Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan pelayana keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu
mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang di ubah oleh suatu
keadaan dan situasi. Perwata harus mempunyai keterampilan dalam proses
perubahan. Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses
keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang
sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua
adalah ilmu teoritis dan pengalaman praktek. Perawat harus di ajar ilmu
teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman praktek untuk bekerja secara
efektif dengan orang lain ( Nursalam, 2016 ).
Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk (1983) mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Profesionalisme merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu
yang di rasakan, di nilai dan di terima secara spontan oleh masyarakat.
Profesi ini baru saja mendapat pengakuan dari profesi lain, sehingga di tuntut
untuk mengembangkan diri agar dapat berpartisipasi aktif dalam sistem
pelayanan kesehatan di Indonesia demi mendapat pengakuan dari masyarakat.
Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, perawat masih harus
memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan
dan lingkungan sosial di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi
perawat Indonesia dan perlu di persiapkan dengan baik, berencana dan
berkelanjutan (Nursalam, 2016).
Sejalan dengan makin meninngkatnya tingkat pendidikan dan keadaan
ekonomi masyarakat.Syarat pelayanan kesehatan yang baik banyak
macamnya, salah satu di antaranya di pandang mempunyai peran yang amat
penting adalah menyangkut mutu pelayanan. Tuntutan kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan ada era global akan terus berubah karena masalah
kesehatan yang di hadapi masyarakat juga terus mengalami perubahan.
Pelayanan keperawatan terorganisir, memerlukan perawat manajer atau
administrator yang mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
pada semua aspek manajemen.Perawat manajer siap terhadap perubahan dan
mampu menghadapi tantangan dari lingkungan yang selalu berubah dan
mengalang sistem pendukung yang lain (Nursalam, 2014).
Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan
keluarganya. Salah satu indicator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah
apakah pelayanan keperawatan yang di berikan itu memuaskan pasien atau
tidak. Kepuasaan merupakan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan
yang di dapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan ( Nursalam, 2014).
Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefienisikan empat
unsur,yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MPKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang di
yakini dan akan menentukan kualitas produksi / jasa layanan keperawatan.
Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan
keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan / keperawatan
dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan terwujud (Nursalam,2016 ).
Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang berkualitas sesuai
dengan visi dan misi Rumah Sakit tidak terlepas dari proses manajemen, yang
merupakan suatu pendekatan dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan organisasi. Dalam organisasi keperawatan, pelakasanaan manajemen
keperawatan (Nursalam,2016 ).
Manajemen dapat didefenisikan sebagai suatu pendekatan yang dinamis
proaktif menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen
mencakupkegiatan planning , organizing, actuanting, controlling, dan
evaluasi (POACE ) terhadap staf, sasaran dan proses dalam menyelesaikan
pekerjaan orang lain. Praktek keperawatan professional yang di terapkan di
Rumah Sakit di harapkan dapat memperbaiki asuhan keperawatan yang di
berikan untuk pasien dimana lebih di utamakan pelayanan yang bersifat
interaksi antara individu.Pernyataan tersebut juga sesuai dengan ciri-ciri dari
pelayanan keperawatan profesiaonal yaitu memiliki otonomi, bertanggung
jawab dan bertanggung gugat (accountability), menggunakan metode ilmiah,
berdasarkan standar praktek dan kode etik profesi, dan mempunyai askpek
legal. Fenomena tersebut memerlukan upaya pembenahan dan inovasi dalam
manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit,sehingga Rumah Sakit
memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat yang membutuhkan
(Nursalam, 2016).
Berdasarkan hal tersebut di atas, kami mahasiswa Program Studi Profesi
Ners STIKPER Gunung Sari Makassar angkatan IX melaksanakan praktek
dengan lingkup manajemen keperawatan di Rumah Sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, mahasiswa
mampu menerapkan konsep-konsep dan prinsip administrasi /
manajemen keperawatan pada Rumah Sakit dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. melanjutkan kegiatan praktek manajemen di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Makassar.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
berdasarkan analisis situasi nyata di Rumah Sakit Umum Daerah
Labuang Baji Makassar
c. Menyusun tujuan dan alternative pemenuhan kebutuhan dan
pemecahan masalah manajemen keperawatan di Rumah Sakit Umum
Daerah Labuang Baji Makassar.
d. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang di capai berupa upaya
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan
unit terkait.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Melalui praktek ini mahasiswa dapat membantu Rumah Sakit
untuk memecahkan masalah yang bersifat teknis operasional dari satu
aspek manajemen pelayanan keperawatan tertentu yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara umum yang akhirnya
akan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Bagi Ruangan
Melalui praktek ini, mahasiswa dapat membantu ruang perawatan
Maminasa Baji untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis
operasional dari suatu askep manajemen layanan keperawatan tertentu
yang dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3. Bagi Program Studi Profesi Ners STIKPER Gunung Sari Makassar
Peningkatan kualitas proses pembelajaran yang melibatkan
mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan manajemen
rumah sakit
4. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman dan pengetahuan nyata dalam
mengintegritasikan ilmu manajemen keperawatan langsung pada tatanan
nyata rumah sakit dan manajemen MPKP pada tatanan nyata di Ruangan
Maminasa Baji sehingga timbul percaya diri
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Manajemen Keperawatan
1. Defenisi manajemen keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Manajemen mencankup
kegiatan POAC (planning, organizing, controlling )terhadap staf, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi ( nursalam, 2013).
Menurut H . Weihrich dan H. Koontz, manajemen adalah suatu
proses merancang dan memelihara suatu lingkungan dimana orang-orang
yang bekerja sama di dalam suatu kelompok dapat mencapai tujuan yang
telah di tetapkan dengan sefisien munkin (Suarli dan Yanyan, 2011).
Menurut Gillies (1994) manajemen keperawatan adalah suatu proses
bekerja melalui upaya anggota staf keperawatan untuk memberikan
pelayanan keperawatan, pengobatan bantuan terhadap para pasien, dan
tugas menejer keperawatan adalah merencanakan, mengorganizir,
mempin, serta mengontrol keuangan, material dan sumber daya manusia
yang ada untuk memberikan pelayanan keperawatan seefektif munkin
bagi setiap kelompok pasien dan keluarga ( kholid, 2013).
Menurut Gillies 2005 manajemen keperawatan di defenisikan
sebagai suatu proses dalam menyelesaikan masalah pekerjaan melalui
orang lain. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan
pro aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam
manajemen tersebut mencakup kegiatan POAC (planning, organizing,
actuating, controlling) terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujan organisasi (akaholid, 2013 ).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui
anggota staf keperwatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional dalam suatu manajemen keperawatan diperlukan adanya
menejer atau kepemipinan yang merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan efisien bagi individu,
keluarga dan masyarakat (Chandra, 2014).
2. Fungsi- Fungsi Manajemen
Berikut ini fungsi-fungsi manajemen menurut Swansburg, 2000,
dalam Candra (2014) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan fungsi dasar dari manajemen.
Perencanaan dalam manajemen keperawatan adalah proses mental
dimana semua menejer perawat menggunakan data yang valid dan
dapat di percaya untuk mengembangkan obyektif dan menentukan
sumber-sumber yang fi butuhkan. Tujuan utama dari perancanaan
adalah membuat kemunkinan paling baik dalam penggunaan
personal, bahan dan alat ( Swansburg, 2000). Huber (2006)
menyatakan bahwa perencanaan merupakan fungsi manajemen yang
di gunakan untuk sebuah sistem dan kemudian membimbing sisten
