Anda di halaman 1dari 41

Makalah E-Learning Keperawatan Pencernaan I

“Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Motilitas Usus dan Eliminasi Fekal


(Sindrom Irritable Bowel)”

Fasilitator :
Ika Nur Pratiwi, S.Kep., Ns., M.Kep.
Oleh
Kelompok 3/ A2
Asti Pratiwi 131511133069
Siti Lusiyanti 131511133073
Rahmadanti Nur Fadilla 131511133074
Ayu Rahmawati 131511133075
Alfian Gafar 131511133121
Nopen Trijatmiko 131511133123
Dewita Pramesti 131511133125
Rifki Fauzi Maulida 131511133126
Nia Istianah 131511133127
Nanda Elanti Putri 131511133128
Annisa Prabaningrum 131511133129
Regina Dwi Fridayanti 131511133130
Nadia Nur Mar’atus Sholihah 131511133137

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah E-
Learning yang berjudul “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Motilitas
Usus dan Eliminasi Fekal (Sindrom Irritable Bowel)” dengan baik.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan bahasa dan sistematika yang
sederhana, sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.Dalam makalah
ilmiah ini, disajikan materi asuhan keperawatan dengan gangguan motilitas usus
dan eliminasi fekal dengan pendekatan praktik keperawatan yang kontemporer,
dan mendiskusikan seluruh cakupan asuhan keperawatan yang berhubungan
dengan sindrom irritable bowel.
Atas tersusunnya makalah ini, kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang terlibat dalam penyusunannya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Semoga makalah
ilmiah ini akan menambah wawasan kita bersama dan berkontribusi dalam
mengidentifikasi peran perawat dalam membantu klien dengan gangguan motilitas
usus dan eliminasi fekal (Sindrom Irritable Bowel).

Surabaya, November 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan....................................................................................................... 5
1.4 Manfaat..................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi .................................................................................................... 6
2.2 Klasifikasi ................................................................................................ 6
2.3 Etiologi .................................................................................................... 7
2.4 Patofisiologi ............................................................................................. 8
2.5 WOC ........................................................................................................ 11
2.6 Manifestasi Klinis .................................................................................... 12
2.7Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................ 12
2.8 Penatalaksanaan ....................................................................................... 13
2.9 Komplikasi ............................................................................................... 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis ................................................................... 18
3.1.1Pengkajian ........................................................................................ 18
3.1.2 Diagnosa ......................................................................................... 18
3.1.3 Intervensi ........................................................................................ 19
3.1.4 Implementasi ................................................................................... 24
3.1.5 Evaluasi........................................................................................... 29
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus ...................................................................... 30
3.2.1 Pengkajian ....................................................................................... 30
3.2.2 Diagnosa ......................................................................................... 33
3.2.3 Intervensi dan Implementasi ............................................................ 34
3.2.4 Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 39

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 40
4.2 Saran ....................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA

3
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Sindrom irritable bowel atau Irritable Bowel Syndrome (IBS)
merupakan gangguan sistem gastrointestinal bersifat kronis yang ditandai
oleh nyeri atau sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan
perubahan kebiasaan buang air besar. Penyakit ini didasari oleh perubahan
psikologis dan fisiologis yang mempengaruhi regulasi sistem
gastrointestinal, persepsi viseral dan integritas mukosa (Camilleri M,
Chang L. Challenges to the therapeutic pipeline for irritable bowel
syndrome: end points and regulatory hurdles. Gastroenterology.,
2008;135:1877-91).
Pada dua dekade terakhir, Irritable bowel syndrome telah mendapatkan
perhatian yang cukup besar di bidang kesehatan akibat semakin tingginya
prevalensi dan gejala yang muncul bervariasi. Gejala klinik IBS berupa
nyeri perut atau rasa tidak nyaman di abdomen dan perubahan pola buang
air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan konstipasi bergantian
serta rasa kembung. Didiagnosis atas dasar gejala-gejala yang khas tanpa
adanya gejala alarm seperti penurunan berat badan, perdarahan per rektal,
demam atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang sekarang
tersedia tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis IBS, sehingga
diagnosis IBS ditegakkan atas dasar gejala-gejala yang khas tersebut.
Sebagai gejala tambahan pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala
khas lain meliputi perut kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi
atau strining dan perasaan evakuasi kotoran tidak lengkap. Oleh karena
patofisiologi dan penyebab IBS yang kurang dipahami, pengobatan utama
difokuskan pada gejala-gejala yang muncul untuk mempertahankan fungsi
sehari-hari dan meningkatkan kualitas hidup orang dengan IBS.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana konsep dasar mengenai sindrom irritable bowel ?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom
irritable bowel ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah setelah
perkuliahan mahasiswa mampu memahami mengenai pencegahan
terhadap sindrom irritable bowel dan juga memahami asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan sindrom irritable bowel.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah setelah
perkulihan mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan, mengerti
dan mengidentifikasi tentang :
a) Definisi sindrom irritable bowel.
b) Klasifikasi sindrom irritable bowel.
c) Etiologi sindrom irritable bowel.
d) Patofisiologi sindrom irritable bowel.
e) Manifestasi klinis sindrom irritable bowel.
f) Pemeriksaan diagnostik sindrom irritable bowel.
g) Penatalaksanaan sindrom irritable bowel.
h) Komplikasi sindrom irritable bowel.
i) Web of Causation sindrom irritable bowel.
j) Asuhan keperawatan pada klien dengan sindrom irritable bowel
1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar nantinya sebagai


seorang perawat, mahasiswa mampu melakukan upaya promotif dan
preventif terhadap munculnya sindrom irritable bowel serta mampu
melakukan tindakan kuratif dan rehabilitatif pada klien dengan sindrom
irritable bowel.

5
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Sindrom Iritable Bowel atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan
gangguan sistem gastrointestinal bersifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan perubahan kebiasaan
buang air besar. Penyakit ini didasari oleh perubahan psikologis dan fisiologis
yang mempengaruhi regulasi sistem gastrointestinal, persepsi viseral dan
integritas mukosa (Camilleri M, Chang L . Challenges to the therapeutic
pipeline for irritable bowel syndrome: end points and regulatory hurdles.
Gastroenterology., 2008;135:1877-91).

2.2 Klasifikasi
Menurut (Danny, 2014) klasifikasi Sindrom Iritable Bowel (IBS) antara lain :
1) IBS dengan diare (IBS-D)
 Feses lembek/cair 2511/6 waktu dan feses padat/bergumpal <25%
waktu.
 Lebih umum ditemui pada laki-laki.
 Ditemukan pada satu pertiga kasus.
2) IBS dengan konstipasi (IBS-C)
 Feses padat/bergumpal.
 25% dan feses lembek/cair < 25% waktu .
 Lebih umum ditemui pada wanita.
 Ditemukan pada satu pertiga kasus.
3) IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
 Feses padat/bergumpal dan lembek/cair 25% waktu.
 Ditemukan pada satu pertiga kasus.

