Anda di halaman 1dari 35

SIROSIS DAN

HIPERTENSI
PORTAL

Kelompok D1
Ivanny Olivera S. 260110180080
Khaerunnisa Sekar N. 260110180081
Shintani Ayunda K. 260110180082
Nurdiani Adiningsih 260110180083
Olivia A. L. 260110180084
Ikrima M. N. 260110180085
Jihan Nurul T. 260110180086
Kevin Aprilio 260110180087
Rania Talinta L. 260110180088
Kevin Reinard Lie 260110180089
Nikita Christinne 260110180090
Reyhan Indrawibawa 260110180091
KASUS

Tuan X, pria 56 tahun, dengan sejarah panjang alkoholisme. Tinggi badan 175
cm dan berat 77 kg, berat badan rata-rata biasanya/Usual Body Weight
(UBW) 81 kg. Dia baru-baru ini mendapat diagnosis sirosis dan hipertensi
portal. Dia mengeluh kurang nafsu makan dan hanya bisa makan sedikit saja
karena cepat kenyang, juga mual dan kelelahan.
DEFINISI
● Sirosis adalah cedera pada hati yang ditandai dengan fibrosis dan perubahan struktur hati yang
normal menjadi adanya nodul yang abnormal. Hasil akhirnya adalah kerusakan hepatosit dan
digantikan dengan jaringan fibrosa.
● Efeknya terhadap aliran darah dapat menyebabkan hipertensi portal dan perkembangan varises
serta ascites.
● Hilangnya hepatosit mengakibatkan penurunan fungsi metabolisme, yang menyebabkan
ensefalopati hepatik dan koagulopati.
● Sirosis menyebabkan hipertensi portal karena perubahan fibrotik di dalam sinusoid hepatik,
perubahan tingkat mediator vasodilator dan vasokonstriktor, dan peningkatan aliran darah ke
pembuluh darah splanchnic.
● Hipertensi portal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tekanan yang meningkat
pada sistem vena portal (vena mayor yang mengarah ke hati).
● Hipertensi portal ditandai dengan peningkatan gradien tekanan antara portal dan tekanan vena
sentral, ditandai dengan hipervolemia, peningkatan indeks jantung, hipotensi, dan penurunan
resistensi vaskular sistemik.
(DiPiro et al., 2017)
ANATOMI
FISIOLOGI
Hati merupakan kelenjar terbesar
dalam tubuh yang terletak di bagian
atas rongga abdomen. Terbagi
menjadi dua lobus, dan permukaany
dilalui oleh pembuluh darah.
berfungsi untuk membantu
pencernaan (metabolisme) dan
menetralisir racun (Baradero et al.,
2008).
ANATOMI Sistem Portal Hepatik terdiri dari
FISIOLOGI vena portal yang bertanggung jawab
bertanggung jawab untuk
mengarahkan darah dari daerah
saluran gastrointestinal antara
kerongkongan dan rektum.
Berfungsi untuk memasok hati
dengan metabolit dan memastikan
bahwa zat yang tertelan diproses di
hati sebelum mencapai sirkulasi
sistemik, membatasi kerusakan yang
dapat ditimbulkan oleh racun yang
tertelan (Med, 2020).
ETIOLOGI
Penyakit hati kronis biasanya berkembang Penyebab lain dari sirosis:
menjadi sirosis.
- Hepatitis autoimun
Di negara-negara maju, penyebab paling - Kolangitis bilier primer
umum dari sirosis: - Kolangitis sklerosis primer
- Hemokromatosis
- Virus hepatitis C (HCV), - Wilson disease
- Penyakit hati akibat alkohol dan - Defisiensi antitripsin alfa-1
steatohepatitis non-alkohol (NASH) - Sindrom Budd-Chiari
- Drug induced cirrhosis
Di negara-negara berkembang, penyebab
- Gagal jantung kronis sisi kanan
umum sirosis:
(Sharma dan John, 2020)
- Virus hepatitis B (HBV) dan HCV
PATOFISIOLOGI
Sel stelata pada hati yang berfungsi menyimpan vitamin A. Sel ini mengalami
aktifasi sehingga kehilangan vitamin A. Aktivasi ini menyebabkan sel stelata
kehilangan menjadi sangat banyak, dan mensintesis jaringan parut fibrotik,
yang terakumulasi di ruang sinusoidal. Hal ini menyebabkanpenurunan fungsi
hepatosit, dan jika fibrosis berlanjut, akhirnya terjadi sirosis. Sirosis selanjutnya
akan meenyebabkan perubahan pada aliran darah splanknik dan sirkulasi
sistemik. Vasodilatasi planknik berkontribusi pada peningkatan aliran darah
splanknikus, pembentukan varises gastroesofagus, dan perdarahan varises,
yang merupakan gejala dari hipertensi portal (Dipiro, 2016).
PATOFISIOLOGI
Pada sirosis hati akan terjadi
peningkatan resistensi vaskuler
intrahepatik terhadap aliran portal
meningkatkan tekanan portal dan
menyebabkan hipertensi portal (NCBI,
2020).
GEJALA DAN FAKTOR RESIKO
Faktor Resiko: Gejala:

