Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA

BAB II

A. KONSEP PENYAKIT ISPA


a. Pengertian ISPA

(Sumber: https://www.mastah.org/infeksi-saluran-pernafasan-atas-gejala-
pengobatan-dan-perawatan-ispa/)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama


morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%- nya disebabkan oleh
infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada
bayi ,anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan
pendapatan per kapita rendah dan menengah (Syahidi, dkk. 2016).
Menurut WHO, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah
penyakit saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang
dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari
penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
dan faktor pejamu. ISPA didefinisikan disebabkan oleh agen infeksius
yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya
cepat (Ginting, 2019).
ISPA (Infeksi saluran pernafasan akut) adalah penyakit saluran
pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti
rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah
seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia. Jenis infeksi
pernafasan atas adalah infeksi akut yang menyerang satu komponen
saluran pernapasan bagian atas. Penyakit ini yang paling umum yang
menyebabkan banyak penderitanya tidak dapat ke sekolah atau bekerja.
Meskipun infeksi saluran pernapasan atas dapat terjadi kapan saja, tapi
penyakit paling sering terjadi pada musim hujan. Infeksi saluran
pernafasan atas ini meliputi rhinitis, fharingitis, dan otitis. Jenis infeksi
pernafasan bawah adalah infeksi akut yang menyerang satu komponen
saluran pernafasan bagian bawah. saluran pernafasan bagian bawah
seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia.
Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari
penyakit tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung
sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan
pleura. Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan
penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin
berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernafasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernafasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat
dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernafasan.