untuk mengikuti arahan tersebut. Robins dan Coulter (2007)
menyatakan bahwa fungsi perencanaan mencakup : merumuskan
sasaran yang telah di sepakati dan mengembangkan perencanaan
tersebut untuk memahdukan dan mengkoordinasikan sejumlah
kegiatan.
1) Kriteria Struktur
a) Kebijkuakan manajemen pelayanan keperawatan sebagai
pendukung penyusunan perencanaan.
b) Visi misi sarana pelayanan kesehatan
c) Filsafat dan tujuan pelayanan keperawatan yang mengacuh
visi/misi
d) Data dan informasi yang dibutuhkan untuk perencanaan
secara tepat dan memadai
e) Standar ketenagaan, standar fasilitas dan peralatan
pelayanan keperawatan
f) Tersedianya sumber daya yang di butuhkan untuk
pelayanan keperawatan
g) Mekanisme perencanaan pelayanan Keperawatan
2) Kriteria Proses
a) Melaksanakan koordinasidengan unit pelayanan terkait
b) Melibatkan unsur pengelolaan dan staf sesuai tingkat
manajemen
c) Melaksanakan perencanaan secara “ bottom up )
3) Kriteria hasil
a) Dokumentasi yang menunjukan perencanaan keperawatan
meliputi : aspek ketenangan, fasilits, peralatan, dan upaya
pengendalian mutu pelayanan.
b) Perencanaan keperawatan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rencanainduk perencanaan secara
kesehatan.
b. Pengorganisasian (organizing)\
Fungsi manajemen keperawatan dalam organisasi adalah
mengembangkan seseorang dan merancang organisasi yang paling
sederhana untuk menyelesaikan pekerjaan. Pengorganisasian
meliputi proses memutuskan tingkat organisasi yang di perlukan
untuk mencapai objektif divisi keperawatan, departemen atau
pelayanan, dan unit ( Swansburg, 2000). Huber (2006) menyatakan
bahwa pengorganisasian adalah fungsi manajemen yang
berhubungan dengan mengalokasi dan mengatur sumber daya untuk
menyelesaikan tujuan yang di capai. Peran manajemen dalam fungsi
pengorganisasian adalah menentukan, pengelompokan tugas,
struktur pertanggung jawaban, dan proses pengambilan keputusan.
Menejer bertanggung jawab juga dalam merancang pekerjaan
staf yang di gunakan untuk mencapai sasaran organisasi ( Robins&
coulter, 2007).\
1) Kriteria struktur
a) Kebijakan tentang manajemen pelayanan keperawatan
sebagai pendukung pengorganisasian
b) Struktur organisasi dan tata hubungan kerja structural dan
fungsional pelayanan keperawatan di sarankan pelayanan
kesehatan
c) Uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang yang jelas dan
tertulis bagi tiap tenaga Keperawatan
d) Tenaga keperawatan yang di tunjuk untuk menduduki
jabatan tertentu
e) Dokumen kualifikasi/persyaratan jabatan bagi pemimpin
keperawatan.
2) Kriteria proses
a) Memahami uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang
bagi tiap tenaga keperawatan
b) Melaksanakan tugas sesuai dengan uraian tugas,tanggung
jawab dan wewenang
c) Melakukan koordinasi kegiatan pelayanan keperawatan
3) Kriteria hasil
a) Adanya tenaga keperawatan yang menduduki jabatan sesuai
dengan persyaratan
b) Pelayanan keperawatan bagian integral didalam sturuktur
organisasi sasaran kesehatan
c) Adanya dokumen pengaturan pendayagunaan sumber daya
keperawatan fasilitas Keperawatan
d) Adanya dokumen pelaksanaan rapat koordinasi.
c. Pengarahan (actuating / directing )
Proses implementasi program agar dapat di jalankan oleh
seluruh pihak dalam organisasi serta proses memotivasi agar semua
pihak tersebut dapat menjalankan tanggung jawab dengan penuh
kesadaran dan produktivitas yang tinggi.
1) Kegiatan dalam fungsi pengarahan dan implementasi :\
a) Mengimplementasikan proses kepemimpinan pemberian
motivasi kepada tenaga kerja agar dapat kerja secara efektif
dan efisien dalam mencapai tujuan
b) Memberikan tugas dan penjelasan mengenai pekerjaan
c) Menjelaskan kebijakan yang di tetapkan
2) Kriteria Sturuktur
a) Adanya kebijakan tentang manajemen pelayanan
keperawatan yang mendukung fungsi pengarahan
b) Adanya mekanisme pembinaan tenaga keperawatan
c) Adany a fasilitas yang mendukung lingkungan kerja yang
kondusif untuk pembinaan
3) Kriteria proses
a) Melaksanakan pembinaan tenaga keperawatan berdasarkan
hasil evaluasi kinerja
b) Memberikan upan balik
c) Melaksanakan tindak lanjut hasil program pembinaan antara
lain : pemberian penghargaan dan sanksi
4) Kriteria hasil
a) Adanya dokumentasi pelaksanaan program pembinaan
b) Adanya peningkatan kemampuan tenag keperawaatan yang
di bina
c) Adanya dokumen upaya tindak lanjut hasil pelaksanaaan
tindak lanjut antara lain : pemberian penghargaan dan
sanksi
d. Pengendalian atau pengevaluasian ( contoling )
pengendalian atau pengevaluasian adalah suatu fungsi yang
terus menerus dari manajemen keperawatan yang terjadi selama
perencanaan, pengorganisasian dan pengaahan aktivitas. Melalui
proses ini standar dibuat dan kemudian di gunakan, di ikuti umpan
balik yang menimbulkan perbaikan (Swanburg, 2000). Huber (2006)
menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang di
gunakan untuk memantau dan men mangatur perencanaan, dan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan-tujuan yang telah di rencanakan sebelumnya.
Robins &Coulter ( 2007) menyatakan fungsi ini adalah fungsi
yang terakhir di dalam manajaemen dan fungsi memantau dan
mengevaluasi setiap kegiatan yang telah berjalan sesuai dengan
tujuan yang telah di rencanakan dan memantau kinerja stafnya,
kinerja tarsebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah
di tentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka
fungsi manajemen yang lain di periksa kembali. Pengendalian ini
meliputi memantau, memperbandingkan dan mengoreksi.
1) Kriteria stuktural
a) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan
keperawaatan di sarana kesehatan
b) Adanya program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan
c) Adanya standar palayana keperawatan
d) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian
mutu
e) Adanya tim pengendalian mutu dan organisasi pelayan
kesehatan
f) Adannya sumber daya yang memadai dalam jumlah kualitas
2) Kriteria proses
a) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metode
yang di pilih.
b) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit
keperaawatan / supervise keperawatan, gugus kendali mutu,
survey kepuasan pasien, keluarga/ petugas, persentanse
kasus dan ronde keperawatan.
c) Menganalisadan menginterpensi data hasil evaluasi
pengendalian mutu
3) Kriteria hasil
a) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu
b) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut
c) Adanya dokumen hasil survey kepuasaan pasien keluarga
dan petugas
d) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai
dengan sntandar pelayanan keperawatan
e) Minimalnya angka kejadian komplikasi sebagai akibat
pemberian asuhan keperwatan antara lain : decubitus, jatuh,
pneumonia, artostatik, infeksi nosokomia, drop foot.
4) Prinsip-prinsip manajemen keperawatan.
Menurut Suyanto ( 2008) prinsip yang mendasari
manajemen keperawatan yaitu:
a) Manajemen keperawatan seyogyanya berlandsksn
perencanaan karena memulai fungsi pemimpin dapat
menurunkan kesalahan, memeudahkan pemecahan masalah.
b) Manajemena keperawatan dilaksanakan melalui
penggunaan waktu yang efektif. Manajer keperawatan yang
menghargai waktu akan menyusun perencanaan yang
terprogram dengan baik dengan baik dan melaksanakan
kegiatan yang telah di tentukan.
c) Manajememn keperawatan melibatkan para pengambilan
keputusan berbagai situasi maupun kesalahan yang terjadi
saat mengelolah kegiatan keperawatan memerlukan
keterliibatan pengambilan keputusan diberbagai tingkatan
material.
d) Memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan pasien
merupakan focusperhatian menejer keperawatan
denganmempertimbangkan apa yang pasien liat, pikir,
yakini, dan di ingini. Kepuasaan pasien merupakan point
utama dari seluruh tujuan keperawatan.
e) Pengarah merupakan lemen kegiatan manajemen
keperawatan yang meliputi proses pendelegasian, supervise,
koordinasi dan pengendalian pelaksanaan rencana yang
telah di organisasikan
f) Defisi keperawatan yang baik dapat memotifasi perawat
untuk memperlihatkan penamilan kerja yang terbaik
g) Manajemen keperwatan mengunakan komunikasi yang
efektif
h) Pengendalian staf penting untuk dilaksanakan sebagi upaya
persiapan perawat pelaksana menduduki posisi yang lebih
tinggi atau untuk peningkatan pengetahuan dan
keterampilan perawat
i) Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan
yang meliputi : penilaian pelaksanaan rencana yang telah di
buat, pemberian instruksi, menetapkan standard dan
membandingkannya dengan penampilan serta memperbaiki
kekurangan yang terjadi.
5) Lingkup Manajemen keperawatan
Keperawatan merupakan disiplin praktek klinis.Manajer
keperawatan yang efektif seyogyanya memehami dan
memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana menurut Suyanto
(2008). Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan
meliputi :
a) Menetapkan penggunaan proses keperawatan
b) Menggetahui intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnose
c) Menerima akuntabilitas kegiatn keperawaatan yang