- Konsumsi alkohol - Penyakit kuning (jaundice) - Osteoarthropathy


- Usia di atas 50 tahun - Spider angiomata - Dupuytren's contracture
- Jenis kelamin laki-laki (sebagai - Nodular liver - Gynecomastia
faktor risiko pada hepatitis C - Splenomegali - Hypogonadism
kronis) - Asites - Flapping tremor (asterixis)
- Obesitas pada usia tua - Caput medusae - Foetor hepaticus
- Resistensi insulin / diabetes - Cruveilhier Baumgarten - Anorexia, fatigue, weight loss,
tipe 2 syndrome muscle wasting
- Hipertensi dan hiperlipidemia - Palmar eritema - Type 2 diabetes
(semua fitur sindrom - Kuku putih
metabolik) di NASH - Hypertrophic

(Schuppan dan Afdhal, 2008)


1. Jelaskan tentang sirosis hati dan
hipertensi portal beserta etiologi-
nya, dihubungkan dengan kasus di
atas
1. Berkurangnya Vasodilator
- karena adanya sirosis, NO yang bertindak sebagai vasodilator menjadi
berkurang diproduksi oleh hati sehingga menyebabkan pembuluh darah
intrahepatic menjadi lebih tegang. Selain itu, penghasilan superoksida pada
saat sirosis yang akan berikatan dengan NO akan menyebabkan bioavabilitas
NO menurun.
2. Bertambahnya vasokonstriktor
- Saat terjadi sirosis, thromboxane A2 (TXA2) yang memiliki aktivitas
vasokonstriktor akan bertambah sehingga menyebabkan pembuluh darah
intrahepatic menjadi lebih tegang.
3. Hepatic Stellate Cell yang teraktivasi
- HSC akan teraktivasi akibat adanya kerusakan pada hati, lalu HSC yang
teraktivasi akan menjadi myofibroblast yang kontraktil dan myofibroblast
yang terbentuk pada pembuluh darah pendek di hati akan menyebabkan
tegangan pembuluh darah intrahepatik
4. Angiogenesis
- Angiogenesis terjadi saat terdapatnya myofibroblast, hal ini menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah baru yang menyebabkan pembuluh darah
intrahepatic makin menegang.

