PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda,
kaya dan miskin serta dimana saja. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya .Di Indonesia
khususnya, penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini
mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan
kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam
masalah penyakit TBC ini.
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita
TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah
berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam
paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama
pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula
dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti
otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski
yang paling banyak adalah organ paru.
1.2 Rumusan Masalah :
1)
2)
3)
4)
5)
1.3 Tujuan :
1)
2)
3)
4)
5)
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Makalah Tuberculosis
1.4 Manfaat
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan
dapat membantu pasien yang mengidap penyakit tuberkulosis maupun
keluarga pasien dalam menyikapi atau mengatasi timbulnya tuberkulosis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tuberculosis
Tuberculosis
adalah
penyakit
menular
langsung
yang
disebabkan
oleh
kuman
mycobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosa. Bakteri ini berbentuk basal dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Makalah Tuberculosis
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (Siswanto,
2008).
2.2 Etiologi Tuberculosis
Penyebab terjadinya tuberculosis adalah basil tuberculosis yang termasuk dalam genus
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosa
menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih
terdapat
Mycobacterium
pathogen
lainnya,
misalnya
Mycobacterium
leprae,
akuatik,
air,
binatang
dan
manusia.
Mycobacteruim
sekeluarga
dengan
6) Sesak nafas
7) Nyeri dada
8) Badan lemah
9) Nafsu makan menurun
10) Berat badan menurun
11) Rasa kurang enak badan (malaise)
12) Demam meriang lebih dari 1 bulan
(Melo, 2000)
2.4 Klasifikasi Tuberculosis
Sistem Klasifikasi TB
Kelas
0
Tipe
Tidak ada pajanan TB
Keterangan
Tidak ada riwayat terpajan
Tidak terinfeksi
Terpajan TB
aktif
Biakan M.tuberkulosis (bila dilakukan)
Sekarang terdapat bukti klinis, bakteriologik, atau radiografik
penyakit
TB, Tidak aktif secara Riwayat episode TB
klinis
Atau
Ditemukan radiografi yang abnormal atau tidak berubah,
reaksi tes kulit tuberculin positif
Dan
Tersangka TB
Makalah Tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis
Penjelasan :
1) TB Paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
2) TB Paru BTA (+) :
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif.
3) TB Paru BTA (-) :
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan kelainan
radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M. tuberculosis.
4) TB Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-lain.
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari
tempat lesi.
Untuk
kasus-kasus
yang
tidak
yang
dapat
kuat
dan
dilakukan
konsisten
pengambilan
dengan
TB
ekstraparu aktif.
5) Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan.
6) Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat
Makalah Tuberculosis
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau biakan
negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif / perburukan dan terdapat gejala klinis
maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten menangani kasus
tuberkulosis
7) Kasus Defaulted atau Drop Out
Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.
8) Kasus Gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
9) Kasus Kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang
dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
10) Kasus Bekas TB :
Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru
menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran yang
menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT 2
bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi.
2.5 Terapi Pengobatan Tuberculosis
2.5.1 Terapi Farmakologi
Menurut WHO, obat untuk penderita TB terbagi menjadi 2 line, yaitu :
1). Line 1 :
a. Isoniazid (H)
b. Pyrazinamide (Z)
c. Streptomycin (S)
d. Rifampicin (R)
e. Ethambutol (E)
2). Line 2 :
a. Flurokulnolon
b. Asam paraammosalisilat
c. Sikloserin
d. Kanamisin dan amikasin
e. Rifapentin
f. Rifabutin
g. Etionamid
h. Kapreomisin
Makalah Tuberculosis
Tipe line satu adalah obat-obatan utama yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit
tuberkolosis yang masing masing dari obat tersebut memiliki fungsi untuk menghentikan
atau membunuh bakteri tuberkolosis.
Tetapi jika timbul beberapa alasan tertentu seperti bakteri sudah resistensi atau pasien
mengalami alergi terhadap obat line satu sehingga tidak dapat menggunakan obat line satu,
penggunaan line satu dapat digantikan dengan obat line ke dua yang memiliki fungi yang
sama tetapi dengan takaran yang berbeda.
