OLEH :
Lita purnama sari
(14420212097)
( ) ( )
D. Patofisiologi
Basil tuberkel menyebar dari orang ke orang hampir secara eksklusif
oleh partikel aerosol. Partikel aerosol Mtb kecil diperkirakan akan melewati
daerah nasofaring atau trakeobronkial untuk disimpan di saluran udara
distal, partikel yang lebih besar dapat terperangkap di saluran napas atas
atau orofaring di mana mereka berpotensi menyebabkan Tuberkulosis (TB)
orofaring atau kelenjar getah bening leher (Bussi & Gutierrez, 2019)
Begitu berada di saluran pernapasan bagian bawah, Mtb terutama
difagositosis oleh makrofag dan sel dendritik. Selain makrofag dan sel
dendritik, penelitian yang menganalisis dahak pasien TB mengidentifikasi
neutrofil sebagai sel fagositik dominan yang terinfeksi Mtb. Basil yang
berhasil melewati saluran udara bagian atas akan dikirim ke alveoli. Alveoli
terdiri dari sel epitel tipe I dan II dengan sejumlah sel imun lain seperti
makrofag alveolar, sel dendritik dan neutrofil. Infeksi sel epitel alveolus
tipe II oleh Mtb telah dipelajari secara ekstensif secara in vitro dan DNA
dari Mtb telah terdeteksi di dalam sel-sel ini dalam studi post-mortem. Di
antara sel-sel epitel khusus saluran napas bagian atas, Mtb menyerang sel-
sel yang dikenal sebagai sel mikrolipat (sel M) di paru-paru tikus untuk
memulai infeksi. Sel yang terinfeksi akan memicu respon inflamasi lokal
yang akan menarik sel imun ke tempat infeksi. Agregat seluler ini, yang
mengandung banyak jenis sel, membentuk granuloma, tanda patologis TB.
Struktur granulomatosa ini mewakili lingkungan yang kompleks untuk
Mtb, sangat berbeda dari yang terkait dengan jaringan sehat. Meskipun
mekanismenya tidak sepenuhnya jelas, lingkungan lesi tunggal ini
kemungkinan sangat permisif untuk pertumbuhan bakteri serta
mengganggu penyebaran.
E. Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lajutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari
obat obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama uang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, isoniazid,
Pirasinamid, Streptomisin dan etambutol (WHO, 2021).
1. Tahap awal (intensif)
Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan pengobatan pada tahap ini
adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari
sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum
pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua
pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya dengan
pengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan
sudah sangat menurun setelah pengobatan selama 2 minggu pertama
(Dinas Kesehatan, 2017) .
a) Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan
perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi
obat.
b) Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu
2 minggu.
c) Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
2. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan membunuh sisa sisa kuman yang
masih ada dalam tubuh, khususnya kuman persister sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan (Dinas
Kesehatan, 2017)
a) Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
b) Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan
Keluar dari
Dibersihkan oleh makrofag Menetap di jaringan paru
tracheobionchial bersama
sekret
Terjadi proses
Sembuh tanpa
pengobatan
Pengeluaran zat pirogen Tumbuh dan berkembang
di sitoplasma makrofag
Mempengaruhi
hipothalamus Sarang primer/ afek primer
(focus ghon)
hipertermia
Menyebar ke organ lain (paru Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas
lain, saluran pencernaan, pengobatan fibrosis
tulang) melalui media
(bronchogen percontinuitum,
hematogen, limfogen)
Radang tahunan di bronkus Pertahanan primer tidak adekuat
Pembentukan
tuberkel
Batuk berat
Batuk produktif (batuk
terus menurs)
Distensi abdomen
Menurunnya
permukaan efek
alveolus
Alveolus mengalami
kons konsolidasi &
eksudasi
Gangguan
pertukaran gas
H. KAJIAN ISLAM
Bacaan Al-Quran mampu menurunkan rasa nyeri, mungkin tak
semua orang tahu. Ketika membaca, menyuarakan dan mendegarkan ayat
al-Qur`an, ada 3 jenis saraf dalam tubuh yang diaktifkan. Dalam QS.
Yunus 57 disebutkan;
A. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway : Periksa airway (look, listen, feel)
2. Breathing : nilai frekuensi pernafasan, kemudian berikan oksigen bila ada
masalah pada pernapasan.
3. Circulation : kontrol perdarahan dan perbaikan
4. Disability : nilai GCS, rekasi pupil, kekuatan otot
5. Exposure : membuka pakaian pasien untuk melihat adanya cedera lain
dan cegah hipotermia dengan memakaikan selimut
B. PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Mengkaji identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikososial dan spiritual
7. Pemeriksaan fisik meliputi : Keadaan umum, ttv, pemeriksaan head to toe,
pola kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan diagnostik
9. Penatalaksanaan medis/terapi (Setiadi, 2018)
B. Intervensi Keperawatan
menurun fowler
Edukasi
batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan
Edukasi