6
2.3 Etiologi
IBS (Irritable bowel syndrome) merupakan penyakit yang terjadi akibat
beberapa penyakit yang berhubungan dengan usus besar. Kemungkinan
penyebab irritable bowel syndrome, yaitu gangguan dimana terdapat
kumpulan gejala-gejala nyeri perut yang hilang lalu timbul, konstipasi atau
diare. Selain itu, gejala ini mungkin juga timbul karena adanya kanker kolon
(Dhiara dan Inggiani, 2012). Sedangkan untuk sebab sesungguhnya dari
sindrom ini belum diketahui. Namun berdasarkan beberapa kasus IBS yan
terjadi, faktor yang membawanya antara lain sebagai berikut :
1) Mikroorganisme seperti bakteri, virus, kuman.
2) Stres
Stress psikologis dapat merubah fungsi motor pada usus halus dan
kolon, baik pada orang normal maupun pasien IBS. Sampai 60% pasien pada
pusat rujukan memiliki gejala psikiatri seperti somatisasi, depresi, dan cemas.
Pasien dengan diagnosis IBS lebih sering memiliki gejala tersebut. Ada atau
tidaknya riwayat abuse pada masa anak-anak (seksual, fisik, atau keduanya)
dihubungkan dengan beratnya gejala pada pasien dengan IBS. Hal ini telah
diusulkan bahwa pengalaman awal pada hidup dapat mempengaruhi sistem
saraf pusat dan memberikan predisposisi untuk keadaan kewaspadaan yang
berlebihan.
3) Intoleransi makanan
Beberapa orang dengan IBS cenderung memiliki alergi makanan.
Sementara itu, banyak pasien IBS percaya bahwa mereka memiliki beberapa
bentuk intoleransi makanan. Satu studi melaporkan bahwa tes antibodi IgG
efektif dalam menentukan sensitivitas makanan pada pasien IBS, pasien
dengan diet eliminasi mengalami gejala penurunan 10% lebih besar daripada
mereka yang diet semu. Tidak ada bukti bahwa pencernaan makanan atau
penyerapan nutrisi yang bermasalah bagi mereka dengan IBS pada tingkat
yang berbeda dari mereka yang tidak IBS. Namun, tindakan makan atau
minum yang berlebihan dapat menimbulkan reaksi yang berlebihan pula dari
respon gastrocolic pada beberapa pasien dengan IBS karena kepekaan yang

7
meningkat, hal ini yang dapat mengakibatkan sakit perut, diare, sembelit
dan/atau konstipasi.

4) Abnormalitas aktifitas usus


Dalam 50 tahun terakhir, perubahan pada kontraktilitas kolon dan
usus halus telah diketahui pada pasien IBS. Hal ini terjadi akibat stres
psikologis atau fisik dan makanan yang dapat merubah kontraktilitas kolon.
Selain itu motilitas abnormal dari usus halus selama puasa, seperti kehilangan
dari komplek motor penggerak dan adanya kontraksi yang mengelompok dan
memanjang.
5) Infeksi atau inflamasi
Sekitar 3-35% pasien gejala IBS muncul dalam 6 sampai 12 bulan
setelah infeksi sistem gastrointestinal. Secara khusus ditemukan sel inflamasi
mukosa terutama sel mast di beberapa bagian duodenum dan kolon.
Peningkatan pelepasan mediator seperti nitric oxide, interleukin, histamin,
dan protease menstimulasi sistem saraf enterik; mediator yang dikeluarkan
menyebabkan gangguan motilitas, sekresi serta hiperalgesia sistem
gastrointestinal. Inflamasi dikatakan dapat mengganggu reflex gastrointestinal
dan mengaktivasi sistem sensori visceral meskipun jika respon inflamasi yang
minimal. Selain itu, kelainan pada interaksi neuroimun dapat berperanan pada
perubahan fisiologi dan hipersensitivitas gastrointestinal yang mendasari IBS.

2.4 Patofisiologi
IBS belum sepenuhnya dipahami, dapat disebabkan oleh berbagai faktor
meliputi diet, mutasi gen, faktor psikososial (streskronis), infeksi enterik, dan
sistem kekebalan tubuh. Respons stress akan mengaktivasi aksis hipotalamus
pituitari-adrenal (HPA) dan sistem autonom. Ansietas kronis akan
meningkatkan aktivitas amygdala untuk menstimulasi aksis HPA yang
menginduksi hiperalgesia visceral. Hipersensitivitas visceral merupakan salah
satu faktor utama yang mencetuskan gejala pada IBS dan berperan pada
patofisiologi IBS. Beberapa penelitian menunjukkan ketidakseimbangan

8
fungsi 5HT (hidroksi-triptamin) karena gangguan sekresi dan ambilan
kembali oleh SERT (serotonin reuptake transporter) pada gangguan
gastrointestinal fungsional, terutama pada pasien IBS. Serotonin disintesis
dan disekresi oleh selenterokromafin sistem gastrointestinal dan berperan
pada regulasi motilitas, sensasi, dan sekresi gastrointestinal. Pelepasan
serotonin yang berlebihan akan diangkut oleh sistem SERT.

Efekfisiologis serotonin subtipe 5HT3 dan 5HT4 memicu perbaikan


pasien IBS-C, sedangkan 5HT3 sendiri memiliki efek antidiare yang akan
berguna pada IBS-D. Pada sekitar 3-35% pasien gejala IBS muncul dalam 6
sampai 12 bulan setelah infeksi sistem gastrointestinal. Secara khusus
ditemukan sel inflamasi mukosa terutama sel mast di beberapa bagian
duodenum dan kolon. Peningkatan pelepasan mediator seperti nitric oxide,
interleukin, histamin, dan protease menstimulasi sistem saraf enterik;
mediator yang dikeluarkan menyebabkan gangguan motilitas, sekresi serta
hiperalgesia sistem gastrointestinal.

Jumlah flora Lactobacillus dan Enterococci di lambung hingga kolon


ascenden tidak sebanyak di bagian distal kolon yang mencapai 1012 per mL.
Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara flora microbial
pada sistem gastrointestinal dan IBS. Perubahan kuantitas dan kualitas bakteri
dapat memberikan efek disfungsi motorik sensorik, perubahan ini dapat
dipengaruhi oleh malabsorbsi asam bilier, iritasi mukosa, inflamasi,
peningkatan fermentasi makanan, danproduksi gas. Peningkatan jumlah
Lactobacilli coliform dan Bifido bacteria pada feses dilaporkan pada pasien
IBS, hal ini dapat menjadi alasan penggunaan probiotik pada pentalaksanaan
IBS.

Peran faktor genetik pada prevalensi IBS di tunjukkan pada beberapa


penelitian. Anggota keluarga pasien IBS juga mempunyai keluhan
gastrointestinal yang mirip. IBS lebih rentan pada kembar monozigot
daripada kembar di zigot. Adanya gangguan regulasi akibat polimorfisme
genetic pada SERT merupakan peran genetik yang signifikan dalam IBS.
Beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor genetik dapat mengendalikan

9
produksi faktor imunologi seperti T-Helper, IL-4, IL-6, dan IL-10 yang
meningkatkan kerentanan seseorang terhadap IBS pascainfeksi. Zuccheli et al
mengidentifikasi hubungan antara gen yang mengkode Tumor Necrosis
Factor (TNF) Super Family member 15 (TNFSF15) dan fenotipe IBS pada
populasi pasien di Swedia dan Amerika Serikat yang menunjukkan ada kaitan
kuat dengan IBS tipe konstipasi. Variasi genetik KLB (klotho-β) berkaitan
dengan IBS-D dan percepatan transit feses di kolon.

