Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH EPIDEMIOLOGI PENYKIT TIDAK MENULAR

ASMA DAN PPOM


Dosen Pembimbing : dr. Fauziah Elytha, MSc

OLEH:
Kelompok 12
Roma Yuliana

1311211109

Lasmita Amelia

1311212012

Dion Andhika Dwi Putra

1311211034

Aziza

1311211029

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas
Tahun 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan ridha-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Epidemiologi Penyakit Asma dan
PPOM dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Program Penanggulangan Penyakit Menular.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Program
Penanggulangan Penyakit Menular, ibu dr. Fauziah Elytha, MSc serta semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan yang
disebabkan oleh kemampuan penulis, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif sehingga dapat menyempurnakan makalah ini.
Padang,

Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2
BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1 Asma...................................................................................................................3
2.1.1 Definisi........................................................................................................ 3
2.1.3 Faktor Risiko................................................................................................3
2.1.4 Epidemiologi................................................................................................6
2.1.5 Gejala........................................................................................................... 6
2.1.6 Klasifikasi Penyakit..................................................................................... 7
2.1.7 Pengobatan Dan Pencegahan....................................................................... 9
2.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).....................................................11
2.2.1 Definisi...................................................................................................... 11
2.2.2Faktor Resiko............................................................................................. 11
2.2.3 Epidemiologi..............................................................................................13
2.2.4 Gejala......................................................................................................... 13
2.2.5 Klasifikasi PPOM...................................................................................... 14
2.2.6 Pengobatan dan Pencegahan......................................................................15
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

ii

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit asma yang sering di sebut dengan penyerang di tengah malam ,
dan biasanya terjadi menjelang subuh. Asma adalah penyakit keturunan yang tidak
menular. Sekitar 55-60% penyakit alergi yang mengakibatkan asma diturunkan pada
anak-anak dan cucu.
Prevalensi asma pada anak di Indonesia cukup tinggi,terutama di kota-kota
besar, hingga mencapai hampir 17%. Menurut laporan ahli internasional pada
peringatan Hari asma Sedunia 04 Mei 2004 yang lalu,yang bertema Burden of
Asthma, prevalensi asma di dunia akan meningkat dalam beberapa tahun mendatang.
Di tahun 2005 di perkirakan penderita asma di seluruh dunia akan mencapai 400 juta
orang,dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya,asma adalah salah satu penyakit
kronis dengan jumlah penderita terbanyak pada saat ini.
Pada usia anak-anak,asma menimpa anak laki-laki dalam jumlah dua kali
lebih banyak dibanding anak perempuan. Sekitar satu dari empat anak akan
mengidap asma pada tahap tertentu pada tahap pertumbuhannya. Sekitar 50% anakanak penderita asma yang ringan akan membaik kondisinya, dan sembuh dalam
pertumbuhan mereka menjadi dewasa. Sisanya harus hidup bersama penyakit ini
yang akan banyak mempengaruhi dan mengganggu pendidikan mereka, asma
menyebabkan hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia,34% anak-anak di
Eropa,dan 40% anak-anak di Amerika Serikat. Dengan kata lain, segala sesuatu yang
berkaitan dengan kualitas hidup mereka.
Selain itu asma juga menyerang pada usia dewasa, dengan perbandingan
pasien asma perempuan lebih sedikit lebih banyak dibandig penderita asma pria.
Kabar buruk selanjutnya adalah adanya kecendrungan peningkatan angka kematian
dan keseharusan di rawat di rumah sakit karena asma di Negara-negara industri di
seluruh dunia.
Sedangkan PPOM adalah Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM) adalah
kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk bronkitis kronis, bronkiektasis,
emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang terdapat pulih yang berkaitan
dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara.
1

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun beberapa rumusan masalah, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apakah definisi asma?


Apakah faktor resiko, epidemilogi, gejala, dan klasifikasi penyakit asma?
Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit asma?
Apakah definisi PPOM?
Apakah faktor resiko epidemilogi, gejala, dan klasifikasi penyakit PPOM?
Bagaimana pengobatan dan pencegahan penyakit PPOM?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui teori tentang pengertian penyakit asma dan PPOM
2. Mengetahui faktor resiko, epidemiologi, perjalanan penyakit, klasifikasi
penyakit, serta pengobatan dan pencegahan penyakit asma dan PPOM.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar khususnya mahasiswa di
bidang ilmu kesehatan masyarakat dapat memahami epidemiologi penyakit asma dan
PPOM.

BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Asma
2.1.1 Definisi
Penyakit asma berasal dari kata Asthma yang diambil dari bahasa yunani
yang berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak

napas, batuk yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut
penyakit paru-paru kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini
disebabkan karena pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa
nyeri, pembengkakan dan iritasi pada saluran napas di paru-paru.
Selain itu asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronis saluran nafas
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala
episodic berulang berupa mengi (nafas bebrbunyi ngik-ngik),sesak nafas,dada terasa
berat dan batuk-batuk terutama menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan
peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan sering kali
bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
2.1.2 Faktor Resiko
Ada 2 faktor yang menyebabkan penyakit asma yaitu:
1. Faktor Ekstrinsik
Asma yang timbul karena reaksi hipersensitivitas yang disebabkan oleh adanya
IgE yang bereaksi terhadap antigen yang terdapat di udara (antigen inhalasi ),
seperti debu rumah, serbuk serbuk dan bulu binatang.
2. Faktor Intrinsik
a. Infeksi
Virus yang menyebabkan ialah para influenza virus, respiratory syncytial
virus (RSV).
b. Bakteri, misalnya pertusis dan streptokokkus
c. Jamur, misalnya aspergillus

Adapun penyebab asma adalah :


1. Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan jalan
nafas.
2. Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3. Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi
pencetus asma, yaitu:
3

a) Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya


saluran

pernafasan

(bronkokonstriksi).

Pemicu

tidak

menyebabkan

peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan


bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma,
tapi

bisa

menjurus

menjadi

asma

jenis

intrinsik.

Gejala-gejala

bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika,


berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu
singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap
pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu
yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti:
perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b) Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada
saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan
(inflammation) dan sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap
sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab
asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding
gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya
penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk:
ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah
makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah
tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma


Bronkhial.
Faktor Predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma

bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas


saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
Faktor Presipitasi
a. Alergen
Dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Inhalan: masuk saluran pernafasan. Seperti : debbu,bulu binatang, bakteri
dan polusi.
2. Ingestan, masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan.
3. Kontaktan. Yang masuk melalui kontak dengan kulit. Seperti : perhiasan,
logam,dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab atau dingin juga menpengaruhi asma. Atmosfir yang
mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

pribadinya. Karena jika

stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.


d. Lingkungan Kerja
Lingkungan Kerja juag menjadi penyebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olahraga atau aktivitas yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut

2.1.3 Epidemiologi
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal itu tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di
berbagai propinsi di Indonesia. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditi)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma,
bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortaliti) ke-4 di
Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia
sebesar 13/ 1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/ 1000 dan obstruksi paru 2/ 1000.
Menurut data WHO pada tahun 2011, kematian akibat asma di Indonesia
mencapai 14.624 jiwa. Angka ini berarti asma menyebabkan sekitar 1% total
kematian di Indonesia. Diperkirakan 1.1% populasi Indonesia menderita asma.
Meskipun tergolong penyakit yang jarang, asma tetap perlu diwaspadai agar
serangannya terkontrol dan tidak dibiarkan mencapai tahap yang membahayakan
nyawa.Berbagai penelitian menunjukkan bervariasinya prevalensi asma , bergantung
kepada populasi target studi, kondisi wilayah, metodologi yang digunakan dan
sebagainya.
2.1.4 Gejala
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih
sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu
mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah
menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun
iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala dan
juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas
yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama
terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan
asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk.
Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita
asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung
dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama
beberapa hari.

Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan
satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat,
sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan
mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara
karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang
menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera
dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna.
2.1.5 Klasifikasi Penyakit
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3
tipe, yaitu:
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan
(antibiotik dan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap penctus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma
ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma)
yaitu:
1. Intermiten
7

Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat
asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini
juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x
sebulan.
2. Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada
tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1
kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan
serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
3. Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat.
Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x
seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu
aktifitas tidur di malam hari.
4. Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat
keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya
hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan
bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu
aktifitas tidur di malam hari.