2.5.1.1 Pengobatan TB Pada Orang Dewasa
a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap hari
(tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).
Diberikan kepada:
- Penderita baru TB paru BTA positif.
- Penderita TB ekstra paru (TB di luar paru-paru) berat.
b. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
- Penderita kambuh.
- Penderita gagal terapi.
- Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
- Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
2.5.1.2 Pengobatan TB pada Anak
Adapun dosis untuk pengobatan TB jangka pendek selama 6 atau 9 bulan, yaitu:
a. 2HR/7H2R2 : INH tambah Rifampisin setiap hari selama 2 bulan pertama, kemudian
INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 7 bulan (ditambahkan
Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
Makalah Tuberculosis
b. 2HRZ/4H2R2 : INH tambah Rifampisin tambah Pirazinamid setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH tambah Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu selama 4
bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi terhadap INH).
2.5.2 Terapi Non Farmakologi :
1) Sering berjemur dibawah sinar matahari pagi (pukul 6-8 pagi).
2) Memperbanyak istirahat (bedrest) / istirahat yang cukup.
3) Diet sehat (pola makan yang benar), dianjurkan mengkonsumsi banyak lemak dan
vitamin A untuk membentuk jaringan lemak baru dan meningkatkan sistem imun.
4) Menjaga sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal.
5) Menjaga sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara yang baru.
6) Berolahraga secara teratur, seperti jalan santai di pagi hari.
7) Minum susu kambing atau susu sapi.
8) Menghindari kontak langsung dengan pasien TB.
9) Rajin mengontrol gula darah.
2.6 Asuhan Keperawatan pada Pasien Tuberculosis
1. Pengkajian
a.
Identitas
Nama
: Zul
Usia
: 40 tahun
TTL
:-
:-
(*penting diketahui agar perawat dapat mengkaji faktor resiko yang berasal dari
tempat kerja, seperti paparan penularan dan kondisi lingkungan kerja).
Alamat
: Zul
b. Keluhan Utama
Makalah Tuberculosis
Batuk berdahak
c.
Makalah Tuberculosis
Analisa Data:
No
Data
Makalah Tuberculosis
Etiologi
Masalah
10
Data Suyektif:
Batuk berdahak,
tidak efektif
sesak
Host yg terinfeksi
Mycobacterium: Bicara, tertawa,
bersin, batuk
Mode of tranmisi:
Droplet (air liur), udara, mak, darah
Masuk melalui sal. Pernafasan, G.I, luka
G.I
Pernafasan
Luka
11
Data Suyektif:
Resiko resistensi
Batuk berdahak
perluasan infeksi
Pnemoni
Basil difagosit
Basil yg telah difagosit (mati/hidup
bersatu)
Resiko resistensi perluasan
Granuloma
infeksi
Data Suyektif:
Batuk berdahak
Inflamasi
Pelebaran kapiler
Batuk yang terlalu keras
Kapiler pecah
Makalah Tuberculosis
Darah bercampur
sputum
12
Data Subyektif:
Berkeringat di
malam hari
Bact. Berkembang
Berkeringat di malam
hari
Nocturnal
Tumbuh
pada suhu 3738 derajat C
Data Subyektif:
- Badan terasa
kebutuhan
lemas
- Meriang terus
menerus
- Nafsu makan
menurun
- Berat badan turun
TNF
Interleukin,
interferon,
limfotoksin
Kaheksin
Peningkatan
set point
BB
cenderung
turun
Nutrisi < dr
kebutuhan
Makalah Tuberculosis
Demam,
merasa
lemah,
berkeringat
13
Data Suyektif:
Intoleransi aktivitas
Granuloma
Jar.fibrosa
Nekrotik
Necrotizing caseosa
Data Subyektif:
Urin kemerahan
Mendapatkan obat
2HRZE
EfekDifusi
samping
rifampizin
Gag.
& ventilasi
Efek samping
rifampizin
Penurunan
pembentukan
energi
Intoleransi Aktivitas
Makalah Tuberculosis
14
2. Diagnosa :
1) Gangguan pola nafas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif.
2) Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.
3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.
4) Keseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan ADL berhubungan dengan perasaan
mual dan tidak nafsu makan.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan difusi dan ventilasi ditandai dengan
penurunan pembentukan energi.
6) Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme pertahanan
dan kurangnya pengetahuan untuk mencegah penyebaran mycobacterium tuberculosis.
7) Gangguan harga diri berhubungan dengan citra diri rendah dan perasaan malu.
3. Intervensi
1) Diagnosis :
Ganggua pola nafas berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan :
Jalan nafas bersih dan efektif
Kriteria hasil :
- Pada pemeriksaan auskultasi, suara napas jernih
- Batuk berkurang/ hilang
- Dypsnea (-)
Intervensi :
No.
1.
2
Intervensi
Mandiri :
Ajarkan batuk efektif
Mandiri :
Makalah Tuberculosis
Rasional
Batuk terkontol dan efektif dapat
memudahkan pengeluaran secret
dan benda asing di jalan napas
Posisi semi fowler memungkinkan
15
Mandiri :
Chest Physiotherapy
Kolaborasi :
Kolaborasi :
5
2) Diagnosis :
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Mencapai fungsi paru yang maksimal
Makalah Tuberculosis
16
Kriteria hasil :
RR normal
Intervensi :
No.
1.
Intervensi
Mandiri :
Pemberian Oksigen
Mandiri :
Rasional
Agar kebutuhan akan oksigen
cukup
Posisi semi fowler memungkinkan
ekspani paru-paru lebih mudah
sehingga memudahkan
pernapasan
Meningkatkan oksigenasi tanpa
mengorbankan banyak energi
Mencegah penggunaan energi
berlebihan
Untuk memperbaiki pertukaran
gas dan mengurangi perkejuan
Kolaborasi :
5
3) Diagnosis :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Tujuan :
Menjaga keseimbangan antara produksi panas, kenaikan panas dan kehilangan panas
(Termoregulasi)
Kriteria hasil :
Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-37,5 oC)
Intervensi :
Makalah Tuberculosis
17
No.
1.
Kolaborasi :
Intervensi
Rasional
Menurunkan panas menggunakan
obat
Kompres air hangat (air biasa)
pembuluh darah
Mandiri :
Pemberian minum
Mandiri :
4
4) Diagnosis :
Keseimbangan nutrisi yang kurang dari kebutuhan ADL berhubungan dengan
perasaan mual dan tidak nafsu makan.
Tujuan :
-
Kriteria hasil :
- Berat badan tidak turun
- Berat badan bertambah
Intervensi :
No.
Intervensi
1.
Kolaborasi :
Rasional
Manfaat vitamin B6:
piridoksin)
Makalah Tuberculosis
18
dikonsumsi
Agar kebutuhan nutrisi pasien
dapat terpenuhi
yang tinggi
4
5
bertambah
Pengetahuan yang adekuat tentang
Makalah Tuberculosis
19
5) Diagnosis :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
Tujuan :
Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
Kriteria hasil :
Intervensi :
No.
1.
Intervensi
1. Catat/dokumentasi frekuensi
Rasional
Menjadi data fokus untuk
20
6) Diagnosis :
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya mekanisme
pertahanan
dan
kurangnya
pengetahuan
untuk
mencegah
penyebaran
mycobacterium tuberculosis
Tujuan :
Memberikan pengetahuan yang adekuat
Pasien mampu menuntaskan pengobatan dengan tepat waktu
Kriteria hasil :
Pasien dapat mengulangi pendidikan kesehatan yang di berikan
Pasien dapat mendemonstasikan bagaimana cara pencegahan penularan infeksi
Pasien dapat mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari
Pengobatan tidak terputus
Intervensi :
No.
Intervensi
1.