dilaksanakan oleh perawat
d) Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan
Meneurut Suyanto, 2008 keperawatan terdiri dari :
1) Manajemen pelayanan keperawatan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit di kelolah oleh
bidang keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan
manajerial yaitu:
(a) Manajemen puncak ( kepala bidang keperawatan )
(b) Manajemen menengah ( kepala unit pelayanan /
supervisor )
(c) Manajemen bawah ( kepala ruang keperawatan )
2) Manajemen asuhan keperawatan
Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefenisikan empat unsur, yakni : standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MPKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
nilai yang di yakinni dan akan menentukan kualitas
produksi/ jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan
yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasaan
pasien tidak akan terwujud.
Unsur-unsur dalam praktek keperawatan dapat di
bedakan menjadi empat, yaitu: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MPKP. Dalam menetapkan suatu model keempat hal
tersebut harus menjadi bahan pertimbangan karena
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat di
pisahkan.
B. Sumber Daya Manusia ( MI/MAN)
1. Umur
Semakin tua umur seseorang karyawan semakin kecil kemunkiinan
keluar dari pekerjaan, karena semakin kecil alternative untuk
memperoleh kesempatan pekerjaan lain. Di samping itu karyawan yang
bertambah tua biasanya telah bekerja lebih lama, memperoleh gaji yang
lebih besar dan berbagai keuntungan lainnya.hubungan usia dengan
kinerja atau produktivitas di percaya menurun dengan bertambahnya
usia. Hal ini disebabkan karena keterampilan-keterampilan fisiknya
sudah mulai menurun.Tetapi produktifitas seseorang tidak hanya
tergantung pada keterampilan fisik serupa itu.Karyawan yang bertambah
tua, bias meningkat produktifitasnya karena pengalaman dan lebih
bijaksana dalam mengambil keputusan ( Mangkunegara, 2006).
2. Jenis kelamin
Beberapa isu yang sering diperdebatkan, kesalahpahaman dan
pendapat-pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kinerja wanita
sama dengan pria ketika bekerja. Misalnya ada tidaknya perbedaan yang
konsisten pria-wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan, analisis, dorongan, motivasi, sosiabilitas atau kemampuan
bekerja ( Robbins, 2001).
Secara umum di ketahui ada perbedaan yang signifikan dalam
produktifitas kerja maupun dalam kepuasan kerja,tap dalam masalah
absen kerja karyawati lebih sering tidak masuk kerja dari pada laki-laki
(anonym,2005).alasan yang paling logis adalah karena secara tradisional
wanita ini memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga.
Bila da anggota kelauarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian
tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering masuk kerja.
3. Masa kerja
Beberapa isu yang sering di perdebatkan, kesalahan pahaman dan
pendapat-pendapat tanpa dukungan mengenai apakah kerja wanita sama
dengan pria ketika bekerja. Misalahnya ada tidaknya perbedaan yang
konsisten pria-wanita dalam kemampuan memecahkan masalah,
keterampilan, analisis, dorongan, motivasi, sosibialitas atau kemampuan
bekerja (robbins, 2001).
Secara umum di ketahui ada perbedaan yang signifikan dalam
produktifitas kerja maupun dalam kepuasan kerja,tap dalam masalah
absen kerja karyawati lebih sering tidak masuk kerja dari pada laki-laki
(anonym,2005). alasan yang paling logis adalah karena secara tradisional
wanita ini memiliki tanggung jawab urusan rumah tangga dan keluarga.
Bila da anggota kelauarga yang sakit atau urusan sosial seperti kematian
tetangga dan sebagainya, biasanya wanita agak sering masuk kerja.
4. Pendidikan
Pendidikan menurut ki hajar dewantara dalam hasbullah (2005) yaitu
tuntunan di dalam tubuhnya anak-anak,adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Salah
satu upaya untuk meningkatkan sumber daya keperawatan adalah melalui
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,mengikuti pelatihan keperawat
keterampilan teknis atau keterampilan dalam hubungan
interpersonal.sebagai besar besar pendidikan perawat adalah voakasional
(D3 Keperawatan).
Untuk menjadi perawat profesional, lulusan SLTA harus menempuh
pendidikan akademik S1 Keperawatan dan profesi ners, tetapi bila ingin
menjadi perawat vaksional,(primary nurse) dapat mengambil D3
Keperawatan/akademik keperawatan. Lulusan SPK yang masih ingin
menjadi perawat harus segera ke D3 keperawatan atau lansung ke S1
keperawatan dan ners. Dari pendidikan S1 Dan Ners,ke M.Kes/spesialis
dan dokter/konsultan (Gartinah et.al, 1999).
5. Pelatihan
Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang
menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi maupun
masyarakat.Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu rangkaian
yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan tenaga manusia.
Dalam proses pengembanganyan diupayakan agar sumber daya manusia
dapat diberdayakan secara maksimal, sehingga apa yang menajadi tujuan
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia tersebut dapat terpenuhi.
Moekijat (1993), juga mengatakan bahwa “pelatihan adalah suatu
bagian pendidikan yang menyangkut proses pembelajaran untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sytem pendidikan
yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praketek dari pada teori.
C. Metode (M2/METHODE)
Metode praktek keperawatan professional (MPKP) merupakan sistem (
struktur, proses dan lain-lain professional ) yang memunkinkan perawat
professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk linngkungan
untuk menompang pemberian asuhan tersebut menurut ( Hoffart & Woods
1996 ).
Berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP di RSCM sejak
1996, dan masukan dari berbagai pihak telah di pikirkan untuk praktek
keperawatan professional pemula (PKPP). Di samping itu sehubungan
dengan adanya pola pengembangan pendidikan tinggi keperawatan antara lain
rencana pembukaan pendidikan spesialis keperawatan,maka perlu di pikirkan
pemanfaatan tenaga ini nantinya d klinik. Oleh karena itu di rencanakan
terdapat beberapa jenis MPKP, yaitu :
1. Model praktek keperawatan professional III
Melalui pengembangan MPKP III dapat di berikan asuhan
keperaawatan professional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga
perawat dengan kemampuan dokter dalam keperawatan klinik yang
beerfungsi untuk melakukan riset dan pembimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil risset dalam memberikan
asuhan keperawatan.
2. Model praktek keperawatan profeesional II
Pada model ini , akan mampu memberikan asuhan keperaawatan
professional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenag perawat dengan
kemampuan spesialis keperawatan yang spesialis untuk cabang ilmu
tertentu.Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang
asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisasinya.Di
samping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhhan keperawatan.Jumlah perawatan spesialis di
rencanakan 1 orang untuk 10 perawat primer.
3. Model praktek keperawatan professional
Model praktek keperawatan professional pemula (MPKP),
merupakan tahap awal untuk menuju MPKP.Pada model ini mampu di
berikan asuhan keperawatan profeional tingkat pemula. Pada model ini
perawat mampu memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk
ini di perlukan penataan 3 komponan utama, yaitu : ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi
keperawatan. Model ini merupakan model yang akan di kembangkan
secara bertahap ( developmental model) dan telah di uji coba RSCM.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan
model praktek keperawatan professional (MPKP), yakni :
a Model asuhan keperawatan professional (MPKP)
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada pasien sangat
ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan
professional.ada 5 metode pemberian asuhan keperawatan
professional yang suda ada dan akan terus dikembangkan dimasa
depan dalam menghadapi tren pelayanan keperawatan. Untuk
memberikan asuhan keperawatan yangb lazim dipakai meliputi
metode fungsional, metode kasus, modifikasi metode tim primer.
1) Metode fungsional (bukan MPKP)
Metode fungsional merupakan manajemen klasik yang
menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik.Metode ini sangat baik untuk rumah sakit
yang kekurangan tenaga.Perawat senior menyibukan diri dengan
tugas manajerial, seangkan perawat pasien diserahkan kepada
perawat junior dan atau belum berpengalaman. Kelemahan dari
metode ini adalah pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak
dapat menerapkan proses keperawatan. Setiap perawat hanya
melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka).Metode
ini tidak memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat
dan persepsi perawat cenderung kepada tindakkan yang
berkaitan dengan ketrampilan saja.