(Iwakiri, 2014)
2. Bagaimana prognosis dari
hipertensi portal?
PROGNOSIS
→ Berdasarkan skor Child-Pugh : → Berdasarkan konsumsi alkohol :
a. Kelas A : kelangsungan hidup 100% a. masih mengkonsumsi : sintasan 5 tahun
b. Kelas B : kelangsungan hidup 80% kurang dari 50%
c. Kelas C : kelangsungan hidup 45% b. tidak mengkonsumsi : prognosis lebih baik,
lebih baik bila melakukan transplantasi hepar
→ Skor MELD (Model for End-stage Liver
Disease) : → Berdasarkan kompikasi :
a. >40 : mortalitas 71,3% a. memiliki : sintasan sekitar 2 tahun
b. 30-39 : mortalitas 52,6% b. tanpa : sintasan lebih dari 12 tahun
c. 20-29 : mortalitas 19,6%
d. 10-19 : mortalitas 6,0%
e. <9 : mortalitas 1,9 %
(EASL, 2018) (PB PAPDI, 2014) (Tsochatzis et
al., 2014)
DIAGNOSIS

(DiPiro et al., 2017)


3. Bandingkan nilai hasil
laboratorium dengan hasil normal
dan jelaskan hubungan dengan
gejala penyakitnya
DATA LAB PASIEN
No. Data Lab Nilai Pasien Nilai Normal Interpretasi

1. Na 120 mEq/L 135 – 144 mEq/L


(Kawamura dan Tomizou, 2017) Hiponatremia, hipokloremia
(gangguan elektrolit) → mual,
2. Cl 96 mEq/L 97 - 107 mEq/L kelelahan
(Kawamura dan Tomizou, 2017)

3. K 5 mEq/L 3,6 - 5,2 mEq/L Normal


(Kawamura dan Tomizou, 2017)

4. BUN 24 mg/dL 10 - 50 mg/dL Normal


(Guzganu, 2012)

5. Glukosa 108 mg/dL Sewaktu: < 200 mg/dL Normal


(Dipiro et.al., 2017)
DATA LAB PASIEN
No. Data Lab Nilai Pasien Nilai Normal Interpretasi

6. CO2 25 mEq/L 23-29 mEq/L


Normal
(UCSF Health, 2019).

7. Creatinine 0,7 mg/dL 0.6-1.2 mg/dL


Normal
(Hosten, 1990).

8. Albumin 2,3 g/dL 3,5-5,9 g/dL Hipoalbuminemia → nafsu


(Bernardi et al., 2014) makan menurun

9. AST 87 U/L 8-33 U/L Tinggi, terdapat gangguan


(UCSF Health, 2019). fungsi hati → Sirosis → Hilang
nafsu makan, mudah lelah,
merasa mual

10. ALT 48 U/L 10-55 U/L Normal


(Khan et al., 2012).
ALGORITMA

(Starr dan Raines, 2011)


MANAJEMEN TERAPI
Tahap penentuan terapi :
a. Mengidentifikasi dan menghilangkan
Tujuan terapi : mengobati, mengurangi penyebab (contoh : alkohol)
kekambuhan, dan mencegah komplikasi, b. Mengkaji resiko pendarahan varises
serta menurunkan tekanan portal pada c. Mengevaluasi apakah ada gejala
portal hipertensi. ascites (akumulasi cairan di ruang
peritoneal)
d. Mengkaji komplikasi seperti
enselopati hati
e. Mengkaji gejala sindrom
hepatorenal, pulmonary insufficiency,
dan kelainan endokrin
(DiPiro et al., 2017)
MONITORING KONDISI

(Tsochatzis et al., 2014)


TERAPI FARMAKOLOGI
A. Pencegahan pendarahan varises (profilaksis utama) :
Non selektif beta blocker untuk pasien :
- varises kecil dan peningkatan resiko pendarahan
- varises sedang/besar tanpa resiko tinggi pendarahan
B. Pengobatan pendarahan varises :
a. profilaksis antibiotik jangka pendek
b. obat vasoaktif, sesegera mungkin atau sebelum endoskopi, dan harus
dipertahankan selama 3-5 hari
C. Profilaksis sekunder pendarahan varises :
non selektif beta blocker dan terapi non farmakologi EVL
(DiPiro et al., 2017)
4. Apa terapi non-farmakologi dan
farmakologi yang dapat disarankan?
TERAPI FARMAKOLOGI
- Pasien dengan sirosis dan hipertensi portal harus melakukan pemantauan
komplikasi (varises, ensefalopati hati, dan ascites)
- Tidak ada komplikasi lain dari pasien, namun ada indikasi hipoalbuminemia.
indikasi ini dapat membaik bila sirosis pasien sudah ditangani
- Pemilihan terapi :
Non-selective beta blocker → propanolol
Dosis : 20 mg (2 kali sehari), dinaikan dosisnya disesuaikan tiap 2- 3 hari,
hingga dosis maksimal yang dapat ditoleransi detak jantung (55-60 bpm).
Obat harus terus dilanjutkan.