10
2.5 WOC
Stress, Pola makan tidak benar, Virus,
Bakteri/Amoeba, Infeksi Enterik

Feses tidak dapat keluar dengan normal


Aktivasi asksis hipotalamus pituitary-
adrenal (HPA) dan Sistem Autonom Akumulasi feses pada usus

Obstruksi/ distensi saluran cerna


Ansietas Kronis

MK: Konstipasi
Aktivitas Amygdala meningkat

Stimulasi Aksis HPA Refluks peristaltik

Induksi hiperalgesia visceral Menekan lambung

Hipersensitivitas viseral Merangsang reflek mual muntah

Irritable Bowel Syndrome Mual, Muntah

Infeksi Gastrointestinal Nafsu makan menurun;


BB menurun

Inflamasi mukosa sel mast duodenum


dan kolon MK: Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan

Pelepasan mediator nitric oxide,


interleukin, histamin, danprotease
Refleks spasme otot sekunder akibat
meningkat
gangguan visceral usus

Stimulasi sistem saraf enterik Ketidaknyamanan abdomen

Gangguanmotilitas, sekresi serta MK: Nyeri Kronis


hiperalgesiasistem gastrointestinal
menurun

Pergerakan makanan di usus (-)

Sphincter rectum tidak dapat berelaksasi 11


2.6 Manifestasi Klinis
Menurut (Anonim, 2010), ada beberapa gejala yang pada umumnya
menyertai irritable bowel syndrome antara lain :
 Ketidak normalan frekuensi defeksi.
 Kelainan bentuk feses.
 Ketidaknormalan proses defekasi (harus dengan mengejan, inkontenensia
defekasi, atau rasa defekasi tidak tuntas).
 Adanya mukus atau lendir.
 Kembung atau merasakan distensi abdomen dan sangat bervariasi.
 Ditemukan keluhan diare dengan lendir, darah, kembung, nyeri abdomen
bawah.
 Sembelit.
 Sering buang angin.
 Sendawa.
 Konstipasi

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang untuk Irritable Bowel Syndrom meliputi
pemeriksaan darah lengkap, LED, biokimia darah dan pemeriksaan
mikrobiologi dengan pemeriksan telur, kista dan parasit pada kotoran.
Pemeriksaan lanjutan yang dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis
diferensial, yaitu:
1) Pemeriksaan darah lengkap.
2) Pemeriksaan biokimia darah.
3) Pemeriksaan hormon tiroid.
4) Sigmoidoskopi.
5) Kolonoskopi.

12
2.8 Penatalaksaan
1. Non Farmakologi
Target terapi IBS adalah mengurangi gejala sehingga meningkatkan
kualitas hidup pasien. Beberapa penelitian merekomendasikan perubahan
pola diet. Harus diperhatikan bahwa asupan makanan tertentu tidak
menyebabkan IBS, tetapi kontak makanan dengan jaringan gastrointestinal
akan menghasilkan reaksi imunologis, fisiologis, dan biokimia pada pasien
IBS (Vahedi dkk, 2010).
1) Management Pola Makan
Berikut ini rekomendasi pola makan berdasarkan beberapa panduan :
 Mengurangi proses inflamasi saluran gastrointestinal dengan
menghindari stimulan alergen atau zat kimia seperti benzoat,
alkohol, metilxantin, dan kafein yang memicu keluarnya mediator
inflamasi (Vahedi dkk, 2010).
 Makan tiga kali dalam sehari, tidak mengkonsumsi makanan
olahan, makan makanan segar yang mengandung biji-bijian, serat,
vitamin dua hingga tiga kali sehari (Hasler and Owyang, 2003).
 Pasien IBS dan defisiensi lactase harus menghindari produk
mengandung susu. Pasien yang kembung dan peningkatan gas
(flatus) harus menghindari makanan seperti kacang, bawang,
wortel, pisang. Direkomendasikan makanan yang mengandung
vinegar, mustard, tomat. (Mertz, 2003 ; Hasler and Owyang, 2003;
Saberi-Firoozi, 2007).
 Membatasi konsumsi makanan tinggi lemak, dan meningkatkan
aktivitas fisik (Mertz, 2003).
2) Psikososial
Anxietas dan depresi merupakan kondisi psikologis yang paling
sering ditemukan pada pasien IBS. Pemberian terapi perilaku dapat
dipertimbangkan pada pasien IBS dengan gejala stres. Hipnosis,
biofeedback, dan psikoterapi dapat membantu mengurangi tingkat
ansietas (Gholamrezaei, 2006). Terapi fisik seperti masase dan

13
akupunktur pada beberapa penelitian dapat mengurangi gejala dan
tanda emosional (Schneider, 2006).
3) Psikoterapi
Karena stress diketahui membuat IBS bertambah buruk, manajemen
stress sangat bermanfaat. Terapi kognitif-perilaku adalah suatu bentuk
psikoterapi yang membantu Anda mengganti pikiran negative dengan
yang lebih positif atau realistis. Hal ini dapat mengurangi stres, yang
pada gilirannya, mengurangi gejala nyeri dan pencernaan yang terkait
dengan IBS. Terapi juga dapat membantu anda mempelajari strategi
coping untuk anda lakukan bila gejala timbul.
4) Hipnoterapi
Hipnotis memasukkan pasien kedalam kondisi kesadaran yang bias
dikontrol, di mana mereka menerima perintah untuk membuat rasa
sakit memudar. Beberapa penelitian menunjukkan hipnotis dapat
mengurangi rasa sakit, gejala pencernaan, dan kecemasan terkait
dengan IBS.
5) Biofeedback
Biofeedback mengajarkan pasien untuk mengenali dan
mengubah respons tubuh mereka terhadap stres. Setelah beberapa
sesi, banyak orang yang mampu memperlambat detak jantung
mereka dan memasuki keadaan yang lebihsantai. Hal ini dapat
berguna dalam menghilangkan stress dan gejala IBS.

14
6) Terapi Relaksasi
Banyak orang bias belajar untuk menenangkan diri melalui
meditasi, pemanduan citra, pernapasan dalam, atau
terapirelaksasilainnya. Studi menunjukkan teknik ini dapat
membantu meringankan berbagai gejala IBS, termasuk nyeri, diare,
dan sembelit. Dengan latihan, itu mungkin untuk menggunakan
teknik relaksasi hampir di mana saja.
2. Farmakologi
 Manajemen IBS dengan gejala predominan nyeri adalah sebagai
berikut :
1) Antispasmodik
Agen antikolinergik terbukti dapat mengurangi kram abdominal
yang terkait spasme intestinal. Agen ini lebih efektif sebagai
profilaksis nyeri perut akibat spasme. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat refleks gastrokolik. Biasanya diberikan 30 menit sebelum
makan agar mencapai konsentrasi optimum sebelum nyeri timbul.
2) Antidepresan
Antidepresan trisiklik (tricyclic antidepressant, TCA) dapat
digunakan sebagai terapi IBS karena efek hiperalgesianya. Pada pasien
IBS-D, penggunaan TCA imipramine memperlambat migrasi di
jejunum dan memberikan efek inhibisi motorik. SSRI paroxetine atau
fluoxetine mempercepat transit makanan orocaecal, sehingga sangat
berguna pada pasien dengan gejala utama konstipasi. Tinjauan
sistematik dan metaanalisis efikasi TCA dan SSRI pada terapi IBS
hasilnya efektif mengatasi gejala IBS (Gershon, 2004).
3) Probiotik
Mekanisme kerja probiotik pada IBS belum sepenuhnya diketahui.
Salah satu hipotesis menyatakan kerapatan epitel intestinal mencegah
bakteri patogen masuk ke celah intersel dan melakukan invasi;
produksi substansi antimikroba dapat mencegah invasi bakteri
patogenik; perubahan mikroflora intestinal dapat berdampak pada
fungsi motorik dan sekretorik intestinal; dan menjadi signal epitel

15
intestinal yang akan berfungsi memodulasi imunitas luminal dan
respons inflamasi (Brenner, 2009). Bifi dobacteria dan spesies
Lactobacilli memperbaiki gejala IBS. (Quigley, 2008).
 Manajemen IBS dengan kembung.

Kembung merupakan gejala yang sering dijumpai pada pasien


IBS-C. Kemungkinan mekanisme kembung meliputi masalah
psikososial, kelemahan otot abdominal, relaksasi paradoksal otot
abdomen, dan perubahan sensitivitas viseral. Pada beberapa kasus
dengan pertumbuhan bakteri berlebih, terapi antibotik sangat efektif
mengatasi gejala kembung. Antibotik jangka pendek
direkomendasikan untuk mengatasi kembung pada IBS. Penggunaan
antibotik nonabsorbent seperti rifaksimin mengatasi sensasi tidak
nyaman abdomen, namun penggunaan rifaksimin jangka pendek
menunjukkan relaps tinggi. Pada penelitian dengan plasebo, SSRI
(seperti fluoksetin) dapat meringankan gejala kembung. Obat jenis ini
memberikan efek antidepresi dan antiansietas.