Kepala ruangan

Ketua tim A Ketua tim B

P.Pelaksana P.Pelaksana

Pasien/klien Pasien/klien

Bagan 3.2 sistem pemberian asuhan keperawatan “Team Nurseing”


2) Metode primer
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung
jawab penuh terhadap asuhan keperawatan pasien mulai pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat rencana
asuhan dan pelaksana. Metode primer ini di tandai dengan
adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat yang di tugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien di rawat. Konsep
dasar metode primer adalah ada tanggung jawab dan tanggung
gugat, ada otonomi, dan ketertiban pasien dan keluarga.
Metode primer membutuhkan pengetahuan keperawatan
dan keterampilan manajemen, bersifat kontinyuitas dan
komprehensif, perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang
tinggi terhadap hasil, dan memunkinkan pengembangan diri
sehingga pasien merasa memanusiakan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu. Perawat primer mempunyai tugas
mengkaji dan membuat priorotas setiap kebutuhan klien,
mengidentifikasi diagnosa keperawatan,dan mengevaluasi
keefektifan keperawatan. Sementara perawat yang lain
s=memberikan tindakan keperawatan, perawat primer
mengkoordinasikan keperawatan dan menginformasikan tentang
kesehatan klien kepada perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Selain itu, asuhan yang di berikan bermutu tinggi, dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi,
informasi, adovokasi.