2.1.6 Pengobatan Dan Pencegahan


a) Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari
pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja
mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan
penyakit asma beserta komplikasinya.Usaha menjaga kesehatan ini antara
lain berupa makan makanan yang bernilai gizi baik, minum banyak, istirahat
yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak
minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti
8

penyakit

jantung

atau

ginjal

yang

berat.

Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan,


sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang
minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.
Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan.
Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum
dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas
cepat dan dalam.
b) Menjaga Kebersihan Lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi
timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting
diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya
matahari. Saluran pembuangan air harus lancar. Kamar tidur merupakan
tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur
sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah.
Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut
dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu
mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan
kerja dengan serangan penyakit asmanya.
c) Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau
debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen
lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu
diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat
menimbulkan penyakit asma. Infeksi virus saluran pernapasan sering
mencetuskan penyakit asma.
Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang
sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat
ramai atau penuh sesak.Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan,
penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum
atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan
pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan
penyakit asma. Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok,
asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor
9

lainnya harus dihindari.Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya


obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat
antirematik (aspirin, dan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat
pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
d) Menggunakan Obat-Obat Anti Penyakit Asma
Pada serangan penyakit asma yang ringan apalagi frekuensinya
jarang, penderita boleh memakai obat bronkodilator, baik bentuk tablet,
kapsul maupun sirup. Tetapi bila ingin agar gejala penyakit asmanya cepat
hilang, jelas aerosol lebih baik. Pada serangan yang lebih berat, bila masih
mungkin dapat menambah dosis obat, sering lebih baik mengkombinasikan
dua atau tiga macam obat. Misalnya mula-mula dengan aerosol atau
tablet/sirup simpatomimetik (menghilangkan gejala) kemudian dikombinasi
dengan teofilin dan kalau tidak juga menghilang baru ditambahkan
kortikosteroid. Pada penyakit asma kronis bila keadaannya sudah terkendali
dapat dicoba obat-obat pencegah penyakit asma. Tujuan obat-obat pencegah
serangan penyakit asma ialah selain untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit asma juga diharapkan agar penggunaan obat-obat bronkodilator dan
steroid sistemik dapat dikurangi dan bahkan kalau mungkin dihentikan.

2.2 Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)


2.2.1 Definisi
PPOM adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis,
bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).
Penyakit Paru Obstuktif atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease
(COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit
paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah bronchitis kronis,
emfisema paru-paru dan asthma bronchiale.
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) merupakan sekelompok penyakit
paru dengan etiologi tak jelas, yang ditandai oleh perlambatan aliran udara yang
bersifat menetap pada waktu ekspirasi paksa. PPOM yang terdiri dari bronkitis
10

kronis, emfisema paru/bentukan campuran merupakan penyakit kronik saluran nafas


yang ireversibel, berlangsung secara lambat dan progresif .
Jadi, PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) adalah suatu penyumbatan
menetap pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis
kronis dan asma yang mengakibatkan obstruksi jalan napas yang bersifat ireversibel
dengan penyebab yang tidak diketahui dengan pasti.
2.2.2 Faktor Resiko
Timbulnya penyakit ini di kaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat
pada penderita antara lain:
a. Merokok sigaret yang berlangsung lama
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting
dari faktor penyebab lainnya. Menurut buku Report of The WHO Expert
Comitte on Smoking Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya
COPD. Secara fisiologis rokok berhubungan langsung dengan hiperflasia
kelenjar mukusa bronkus dan metaplasia skuamosa epitel saluran pernapasan.
Asap rokok juga dapat menyebabkan bronkokonstriksi akut. Perokok aktif
memiliki prevalensi lebih tinggi untuk mengalami gejala respiratorik,
abnormalitas fungsi paru, dan mortalitas yang lebih tinggi dari pada orang
yang tidak merokok. Resiko untuk menderita COPD bergantung pada dosis
merokok nya, seperti umur orang tersebut mulai merokok, jumlah rokok yang
dihisap per hari dan berapa lama orang tersebut merokok
b. Polusi udara
Polusi di ruangan (asap rokok dan asap kompor) dan polusi di luar ruangan
(gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan).
c. Pemajanan di tempat kerja (bahan kimia, zat iritan dan gas beracun)
d. Jenis kelamin
PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.
e.

Umur
Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOM

f. Keturunan
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita dengan defisiensi a-1-antitripsin yang merupakan suatu
protein. Kerja enzim ini menetalkan enzim proteolitik yanga sering
dikeluarkan pada peradanagan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru,
11

karena itu kerusakan jaringan lebih jauh dapat dicegah. Defisiensi a-1antitripsin adalah suatu kelainan yang diturunkan secara autosom resesif,
yang sering menderita emfisema paru adalah penderita dengan gen S/Z.
Emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut merokok.
g. Faktor Sosial Ekonomi
Kematian pada penderita bronchitis kronik ternyata lebih banyak pada gol.
sosial ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.
Pengaruh dari masing masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling
memperkuat dan faktor merokok di anggap yang paling dominan dalam
menimbulkan penyakit ini.
PPOM disebabkan oleh factor lingkungan dan gaya hidup, yang sebagian besar
bias dicegah. Merokok diperkirakan menjadi penyebab timbulnya 80-90% kasus
PPOM. Faktor resiko lainnya termasuk keadaan social-ekonomi dan status
pekerjaaan yang rendah, kondisi lingkungan yang buruk karena dekat lokasi
pertambangan, perokok pasif, atau terkena polusi udara dan konsumsi alcohol yang
berlebihan. Laki-laki dengan usia antara 30 hingga 40 tahun paling banyak menderita PPOM

2.2.3 Epidemiologi
PPOM lebih sering menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal.PPOM
juga lebih sering terjadi pada suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor
yangditurunkan.Bekerja di lingkungan yang tercemar oleh asap kimia atau debu yang
tidak

berbahaya, bisa meningkatkan resiko terjadinya PPOM. Tetapi kebiasaan

merokok pengaruhnya lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan seseorang, dimana


sekitar 10-15% perokok menderita PPOM. Penyakit PPOM merupakan penyebab
kematian kelima terbesar di Amerika Serikat.Penyakit ini menyerang lebih dari 25%
populasi dewasa.
2.2.4 Gejala
Menurut (brunner dan suddarth,2002 : 595) tanda dan gejala dari penyakit
paru obstruksi kronik yaitu :
1. Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritaniritan inhalan, udara dingin atau infeksi.
2. Sesak nafas dan dispnea
12

Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan


dada mengembang.
3. Hipoksia dan hiperkapnea
4. Takipnea
5. Dispnea yang menetap.
Gejala-gejala awal dari PPOM, yang bisa muncul setelah 5-10 tahun
merokok, adalah batuk dan adanya lendir. Batuk biasanya ringan dan sering disalahartikan sebagai batuk normal perokok, walaupun sebetulnya tidak normal. Sering
terjadi nyeri kepala dan pilek. Selama pilek, dahak menjadi kuning atau hijau karena
adanya nanah. Lama-lama gejala tersebut akan semakin sering dirasakan. Bisa juga
disertai mengi/bengek.
Pada umur sekitar 60 tahun, sering timbul sesak nafas waktu bekerja dan
bertambah parah secara perlahan. Akhirnya sesak nafas akan dirasakan pada saat
melakukan kegiatan rutin sehari-hari, seperti di kamar mandi, mencuci baju,
berpakaian dan menyiapkan makanan. Sepertiga penderita mengalami penurunan
berat badan, karena setelah selesai makan mereka sering mengalami sesak yang berat
sehingga penderita menjadi malas makan. Pembengkakan pada kaki sering terjadi
karena adanya gagal jantung. Pada stadium akhir dari penyakit, sesak nafas yang
berat timbul bahkan pada saat istirahat, yang merupakan petunjuk adanya kegagalan
pernafasan akut.
2.2.5 Klasifikasi PPOM
1. Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis adalah batuk menahun yang menetap, yang disertai dengan
pembentukan dahak dan bukan merupakan akibat dari penyebab yang secara
medis diketahui (misalnya kanker paru-paru). Pada saluran udara kecil terjadi
pembentukan jaringan parut, pembengkakan lapisan, penyumbatan parsial
oleh lendir dan kejang pada otot polosnya. Penyempitan ini bersifat
sementara.