 Manajemen IBS-C (Predominan Konstipasi)


Diet tinggi serat direkomendasikan bagi pasien IBS-C. Konsumsi
serat 12 gram/hari efektif mengurangi keluhan. Namun, konsumsi
serat juga dapat meningkatkan kejadian kembung. Laksatif osmotik
sering digunakan untuk konstipasi, penggunaan jangka panjang
terbukti aman dan efektif. Magnesium, fosfat, dan emolien

16
mengandung polietilen glikol juga efisien. Anti depresan efektif
mengatasi nyeri abdomen. SSRI menstimulasi sekresi endorfin
endogen dan memblokade ambilan norepinefrin yang memicu
berkurangnya sensasi nyeri. Pada IBS-C SSRI (missal fluoksetin 20
mg/hari) dapat membantu mengatasi keluhan nyeri perut (Tack dkk,
2006).
 Manajemen IBS-D (Predominan Diare)
Agen antidiare secara umum efektif mengatasi diare. Konsumsi
agen antidiare dosis rendah (misalnya loperamide setiap pagi) terbukti
efektif pada sebagian pasien. Penelitian double blind alosetron
(antagonis reseptor 5-HT3) 2 kali 1 mg selama 12 minggu mengurangi
frekuensi dan urgensi defekasi, selain itu juga mengurangi nyeri
abdomen, yang meningkatkan kualitas hidup pasien (Bradesi S, 2006).
Antidepresan efektif mengontrol nyeri abdomen dan mengatasi
keluhan diare pada IBS.

2.9 Komplikasi
Komplikasi Sindrom Iritable Bowel antara lain :
1) Inflammatory bowel disease.
2) Kanker kolorektal.
3) Divertikulitis.
4) Obstruksi mekanik pada usus halus atau kolon.
5) Infeksi usus.
6) Maldigesti dan malabsorbsi.
7) Endometriosis pada pasien yang mengalami nyeri saat menstruasi.

17
Bab III
Asuhan Keperawatan

3.1 Asuhan Keperawatan Teoritis


3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
a) Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan seperti ketidaknormalan frekuensi
defekasi, ketidaknormalan proses defekasi (rasa defekasi tidak
tuntas), kembung atau merasakan distensi abdomen, ditemukan
keluhan diare dengan lender, nyeri pada abdomen bawah, sembelit,
sering buang angin, sendawa, konstipasi
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Gangguan tidak nyaman pada daerah abdomen
c) Riwayat Psikologis
Pasien IBS biasanya dirujuk ke ahli gastroterologi dengan distress
psikologis, paling sering anxietas. Stressor (anxietas) penting untuk
diidentifikasi karena dapat mengganggu respon terapi.
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan umumnya terjadi pada pasien IBS melihat
etiologi penyakit yang diderita pasien adalah sebagai berikut :
1) Nyeri akut b.d proses defekasi (Domain 12: Kenyamanan, Kelas 1:
Kenyamanan Fisik) (00132)
2) Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen, asupan cairan dan serat
tidak cukup, nyeri abdomen (Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran,
Kelas 1: Fungsi Gastrotestinal) (00011)
3) Diare b.d kram abdomen, nyeri abdomen, ada dorongan untuk
defekasi (Domain 3: Eliminasi dan Pertukaran, Kelas 1: Fungsi
Gastrotestinal) (00013)
4) Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d diare, kram abdomen, nyeri
abdomen, memakan kontaminan (misalnya, air, makanan) (Domain
3: Eliminasi dan Pertukaran, Kelas 1: Fungsi Gastrotestinal) (00196)

18
5) Ansietas b.d ancaman pada status terkini, stressor (Domain 9:
Koping/Intoleransi stress, Kelas 2: Respon Koping) (00146)
6) Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan makanan, nyeri abdomen, kram abdomen, diare (Domain 2:
Nutrisi, Kelas 1: Makan) (00002)

3.1.3 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Kriteria Hasil NOC (Nursing Intervensi NIC (Nursing
Outcomes Classification ) interventions Classification )
1. Domain 12: 1. Kontrol nyeri (1605) 1. Pemberian analgesic (2210)
kenyamanan a. Mengenali kapan nyeri terjadi a. Tentukan lokasi,
Kelas (5) secara konsisten karakteristik, kualitas,dan
1:kenyamanan fisik menunjukkan keparahan nyeri sebelum
(00132) b. Menggambarkan faktor mengobati pasien
Nyeri akut b.d penyebab (5) secara konsisten b. Cek perintah pengobatan
proses defekasi menunjukkan meliputi, obat, dosis, dan
c. Menggunakan tindakan frekuensi obat analgesic yang
pencegahan (5) secara diresepkan
konsisten menunjukkan c. Cek adanya riwayat alergi
d. Menggunakan tindakan d. Evaluasi kemampuan pasien
pengurangan (nyeri) tanpa untuk berperan serta dalam
analgesic (5) pemelihan analgetik, rute dan
e. Menggunakan analgesic yang dosis dan keterlibatan pasien
direkomendasikan (5) sesuai kebutuhan
f. Melaporkan gejala yang tidak e. Monitor tanda vital sebelum
terkontrol pada professional dan sesudah memberikan
(5) analgesic narkotika pada
g. Mengenali apa yang terkait pemberian dosis pertama kali
dengan gejala nyeri (5) atau jika ditemukan tanda-
h. Melaporkan nyeri yang tanda yang tidak biasanya
terkontrol (5) f. Berikan kebutuhan
kenyamanan dan aktivitas

19
2. Tingkat nyeri (2102) lain yang dapat membantu
a. Nyeri yang dilaporkan (5) relaksasi untuk memfasilitasi
tidak ada penurunan nyeri
b. Ekspresi nyeri wajah (5) tidak g. Lakukan tindakan untuk
ada mengurangi efek samping
3. Tingkat kecemasan (1211) analgesic (misalnya
a. Perasaan gelisah (5) tidak ada konstipasi)
b. Mengeluarkan rasa marah 2. Pengurangan kecemasan
secara berlebihan (5) tidak ada (5820)
c. Kesulitan dalam memahami a. Gunakan pendekatan yang
sesuatu (5) tidak ada tenang dan meyakinkan
4. Status kenyaman (2008) b. Jelaskan semua prosedur
a. Kesejakteraan psikologis (5) termasuk sensasi yang akan
tidak terganggu dirasakan yang mungkin
b. Dukungan sosial dari keluarga akan dialami klien selama
(5) tidak terganggu prosedur
c. Perawatan sesuai dengan c. Berikan informasi factual
kebutuhan (5) tidak terganggu terkait diagnosis, perawatan,
5. Pengetahuan: Manajemen nyeri dan prognosis
(1843) d. Identifikasi pada saat terjadi
a. Faktor-faktor penyebab dan perubahan tingkat kecemasan
faktor yang berkontribusi (4- e. Bantu klien
5) pengetahuan banyak atau mengindentifikasi situasi
pengetahuan sangat banyak yang memicu kecemasan
b. Tanda dan gejala nyeri (4-5) f. Kaji untuk tanda verbal dan
pengetahuan banyak atau non verbal kecemasan
pengetahuan sangat banyak
c. Strategi untuk mengontrol
nyeri (4-5) pengetahuan
banyak atau pengetahuan
sangat banyak
d. Sumber informasi terpercaya