Tim medis Kepala ruangan sarana RS

PP1 PP1

PA1 PA 1

PA2 PA 2

Pasien Pasien

Menurut fungsi-fungsi manajemen tugas dari kepala ruangan,


perawat primer, dan perawat asociate adalah sebagai berikut:
I. Kepala ruangan
a. Perencanaan
 Menuntukkan ketua tim akan bertugas di ruangan
masing-masing
1) Mengikuti serah terima pasien pada shift
sebelumnya.
2) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan pasien:
gawat, transis, dan persiapan pulang, bersama
kepala tim
3) Mengidentifikasi jumlah perawat yang
dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan
pasien bersama ketua tim, mengatur penugasan
penjadwalan.
4) Merencanakan strategi pelaksanaan perawat
5) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui,
patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan,
program pengobatan dan mendiskusikan dengan
dokter tentang tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
6) Mengatur mengendalikan asuhan keperawatan.
7) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan
latihan diri.
8) Membantu membimbing peserta didik
keperawatan.
9) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan
rumah sakit.
b. Pengorganisasian
1) Menurut metode penugasan yang digunakan
2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian ketua TIM dan anggota TIM secara
jelas
4) Membuat rentang kendali kepada kepala ruangan
membawai 3 ketua TIM, dan ketua TIM membawai 2-3
perawat
5) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan,
membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap
hari, dan lainnya.
6) Mengaturkan mengendalikan situasi tempat praktek
7) Mengaturkan mengendalikan logistik ruangan
8) Mendelegasikan tugas, saat kepala ruangan tidak ada di
ruangan kepada ketua TIM
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal post dan pakarnya
11) Identifikasi masalah dan penanganannya
c. Pengarahan
1) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepda
ketuan TIM
2) Memberi pujian kepada anggota tim yang melakukan
tugas dengan baik
3) Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
4) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan ASKEP pasien
5) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akir kegiatan
6) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
d. Pengawasan
1) Melalui Komunikasi
Mengawasi dan berkominikasi langsung dengan ketua
tim maupun pelaksanaan mengenai asuhan keperawatan
yang diberikan kepada pasien
2) Melalui Supervise
Pengawasan langsung di lakukan dengan cara inspeksi,
mengamati sendiri atau melalui laporan langsung secara
lisan memperbaiki atau menawasi kelemahan-kelemahan
yang ada saat itu juga. Pengawasan tidak langsung yaitu
mengecek daftar hadir ketua tim, membaca dan
memeriksa rencana keperawatan serta catatan yang
dibuat selama dan sesudah proses keperawatan
dilaksanakan (didokumentasikan), mendengarkan
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas.
Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim dan audit keperawatan.
II. Ketua Tim
 Bertanggung jawab terhadap pengelolaan asuhan
keperawatan kllien sejak masuk sampai pulang
 Mengoreantasi pasien yang baru dan keluarganya
 Mengkaji kondisi kesehatan pasien dan keluarganya
 Membuat diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan
 Mengkomunikasi rencana keperawatan pada anggota tim.
 Mengarahkan dan membimbing anggota tim dalam
melakukan tindakan keperawatan.
 Mengevaluasi tindakan dan rencana keperawatan
 Mengembangkan perencanaan pulang
 Memonitori pendokumentasian tindakan yang dilakukan
oleh anggota tim
 Melakukan/mengikuti pertemuan dengan anggota tim/tim
kesehatan lainnya untuk membahas perkembangan kondisi
pasien
 Membagikan tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap
anggota kelompok dan memberikan bimbingan melalui
koferensi.
 Mengevaluasi pemberian ASKEP dan hasil yang di capai
serta pendokumentasiannya
III. Anggota TIM
a. Menjalankan asuhan keperawatan sesuai standart
b. Membina hubungan terapeutik dengan pasien/keluarga
c. Mengikuti serah trima dengan group/tim lain (group petugas
ganti) mengenai ko disi pasien/anggota keluarga, logistik
keperawatan, administrasi reka medik, pelayanan
pemeriksaan penunjang dan kolaborasi program pengobatan
d. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan
oleh group sebelumnya
e. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visite
dokter
f. Mendampingi dokter visite, mencatat dan melaksanakan
program pengobatan dokter bila kepala group tidak di
tempat
g. Membantu pelaksanaan rujukan dan menyiapkan pasien
untuk pemeriksaan diagnostik, laboraturium, pengobatan
dan tindakan.
h. Melakukan oreantasi terhadap pasien/anggota
keluarga/keluarga baru mengenai : tata tertib ruangan/RS,
perawat yang bertugas
i. Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di
paraf.
j. Menyiapkan pasien/anggota keluarga pulang dan
memberikan penyuluhan kesehatan
k. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan mengatur tugas
cleaning service dan peserta didik
l. Mengatur tata tertib ruangan yang di tujukan kepada semua
petugas, peserta didik dan pengunjung ruangan
m. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan
asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan
n. Menulis laporan group/TIM mengenai kondisi
klien/anggota keluarga dan lingkungan
o. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/anggota
keluarga
p. Mengkomunikasi kepada kepala ruangan/kepala group jika
ada masalah yang belum diselesaikan
q. Memeriksa kelengkapan status keperawatan
r. Memberikan resep dsn menerima obat dari keluarga pasien
yang menjadi tanggung jawabnya dan berkoodinasi dengan
kepala group.
D. Sarana Dan Prasarana (M3/MATERRIAL)
1. Saran dan prasarana
Tabel 3.3
Standar keperawatan dan kebidanan di ruangan rawat inap menurut
DEPKES (2001)
No Nama Barang Rasio Pasien : Alat
1 Tensi meter 2/ruangan
2 Stetoskop 2/ruangan
3 Timbangan BB/TB 1/ruangan
4 Irrigator set 2/ruangan
5 Sterilisator 1/ruangan
6 Tabung oksigen+flow meter 2/ruangan
7 Slym zuiger 2/ruangan
8 VC set 2/ruangan
9 Gunting verbal 2/ruangan
10 Korentang dan semptung 2/ruangan
11 Bak instrument besar 2/ruangan
12 Bak instrument sedang 2/ruangan
13 Bak instrument kecil 2/ruangan
14 Blas spui 2/ruangan
15 Gliserin spuit 2/ruangan
16 Bengkok 2/ruangan
17 Pispot 1:1/2
18 Urinal 1:1/2
19 Set angka jahitan 1:1/2
20 Set ganti balutan 5/ruangan
21 Thermometer 5/ruangan
22 Standar infuse 1:1
23 Eskap 1:1/4
24 Masker O2 2/ruangan
25 Nasal kateter 2/ruangan
26 Reflek hanner 2/ruangan
Tabel 3.4 Alat Tenun Menurut DEPKES (2001)
No Nama Barang Ratio Pasien : Alat
1 Gurita 1:1 1/2
2 Gordyn 1:2
3 Kimono/baju besar 1:5
4 Sprei besar 1:5
5 Manset dewasa 1:1/4
6 Manset anak 1:1/3
7 Mitela/topi 1:1/3
8 Penutup sprei 1:5
9 Piyama 1:5
10 Selimut wool 1:1
11 Selimut biasa 1:5
12 Selimut anak 1:6-8
13 Sprei kecil 1:6-8
14 Sarung bantal 1:6
15 Sarung guling 1:3
16 Sarung kasur 1:1
17 Sarung buli-buli panas 1:1/4
18 Sarung eskap 1:1/4
19 Sarung windring 1:1/10
20 Sarung O2 1:1/3
21 Taplak meja pasien 1:3
22 Taplak meja teras 1:3
23 Vitrase 1:2
24 Tutup alat 1:2
25 Steek laken 1:6-8
26 Handuk 1:3
27 Waslap 1:5
28 Banak short 1 1/2
29 Gurita dewasa 1 1/2
30 Handuk fontanin 1 1/5
31 Lap piring 1 1/4
32 Lap kerja 1 1/2
33 Masker 1 1/2
34 Popok bayi 1:15
35 Baju bayi 1:8
36 Duk 1:1/3
37 Duk bolong 1:1/3
Tabel 3.5, alat rumah tangga menurut DEPKES ( 2001 )
No Nama Barang Ratio pasien: alat
1 Korsi roda 2 - 3 / Ruangan
2 Komot obat 1 / Ruangan
3 Lemari obat 1 / Ruangan
4 Lingth cest 1 / Ruangan
5 Meja pasien 1:1
6 Over bed table 1:1
7 Standar infuse 2 – 3/ Ruangan
8 Standar Waskom double 4 – 6 / Ruagan
9 Waskm mandi 8- 9 / Ruangan
10 Lampu sorot 1 / ruangan
11 Lampu senter 1- 2 Ruangan
12 Lampu kunci duplikat 1 / Ruangan
13 Nampan 2 / 3 Ruangan
14 Tempat tidur fungsional 1 : 1 / Rauangan
15 Tempat tidur biasa 1 : 1 / 2 / Ruangan
16 Troly obat 1 / Rauangan
17 Troly balut 1 / Rauangan
18 Troly pispot 1 / Ruangan
19 Troly suntik 1 / Ruangan
20 Timbangan BB/TB 1 / Ruangan
21 Timbangan bayi 1 / Ruangan
22 Dorongan 1 / Ruangan
23 Plato/pring makan 1 : 1 / Ruangan
24 Piring snack 1 : 1 / Ruangan
25 Gelas 1 : 2 / Ruangan
26 Tatakan addan tutup gelas 1 : 2 / Ruangan
27 Sendok 1 : 2 / Ruangan
28 Garpu 1 : 2 / Ruagan
29 Kran air 1 : 1 / Ruanagan
30 Baki 5 / Ruanagn
31 Tempat smapah pasien 1 : 1 / Ruanagn
32 Tempat sampah besar tertutup 4 / Ruanagn
33 Senter 2 / Ruanagan
Table 3.6, pencacat pelaporan di ruangan rawat
inap menurut DEPKES ( 2001 )
No Nama Barang Ratio pasien: alat
1 Formulir pengkajiaan awal 1:1
2 Formulir rencana keperawatan 1:5
3 Formulir catatan perkembangan 1 : 10
pasien
4 Formulir observasi 1 : 10
5 Formulir resume keperawatan 1:1
6 Formulir catatan pengobatan 1 : 10
7 Formulir medic lengkap 1:1
8 Formulir laboratorium 1:3
9 Formulir rontgen 1:3
10 Formulir permitaan darah 1:1
11 Formulir keterangan kematiaan 5 Lembar / Bulan
12 Resep 10 Buku / Bulan
13 Formulir konsul 1:5
14 Formulir permintaan makan 1:1
15 Formulir permintaan obat 1:1
16 Buku ekspedisi 10 / Ruangan /
Tahun
17 Buku register pasien 4 / Ruangan / Tahun
18 Buku polio 4 / Ruangan /
Tahuan
19 White bord 1 / Ruangan
20 Perforator 1 / Ruangan
21 Steples 2 / Ruangan
22 Pensil 5 / Ruangan
23 Pensil merah biru 2 / Ruangan
24 Spidol white bord 6 / Ruangan
E. Pembiayaan (M4 / Money)
1. Kompensasi
Kompensasi merupakan terminology luas yang berhubungan dengan
imbalan finansial, terminology dalam kempensasi adalah :
a. Upa dan gaji. Upa (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji
per jam. Gaji (salary) umumnya berlaku untuk tarif bayaran
mingguan, bulanan, atau tahunan.
b. Insentif (incetive) adalah tambahan kompensasi diatas atau diluar
gaji atau upah yang diberikan organisasi.
c. Tunjangan
1) Reward
Hazli (2002) mendefenisikan reward yaitu hadiah atau
hukuman dalam situasi kerja. Hadiah menunjukan adanya
penerimaan terhadap perilaku dan perbuatannya.
Fransisca (2006) memfokuskan defenisi reward sebagai
hadiah atau bonus yang diberikan karena prestasi seseorang.
Reward dapat berwujud banyak rupa. Paling sederhana berupa
kata-kata seperti pujian adalah salah satu bentuknya. Reward
biasanya digunakan untuk mengendalikan jam kerja seseorang
dalam organisasi (Rahardja, 2006).
Artinya, dengan reward seseorang bekerja dapat dilakukan
tanpa ada kendali langsung dari pimpinan, melainkan dapat
berjalan apa adanya sesuai evaluasi kinerja sebelumnya
selebihnya, dengan reward seseorang dapat meningkatkan cara
kerjanya tanpa harus dikendalikan pimpinan. Hal ini juga
ditegaskan Gouillart & Kelly dalam Rahardja (2006). Bahwa
reward yang diperoleh atau diharapkan akan diperoleh sebagai
konsekuensi dari apa yang mereka kerjakan akan merubah
perilaku manusia secara fundamental.
2) Punishment
Punishment adalah hukuman atas suatu hal yang tidak
tercapai atau pelanggaran. Hukuman seperti apa yang harus
diberikan. Setiap orang pasti beda persepsi dan pendapat
(Wahyuningsih, 2009).
Punishment merupakan penguatan yang negatif, tetapi
diperlukan dalam perusahaan.Punishment yang dimaksud disini
adalah tidak seperti hukuman dipenjara atau potong tangan,
tetapi punishment yang bersifat mendidik.Selain itu punishment
juga merupakan alat pendidikan regresif, artinya punishment ini
digunakan sebagai alat untuk menyadarkan karyawan kepada
hal-hal yang benar. Ngalin Purwanto (1988 ; 238) membagi
fundamen menjadi 2 macam yaitu :
a) Hukuman Preventif , yaitu hukuman yang diberikan dengan
maksud atau supaya tidak terjadi pelanggaran. Sehingga hal
ini dilakukannya sebelum terjadi pelanggaran dilakukan,
contoh : perintah, larangan, pengawasan, perjanjian dan
ancaman.
b) Hukuman regresif yaitu hukuman yang dilakukan oleh
kerena adanya pelanggaran, oleh adanya dosa yang telah
diperbuat. Jadi hukuman itu terjadi setelah terjadi
kesalahan.
F. Mutu (M5 / KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN)
Mutu pelayanan keperawatan sebagai kualitas pelayanan kesehatan
menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan dimata
masyarakat. Hal ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi
dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan,
kesakitan dan kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah satu
indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan
keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak.Kepuasan
merukan perbandingan antara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan
keinginan, kebutuhan dan harapan (Tjiptono, 2004). Pasien sebagai pengguna
jasa pelayanan keperawatan menuntut pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan haknya, yakni pelayanankeperawatan yang bermutu dan paripurna.
Pasien akan mengeluh bila prilaku caring yang dirasakaan tidak memberikan
nilai kepuassan bagi dirinya.
Kualitas rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk
teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan
medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepadda pasien.Melihat
fenomena diatas, pelayanan keperawanan yang memiliki kontribusi sangat
besar terhadap citra sebuah rumah sakit dipandang perlu untuk melakukan
evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan. Strategi untuk kegiatan jaminan
mutu antara lain dengan baku mutu (benhmarking) dan menajemen kualitas
total (total quality management) ( Marquais& Huston, 1998). Baku mutu atau
penelitian praktek terbaik (best practice research) adalah kegiatan yang
mengkaji kelemahan tertentu dari suatu institusi dan kemudian
mengidentifikasi institusi lain yang memiliki keunggulan kekeungukan dalam
askep yang sama.kegiatan dilanjutkan dengan komunikasi dalam menetapkan
kesepakan kerja sama untuk mendukung dan meningkatakan kelemahan
tersebut (masquis & huston 1998).
Pelaksanan kegiatan mutu pelayanan keperawatan dirumah sakit dapat
pula dilakuakan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu.kegiatanya dapat
dilaksanakan dalam 2 tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan tingkat ruang
rawat.tingkat rumah sakit dapat di laksanakan dengan cara mengembangkan
tim gugus kendali mutu memiliki program baik jaga pendek mau pun jangka
panjang.kegiatan menilai mutu pada tingkat rumah sakit akan di awali
penetapan kriteria pengendalian,mengidentifikasi informasi yang relefan
dengan kriteria,menetapkan cara mengumpulkan informasi atau data
kemudian melakukan pengupulan dan manganalisis data,membandingkan
informasi dan kriteria yang telah di tetapkan,menetapkan keputusan tentang
kuantitas,serta memperbaiki situasi sesuai hasil yang di peroleh lalu
menetapkan kembali cara mengupulkan informasi, (masquis & huston
2000).ada enam indikator utama kuantitas pelayanan rumah sakit yaitu :
1. Keselamatan pasien (patien saefty), yang meliputi: anagka infeksin
nasocomial angaka kejadian pasien jatuh,kecelakan,dekubetus,kesalahan
dalam pemberian obat,dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan.
2. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
3. Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
4. Perewatan diri
5. Kecemasan pasien
6. Perilaku (pengetahuan,sikap,keterampilan) pasien.
BAB III
ANALISA SITUASI