b. Factor resiko ISPA


Faktor-faktor risiko ISPA adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011):
1. Agent (Riwayat Penyakit)
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru.
Kejadiannya bisa secara akut atau kronis, yang paling sering adalah
rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis simpleks
atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek,
merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia.
Penyebab penyakit ini adalah virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
2. ManusiaUmur
Istilah usia diartikan dengan lama waktu hidupseseorang terhitung
sejak dilahirkan. Ibu yang berumur muda cenderung kurang memiliki
pengalaman dalam mengasuh anak sehinga umumnya membutuhkan
bantuan orang tuanya dalam merawat sang bayi. Sebaliknya pada ibu
yang berumur tua lebih berpengalaman dalam hal kualitas dan
kuantitas pengasuhan anak. Umur seseorang akan berpengaruh
terhadap perilaku seseorang seiring dengan perkembangan fisik dan
mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin matang
dengan bertambahnya umur yang didukung dengan bertambahnya
pengalaman.
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi
laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peranmereka
dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan.
3. Faktor Lingkungaan
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap kejadian penyakit
ISPA. Faktor lingkungan tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar
rumah. Untuk faktor yang berasal dari dalam rumah sangat dipengaruhi
oleh kualitas sanitasi dari rumah itu sendiri, seperti:
1) Kelembapan Ruangan,
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara
Dalam Ruang Rumah menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai
untuk rumah sehat adalah 40- 60%. Kelembaban yang terlalu tinggi
maupun rendah dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan
mikrorganisme, termasuk mikroorganisme penyebab ISPA.
2) Suhu Ruangan,
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18- 300C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah di
bawah 180C atau di atas 300C, keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat.
3) Penerangan alami,
Rumah yang sehat adalah rumah yang tersedia cahaya yang cukup.
Suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya, dapat
menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat mendatangkan
penyakit. Sebaliknya suatu ruangan yang terlalu banyak
mendapatkan cahaya akan menimbulkan rasa silau, sehingga
ruangan menjadi tidak sehat.
4) Ventilasi,
Ventilasi sangat penting untuk suatu tempat tinggal, hal ini karena
ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi pertama sebagai lubang
masuk dan keluar angin sekaligus udara dari luar ke dalam dan
sebaliknya. Untuk lebih memberikan kesejukan, sebaiknya jendela
dan lubang angin menghadap ke arah datangnya angin, diusahakan
juga aliran angin tidak terhalang sehingga terjadi ventilasi silang
(cross ventilation). Fungsi ke dua dari jendela adalah sebagai lubang
masuknya cahaya dari luar (cahaya alam/matahari). Suatu ruangan
yang tidak mempunyai sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan
beberapa keadaan seperti berkurangnya kadar oksigen,
bertambahnya kadar karbon dioksida, bau pengap, suhu dan
kelembaban udara meningkat. Keadaan yang demikian dapat
merugikan kesehatan dan atau kehidupan dari penghuninya.
5) Kepadatan Hunian
Rumah Kepadatan penghuni rumah merupakan perbandingan luas
lantai dalam rumah dengan jumlah anggota keluarga penghuni
rumah tersebut. Kepadatan hunian ruang tidur menurut Permenkes
RI Nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 adalah minimal 8 m2 , dan
tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang tidur dalam satu
ruang tidur, kecuali anak di bawah umur lima tahun.
6) Penggunaan Anti Nyamuk
Pemakaian obat nyamuk bakar merupakan salah satu penghasil
bahan pencemar dalam ruang. Obat nyamuk bakar menggunakan
bahan aktif octachloroprophyl eter yang apabila dibakar maka bahan
tersebut menghasilkan bischloromethyl eter (BCME) yang diketahui
menjadi pemicu penyakit kanker, juga bisa menyebabkan iritasi pada
kulit, mata, tenggorokan dan paru-paru (Kemenkes RI, 2011).
7) Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat
menyebabkan kualitas udara menjadi rusak, terutama akibat
penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, serta penggunaan
sumber energi yang relatif murah seperti batubara dan biomasa
(kayu, kotoran kering dari hewan ternak, residu pertanian)
(Kemenkes RI, 2011).
8) Keberadaan Perokok,
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif.
Asap rokok terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 di antaranya
merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO), Polycyclic
Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain (Kemenkes RI, 2011.)
9) Status Ekonomi dan Pendidikan,
Tingkat sosial ekonomi yang rendah menyebabkan keterbatasan
biaya untuk menempuh pendidikan, sehingga pengetahuannya pun
renda (Notoatmodjo, 2012).
10) Debu
Menurut Kemenkes RI (2011), partikel debu diameter 2,5μ (PM2,5)
dan Partikel debu diameter 10μ (PM10) dapat menyebabkan
pneumonia, gangguan system pernapasan, iritasi mata, alergi,
bronchitis kronis. PM2,5 dapat masuk ke dalam paru yang berakibat
timbulnya emfisema paru, asma bronchial, dan kanker paru-paru
serta gangguan kardiovaskular atau kardiovascular (KVS).
c. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2
bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI,
2012) dikutip dari (azis, 2016) :

1. Golongan Umur Kurang 2 Bulan

1) ISPA Berat Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan umur kurang 2 bulan yaitu 6 kali per menit atau lebih.

2) ISPA Ringan Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding


dada bagian bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk
golongan umur kurang 2 bulan, yaitu:

a) Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun


sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum)

b) Kejang

c) Kesadaran umum

d) Stridor

e) Wheezing

f) Demam / dingin

2. Golongan Umur 2 bukan sampai 5 tahum

1) ISPA Berat Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di


dinding dada bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik
nafas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak
menangis atau meronta).

2) ISPA Sedang Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

a) Untuk usia 2 bulan sampai 12 bulan adalah 50 kali per menit


atau lebih

b) Untuk usia 1 sampai 4 tahun adalah 40 kali per menit atau


lebih.

3) ISPA Ringan Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian


bawah dan tidak ada napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu :

a) Tidak bisa minum

b) Kejang

c) Kesadaran umum

d) Stridor

e) Gizi buruk

d. Etiologi ISPA
Penyakit ISPA terjadi disebabkan oleh virus dan bakteri. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corynebacterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikomavirus, Mikooplasma, Herpesvirus dan lain-lain.
(Erna, 2005).
1. Bakteri
Streptococcus pneumonia adalah anggota dari genus streptococcus
yang gram positif menyebabkan gejala utama pneumonia. (peradangan
pada dinding alveolus, pneumococcus merupakan bakteri yang sering
kali mengancam anak-anak penyebarannya melalui percikan air liur
(Manurung, 2016).
2. Virus
coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit ISPA dan penyebarannya coronavirus bisa dialihkan lewat
udara pada enderita batuk ataupun bersin. Influenza merupakan virus
yang amat menular menyababkan timbulnya flu penyebarannya lewat
udara dengan batuk dan bersin, adenovirus (sekelompok virus yang
menginfeksi selaput dari saluran pernafasan (Wijayaningsih, 2013).
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko
serangan ISPA. Beberapa faktor lain diperkirakan berkontribuksi
terhadap kejadian ISPA adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang, buruknya sanitasi lingkungan. (Wijayaningsih, 2013).
e. Manifestasi ISPA
ISPA merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian
saluran pernafasan atas maupun bawah, yang meliputi infiltrat peradangan
dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mukus serta
perubahan struktur fungsi siliare (Muttaqin, 2008).
Tanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam,
pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus
(muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret,
stridor (suara nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal
(adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut
pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan
kematian. (Nelson, 2003) dikutip dari (aziz, 2016). Sedangkan tanda
gejala ISPA menurut Depkes RI (2012) adalah :
1. Gejala dari ISPA Ringan Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA
ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Batuk,
2) Serak,
3) Pilek,
4) Panas.
2. Gejala dari ISPA sedang Seorang anak dinyatakan menderita ISPA
sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan disertai satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur
kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak
yang berumur satu tahun atau lebih,
2) Suhu lebih dari 39,
3) Tenggorokan berwarna merah,
4) Timbul bercak-bercak merah di kulit menyerupai bercak campak,
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga,
6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur,
7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
3. Gejala dari ISPA Berat Seorang anak dinyatakan menderita ISPA
berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit kebiruan,
2) Lubang hidung kembang kempis pada waktu bernafas,
3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun,
4) Pernafasan berbunyi dana anak tampak gelisah,
5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas,
6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit,
7) Tenggorokan berwarna merah.

f. Patofisiologi ISPA
Sebagian ISPA disebabkan oleh bakteri dam virus yang membuat
infeksi pada saluran pernafasan atas maupun bawah (Akhmad, 2008).
Penyebab tersebut membuat perjalanan penyakit dengan cara kontak
antara virus atau bakteri sehingga organ pada pernafasan akan terserang
sehingga akan menimbulkan respon inflamasi atau membuat infeksi pada
organ tersebut. Saat infeksi akan terjadi vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas kapiler, hal tersebut akan membuat manifestasi klinik pada
penderita (Naning et al, 2014).
Menurut Mukono (2008), yang diambil dari penelitian Hutagaol
(2014), perjalanan penyakit ISPA berawal dari saluran pernafasan yang
dilapisi oleh mukosa bersilia. Udara yang masuk melalui hidung akan
disaring oleh rambut pada hidung, partikel kecil dari udara akan
menempel pada mukosa. Pada udara yang kotor, partikel udara akan
tertahan pada mukosa sehingga pergerakan silia akan menjadi lambat
yang akan berakibat pada iritasi pada saluran pernafasan. Hal tersebut
membuat peningkatan produksi lendir sehingga saluran pernafasan
menjadi sempit dan makrofage. Akibatnya benda asing akan terarik dan
bakteri atau virus tidak dapat dikeluarkan dari sistem pernafasan. Dari
uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dibagi 4 tahap, yait

1. Tahap Prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum


menunjukan reaksi apa apa

2. Tahap Inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.


Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah

3. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul


gejala demam dan batuk

4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh


sempurna, sembuh dengan atelektaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.

g. Penatalaksanaan ISPA
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

1. Penanganan pertama di rumah

Penanganan ISPA tidak harus di tempat pelayanan kesehatan saja,


tetapi penangan ISPA sebelum berobat ke pelayanan kesehatan harus
ditangani. penanganan demam sebelum ke tempat pelayanan
kesehatan yaitu meliputi mengatasi panas (demam), pemberian
makanan yang cukup gizi, pemberian cairan, memberikan
kenyamanan dan memperhatikan tanda-tanda bahaya ISPA ringan
atau berat yang memerlukan bantuan khusus petugas kesehatan.

1) Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5


tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk
waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
(tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu


ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur
dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Bersihan Jalan Nafas.

3) Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-


sedikit tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya,
lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.

4) Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air


buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan
membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.

5) Lain-lain

a) Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang


terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.

b) Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk


mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah.

c) Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang


berventilasi cukup dan tidak berasap.

d) Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk


maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas
kesehatan.

e) Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain


tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut
diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.

2. Penatalaksanaan oleh tenaga kesehatan menurut R.Hartono


(2012)dikutip dari (azis, 2016) adalah :

1) Pemeriksaan Pemeriksaan
memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan
anak. Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak
menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi napas),
untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak.
Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk
melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah,
baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi
dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan
diklassifikasi.

2) Pengobatan

a) Klasifikasi ISPA dibagi menjadi 3 kategori dan intervensi


dari ketiga kategori ISPA berbeda-beda yaitu salah satunya
ISPA berat. Penatalaksanaan ISPA berat yaitu dirawat di
rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya.

b) Selain ISPA berat ISPA sedang pun memiliki


penatalaksanaan tersendiri. Penatalaksanaan ISPA sedang
yaitu diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila
Hubungan Tingkat Pengetahuan penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai
obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.

c) Menurut Depkes RI tahun 2012 (dikutip dari azis, 2016)


Penatalaksanaan ISPA ringan yaitu tanpa pemberian obat
antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat
digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar
getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan
oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.

h. Pemariksaan Diagnostik/penunjang ISPA


Laboratorium dan test diagnostik ISPA menurut Betz dan souwden , 2000
(Saputro,2013)

1. Pemeriksaan Radiologi (foto torak)


Pemeriksaan Radiologi adalah untuk mengetahui penyebab dan
mendiagnosa secara tepat

2. Pemeriksaan RSV
Pemeriksaan RSV adalah untuk mendiagnosis RSV (Respiratori
Sinisial Virus)

3. Gas Darah Arteri


Gas areteri darah yaitu untuk mengkaji perubahan pada sistem
saluran pernafasan kandungan oksigen dalam darah

4. Jumlah sel darah putih normal atau meningkat


Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan (Saputro,2013)
adalah:

1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang


didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis
kuman.
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap
darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan
bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia.

3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan.

Gambar h.1 Pemeriksaan Radiology ISPA

(Sumber : Http://indahisnaini94.blogspot.com/2014/03/infeksi-saluran-
pernafasan-akut-ispa.html?m=1)
DAFTAR PUSTAKA

Azis, f. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap penanganan


pertama pada balita dengan ispa di puskesmas karanglewas
banyumas (doctoral dissertation, universitas muhammadiyah
purwokerto).

Ginting, g. K. A. (2019). Pelaksaan asuhan keperawatan kepada pasien ispa


melalui proses keperawatan yang optimal.

Kementerian kesehatan republik indonesia., 2011. Pedoman pengendalian ispa.


Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
Jakarta.

Kepmen no.1077/menkes/per/v/2011. Persyaratan rumah sehat. Jakarta.

Muttaqin, arif.(2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Saputro, r. F. R. (2013). Bersihan jalan nafas tidak efektif pada an. R pada kasus
infeksi saluran pernafasan atas (ispa) di ruang cempaka rsud dr. R
goeteng taroenadibrata purbalingga (doctoral dissertation, universitas
muhammadiyah purwokerto).
Syahidi, M. H. dkk. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak Berumur 12-59 Bulan di
Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan,
Tahun 2013. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia, 1(1) . Hal 23-27

Wijayaningsih, k. S. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta timur: trans info


media.

Wilkinson, j. (2016). Diagnosis keperawatan. Jakarta: egc.

Wati, e. K. (2005). Hubungan episode infeksi saluran pernapasan akut (ispa)


dengan pertumbuhan bayi umur 3 sampai 6 bulan di kecamatan suruh
kabupaten semarang correlation between acute respiratory infection
episodes and growth during 3–6 months infants a study in suruh
subdistrict semarang district (doctoral dissertation, program pascasarjana
universitas diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai