Anda di halaman 1dari 26

Interaksi Obat Dalam Saluran

Cerna

Kelompok 2:
• Dinda Ariza (2016.01.00.02.013)
• Fia Rizka Auliana (2016.01.00.02.023)
• Dian Sartika (2016.01.00.02.028)
Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi


suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang
diberikan bersamaan.Kemungkinan terjadinya peristiwa
interaksi harus selalu dipertimbangkan dalam klinik,
manakala dua obat atau lebih diberikan secara
bersamaan atau hampir bersamaan.

Dampak negatif dari interaksi obat yaitu :


Terjadinya efek samping
Tidak tercapainya efek terapetik yang diinginkan
Pengertian saluran gastrointestinal

Saluran gantrointestinal (gastointestinal tractus), juga disebut


saluran digestik (digestive tract) adalah sebuah saluran berotot
yang memanjang mulai dari mulut sampai ke anus. Pada
prinsipnya fungsi utama sistem gastrointestinal (GI) adalah
mensuplai nutrisi ke sel-sel tubuh yang diperoleh melalui
proses Ingestion yang terjadi pada saat mulai intake makanan
masuk kedalam mulut, Digestion dimana peristiwa mencerna
makanan dimulai dalam lambung dan usus halus dan
Absorption yang terjadi terutama dalam usus halus dan juga
dalam usus besar. Proses eliminasi adalah pengeluaran sisa-
sisa hasil pencernaan.
Cont..
Sistem GI (Digestive System) terdiri dari saluran
GI dan organ beserta kelenjar yang terkait
dengan pencernaan yaitu mulut, esofagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan
anus. Sedangkan organ-organ yang
berhubungan adalah hati, pankreas, dan
kandung empedu.
Gambar Saluran Pencernaan
Interaksi gastrointestinal

Interaksi gastrointestinal adalah interaksi dua/lebih


obat yang diberikan secara bersamaan yang terjadi
di dalam saluran pencernaan. Interaksi
gastrointestinal umumnya mempengaruhi proses
absorpsi obat, sehingga dapat digolongkan dalam
interaksi absorpsi yang merupakan bagian dari
interaksi farmakokenetik. Seperti halnya interaksi
obat lainnya, interaksi gastrointestinal juga ada
yang menguntungkan dan ada yang
membahayakan.
Secara garis besar interaksi ini dapat menjadi
menjadi 2 golongan yaitu:

Interaksi antara Interaksi antara


obat dengan obat dengan
obat makanan
Interaksi antara obat dengan obat

1. Cisapride dengan Diazepam : Cisapride


mempercepat absorpsi dari diazepam

2. Cisapride dengan Nifedipine : Cisapride


meningkatkan efek nifedipine dengan
peningkatan absorpsi

3. Cimetidine dengan Rifampicin :Peningkatan


clearance non-renal dari cimetidine hingga
50% karena induksi enzim oleh rifampicin
Cont...
4. Loperamide dengan Ritonavir : Ritonavir
meningkatkan level Loperamide dalam
plasma
5. Antasida dengan Fe : pH lambung menurun,
sehingga jumlah absorpsi Fe meningkat
6. Tetrasiklin dengan Fe2+ :Terbentuk kelat yang
tidak dapat diabsorpsi sehingga jumlah obat
tetrasiklin dan Fe2+ menurun
Interaksi antara obat dengan
makanan

Seperti halnya dengan interaksi antara


obat dengan obat lain maka interaksi ini
juga mempengaruhi absorpsi obat.
Interaksi antara obat-makanan ini dapat terjadi
karena beberapa hal:

1. Terjadinya perubahan Ph dalam lambung, sehingga


menyebabkan penundaan absorpsi obat.
2. Perubahan motilitas usus, missal rifampisin dan
isoniazida yang absorpsinya lebih kecil pada
pemakaian setelah makan dibandingkan jika obat
tersebut diminum pada waktu lambung kosong.
3. Terjadinya reaksi kimia yang menbentuk kompleks
sama seperti obat-obat yang mengandung
kation multivalent, tetrasiklin akan membentuk
khelat dengan makanan yang mengandung ion
klasium, magnesium atau besi sehingga suasah
diabsorpsi.
Cont..

4. Kompetisi untuk mekanisme aktif, dimana


absorpsi obat dapat dihambat secara
kompetititf oleh zat makanan yang
bersangkutan. Kompetisi ini terjadi pada obat
obat yang merupakan analog dari zat
makanan, seperti levodopa, metildopa dan 6-
merkaptopurin yang diabsorpsi aktif melalui
mekanisme yang sama dengan mekanisme
bahan makanan.
Faktor terjadinya interaksi obat dalam
gastrointertinal

Perubahan Ph
Interaksi
cairan saluran
Langsung
cerna

Penghambatan
Perubahan Flora
enzim
usus.
pencernaan

Perubahan motilitas Efek toksik pada saluran


atau laju pengosongan cerna
lambung
Interaksi Langsung
Yaitu interaksi secara fisiki / kimia antara obat dalam
lumen saluran cerna sebelum diabsorpsi,sehingga
mengganggu proses absorpsi.

Perubahan Ph cairan saluran cerna


Perubahan Ph pada cairan saluran cerna akan mempengaruhi
kelaruan dan absorpsi obat-obat yang bersifat asam atau basa

Misalnya : Pemberian Natrium bikarbonat bersamaan dengan


aspirin akan meningkatkan disolusi aspirin,sehingga absorpsinya
juga meningkat. Tetapi akan mengurangi absorpsi dari tetrasiklin.
Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu
transit dalam usus (motilitas saluran cerna)

• Beberapa obat diabsorpsi di dalam usus, dimana absorpsi di usus


jauh lebih cepat dibandingkan di lambung. Oleh karena itu makin
cepat obat sampai ke usus maka makin cepat juga diabsorpsi.
Obat-obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung
akan mempercepat absorpsi obat lain yang diberikan secara
bersamaan dan begitu juga sebaliknya obat yang memperpanjang
waktu pengosongan lambung akan memperlambat absorpsi obat
lain.