13

2. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiolus kronis yang mungkin
disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi
bronkus; aspirasi benda asing, muntahan, atau benda-benda dari saluran
pernapasan atas; dan tekanan akibat tumor, pembuluh darah yang berdilatasi,
dan pembesaran nodus limfe.
3. Asma Bronkial
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh
spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara
dan penurunan ventilasi alveolus.
4. Emfisema
Emfisema adalah suatu pelebaran kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru,
yang disertai dengan kerusakan pada dindingnya. Dalam keadaan normal,
sekumpulan alveoli yang berhubungan ke saluran nafas kecil (bronkioli),
membentuk struktur yang kuat dan menjaga saluran pernafasan tetap terbuka.
Pada emfisema, dinding alveoli mengalami kerusakan, sehingga bronkioli
kehilangan struktur penyangganya. Dengan demikian, pada saat udara
dikeluarkan, bronkioli akan mengkerut. Struktur saluran udara menyempit
dan sifatnya menetap.

14

2.2.6 Pengobatan dan Pencegahan


a) Pengobatan
Melakukan penatalaksanaan medis , diantaranya: terapi oksigen, berikan
nafas buatan atau ventilasi mekanik sesuai kebutuhan, fisioterapi dada,
pengkajian seri gda, obat-obatan, bronkodilator, antibiotik, kortikosteroid,
diuretik, vaksinasi influensa, kardiotonik.
b) Pencegahan
Hal yang teramat penting dalam penanganan PPOK adalah deteksi dini dan
pencegahan. Mengindari faktor-faktor pencetus PPOK seperti Mencegah
kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara dan zat-zat pencemar lebih penting
dan harus dilakukan sejak awal.

BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai dengan sulit
bernafas. Selain itu asma adalah penyakit inflamasi (radang) kronis saluran nafas
menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala

15

episodic berulang berupa mengi (nafas bebrbunyi ngik-ngik),sesak nafas,dada terasa


berat dan batuk-batuk terutama menjelang dini hari, dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,yang menyebabkan
peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi
berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang luas,bervariasi dan sering kali
bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Sedangkan Penyakit Paru Obstruktif Menahun / PPOM (Chronic Obstructive
Pulmonary Disease/COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran
pernafasan yang disebabkan oleh emfisema atau bronkitis kronis.PPOM lebih sering
menyerang laki-laki dan sering berakibat fatal. PPOM juga lebih sering terjadi pada
suatu keluarga, sehingga diduga ada faktor yang diturunkan.
3.2 Saran
Asma dan PPOM merupakan suatu jenis penyakit yang sama-sama
bermasalah pada suatu organ yaitu pernafasan. Dimana asma bersifat reversible dan
PPOM bersifat non reversible. Hal tersebut tentunya akan menganggu dalam
melakukan aktifitas. Oleh sebab itu di sarankan untuk berprilaku hidup sehat seperti
tidak merokok, berolahraga teratur dan menghindari dari polusi udara.

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto MW. 2007. Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Kronis. Jakarta: EDSA
Mahkota.
Vita health. 2006. Asma. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Wahyu,
Ratnaningtyas.
2014.
Epidemiologi
Penyakit
Asma.
https://duniakesehatanmasyarakat.wordpress.com/2014/04/12/epidemiologipen
yakit-asma/ (Diakses pada tanggal 15 Agustus, pukul 19.35).
16

Prabowo, Danang. 2013. Penyakit Asma. blogspot.com/2013/06/makalah-tentangasma-agen-penyakit.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul
19.40).
Santhi.
2013.
PPOM
(bronkitis
kronis,
bronkiektasis,
emfisema).
http://wwwsanthi22-santhi.blogspot.com/2011/10/ppom-bronkitis-kronisbronkiektasis.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 19.50).
Nurrohmad, Edi. 2011. PPOM. http://edynurrohmad.blogspot.com/2011/11/makalahppom.html (Diakses pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 20.10).

17

Anda mungkin juga menyukai