20
terkait kontrol terhadap nyeri
(4-5) pengetahuan banyak
atau pengetahuan sangat
banyak
2. Domain 3: 1. Kontinensi Usus (0500) 1. Manajemen Saluran Cerna
Eliminasi a. Mengenali keinginan defekasi (0430)
Kelas 2:Fungsi (5) secara konsisten a. Catat tanggal buang air besar
Gastrotestinal menunjukkan terakhir
(00013) b. Mempertahankan pola b. Monitor buang air besar
Diare b.d kram pengeluaran feses yang bisa di termasuk frekuensi,
abdomen, nyeri prediksi (5) secara konsisten konsistensi, bentuk, volume,
abdomen, ada menunjukkan dan warna, dengan cara yang
dorongan untuk c. Merespon keinginan untuk tepat
defekasi BAB secara tepat waktu (5) c. Catat masalah BAB yang
secara konsisten menunjukkan sudah ada sebelumnya, BAB
d. Tiba di toilet antara dorongan rutin, dan penggunaan
untuk BAB dan waktu untuk laksatif
mengeluarkan feses (5) secara d. Instruksikan pasien mengenai
konsisten menunjukkan makanan tinggi serat, dengan
e. Minum cairan secara adekuat cara yang tepat
(5) secara konsisten 2. Manajemen diare (0460)
menunjukkan a. Tentukan riwayat diare
f. Diare (5) tidak pernah b. Evaluasi kandungan nutrisi
menunjukkan dari makanan yang sudah di
g. Konstipasi (5) tidak pernah konsumsi sebelumnya
menunjukkan c. Monitor tanda dan gejala
2. Tingkat Ketidaknyamanan diare
(2109) d. Ajari pasien cara
a. Nyeri (5) tidak ada menurunkan stress, sesuai
b. Cemas (5) tidak ada kebutuhan
c. Stress (5) tidak ada e. Bantu pasien untuk
d. Meringis (5) tidak ada melakukan teknik penurunan

21
e. Kehilangan nafsu makan (5) stress
tidak ada f. Monitor persiapan makanan
f. Diare (5) tidak ada yang aman
g. Konstipasi (5) tidak ada 3. Manajemen cairan (4120)
3. Tingkat nyeri (2102) a. Jaga intake/asupan yang
a. Nyeri yang dilaporkan (5) akurat dan catat output
tidak ada (pasien)
b. Ekspresi nyeri wajah (5) tidak b. Monitor makanan/cairan
ada yang dikonsumsi dan hitung
c. Berkeringat berlebihan (5) asupan kalori harian
tidak ada c. Barikan cairan, dengan tepat
d. Kehilangan nafsu makan (5) 4. Pengurangan Kecemasan
tidak ada (5820)
e. Frekuensi napas (5) normal a. Jelaskan semua prosedur
f. Tekanan darah (5) normal termasuk sensasi yang akan
4. Tingkat kecemasan (1211) dirasakan yang mungkin
a. Tidak dapat beristirahat (5) akan dialami klien selama
tidak ada prosedur
b. Perasaan gelisah (5) tidak ada b. Bantu klien mengidentifikasi
c. Perubahan pada pola buang air situasi yang memicu
besar (5) tidak ada kecemasan
5. Keseimbangan cairan (0601) c. Intruksikan klien untuk
a. Tekanan darah (5) normal menggunakan teknik
b. Keseimbangan intake dan relaksasi
output dalam 24jam (5)
normal
c. Berat badan (5) normal
d. Pusing (5) tidak ada

3. Domain 2: Nutrisi 1. Status Nutrisi (1009) 1. Manajemen diare (0460)


Kelas 1:Makan a. Asupan serat (5) sepenuhnya a. Tentukan riwayat diare
(00002) adekuat b. Evaluasi kandungan nutrisi

22
Ketidakseimbangan b. Asupan vitamin (5) dari makanan yang sudah di
nutrisi:kurang dari sepenuhnya adekuat konsumsi sebelumnya
kebutuhan tubuh b.d 2. Tingkat Ketidaknyamanan c. Monitor tanda dan gejala
kurang asupan (2109) diare
makanan, nyeri a. Nyeri (5) tidak ada d. Ajari pasien cara
abdomen, kram b. Cemas (5) tidak ada menurunkan stress, sesuai
abdomen, diare c. Stress (5) tidak ada kebutuhan
d. Meringis (5) tidak ada e. Bantu pasien untuk
e. Diare (5) tidak ada melakukan teknik penurunan
f. Konstipasi (5) tidak ada stress
3. Tingkat Nyeri (2102) f. Monitor persiapan makanan
a. Nyeri yang di laporkan (5) yang aman
tidak ada 2. Manajemen Cairan (4120)
b. Ekspresi nyeri wajah (5) tidak a. Jaga intake/asupan yang
ada akurat dan catat output
4. Pengetahuan: Diet yang (pasien)
Disarankan (1802) b. Monitor makanan/cairan
a. Diet yang dianjurkan (5) yang dikonsumsi dan hitung
pengetahuan sangat banyak asupan kalori harian
b. Tujuan diet (5) pengetahuan c. Monitor status gizi
sangat banyak d. Berikan cairan, dengan tepat
c. Makanan yang diperolehkan 3. Manajemen Nutrisi (1100)
dalam diet (5) pengetahuan a. Tentukan status gizi pasien
sangat banyak dan kemampuan (pasien)
d. Strategi untuk situasi yang untuk memebuhi kebutuhan
mempengaruhi intake gizi
makanan dan cairan (5) b. Tentukan apa yang menjadi
pengetahuan sangat banyak preferensi makanan bagi
e. Strategi meningkatkan pasien
kepatuhan diet (5) c. Atur diet yang diperlukan (
pengetahuan sangat banyak misalnya, menambah
vitamin, serat)

23
d. Anjurkan pasien terkait
dengan kebutuhan makanan
tertentu berdasarkan
perkembangan (misalnya,
peningkatan vitamin, cairan,
serat)
e. Pastikan diet mencangkup
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi
f. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
g. Berikan arahan, bila
diperlukan

3.1.4 Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Intervensi Implementasi
1. Domain 12: 1. Pemberian analgesic (2210) 1. Pemberian analgesic (2210)
kenyamanan a. Tentukan lokasi, karakteristik, a. Menentukan lokasi,
Kelas 1: kualitas,dan keparahan nyeri karakteristik, kualitas,dan
Kenyamanan fisik sebelum mengobati pasien keparahan nyeri sebelum
(00132) b. Cek perintah pengobatan mengobati pasien
Nyeri akut b.d meliputi, obat, dosis, dan b. Mengontrol perintah
proses defekasi frekuensi obat analgesic yang pengobatan meliputi, obat,
diresepkan dosis, dan frekuensi obat
c. Cek adanya riwayat alergi analgesic yang diresepkan
d. Evaluasi kemampuan pasien c. Mengecek adanya riwayat
untuk berperan serta dalam alergi
pemelihan analgetik, rute dan d. Mengevaluasi kemampuan
dosis dan keterlibatan pasien pasien untuk berperan serta

24
sesuai kebutuhan dalam pemelihan analgetik,
e. Monitor tanda vital sebelum rute dan dosis dan
dan sesudah memberikan keterlibatan pasien sesuai
analgesic narkotika pada kebutuhan
pemberian dosis pertama kali e. Memonitori tanda vital
atau jika ditemukan tanda- sebelum dan sesudah
tanda yang tidak biasanya memberikan analgesic
f. Berikan kebutuhan narkotika pada pemberian
kenyamanan dan aktivitas lain dosis pertama kali atau jika
yang dapat membantu ditemukan tanda-tanda yang
relaksasi untuk memfasilitasi tidak biasanya
penurunan nyeri f. Memberikan kebutuhan
g. Lakukan tindakan untuk kenyamanan dan aktivitas
mengurangi efek samping lain yang dapat membantu
analgesic (misalnya konstipasi relaksasi untuk
dan iritasi lambung) memfasilitasi penurunan
2. Pengurangan kecemasan (5820) nyeri
a. Gunakan pendekatan yang g. Melakukan tindakan untuk
tenang dan meyakinkan mengurangi efek samping
b. Jelaskan semua prosedur analgesic (misalnya
termasuk sensasi yang akan konstipasi dan iritasi
dirasakan yang mungkin akan lambung)
dialami klien selama prosedur 2. Pengurangan kecemasan
c. Berikan informasi factual (5820)
terkait diagnosis, perawatan, a. Menggunakan pendekatan
dan prognosis yang tenang dan
d. Identifikasi pada saat terjadi meyakinkan
perubahan tingkat kecemasan b. Menjelaskan semua
e. Bantu klien mengindentifikasi prosedur termasuk sensasi
situasi yang memicu yang akan dirasakan yang
kecemasan mungkin akan dialami klien
f. Kaji untuk tanda verbal dan selama prosedur