Berikan pendidikan kesehatan
Rasional
Pasien beserta keluarga dapat
TBC
Mengenai :
1. Etiologi TB
2. Tanda dan gejala TB
3. Pengobatan TB
4. Penularan TB
5. Komplikasi TB
6. Pencegahan penularan
7. Ajarkan anggota keluarga
sebagai PMO
8. Perawatan pasien TB di
Makalah Tuberculosis
21
rumah dll.
7) Diagnosis :
Gangguan harga diri berhubungan dengan citra diri rendah dan perasaan malu
Tujuan :
Harga diri klien dapat terjaga
Kriteria hasil :
Klien mampu menunjukkan aspek positif dari dirinya
Klien mampu bergaul dengan orang lain tanpa rasa malu
Intervensi :
No.
1.
Intervensi
Rasional
Pengetahuan tentang kondisi diri
BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Kasus
Zul, 40 tahun mengalami batuk-batuk berdahak selama lebih dari 3 minggu, batuk yang
dialami kadang-kadang bercampur darah, gejala ini diikuti dengan sesak nafas, badan terasa
lemas, berkeringat di malam hari, meriang teru-menerus, dan nafsu makan menurun bahkan
dalam 2 minggu terakhir berat badannya turun sebanyak 2 kg. Zul memeriksakan kesehatannya
dan harus menjalani pemeriksaan dahak, rontgen dada, dan mantoux test. Kemudian
mendapatkan obat dengan kombinasi obat yang tidak dimengerti yaitu 2HRZE dari dokter.
Dokter mengatakan bahwa penyakitnya menular dan membutuhkan pengobatan yang lama dan
Makalah Tuberculosis
22
tidak boleh terlewat. Zul khawatir penyakitnya akan menular kepada keluarganya dan terlebih
lagi pada keponakannya yang berusia 2 tahun. Setiap kali minum obat perutnya mual dan tidak
nafsu makan, dan urin berwarna kemerahan.
Berdasarkan kasus tersebut dan melihat gejalanya, Zul didiagnosis menderita penyakit
Tuberculosis.
Alasan pengobatan TBC memerlukan kombinasi obat :
Karena kuman TBC itu terdapat dalam berbagai stadium dan fase pertumbuhan yang
cepat. Sehingga, tidak cukup satu obat saja untuk mengobatinya.Tujuan lainnya ialah agar
kuman TBC tersebut tidak cepat menjadi resisten. Biasanya dokter memberikan pasien TBC
obat dalam 4 kombinasi seperti rifampisin, etambutol, isoniazid dan pirazinamid. Apabila
dalam waktu 2 bulan pengobatan, namun pasien tidak menunjukkan adanya respon terhadap
obat yang diberikan, maka nantinya kombinasi obat akan ditambah jumlahnya atau diganti
jenisnya.
Selain itu, empat kombinasi obat tersebut memiliki efek yang berbeda-beda terhadap
antimicroba TB, yakni :
1. Isoniazid sebagai inhibitor sensitif dinding sel bakteri
2. Rifampisin sebagai inhibitor transkripsi dan replikasi
3. Pirazinamid sebagai inhibitor sintesis protein
4. Etambutol sebagai inhibitor fungsi membran sel dan antimetabolit
Sehingga dalam membunuh bakteri tuberculosis akan efektif jika terapi pengobatannya
dilakukan secara benar, teratur dan tepat waktu. Jika pasien teratur minum obat selama 3
minggu maka TBC tidak menular, tetapi jika dalam waktu 2 minggu pasien tidak teratur
minum obat maka TBC dapat menular. Apabila setelah 2 bulan tidak ada perbaikan maka akan
dilakukan modifikasi obat.
Cara mengatasi mual dan tidak nafsu makan akibat efek samping dari mengonsumsi OAT
yakni dengan memberikan vitamin B6 agar dapat mengurangi rasa mual, meminum obat 2 jam
sebelum makan atau 3 jam setelah makan, dan terapi akupuntur.
3.2 Patofisiologi
Makalah Tuberculosis
23
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan terinfeksi. Bakteri dipindahkan
melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak diri, basil juga dipindahkan melalui
sistem limfe dan pembuluh darah ke area paru lain dan bagian tubuh lainnya.
Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit menelan
banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis basil dan jaringan normal, sehingga
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli dan menyebabkan bronkopneumonia.
Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati)
dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif. Granuloma diubah menjadi massa
jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan
makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami
klasifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan
penyait aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon
inadekuat sistem imun, maupun karena infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam
kasus ini tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Kemudian
bakteri menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang terinfeksi
menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopneumonia lebih lanjut (Smeltzer & Bare,
2001).
Makalah Tuberculosis
24
Neutrofit + makrofag
fagositosit
limfosit spesifik tuberkulosis
melisis basil dan jaringan normal
reaksi jarinagn normal
terakumulasinya eksudat
bronkopnemonia
imunitas buruk
progen & endogen
TNF
interleukin
kahektin
interferon
BB turun
limfotoksin
Set point
jaringan fibrosa
Demam
ghon tuberkel
Nekrosis caseosa
Nekrosis paru
Chest X ray
gagal nafas
Intoleransi
aktivitas
Makalah Tuberculosis
25
- FVC : Jumlah udara yg dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara
maksimal diukur dalam liter.
- FEV1: Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik. Diukur dalam liter.
- FEV1/FVC : Rasio FEV1/FVC pada orang dewasa sehat nilainya kira-kira 75%-80%.
Bentuk spirogram: Hasil dari spirometri
Yang menyebabkan spirogram tidak memenuhi syarat yaitu terburu-buru saat penarikan
nafas, batuk, terminasi lebih awal, tertutupnya epiglotis, dan adanya kebocoran.
2)Foto thorax: Suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi
yang mempengaruhi thorax dan struktur-struktur yang ada didekatnya.
Kegunaan foto thorax :
- untuk melihat abnormalitas congential (jantung dan vasikuler)
- untuk melihat adanya trauma(pneumothorax dan haemothorax)
- untuk melihat adanya infeksi
- untik memeriksa keadaan jantung
- untuk keadaan paru-paru
Tes kulit positive mantoux (PPD) : Menunjukkan eksposur pada tuberkulosis karena
berkembangnya imunitas cell-mediate, umumnya antara 2 sampai 10 minggu sejak
terpapar.
3)Mantoux test : Suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes ini dilakukan
dengan cara menyuntikan suatu protein yang berasar dari kuman TBC sebanyak 0,1 ml
dengan jarum kecil dibawag lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
4)Sinar x dada : Menunjukkan area granuloma atau berongga.
5)Sputum test : Mengidentifikasi bakteri mikobakterium tuberkulosis :
- asam pewarna diberikan untuk screening awal TB-bacilus akan menahan nodanya.
- kultur sesuai dengan diagnosis namun pertumbuhannya lambat
6)Pemeriksaan darah : untuk mengetahui apakah terjadi hepatotoksisitas akibat dari
mengkonsumsi OAT (Obat Anti TB).
a. Pemeriksaan SGOT
SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau sering disebut juga AST
(Aspartate Aminotransferase). SGOT merupakan enzim yang terdapat di jantung, hati,
otot rangka, otak, ginjal, dan sel darah merah.
Makalah Tuberculosis
26
Adanya kerusakan pada hati, otot jantung, otak, ginjal, dan rangka bisa dideteksi dengan
mengukur kadar SGOT. Pada kasus seperti alkoholik, radang pankreas, malaria, infeksi
lever stadium akhir, adanya penyumbatan pada saluran empedu, kerusakan otot jantung,
orang-orang yang selalu mengonsumsi obat-obatan seperti antibiotik dan obat TBC.
Kadar SGOT bisa meninggi, bahkan bisa menyamai kadar SGOT pada penderita
hepatitis. Kadar normal SGOT Kadar normal SGOT adalah 4-35 unit/L.
b. Pemeriksaan SGPT
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase), sering disebut juga ALT (Alanin
Aminotransferase). SGPT dianggap jauh lebih spesifik untuk menilai kerusakan hati
dibandingkan SGOT. SGPT meninggi pada kerusakan lever kronis dan hepatitis.