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari rangkaian proses keperawatan,

pada tahap ini dilakukan pencarian sekaligus identifikasi data yang menunjang

masalah keperawatan. Seluruh informasi mengenai aspek manajemen RSUD

Labuang Baji Makassar perlu dikaji sebagai langkah awal untuk menentukan

masalah manajemen keperawatan rumah sakit.

Data yang diperlukan dapat diperoleh melaluai suatu pendekatan

terhadap aspek manajemen yang terdiri dari perencanaan (Planning),

pengorganisasian (Organizing), koordinasi (Actuating), pengawasan

(Controling) melalui alur proses input dan output. Data awal dari rumah sakit

antara lain dapat diketahui melalui gambaran umum RSUD Labuang Baji

Makassar dan peraturan komponen-komponen. Metode pengkajian yang

dilakukan yaitu: kuesioner,wawancara, observasi sebagai data sekunder yang

ada di rumah sakit, serta pengkajian keperawatan (tehnik Kuesioner,

wawancara dan observasi) sebagai data primer rumah sakit.

Gambaran umum tentang ruangan Maminassa Baji diperoleh dari

profil ruangan maminassa baji dan wawancara langsung dengan kepala

ruangan bahwa jumlah petugas yang ada sebanyak 13 orang yang terdiri dari:

1orang kepala ruangan,2 orang ketua tim,9 perawat pelaksanadan 1 orang

klinik service dan diantara perawat pelaksana yang berprofesi Ners : 8

orang,SI 2 orang dan D3 keperawatan ada 2 orang dan terdiri dari 13 kamar

pasien yang terpakai ada 7 kamar,masing2 kamar tersedia 2 bed dan sisanya
masi dalam tahap renovasi, setelah memperoleh gambaran tentang ruangan

maminassa baji , maka dilakukan pengkajian tgl 25 juni – 27 juni 2019 yang

merupakan tahap pengumpulan data – data yang diperlukan dalam

mengidentifikasi masalah manajemen keperawatan ruangan maminassa baji.

B. Hasil Pengkajian Dan Analisa Data

I. Karu

1) Perencanaan

Dari hasi wawancara dan observasi dengan Karu, yaitu di dapat

bahwa jumlah seluruh petugas yang ada di ruangan maminasa

sebanyak 13 orang terdiri dari 1 kepala rungan, 2 ketua tim , 9 perawat

pelaksana dan 1 cleaning service.

Kuesioner :

Hasil kuesioner dari 11 pertanyaan yang menjawab ya 8 ( 73% ) dan

yang menjawab Tidak 3 ( 27% )

Masalah :

 Karu belum merencanakan jumlah,jenis dan mutu tenaga

perawatan serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang rawat yang

berada di wilayah tanggung jawabnya.