(DiPiro et al., 2017)


(Medscape, 2020)
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Modifikasi gaya hidup:
● Berhenti meminum alkohol
Mengurangi kerusakan hati
● Berhenti merokok
Merokok dapat meningkatkan skor fibrosis sehingga perlu dihentikan
● Menurunkan berat badan bagi obesitas
Mengurangi komplikasi gejala
● Olahraga
Mencegah kehilangan otot
● Menjaga kebersihan
Mengurangi tingkat terjadinya infeksi
● Diskusi dengan dokter mengenai vaksinasis
Vaksinasi dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh terlebihnya vaksin hepatitis
● Diskusi dengan dokter atau farmasis mengenai obat resep
Biasakan tanya mengenai efek samping obat yang berkaitan kerusakan hati
(NHS, 2020)
(MichiganMedicine, 2020]
TERAPI NON FARMAKOLOGI
Kebiasaan makan:
● Hindari makanan mentah
Makanan mentah dapat menyebabkan infeksi
● Mengurangi intake garam
Dapat mengurangi retensi cairan sehingga meredakan edema
● Mengatur pola makan
Malnutrisi umum terjadi pada pasien cirrhosis sehingga pola makan perlu diatur
● Mengatur konsumsi protein
Protein berlebih dapat meningkatkan produksi ammonia yang dapat menyebabkan
eksaserbasi cirrhosis
Terapi Bedah:
● Endoscopic Variceal Ligation (EVL)
Pemasangan gelang elastis pada pembuluh darah yang membesar menggunakan kamera
endoskopik.
● Endoscopic Sclerotherapy
(NHS, 2020)
Injeksi senyawa sclerosant pada pembuluh darah yang membesar.
(MichiganMedicine, 2020]
FITOTERAPI
No Nama Tanaman Manfaat (Watson dan Preedy, 2019)

1 Curcuma longa (Kunyit) Manfaat utama kunyit untuk hati termasuk


antiinflamasi, antikanker, antifibrotik, antivirus,
anti logam berat, dan antisteatosis serta
bersifat hepatoprotektif.

2 Silybum marianum (silymarin) senyawa aktif utamanya silybin, memiliki efek


biologis melawan gangguan hati, terutama
penyakit hati kronis, sirosis, dan kanker hati,
karena memiliki sifat antioksidan, antiinflamasi,
dan antifibrotik.

3 Coffea arabica/Coffea canephora asupan kopi >dua cangkir per hari pada pasien
(kopi) dengan penyakit hati menunjukkan
kemungkinan fibrosis dan sirosis yang lebih
rendah. Konsumsi kopi/kafein memblokir
fibrosis/sirosis hati yang diinduksi toksin.
5. Jelaskan mekanisme kerja, dan
efek samping obat
INFORMASI OBAT
PROPANOLOL (BETA-BLOCKER)

● Indikasi: hipertensi, kardiomiopati obstruktif hipertrofik, takikardi ansietas,


profilaksis setelah infark miokard, profilaksis migren dan tremor esensial.
● Mekanisme: sebagai antagonis reseptor beta-adrenergik nonselektif yang
menyebabkan vasoonstriksi, penghambatan faktor angiogenik seperti VEGF
(Vascular Endothelial Growth Factor) dan bFGF (basic Growth Factor of
Fibroblast), dan induksi apoptosis sel endotel.
● Kontraindikasi: asma (karena beta-bloker non selektif yang dapat membokir beta-
2), gagal jantung, brakikardi, hipotensi, syok kardiogenik
● Efek samping: bradikardi, gagal jantung,hipotensi, gangguan konduksi,
bronkospasme, gangguan pencernaan, gangguan tidur, eksaserbasi psoriasis.