25
non verbal kecemasan c. Memberikan informasi
factual terkait diagnosis,
perawatan, dan prognosis
d. Mengidentifikasi pada saat
terjadi perubahan tingkat
kecemasan
e. Membantu klien
mengindentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
f. Mengkaji untuk tanda
verbal dan non verbal
kecemasan

2. Domain 3: Eliminasi 1. Manajemen Saluran Cerna 1. Manajemen Saluran Cerna


Kelas 2:Fungsi (0430) (0430)
Gastrotestinal a. Catat tanggal buang air besar a. Mencatat tanggal buang air
(00013) terakhir besar terakhir
Diare b.d kram b. Monitor buang air besar b. Menonitori buang air besar
abdomen, nyeri termasuk frekuensi, termasuk frekuensi,
abdomen, ada konsistensi, bentuk, volume, konsistensi, bentuk,
dorongan untuk dan warna, dengan cara yang volume, dan warna, dengan
defekasi tepat cara yang tepat
c. Catat masalah BAB yang c. Mecatat masalah BAB yang
sudah ada sebelumnya, BAB sudah ada sebelumnya,
rutin, dan penggunaan laksatif BAB rutin, dan penggunaan
d. Instruksikan pasien mengenai laksatif
makanan tinggi serat, dengan d. Menginstruksikan pasien
cara yang tepat mengenai makanan tinggi
2. Manajemen diare (0460) serat, dengan cara yang
a. Tentukan riwayat diare tepat
b. Evaluasi kandungan nutrisi 2. Manajemen diare (0460)
dari makanan yang sudah di a. Menentukan riwayat diare

26
konsumsi sebelumnya b. Mengevaluasi kandungan
c. Monitor tanda dan gejala diare nutrisi dari makanan yang
d. Ajari pasien cara menurunkan sudah di konsumsi
stress, sesuai kebutuhan sebelumnya
e. Bantu pasien untuk melakukan c. Memonitori tanda dan
teknik penurunan stress gejala diare
f. Monitor persiapan makanan d. Mengajarkan pasien cara
yang aman menurunkan stress, sesuai
3. Manajemen cairan (4120) kebutuhan
d. Jaga intake/asupan yang akurat e. Membantu pasien untuk
dan catat output (pasien) melakukan teknik
e. Monitor makanan/cairan yang penurunan stress
dikonsumsi dan hitung asupan f. Memonitori persiapan
kalori harian makanan yang aman
f. Berikan cairan, dengan tepat 3. Manajemen cairan (4120)
4. Pengurangan Kecemasan a. Menjaga intake/asupan
(5820) yang akurat dan catat output
a. Jelaskan semua prosedur (pasien)
termasuk sensasi yang akan b. Memonitori makanan/cairan
dirasakan yang mungkin akan yang dikonsumsi dan hitung
dialami klien selama prosedur asupan kalori harian
b. Bantu klien mengidentifikasi c. Memberikan cairan, dengan
situasi yang memicu tepat
kecemasan 4. Pengurangan Kecemasan
c. Intruksikan klien untuk (5820)
menggunakan teknik relaksasi a. Menjelaskan semua
prosedur termasuk sensasi
yang akan dirasakan yang
mungkin akan dialami klien
selama prosedur
b. Membantu klien
mengidentifikasi situasi

27
yang memicu kecemasan
c. Mengintruksikan klien
untuk menggunakan teknik
relaksasi
3. Domain 2: Nutrisi 1. Manajemen diare (0460) 1. Manajemen diare (0460)
Kelas 1:Makan a. Tentukan riwayat diare a. Menentukan riwayat diare
(00002) b. Evaluasi kandungan nutrisi b. Mengevaluasi kandungan
Ketidakseimbangan dari makanan yang sudah di nutrisi dari makanan yang
nutrisi:kurang dari konsumsi sebelumnya sudah di konsumsi
kebutuhan tubuh b.d c. Monitor tanda dan gejala diare sebelumnya
kurang asupan d. Ajari pasien cara menurunkan c. Memonitor tanda dan gejala
makanan, nyeri stress, sesuai kebutuhan diare
abdomen, kram e. Bantu pasien untuk melakukan d. Mengajarkan pasien cara
abdomen, diare teknik penurunan stress menurunkan stress, sesuai
f. Monitor persiapan makanan kebutuhan
yang aman e. Membantu pasien untuk
2. Manajemen Cairan (4120) melakukan teknik
a. Jaga intake/asupan yang akurat penurunan stress
dan catat output (pasien) f. Memonitori persiapan
b. Monitor makanan/cairan yang makanan yang aman
dikonsumsi dan hitung asupan 2. Manajemen Cairan (4120)
kalori harian a. Menjaga intake/asupan
c. Monitor status gizi yang akurat dan catat output
d. Berikan cairan, dengan tepat (pasien)
3. Manajemen Nutrisi (1100) b. Memonitor makanan/cairan
a. Tentukan status gizi pasien yang dikonsumsi dan hitung
dan kemampuan (pasien) asupan kalori harian
untuk memebuhi kebutuhan c. Memonitor status gizi
gizi d. Memberikan cairan, dengan
b. Tentukan apa yang menjadi tepat
preferensi makanan bagi 3. Manajemen Nutrisi (1100)
pasien a. Menentukan status gizi

28
c. Atur diet yang diperlukan ( pasien dan kemampuan
misalnya, menambah vitamin, (pasien) untuk memebuhi
serat) kebutuhan gizi
d. Anjurkan pasien terkait dengan b. Menentukan apa yang
kebutuhan makanan tertentu menjadi preferensi makanan
berdasarkan perkembangan bagi pasien
(misalnya, peningkatan c. Mengatur diet yang
vitamin, cairan, serat) diperlukan ( misalnya,
e. Pastikan diet mencangkup menambah vitamin, serat)
makanan tinggi kandungan d. Menganjurkan pasien
serat untuk mencegah terkait dengan kebutuhan
konstipasi makanan tertentu
f. Monitor kecenderungan berdasarkan perkembangan
terjadinya penurunan dan (misalnya, peningkatan
kenaikan berat badan vitamin, cairan, serat)
g. Berikan arahan, bila e. Memastikan diet
diperlukan mencangkup makanan
tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi
f. Memonitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
g. Memberikan arahan, bila
diperlukan

3.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuanyang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien,keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya. Evaluasi pada pasien sindrom iritabel bowel antara
lain :

29
1) Rasa nyeri berkurang.
2) Mencegah konstipasi.
3) Mencegah diare

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus

Kasus
Anak F usia 4 tahun buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir,
terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata cowong,
perut terasa kembung, dan rewel. Anak F dibawa ke RSUD Dr. Sutomo Surabaya
dengan pada tanggal 9 November 2016 dan di rawat diruang Bona anak. Ibu anak
F mengatakan sudah 2 minggu belakangan ini anaknya susah makan, minum susu
juga tidak mau. Sebelum sakit anak F suka sekali makan snack kemasan yang
gurih, dan menangis jika tidak diberikan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan suhu
37,2 C, nadi 100x/menit, RR 40x/menit. Pada Abdomen didapatkan bising usus
6x/menit, turgor > 3detik,. Anak F tampak rewel, sering menangis dan tidak mau
menyusu. Hasil pemeriksaan Lab tanggal 11 November 2016 didapatkan eritrosit
5,3 g/dl, leukosit 42,3 x103 ML, hematokrit 50,60%. Hasil pemeriksaan rontgen
kontras dan biopsi mukosa didapatkan bahwa anak F mengalami sindrom iritable
bowel