 Karu belum merencanakan pembinaan dan pengembangan karir

ketua tim dan perawat pelaksana melalui pendidikan serta latihan

yang berjenjang.

 Tidak di lakukan supervisi keperawatan kepada ketua tim dan

perawat pelaksana secara terjadwal.


2) Pengorganisasian

Hasil kuesioner dari 10 pertanyaan yang menjawab ya 8 ( 80% ) dan

yang menjawab tidak 2 ( 20% )

Masalah :

 Tidak melakukan perhitungan kebutuhan tenaga perawat di

ruangan yang menjadi tanggung jawabnya.

 Sistem perhitungan tenaga perawat tidak menggunakan standar

Depkes,Gillie,Douglas.

3) Pengarahan dan pengawasan

Hasil kuesioner dari 10 pertanyaan yang jawab ya 9 ( 90% ) dan yang

menjawab tidak 1 ( 10% )

Masalah :

 Tidak memberikan reword secara finansial bagi perawat dengan

kinerja baik atau berprestasi melainkan pujian.

4) Pengendalian

Hasil kuesioner dari 9 pertanyaan yang menjawab ya 9 (100%)

II. Katim

Dari hasil wawancara dengan katim,katim memgatakan bahwa jumlah

perawat yang ada tidak sesuai dengan jumlah pasien yang ada dan juga alat

tetap di kalibrasi tapi dengan rentang waktu 2 bulan sekali.

Observasi : dari hasil observasidi dapatkan jumlah perawat yang ada tidak

seimbang dengan jumlah pasien

Kuesioner :
1) Perencanaan

Hasil kuesioner dari 7 pertanyaan yang menjawab ya 6 ( 86% ) dan

yang menjawab tidak 1 ( 14% )

Masalah :

o Ronde keperawatan

katim tidak melakukan ronde keperawatan bersama kepala

ruangan.

Masalah : tidak di lakukan ronde keperawatan.

2) Pengorganisasian

Hasil kuesioner dari 7 pertanyaan yang menjawab ya 2 ( 28% ) dan

yang menjawab tidak 5 ( 72% )

Masalah :

 Tidak menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan.

 Tidak membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien.

 Tidak membuat rincian tugas anggota tim dalam pemberian

askep.

 Tidak mampu mengkoordinasikan pekerjaan yang harus

dilakukan bersama tim kesehatan lain.

 Tidak mengatur waktu istirahat untuk anggota tim.

3) Pengarahan

Hasil kuesoner dari 7 pertanyaan yang menjawab Ya 5 (72%) dan

menjawab Tidak 2 (28%)

Masalah :
 Tidak mengawasi proses pemberian Askep

 Tidak melibatkan anggota tim dari awal sampai dengan akhir

kegiatan.

4) Pengendalian

Hasil kuesoner dari 4 pertanyaan semua menjawab Ya(100%)

III. Perawat pelaksana

Hasil koesoner dari 19 pertanyaan yang menjawab Ya 17 (90%) dan

yang menjawab Tidak 2 (10%)

Masalah :

 Jarang dilakukan ronde keperawatan bersama katim dan kepala

ruangan.

 Belum pernah di lakukan tindakan rehabilitasi pasien.

IV. Kepuasan pasien.

o Responsiveness
Dari hasil kuesioner dan wawancara terhadap 9 pasien yang
dirawat diruangan perawatan maminasa baji,ada 9(100%) pasien
yang mengatakan respon perawat baik

Sales
Ya Tidak
0%

100%

o Assurance
Dari hasil kuesioner dan wawancara terhadap 9 pasien
yang dirawat diruangan perawatan maminassa baji,ada 9(100%)
orang pasien mengatakan pengamanan perawat baik.

Sales
Ya Tidak
0%

100%

o Tangibles
Dari hasil wawancara terhadap 9 pasien yang dirawat
diruangan perawatan maminasa baji ,didapatkan, 9 (100%) Orang
pasien mengatakan fasilitas ruangan perawatan belum lengkap.
Masalah :fasilitas ruangan belum lengkap.

Sales
Ya Tidak

100%
C. Analisis SWOT

Strenght Weaknes Oppurtunity Threat


1. Memiliki 1. Struktur organisasi 1. Adanya 1. Adanya
tenaga profesi harus di perbaharui. kesempata tuntutan
Ners 8 orang, 2. Jumlah tenaga perawat n bagi tinggi dari
SI 2 orang, tidak sesuai dengan perawat masyaraka
D3 2 orang. jumlah pasien. ruangan t untuk
2. Memiliki 3. Fasilitas di kamar untuk pelayanan
dokter umum pasien belum memadai. melanjutk yang lebih
dan spesialis 4. Belum tercapainya an profesional
3. Memiliki sarana dan prasarana pendidika 2. Adanya
peralatan secara optimal. n ke pertanggun
yang 5. Pembagian pekerjaan jenjang gjawaban
memadai. tidak sesuai dengan yang lebih legalitas
4. Melaksanaka tingkat ketergantungan tinggi bagi pasien
n pelayanan pasien. 2. Adanya 3. Makin
prima sesuai 6. Karu belum kerjasama tingginya
kebutuhan merencanakan jumlah yang baik kesadaran
pasien dan ,jenis dan mutu tenaga antara pasien
standar keperawatan serta institusi akan
pelayanan tenaga lainnya sesuai pendidika pentingnya
kesehatan. kebutuhan ruang rawat n dan kesehatan
5. Lingkungan yang berada di wilayah rumah
yang bersih. tanggung jawabnya. sakit
7. Karu belum dalam
merencaakan kegiatan
pembinaan dan praktek
pengembangan karir klinik
ketua tim dan perawat 3. Adanya
pelaksana melalui peluang
pendidikan serta latihan untuk
yang berjenjang . menerima
8. Tidak di lakukan mahasisw
supervisi keperawatan a praktek
kepada ketua tin dan
perawat pelaksana
secara terjadwal.
9. Tidak melakukan
perhitungan kebutuhan
tenaga perawat di
ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
10. Sistem perhitungan
tenaga perawat tidak
menggunakan standar
depkes,gillies,douglas.
11. Tidak memberikan
reword secara finansial
bagi perawat dengan
kinerja baik atau
berprestasi melainkan
pujian
12. Tidak dilakukan ronde
keperawatan
13. Tidak di jelaskan
tujuan
pengorganisasian tim
keperawatan.
14. Membagi pekerjaan
tidak sesuai dengan
tingkat ketergantungan
pasien
15. Tidak memberikan
rincian tugas kepada
anggota tim dalam
pemberian askep
16. Tidak pernah
mengkoordinasikan
pekerjaan yang harus
dilakukan bersama tim
lain
17. Tidak mengatur waktu
istirahat untuk anggota
tim
18. Tidak di lakukan ronde
keperawatan
19. Tidak pernah
melaksanakan tindakan
rehabilitasi pasien agar
dapat segera mandiri

D. Perumusan masalah

Setelah di lakukan analisis data dara dan hasil observasi yang di lakukan

selama 3 hari selanjutnya di lakukan perumusan masalah untuk memudahkan

dalam melakukan prioritas. Adapun rumusan masalah sebagai berikut :


Perumusan Masalah Ruang Perawatan
Maminassa Baji

a. Jumlah tenaga perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien.


b. Struktur organisasi ruangan harus di perbaharui
c. Belum tercapainya sarana dan prasarana secara optimal
d. Pembagian pekerjaan tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
e. Karu belum merencanakan jumlah,jenis dan mutu tenaga keperawatan
serta tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang rawat yang berada di
wilayah tanggung jawabnya.
f. Karu belum merencanakan pembinaan dan pengembangan karir ketua
tim dan perawat pelaksana melalui pendidikan serta latihan yang
berjenjang.
g. Tidak di lakukan supervisi keperawatan kepada ketua tim dan perawat
pelaksana secara terjadwal.
h. Membagi pekerjaan tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
i. Sistem perhitungan tenaga perawat tidak menggunakan standar
depkes,gillies,douglas.
j. Tidak memberi reword secara financial,bagi perawat dengan kinerja
baik atau berprestasi melainkan pujian.
k. Tidak di lakukan ronde keperawatan.
l. Tidak di jelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
m. Tidak memberikan rincian tugas kepada anggota tim dalam pemberian
askep
n. Tidak pernah mengkoordinasi pekerjaan yang harus di lakukan bersama
tim lain.
o. Tidak pernah melaksanakan tindakan rehabilitasi pasien agar dapat
segera mandiri.
p. Tidak mengatur waktu istirahat untuk anggota tim.
E. Prioritas Masalah.