• Contoh : Metoklopramid yang akan mempercepat absorpsi


parasetamol, diazepam dan propanolol dan obat antikolinergik,
antidepresi trisiklik, beberapa antihistamin antacida garam Al dan
analgetik narkotik akan memperlambat absorpsi obat lain.
Penghambatan enzim pencernaan

Obat-obat atau makanan tertentu dapat


mempengaruhi sistem transpor enzim sehingga
mempengaruhi absorbsi obat-obat spesifik pada
usus. Alopurinol dan sediaan atau makanan yang
mengandung besi tidak boleh diberikan secara
bersamaan karena alopurinol memblok sistem
enzim yang mencegah absorbsi besi. Kelebihan
absorbsi dan kelebihan muatan besi pada pasien
dapat terjadi sehingga menyebabkan
hemosiderosis (deposit hematin yang tidak larut
di dalam jaringan).
Perubahan Flora usus

Secara normal flora usus berfungsi sebagai sebagai:


• Sintensis vitamin k
• Memecah sulfasalazim menjadi bagian-bagian yang
aktif
• Sebagai metabolism obat (missal levodova)
• Hidrolisis ghukuronid yang dieksresi melalui empedu
sehingga terjadi sirkulasi enterohepatik yang
memperpanjang kerja obat (missal kontrasepsi oral)
Pemberian antibiotic spectrum luas (seperti :
tetrasiklin,kloranfenikol,ampislin,sulfonamid
e)akan mempengaruhi flora usus sehingga
menghambat sintesa vitamin K oleh
mikroorganisme usus.Apabila antibiotic ini
diberikan bersama antikoagulan oral maka
efek antikoagulan akan meningkat dan dapat
terjadi pendarahan.
Efek toksik pada saluran cerna

Terapi kronik dengan asam mefanamat,


neomisin dan kolkisin menimbullkan sindrom
malabsorpsi yang menyebabkan absorpsi
obat lain terganggu
Interaksi obat pada penderita dipepsia
dan gastritis
1. antasida dan dexamethasone
dexamethasone merupakan golongan kortikosteroid jika
digunakan bersamaan dengan antasida akan
menyebabkan interaksi berupa penurunan kadar
glukokortikoid darah. Melalui efek glukokortikoid akan
menurunkan perlindungan selaput lendir lambung atau
mucus barrier sehingga terjadi peningkatan produksi
asam lambung. Manajemen untuk menghindari
terjadinya interaksi tersebut yaitu antasida diberikan 2-
3 jam setelah mengkonsumsi dexamethasone. Interaksi
ini merugikan karena dapat mengakibatkan mual,
perdarahan gastrointestinal.
2. omeprazole dan simvastatin
omeprazole dan simvastatin jika diberikan
bersamaan akan meningkatkan konsentrasi
simvastatin dan menyebabkan terjadinya
miopati. Manajemen untuk menghindari
terjadinya interaksi obat yaitu pemantauan
pengobatan, efek samping penggunaan obat
tersebut yaitu rasa sakit, melemahnya otot,
demam dan jika terdiagnosa miopati maka
pengobatan harus dihentikan .
3. omeprazole dan chlordiazepoksida,
mekanisme interaksi yang terjadi pada
omeprazole dan chlordiazepoksida adalah
omeprazole meningkatkan kadar
chlordiazepoksida sehingga terjadi penurunan
metabolisme dan menyebabkan efek toksik
sehingga untuk menghindari terjadi interaksi
dosis chlordiazepoksida harus dikurangi dari
dosis yang dianjurkan.
4. antasida dan furosemide
Furosemid dapat menurunkan efek antasida
melalui peningkatan renal clearance efek
sampingnya menyebabkan kerusakan ginjal,
pusing, mulut kering, haus, kelelahan sehingga
bila pasien mengalami efek samping tersebut
segera hubungi dokter.
5. antasida dan ondansetron
Ondansetron dapat meningkatkan resiko irama
jantung yang tidak teratur, gangguan elektrolit
seperti hipokalemia dan hipomagnesia. Jika obat
tersebut digunakan bersamaan maka dosis dan
durasi tidak boleh melampaui anjuran yang
diberikan. Apabila pasien mengalami gejala
seperti irama jantung tidak teratur, pusing,
pingsan sesak nafas segara hubungi tenaga
medis.
DAFTAR PUSTAKA
Estuningtyas, A. Dan Arif, A. (2007). Obat Lokal. Dalam buku: Farmakologi dan
Terapi. Edisi lima, Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 517-
526.
Gapar, R.S.( 2003). Interaksi Obat Beta – Blocker dengan Obat – Obat lain, jurnal
penelitian, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Medan.
ISFI.(2011). Informasi Spesialte Obat (ISO), Volume 26.
Nah, Y. K. (2007). Interaksi Obat yang Penting di Klinik. Meditek, Vol. 15 No. 39,
Januari-April 2007. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta Barat.
Setiawati, A. (2007). Interaksi Obat. Dalam buku: Farmakologi dan Terapi. Edisi lima,
Editor: Sulistia Gan Gunawan. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 862-865.
Tan, H.T. (2002). Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta. PT.Elex Media Komputindo.
Halaman 667-670.
Thank YOU

Anda mungkin juga menyukai