3.2.1 Pengkajian

A. Anamnesa
1. Identitas Klien
a. Nama : Anak F
b. Usia : 4 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku/ Bangsa : Indonesia
f. Alamat asal : Surabaya
g. Tanggal Masuk : 9 November 2016
h. Tanggal Pengkajian : 11 November 2016

30
i. Diagnosa Medis : Sindrom Irritable Bowel
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai
lendir, terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan
berkurang
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak F buang air besar kurang lebih 6x per hari, disertai lendir,
terdapat nyeri pada perut bagian bawah, selera makan berkurang, mata
cowong, perut terasa kembung, dan rewel. Ibu anak F mengatakan
sudah 2 minggu belakangan ini anaknya susah makan, minum susu
juga tidak mau.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Tidak dijelaskan dalam kasus
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak dijelaskan dalam kasus
B. Pemeriksaan Fisik
1. TTV:
Suhu 37,2 OC, nadi 100x/menit, RR 40x/menit.
2. Breathing (B1)
RR 40x/menit (takipnea).
3. Blood (B2)
Nadi 100x/menit (normal).
4. Brain (B3)
Mata cowong.
5. Bladder (B4)
Normal.
6. Bowel (B5)
BAB kurang lebih 6x per hari disertai lendir, terdapat nyeri pada
perut bagian bawah, selera makan berkurang, perut terasa
kembung, pada abdomen didapatkan bising usus 6x/menit.
7. Bone (B6)
Turgor > 3detik.

31
C. Pemeriksaan Laboratorium
1. Eritrosit 5,3 g/dl
2. Leukosit 42,3 x103 ML
3. Hematokrit 50,60%
D. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS: Inflamasi usus Diare
 Klien BAB ≥ ↓
6x per hari, Peningkatan
disertai lender, flora normal
perut ↓
kembung Reabsorpsi
DO: cairan
 Bising usus menurun
6x/menit ↓
 Turgor > 3 BAB ≥ 6x per
detik hari

 TTV:
Suhu 37,2 C
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit
2. DS: Abnormalitas Nyeri Kronis
 Nyeri pada frekuensi
perut bagian defekasi
bawah ↓
DO:
 Bising usus Inflamasi pada
6x/menit usus besar
 TTV: ↓

32
Suhu 37,2 C Nyeri abdomen
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit

3. DS: Gangguan Ketidakseimbangan


Ibu anak F pada usus Nutrisi: Kurang
mengatakan sudah 2 ↓ dari kebutuhan
minggu belakangan Anoreksia tubuh
ini anaknya susah ↓
makan, minum susu Intake
juga tidak mau inadekuat
DO:
 Bising usus
6x/menit
 TTV:
Suhu 37,2 C
Nadi
100x/menit
RR 40x/menit

3.2.2 Diagnosa

1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal (00013)


2. Nyeri kronis berhubungan dengan agens pencedera (00133)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan (00002)

33
3.2.3 Intervensi dan Implementasi

Diagnosa NOC NIC


No.
Domain 3 : eleiminasi Eliminasi Usus Manajemen Saluran Cerna
1. dan pertukaran Kelas 2 Pembentukan dan 1. Catat tanggal buang air
: fungsi gastrointestial pengeluaran feses besar terakhir
Diare (00013) 1. Warna feses normal 2. Monitor adanya diare
Batasan karakteristik
2. Feses lembut dan 3. Monitor buang air besar
1. Ada dorongan untuk
berbentuk termasuk frekuensi,
defekasi
3. tidak ada suara bising konsistensi, bentuk,
2. Bising usus
usus volume, dan warna
hiperaktif
4. Monitor bising usus
3. Defekasi feses cair > Kontinensi Usus
5. Lapor peningkatan atau
Mengontrol pengeluaran
3 dalam 24 jam
berkurangnya bising usus
feses dari usus
4. Nyeri abdomen
1. Mengeluarkan feses
Manajemen Diare
paling tidak 3 kali per
1. Tentukan riwayat diare
hari
2. Monitor tanda dan gejala
2. Merespon keinginan
diare
untuk BAB secara
3. Instruksikan anggota
tepat waktu
keluarga untut mencatat
3. Memantau jumlah dan
warna , volume, frekuesi,
konsistensi feses
dan konsistensi tinja
4. Instruksikan anggota
kelarga agar pasien diet
rendah serat,tinggi
protein,tinggi kalori, sesuai
kebutuhan
Domain 12 : Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
1. Tidak merasa nyeri 1. Melakukan pengkajian
2. Kenyamanan Kelas 1 :
2. Tidak menggosak nyeri komprehensif yang
Kenyamanan fisik
area yang terkena meliputi lokasi,
Nyeri kronis (00133)

34
Batasan karakteristik dampak karakteristik, durasi,
1. Anoreksia 3. Tidak mengerang dan frekuensi, kualitas,
2. Ekspresi nyeri menangis intensitas, dan faktor
3. Laporan perilaku 4. Tidak ada ekspresi pencetus
nyeri nyeri di wajah 2. Evaluasi pengalaman
5. Tidak mengerinyit nyeri dimasa lalu yang
6. Tidak kehilangan meliputi riwayat nyeri
nafsu makan kronik individu atau
7. Dapat beristirahat keluarga
8. Frekuensi nafas 3. Evaluasi bersama anggota
normal (anak-anak pasien dan tim kesehatan
20-30 x/menit) lainya, mengenai
9. Denyut nadi normal efektifitas tindakan
(80-90 x/menit) pengontrolan nyeri
4. Ajarkan penggunaaan
teknik non farmakologi
(seperti relaksasi)
Domain 2 : Nutrisi Nafsu Makan Pemberian Makanan
1. Ada keinginan untuk
3. Kelas 1 : Makan 1. Atur meja dan nampan agar
makan
Ketidakseimbangan menarik
2. Menyenangi makanan
nutrisi : Kurang dari 2. Ciptakan lingkungan yang
3. Intake makanan tidak
kebutuhan tubuh menyenangkan selama
terganggu
(00002) makanan
4. Intake nutrisi tidak
Batasan karakteristik 3. duduk saat memberikan
terganggu
1. Bising usus makanan untukmenunjukan
2. Diare perasaan senang dan rileks
Fungsi Gastrointestial
3. Kurang minat pada 4. tawarkan kesempatan
1. Toleransi terhadap
makanan mencium makanan untuk
makanan tidak
menstimulasi nafsu makan
terganggu
5. Tanyakan pasien apa
2. Nafsu makan tidak
makanan yang disukai
terganggu
untuk di pesan

35
3. Frekuensi BAB tidk 6. Atur makanan sesuai
terganggu dengan kesenangan pasien
4. Warna feses normal 7. Catat asupan yang teapt
5. Konsistensi feses 8. Sediakan cemilan, yang
normal sesuai
6. Jumlah feses normal
7. Tidak ada bising usus Manajemen Saluran Cerna
8. Hemaokrit normal 1. Catat tanggal buang air
besar terakhir
2. Monitor adanya diare
3. Monitor buang air besar
termasuk frekuensi,
konsistensi, bentuk,
volume, dan warna
4. Monitor bising usus
5. Lapor peningkatan atau
berkurangnya bising usus