(Pionas, 2015; Hagen, R. et al., 2018; MedlinePlus, 2017)


INFORMASI OBAT
● Dosis: 20 mg (2 kali sehari), dinaikan dosisnya disesuaikan tiap 2- 3 hari, hingga
dosis maksimal yang dapat ditoleransi detak jantung (55-60 bpm). Obat harus terus
dilanjutkan.
● Aturan pakai: diminum sebelum atau bersama dengan makanan. Jika dosis
terlupakan, segera minum saat ingat tetapi jika telah mendekati waktu dosis
berikutnya, langkahi dosis terlupakan dan minum pada waktu berikutnya seperti
biasa, jangan menggandakan dosis yang terlupakan.
● Peringatan: hindari putus obat mendadak dan segera hubungi dokter disaat terjadi
efek samping yang tidka biasa dan berlangsung lama seperti ruam, gatal-gatal,
detak jantung yang tidak teratur dan gangguan defeksia.
● Penyimpanan: tempat kering suhu kamar, terhindar cahaya langsung dan jauh dari
jangkauan anak-anak.
(Pionas, 2015; Hagen, R. et al., 2018; MedlinePlus, 2017)
MONITORING - Monitoring obat beta blocker :
- Memantau kadar AST sampai dengan memantau detak jantung dan tekanan
nilai normal 7-35 U/L dan kadar ALT/ darah pasien selama penggunaan.
SGPT (nilai normal : 6-32 U/L) - Monitoring efek samping obat
- Monitoring fibrosis hati melalui propanolol seperti bradikardia, gagal
pemeriksaan non-invasif : serum jantung, gangguan konduksi/
biomarker dan imaging tanpa pendengaran, mual dan muntah.
pemeriksaan invasif (biopsi hati) - Mengevaluasi apabila adanya
- Monitoring nilai albumin dengan nilai penyakit komplikasi lainnya.
normal 3,5-5,5 g/dl. - Mengevaluasi gejala pada pasien yang
- Memantau kadar elektrolit seperti Na timbul.
dan Cl. - Pemeriksaan Liver Transient
- monitoring gaya hidup (seperti : Elastography setahun sekali, jika TE
pemberhentian konsumsi alkohol) tinggi dilakukan pemeriksaan
- Monitoring diet sehat ( diet rendah endoskopi.
sodium/ pembatasan konsumsi garam
untuk hipertensi dan jumlah protein
perlu diperhatikan) (NCBI, 2020 ; Yusminingrum et al., 2019)
KESIMPULAN
Dalam kasus ini, kami merekomendasikan penggunaan terapi dengan obat non
selektif beta blocker yaitu propanolol sebagai perawatan untuk mengobati,
mengurangi kekambuhan, dan mencegah komplikasi, serta menurunkan
tekanan portal pada portal hipertensi. Selain itu pasien juga harus melakukan
modifikasi gaya hidup terutama berhenti mengkonsumsi alkohol.
Daftar Pustaka
Bernardi, M., Ricci, C. S., & Zaccherini, G. 2014. Role of human albumin in the management of complications of liver
cirrhosis. Journal of clinical and experimental hepatology. Vol. 4(4): 302-311.
Bradero, M., Mary W. Dayrit, Yakobus Siwadi. 2008. Klien Gangguan Hati. Jakarta:EGC
Dipiro, J. T., Wells, B. G., Schwinghammer, T. L., dan Dipiro, C. V. 2017. Pharmacotherapy Handbook Tenth Edition. New
York: The McGraw-Hill Companies.
EASL (European Association of the Study of the Liver). 2018. Clinical Practice Guideline For The Management
Decompensated Cirrhosis. J.Hepatol. 69(2) : 406-460.
Guzganu, I. L. 2012. Severe Diarrhea in A 4-month-old Baby Girl With Acute Gastroenteritis: A Case Report and Review of
The Literature. Case Reports in Gastrointestinal Medicine, 2012: 1-4.
Hagen, R., Erica G., Omid J., Zacary Z. 2019. Infantile hemangiomas: what have we learned from propranolol?. Current