Setelah ditetapkan sepuluh masalah yang akan di atasi selanjutnya di

lakukan prioritas masalah berdasarkan metode pembobotan dengan

memperhatikan aspek-aspek yang meliputi :

1. Kecenderungan besar dan seringnya terjadi masalah tersebut


(Magnitude)
2. Besarnya kerugian yang ditimbulkannya (Saferity)
3. Dapat atau tidaknya masalah diselesaikan (Manageability)
4. Perhatian bidang perawatan (Nursing Concret nt)
5. Kesediaan sumberdaya yang ada (Afor the bility)
Dari masing-masing nilai aspek tersebut, memiliki bobot tersendiri dengan
rentang 1-5, yaitu :
1. Jika sangat kurang sesuai
2. Jika kurang sesuai
3. Jika cukup sesuai
4. Jika sesuai
5. Jika sangat sesuai
Nilai dari setiap masalah kemudian di jumlahkan dengan masing-masing
nilai setiap masalah, masalah yang memiliki total nilai terlalu besar
merupakan prioritas masalah yang terpilih

No Masalah Mg Sv Mn Nc Af Total
1. Jumlah tenaga perawat tidak sesuai 3 4 4 3 2 16
dengan jumlah pasien.
2. Struktur organisasi ruangan harus di 5 2 5 1 3 16
perbaharui
3. Belum tercapainya sarana dan prasarana 3 4 4 3 3 17
secara optimal.
4. Pembagian pekerjaan tidak sesuai 3 4 3 2 4 16
dengan tingkat ketergantungan pasien.
5. Karu belum merencanakan jumlah ,jenis 2 3 5 2 3 15
dan mutu tenaga keperawatan serta
tenaga lainnya sesuai kebutuhan ruang
rawat yang berada di wilayah tanggung
jawabnya.
6. Karu belum merencanakan pembinaan 5 4 4 3 3 18
dan pengembangan karir ketua tim dan
perawat pelaksana melalui pendidikan
serta latihan yang berjenjang .
7. Tidak di lakukan supervisi keperawatan 2 1 4 3 3 13
kepada ketua tim dan perawat pelaksana
secara terjadwal.
8. Tidak melakukan perhitungan kebutuhan 2 5 4 3 5 19
tenaga perawat di ruangan yang menjadi
tanggung jawabnya.
9. Sistem perhitungan tenaga perawat tidak 1 2 4 4 3 14
menggunakan standar
depkes,gillies,douglas.
10. Tidak memberikan reword secara 3 2 4 4 4 17
finansial bagi perawat dengan kinerja
baik atau berprestasi melainkan pujian
11 Tidak dilakukan ronde keperawatan 1 2 4 5 4 15
12. Tidak di jelaskan tujuan 2 2 5 3 3 15
pengorganisasian tim keperawatan.
13. Tidak memberikan rincian tugas kepada 3 2 3 1 4 12
anggota tim dalam pemberian askep
14. Tidak pernah mengkoordinasikan 3 4 3 1 4 15
pekerjaan yang harus dilakukan bersama
tim lain
15 Tidak pernah melaksanakan tindakan 3 4 4 3 3 17
. rehabilitasi pasien agar dapat segera
mandiri
16. Tidak mengatur waktu istirahat untuk 2 1 3 2 3 11
anggota tim
Berdasarka scoring perioritas masalah,di dapatkan urutan masalah sebagai

berikut :

a. Belum tercapainya sarana dan prasarana secara optimal


b. Sistem perhitungan tenaga perawat tidak menggunakan standar
depkes,gillies,douglas.
c. Membagi pekerjaan tidak sesuai dengan tingkat ketergantungan
pasien.
d. Tidak mengatur waktu kerja dan istirahat untuk anggota tim.
e. Tidak di lakukan ronde keperawatan.
F. Penyelesaian masalah

Adapun pelaksanaan intervensi dalam penyelesaian masalah dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

1. Masalah I

Masalah Sistem perhitungan tenaga perawat tidak


menggunakan standar depkes,gillies,douglas.
Indikator Di terapkan perhitungan tenaga perawat menurut
keberhasilan standar depkes,gilies,douglas.
Implementasi Menglist perhitungan tenaga perawat.
Tempat Perawatan maminassa baji
Waktu 3 juli 2019
Penanggung Jawab Mahasiswa profesi Ners Ang. IX STIKPER
Gunung Sari Makassar (Dep. Manajemen)

2. Masalah II

Masalah Membagi pekerjaan tidak sesuai dengan tingkat

ketergantungan pasien

Indikator keberhasilan Di harapkan agar pembagian tugas sesuai dengan


tingkat ketergantungan pasien.
Implementasi Menglist untuk melakukan pembagian tugas
sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
Tempat Perawatan maminassa baji
Waktu 3 juli 2019
Penanggung Jawab Mahasiswa profesi Ners Ang. IX STIKPER
Gunung Sari Makassar (Dep. Manajemen)

3. Masalah III

Masalah Tidak mengatur waktu kerja dan istirahat untuk


anggota tim.
Indikator Diharapkan agar mengatur waktu kerja dan istrhat
keberhasilan untuk anggota tim.
Implementasi Menglist untuk mengatur waktu kerja dan istrhat
anggota tim.
Tempat Perawatan maminassa baji
Waktu 3 juli 2019
Penanggung Jawab Mahasiswa profesi Ners Ang. IX STIKPER
Gunung Sari Makassar (Dep. Manajemen)

4. Masalah IV

Masalah Tidak di lakukan ronde keperawatan.

Indikator Untuk bisa menyelesaikan atau memecahkan suatu


keberhasilan masalah
Implementasi Menglist untuk dilakukan ronde apabila
ditemukan suatu masalah
Tempat Perawatan maminassa baji
Waktu 3 juli 2019
Penanggung Jawab Mahasiswa profesi Ners Ang. IX STIKPER
Gunung Sari Makassar (Dep. Manajemen)

5. Masalah V

Belum tercapainya sarana dan prasarana


secara optimal
Masalah

Indikator keberhasilan Diharapkan adanya penambahan sarana dan

prasaran yang ada di kamar pasien.

Implementasi Menglist adanya penambahan sarana dan

prasarana.

Tempat Perawatan maminassa baji

Waktu 3 juli 2019

Penanggung Jawab Mahasiswa profesi Ners Ang. IX STIKPER


Gunung Sari Makassar (Dep. Manajemen)
LAPORAN SEMINAR PRAKTEK DEPARTEMEN MANAJEMEN
KEPERAWATAN DI RUANGAN MAMINASSA BAJI
RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

OLEH

KELOMPOK III

CI LAHAN CI INSTITUSI

(……………………..) (……………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN (STIKPER) GUNUNG SARI
MAKASSAR 2019

Anda mungkin juga menyukai