Manajemen Diare
1. Tentukan riwayat diare
2. Monitor tanda dan gejala
diare
3. Instruksikan anggota
keluarga untut mencatat
warna , volume, frekuesi,
dan konsistensi tinja
4. Instruksikan anggota
kelarga agar pasien diet
rendah serat,tinggi
protein,tinggi kalori, sesuai
kebutuhan

36
3.2.4 Implementasi dan Evaluasi
No Hari/Tanggal/ No. Implementasi Evaluasi
Jam Diag
nosa
1 Sabtu/ 12-11- 1 Manajemen Saluran S : Ibu klien mengatakan
16/ 09.00
Cerna anaknya BAB maksimal 3x
1. Mencatat tanggal buang sehari, sudah tidak ada lendir,
air besar terakhir perut tidak kembung.
2. Memonitor adanya diare
3. Memonitor buang air
besar termasuk O : Sudah tidak ada bising
frekuensi, konsistensi,
usus, TTV normal.
bentuk, volume, dan
warna
4. Memonitor bising usus A : Masalah teratasi semua.
5. Melaporkan peningkatan
atau berkurangnya
bising usus P : Intervensi di hentikan.
Manajemen Diare
1. Menentukan riwayat
diare
2. Memonitor tanda dan
gejala diare
3. Menginstruksikan
anggota keluarga untut
mencatat warna , volume,
frekuesi, dan konsistensi
tinja
Menginstruksikan
anggota kelarga agar
pasien diet rendah
serat,tinggi protein,tinggi
kalori, sesuai kebutuhan

2 Sabtu/ 12-11- 2 Manajemen Nyeri S : Ibu klien mengatakan


16/ 12.00 1. Melakukan pengkajian anaknya sudah tidak nyeri di
nyeri komprehensif perut bagian bawah
yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, O : Tidak ada tanda-tanda

37
intensitas, dan faktor klien merasa kesakitan, TTV
pencetus normal
2. Mengevaluasi
pengalaman nyeri
dimasa lalu yang A : Masalah teratasi semua.
meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau
keluarga P : Intervensi dihentikan.
3. Mengevaluasi bersama
anggota pasien dan tim
kesehatan lainya,
mengenai efektifitas
tindakan pengontrolan
nyeri
4. Mengajarkan
penggunaaan teknik
non farmakologi
(seperti relaksasi)
3. Minggu/ 13- 3 Pemberian Makanan S : Ibu klien mengatakan klien
11-16/ 07.00 1. Mengatur meja dan sudah tidak susah makan dan
nampan agar menarik minum susu
2. Menciptakan lingkungan
yang menyenangkan
selama makanan O:
3. duduk saat memberikan
makanan  Klien terlihat sudah
untukmenunjukan mau makan-makanan
perasaan senang dan yang diberikan ibunya
rileks
4. menawarkan dan mau minum susu.
kesempatan mencium  Data biokimia : HB 16
makanan untuk
menstimulasi nafsu g/dl, Leukosit 13,5 x103
makan ML,Hematokrit 40%,
5. menanyakan pasien apa
eritrosit 4,2 juta
makanan yang disukai
untuk di pesan sel/mm3
6. Mengatur makanan
sesuai dengan
A : Masalah teratasi semua.
kesenangan pasien
7. Mencatat asupan yang
teapt P : Intervensi dihentikan.
8. Menyediakan cemilan,
yang sesuai

38
Manajemen Saluran
Cerna
1. Mencatat tanggal buang
air besar terakhir
2. Memonitor adanya diare
3. Memonitor buang air
besar termasuk
frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume, dan
warna
4. Memonitor bising usus
5. Melaporkan peningkatan
atau berkurangnya
bising usus

Manajemen Diare
1. Menentukan riwayat
diare
2. Memonitor tanda dan
gejala diare
3. Menginstruksikan
anggota keluarga untut
mencatat warna ,
volume, frekuesi, dan
konsistensi tinja
4. Menginstruksikan
anggota kelarga agar
pasien diet rendah
serat,tinggi
protein,tinggi kalori,
sesuai kebutuhan

39
BAB 4
Penutup

4.1 Kesimpulan
Sindrom irritable bowel atau Irritable Bowel Syndrome (IBS) merupakan
gangguan sistem gastrointestinal bersifat kronis yang ditandai oleh nyeri atau
sensasi tidak nyaman pada abdomen, kembung dan perubahan kebiasaan buang air
besar. Gejala klinik IBS berupa nyeri perut atau rasa tidak nyaman di abdomen
dan perubahan pola buang air besar seperti diare, konstipasi atau diare dan
konstipasi bergantian serta rasa kembung. Didiagnosis atas dasar gejala-gejala
yang khas tanpa adanya gejala alarm seperti penurunan berat badan, perdarahan
per rektal, demam atau anemia. Pemeriksaan fisik dan tes diagnostik yang
sekarang tersedia tidak cukup spesifik untuk menegakkan diagnosis IBS,
sehingga diagnosis IBS ditegakkan atas dasar gejala-gejala yang khas tersebut.
Sebagai gejala tambahan pada nyeri perut, diare atau konstipasi, gejala khas lain
meliputi perut kembung, adanya gas dalam perut, stool urgensi atau strining dan
perasaan evakuasi kotoran tidak lengkap. Setelah dilakukan implementasi pada
asuhan keperawatan, diharapkan di akhir sudah tidak ada bising usus, TTV
normal, Tidak ada tanda-tanda klien merasa kesakitan, Klien terlihat sudah mau
makan-makanan yang diberikan ibunya dan mau minum susu, dan data biokimia :
HB 16 g/dl, Leukosit 13,5 x103 ML,Hematokrit 40%, eritrosit 4,2 juta sel/mm3.

4.2 Saran
Diharapkan kepada perawat lebih paham pada penyakit gangguan motilitas
usus dan eliminasi fekal yaitu pada sindrom irritable bowel, beserta cara
pencegahan dan pengobatannya, sehingga dapat menjalankan asuhan keperawatan
untuk kesembuhan pasien. Perawat juga mampu lebih fokus dalam menjalankan
intervensi keperawatan pada pasien sindrom irritable bowel.

40
Daftar Pustaka

Anonim, 2010. Irritable bowel syndrome. Dalam


http://en.wikipedia.org/wiki/Irritable_bowel_syndrome#Causes diakses
pada tanggal 24 November 2016.
Ari Fahrial, ChaidirAulia, Dadang Makmunm Kaka Renaldi, Marcellus
Simadibrata, Murdani Abdullah, et al. Konsensus Penatalaksanaan
Irritable Bowel Syndrome di Indonesia. 2013.
Ayudhita, Dhiara dan Inggiani Tjuatja. 2012. Anda Dokter Keluarga Anda.
Jakarta: Penebar Plus+.
Camilleri M, Chang L . Challenges to the therapeutic pipeline for irritable bowel
syndrome: end points and regulatory hurdles. Gastroenterology.,
2008;135:1877-91.
Jacobus, D. J. 2014. “Irriteble Bowel Syndrome (IBS) Diagnosis dan
Penatalaksanaan”. Jurnal Dokter Internship RSUD Dolopo dan
Puskesmas Kare. 41 (10), 727-732.
Jaya, Danny Jacobus. 2014. Irritable Bowel Syndrome (IBS)-Diagnosis dan
Penatalaksanaan. CDK-221/Vol. 41 no.10.
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/.../530 J.
MAJORITY | Volume 4 Nomor 2 | Januari 2015 |79.
Jurnal Kedokteran Universitas Lampung dalam
http://juke.kedokteran.unila.ac.id>download diakses pada tanggal 25
November 2016.
www.itokindo.org/?wpfb_dl=201 diakses pada tanggal 24 November 2016.
http://www.kalbemed.com/Portals/6/05_221CMEIrritable%20Bowel%20Syndom
e-Diagnosis%20dan%20Penatalaksanaan.pdf

http://www.itokindo.org/?wpfb_dl=201

41

Anda mungkin juga menyukai