewasa, interna, neurologi, bedah,dll)
3. Perawat belum memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga
4. Absensi masih manual belum menggunakan finger print.
5. Masih menggunakan struktur organisasiyang lama.
6. Masih terbatasnya alat medis seperti belum memiliki infuse pump,
syringe pump dalam keadaan rusak.
Threats (T) WT Strategies

1. Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan tanggung 1. Meningkatkan profesionalisme tenaga perawat dengan mengadakan program
jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi pengembangan staf melalui pelatihan agar mampu memberikan pelayana
asuhan keperawatan prima sesuai dengan tuntutan masyarakat
2. Persaingan antar RS yang semakin kuat dalam 2. Mengadakan perbaikan sarana prasarana yang rusak dan mengusulkan
pemberian pelayanan pengadaan alat-alat kesehatan yang menunjang pelayanan
3. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat 3. Mengoptimalkan strategi peningkatan kualitas pelayanan melalui pembagian
untuk mendapatkan pelayanan yang memadai jasa sesuai dengan beban kerja
4. Kondisi pandemi COVID menyebabkan menurunnya
jumlah pasien rawat inap

4. Strategi ST Manajemen Keperawatan di Ruangan Cempaka RS. Bhayangkara Kupang


MATRIKS TOWS Strength (S)

1. Kepuasan pasien terhadap kualitas perawatan diperoleh 100% responden


memiliki kepuasan yang tinggi terhadap pelayanan keperawatan di Ruang
Cempaka RS Bhayangkara Kupang.
2. Hasil kuesioner: 100% perawat mengatakan lingkungan kerja bersih, rapi,
pewarnaan cat terang, pencahayaan baik, ventilasi baik, cukup, suhu
ruangan nyaman, dan berkas tersimpan rapi.
3. Hasil kuesioner : 100% perawat mengatakan menyenangi pekerjaannya,
saling mendukung antar teman perawat, menghargai kepercayaan atasan
dan menerima gaji yang sesuai
4. Jumlah perawat 14 orang, tenaga administrasi 1 orang, orang dengan
kualifikasi sbb :
S1 Ners : 2 orang
DIII : 12 orang
SMA : 1 orang
5. Seluruh perawat di Ruang Cempaka berusia produktif (26-45 tahun)
6. Masa kerja perawat > 6 tahun-15 tahun 6 orang (42,8%), 8 perawat masa
kerja 1-5 tahun (57,2%).
7. Hasil wawancara kepala ruangan dan observasi tgl 1 September 2020:
100% perawat telah mengikuti pelatihan dasar seperti PPI, BHD, APAR,
komunikasi efektif dan Patient Safety dan 4 orang yang sudah mengikuti
BTCLS.
8. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat sudah sesuai.
9. Hasil kuesioner : 100% perawat mengatakan 100% perawat mengatakan
puas terhadap kinerja dan tugas yang sudah dilakukan.
10. Tersedia format baku serah terima antar shift, antar ruangan serta
discharge planning
11. Serah terima antar shift dilaksanaan setiap pergantian shift
12. Pendokumentasian serah terima antar ruangan sudah lengkap disertai
dengan tanda tangan antara petugas pemberi dan penerima overan
13. Pendokumentasian discharge planning sudah dilakukan saat pasien masuk
ruang rawat inap.
14. Manajemen risiko di Ruang Cempaka sudah berjalan dengan baik
15. Penyusunan SPO dan kebijakan di Ruang Cempaka sudah sesuai dengan
standar akreditasi SNARS.
Threats (T) ST Strategies

1. Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan tanggung 1. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai mampu menarik minat
jawab dan tanggung gugat perawat sebagai pemberi konsumen dan mampu bersaing dengan rumah sakit lain
asuhan keperawatan 2. Mengoptimalkan MAKP dalam pelayanan keperawatan meningkatkan
2. Persaingan antar RS yang semakin kuat dalam profesionalitas perawat dalam pemberian asuhan keperawatan
pemberian pelayanan 3. Pendokumentasian yang baik dan benar sesuai standar rumah sakit
3. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat memberikan peluang untuk meminimalisir kesalahan dalam pemberian
untuk mendapatkan pelayanan yang memadai asuhan dan dapat dipertanggung jawabkan
Kondisi pandemi COVID menyebabkan menurunnya
jumlah pasien rawat inap

Anda mungkin juga menyukai