SGPT ditemukan di hati, sedikit di ginjal, jantung dan otot rangka. Secara umum
disebabkan oleh penyakit hati. Kadar normal SGPT adalah 4-36 unit/L.
Pemeriksaan SGOT/SGPT diperiksa 2 kali seminggu tiap minggu sampai tahapnya
meningkat kemudian periksa tiap minggu sehingga tahapnya kembali normal.
Pemberian OAT dihentikan jika tahap SGOT/SGPT meningkat > 10 kali di atas normal
(Leung,2008).
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang menyebabkan hepatotoksik adalah Isoniazid
dan rifampisin. Penanda dini dari hepatotoksik adalah peningkatan kadar enzim pada
hati. Kerusakan hati dapat diakibatkan toksisitas langsung oleh obat atau metabolitnya.
Reaksi hepatotoksik yang meningkat dapat ditandai dengan pemeriksaan fungsi hati
seperti bilirubin, SGPT, GGT atau pemeriksaan yang lain (Kaplowitz N, 2001).
3.4 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita TB paru adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
penyakit tuberkulosis).
Brochiestasis, fibrosis pada paru, ini merupakan akibat penyakit TB paru yang luas.
Insufisiensi kardio pulmoner (GR. Pulmonale chronicum).
Kanker paru
Komplikasi lain yang dapat terjadi akibat penyebaran TB di luar paru yaitu :
1) Menurunnya fungsi ginjal
2) Pembesaran organ kelenjar getah bening
Makalah Tuberculosis
27
3) Memengaruhi otak, tulang, rongga perut, perikardium, sendi (pinggul dan lutut), dan
organ reproduksi. (Rasjid, 2000)
4) TB meningitis
5) TB pericarditis
6) Hepatotoksisitas
3.5 Fisiologis Keluarga
1) Keluarga merasa cemas dan khawatir
2) Membutuhkan dukungan secara moril dan materi
3) Membutuhkan pengetahuan tentang TB
4) Merasa malu kepada tetangga dan lingkungan sekitar
5) Merasa takut tertular
3.6 Penkes pada Keluarga
Pendidikan Kesehatan untuk pasien dan keluarga penyakit tuberculosis
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
bulan pengobatan .
Memberitahukan kepada keluarga dan pasien untuk tidak menggunakan alat makan
9)
secara bersama-sama.
Menunjuk anggota keluarga atau tetangga terdekat (jika tinggal sendiri) untuk menjadi
Makalah Tuberculosis
28
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab tuberculosis, yaitu sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0.3-0.6/ m. Tuberkulosis
menyebar melalui udara ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau
menyebarkan butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik
dan laten. Ketika daya tahan tubuh baik basil mycobacterium tuberculosis akan dormant
sedangkan ketika daya tahan tubuh jelek basil mycobacterium tuberculosis akan terus
berkembang dan terjadi reaksi antigen dan antibodi.
Gejala
infeksi TB
aktif
yaitu batuk
dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan turun. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta pemeriksaan
Makalah Tuberculosis
29
mikroskopis dan pemeriksaan cairan tubuh. Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung
pada tes tuberkulin kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah.
Klasifikasi tuberculosis dibagi menjadi tiga kategori yaitu, kategori I (kasus baru dengan
sputum positif dan kasus baru dengan TB berat), II (kasus kambuh, kasus dengan sputum
BTA positif), dan III (kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas). Pasien pada
kasus termasuk ke dalam penderita TB baru.
Obat yang dapat diberikan, yaitu etambutol, isoniazida, pirazinamida, rifampisin, dan
streptomisin.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Wilson. 2003. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama. Jogjakarta : Graha
Ilmu.
Smeltzer, Suzanne C., & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univ. Indonesia.
Sumber Online :
2009. Diagnostic and Laboratory Test Reference. (Diakses pada 4 September 2014)
Govindan.2012.Respiratory. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32587/5/Chapter
%20I.pdf
(diakses pada 4 September 2014)
Sherlock, S. Dooley, J., 2002
Makalah Tuberculosis
30
LAMPIRAN
Makalah Tuberculosis
31