Opinion in Pediatric. Vol 30(4): 499-504.
Hosten AO. BUN and Creatinine. In: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, editors. 1990. Clinical Methods: The History,
Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths. Chapter 193. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK305/
Iwakiri, Y. 2014. Pathophysiology of portal hypertension. Clin Liver Dis. 18 (2):281-291.
Kawamura, T. dan Tomizou N. 2017. Congenital Chloride Diarrhea (CCD): A Case Report of CCD Suspected by Prenatal
Ultrasonography and Magnetic Resonance Imaging (MRI). Am J Case Report. 18:707-713.
Khan, R., Khurshid, A., Zakkia, K., Safdar, H. S., Nawab, Z., & Mohammad, S. K. 2012. Cinnamon on the Functions of Liver
and Kidney in Type 2 Diabetic Individuals. Ann. Pak. Inst. Med. Sci. Vol. 8(2): 145-149.
MedlinePlus. 2017. Propanolol (Cardiovascular). Tersedia secara online di
https://medlineplus.gov/druginfo/meds/a682607.html [Diakses pada 10 November 2020].
Daftar Pustaka
Med Libre text. 2020. Hepatic Portal Circulation. Dapat diakses secara online di
https://chem.libretexts.org/@go/page/7876 [Diakses pada 16 November , 2020].
Medscape. 2020. Tersedia online di https://emedicine.medscape.com/article/166724-treatment. [Diakses pada 16 November 2020].
Michigan Medicine. 2020. Endoscopic Treatment for Variceal Bleeding Caused by Cirrhosis. Tersedia online di
https://www.mottchildren.org/health-library/aa87512. [Diakses pada tanggal 16 November 2020].
NCBI. 2020. Beta Blockers. Diakses secara online di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532906/. [Pada tanggal 16 November
2020].
NHS. 2020. Cirrhosis Treatment. Tersedia online di https://www.nhs.uk/conditions/cirrhosis/treatment/. [Diakses pada tanggal 16
November 2020].
PB PAPDI. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing.
Pionas. 2015. Propanolol. Tersedia secara online di http://pionas.pom.go.id/monografi/propranolol-hidroklorida. [Diakses pada 10
November 2020].
Schuppan, D. dan Afdhal, N. H. 2008. Liver cirrhosis. Lancet 371 (9615): 838-851.
Sharma, B. dan John, S. 2020. Hepatic Cirrhosis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482419/ [16 November 2020].
Starr, S.P. dan Raines, D. 2011. Cirrhosis: Diagnosis, Management, and Prevention. Am Fam Physician. 84 (12):1353-1359.
Tsochatzis EA, Bosch J, Burroughs AK. Liver cirrhosis. The Lancet. 2014 May 17;383(9930):1749-61.
UCSF Health. 2019. CO2 Blood Test. Dapat diakses secara online di https://www.ucsfhealth.org/medical-tests/003469 [Diakses pada
16 November 2020].
UCSF Health. 2019. Aspartate Aminotransferase (AST) Blood Test. Dapat diakses secara online di
https://www.ucsfhealth.org/medical-tests/003472 [Diakses pada 16 November 2020].
Watson, R.R. & V.R. Preedy. 2019. Dietary interventions in liver disease. Boston: Academic Press.
Yusminingrum W., Endang W., Diniya K. 2019. Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosisi Hepatis Dengan Hematemesis Melena Di
Rumah Sakit Daerah DR. Saiful Anwar Malang. Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia. Vol 5 (2) : 9 -101.

Anda mungkin juga menyukai