Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FARMAKOLOGI

“ANTI EMETIK”

Disusun oleh :
Putri Utami (33178K1066)

JURUSAN D3 FARMASI
STIKES MUHAMMADIYAH KUNINGAN

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian..................................................................................................... 4
B. Mekanisme Mual, Muntah dan Antiemetik .............................................. 4
C. Obat Antiemetik dan Sifat Obat Golongan Antagonis Serotonin ............. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12


LAMPIRAN.......................................................................................................... 13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mual dan muntah pada pasien kanker dapat merupakan gejala dari penyakit
kanker atau efek samping dari pengobatan kanker. Mual muntah dapat mempengaruhi
status nutrisi, asupan makanan dan pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas hidup
pasien (Ballatori and Roila, 2003). Mual muntah akibat kemoterapi (MMK)
merupakan efek samping yang paling ditakuti oleh pasien kanker baik yang mendapat
kemoterapi ataupun radioterapi (Schnell, 2003). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
antiemetik yang tidak efektif dalam mencegah mual muntah. Efikasi antiemetik dalam
mencegah mual muntah berkisar sekitar 70%-80% pada pasien yang medapat
kemoterapi dengan emetogenik berat (Wit dkk, 2005).
Salah satu hal yang berpengaruh terhadap respon obat adalah variasi individu
dalam biotransformasi obat. Polimorfisme gen yang berperan serta dalam
biotransformasi obat merupakan prediktor dalam efektivitas terapi antiemetik selain
faktor risiko jenis kelamin, usia dan emetogenik dari obat sitotoksik (Kaiser dkk,
2004).

3
BAB II
ISI

A. Pengertian Mual, Muntah dan Antiemetik


Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi
lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat
(Sukandar, 2008).
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual
dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas
refleks muntah menggunakan satu dari dua cara, yaitu secara lokal, untuk mengurangi
respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya
muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan
pusat muntah. Anti emetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid, anastesi
lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah
distensi dan menstimulasi pereganan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk
mengatasi mual yang ringan(Mutschler,1991).

B. Mekanisme Mual, Muntah dan Antiemetik


Dalam penanganan kemoterapi menggunakan obat-obat yang bersifat
sitotoksik. Obat sitotoksik dapat menimbulkan mual muntah melalui beberapa
mekanisme, yaitu:1] pusat muntah, 2] chemoreceptor trigger zone (CTZ), 3] syaraf
aferen vagus yang berasal dari gastrointestinal menuju area postrema. CTZ. CTZ
sangat sensitif terhadap stimulus kimia dan merupakan target utama dari antiemetik.
Obat sitotoksik akan mengaktifkan syaraf aferen vagus dan menghasilkan input
sensori yang akan mengaktifkan otot perut, diafragma, lambung dan esophagus untuk
menimbulkan muntah. Mekanisme dari obat sitotoksik dalam menimbulkan
muntah(Rubenstein dkk, 2006).

4
Gastrointestinal
Obat sitotoksik Pelepasan serotonin darisel enterokromafin
5-HT3, SP

CTZ
5-HT3, D2, SP, M VAP

AR 5-HT3 ,
Antagonis histamin, antagonist NK1
antagonis dopamin,
antagonis
kanabioid,
antagonis NK1
Pusat Muntah

Benzodiazepin
Kortisol

Emesis

5-HT3: 5 Hidrokstriptamin, D2 : dopamin, SP : Substansi P, H : Histamin,


M : Muskarinik, CTZ : chemoreceptor trigger zone, VAP :vagal afferent pathway.
AR 5-HT3 : Antagonis reseptor 5 HT3
Jalur muntah :
Mekanisme aksi obat :
Commented [HN1]: Beri keterangan gambar

Bagan diatas menunjukkan mekanisme terjadinya rangsang muntah hingga


terjadi muntah. Proses ini diawali dengan adanya rangsang muntah pada gastrointestinal
yang dapat melepaskan serotonin dari sel enterokromatin. Serotonin ini kemudian akan
diterima oleh CTZ. Dari CTZ, serotonin akan dikirim ke pusat muntah. Dipusat muntah
inilah terjadi mekanisme obat antagonis reseptor 5-HT3. Serotonin yang datang ke
pusat muntah akan menempel di reseptor 5-HT3. Kemudian terjadi pembukaan kanal
hingga akhirnya terjadi emesis. Peran obat 5-HT3 yaitu bersifat antagonis terhadap
penempelan serotonin pada reseptornya.
Neurotransmiter yang berperan dalam mual muntah adalah dopamine, serotonin
dan senyawa P. Reseptor dopamine, serotonin dan senyawa P terletak di dorsal vagus,
area postrema dan gastrointestinal. Antiemetik yang digunakan dalam terapi MMK
adalah antagonis reseptor 5 HT3 (AR5HT3), antagonis dopamine dan antagonis
neurokinin. AR5HT3 terikat secara selektif dan kompetitif memblok AR5HT3,
sehingga dapat mencegah input sensori ke pusat muntah dan CTZ. Aktivitas antiemetik
dari AR5HT3 dapat tercapai dengan menghambat reseptor 5HT3A dan 5HT3B baik
yang terletak di sentral maupun perifer. Obat yang termasuk golongan AR5HT3 adalah
ondansetron, dolasetron, granisetron, dan palanosetron (Lohr, 2008;Wit dkk, 2005).

5
Reseptor 5-HT merupakan reseptor yang sangat kompleks, karena memiliki
sedikitnya 14 subtipe reseptor. Uniknya, dari empat belas subtipe tersebut, hanya satu
yang terkait dengan kanal ion (reseptor ionotropik) yaitu reseptor 5-HT3, sedangkan
sisanya adalah metabotropik. Reseptor 5-HT3mulanya dijumpai pada saraf otonom,
saraf sensorik, dan saraf enterik yang ada di saluran pencernaan. Selanjutnya reseptor
ini juga dijumpai di SSP seperti spinal cord, korteks, hippokampus, dan di ujung saraf
dan berperan mengatur pelepasan neurotransmitter, termasuk serotonin. Reseptor 5-
HT3terikat dengan kanal ion yang tidak selektif. Aktivasinya oleh serotonin
menyebabkan kanal kation membuka dan memicu arus depolarisasi yang cepat dan
singkat sebagai akibat dari pergerakan ion K+ dan Na+ kanal (Ikawati, 2008).
Pengikatan agonis pada serotonin menyebabkan perubahan konformasi dan
aktivasi reseptor 5-HT3. Hal ini menyebabkan gerakan ion bermuatan positif dari celah
sinaptik ke dalam sitoplasma. Pengikatan antagonis di situs pengikatan serotonin
mencegah aktivasi dan depolarisasi sel terhambat. Sehingga rangsang muntah tidak
akan dilanjutkan ke pusat muntah (Gambar 2) (Ikawati, 2008).

Gambar 2. Mekanisme kerja dari antagonis reseptor 5-HT3 (Katzung, 2001).

6
Granisetron
Ondansetron
Dolasetron
Palonosetron

Gambar 3. Obat golongan antagonis reseptor 5-HT3 akan menempati reseptor 5-


HT3 sehingga dapat mencegah muntah (Ikawati, 2008). Commented [HN2]: Jurnal yang diacu mana??? dibahas

Antagonis reseptor 5-HT3 sering digunakan bersama dengan steroid


glukokortikoid seperti dexamethasone pada induksi mual dan muntah akibat
kemoterapi. Penggunaan bersama antagonis reseptor NK1, secara signifikan
meningkatkan efektivitas antagonis 5-HT3 secara akut atau kronik pada induksi mual
dan muntah akibat kemoterapi. Dalam sebuah studi meta analisis, antagonis reseptor
5-HT3 dinyatakan efektif dalam mencegah mual dan muntah pasca operasi payudara
(Singhal, et al, 2012).

C. Obat Antiemetik dan Sifat Obat Golongan Antagonis Serotonin


a. Obat Antiemetik
1. Ondansetron
Nama Branded Generik Produsen

Frazon Ferron

Narfoz Pharos

Kliran Bernofarm

Ondarin Yarindo Farmatama

7
Ondavell Novell Pharma

Trovensis Sanbe

Vomceran Kalbe Pharma

Vometraz Dexa Medica

Vometron Mahakam Medika Farma

(Anonim, 2012)
2. Granisetron
Nama Branded Generik Produsen

Gramet Pharos

Granon Dexa Medica

Kytril Roche

(Anonim, 2012)
3. Palonesetron
Nama Branded Generik Produsen

Paloxi Kalbe Farma

(Anonim, 2012)

Palonosetron menunjukkan profil farmakologi yang unik jika dibandingkan


dengan antagonis reseptor 5-HT3 lainnya. Dalam upaya untuk menentukan apakah
ada perbedaan dalam farmakologi molekuler palonosetron dengan antagonis reseptor
5-HT3 yang laindapat dibantu dengan penjelasan hasil klinis palonosetron ini,
serangkaian percobaan paralel dilakukan dengan menggunakan palonosetron dan dua
lainnya yang paling banyak digunakan 5-HT3 receptor antagonist yaitu ondansetron
dan granisetron.Dalam eksperimen terpisah, kesetimbangan tes diagnostik
diskriminasi efek diferensial dari palonosetron pada [3H] –ligand jelas menunjukkan
bahwa ikatan palonosetron adalah antagonis reseptor alosterik sedangkan granisetron
dan ondansetron adalah antagonis reseptor kompetitif. Satu penjelasan yang mungkin
untuk temuan ini adalah bahwa palonosetron bisa memicu internalisasi reseptor 5-
HT3. Internalisasi receptor akan menyebabkan berkurangnya populasi reseptor di

8
permukaan sel dan mengakibatkan penghambatan persisten fungsi reseptor (Rojas,
2014).

Internalisasi reseptor palonosetron-dipicu diperkirakan akan mempengaruhi


proses sel termasuk reseptor sinyal dan crosstalk. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa palonosetron bisa menghambat crosstalk reseptor 5-HT3 / NK1 baik in vitro
dan in vivo. Palonosetron tidak mengikat reseptor NK1 langsung tetapi menghambat
respon SP melalui penghambatan reseptor sinyal crosstalk (Rojas, 2014).

Ilustrasi 5HT3 / NK1 Receptor Crosstalk-Palonosetron

Tidak mengikat reseptor NK1 langsung, tetapi

masih bisa menghambat respon SP melalui

penghambatan reseptor crosstalk sinyal.

Interaksi alosterik palonosetron dan kooperatititas positif internalisasi memicu


reseptor mengakibatkan penghambatan persisten fungsi reseptor 5-HT3 serta
penghambatan 5-HT3 / reseptor NK1 sinyal crosstalk. Interaksi molekul ini
menyebabkan akhirnya penghambatan yang berbeda dari respon SP selama emesis
baik yang akut maupun yang tertunda yang tidak diamati dengan ondansetron atau
granisetron. Palonosetron menunjukkan keberhasilan dalam mencegah emesis baik
yang akut maupun yang tertunda(Rojas, 2014).

9
b. Sifat Obat Golongan Antagonis Serotonin

Obat Kimia Alam Antagonis Waktu Dosis


Reseptor Paruh
Ondansetron Carbazole Antagonis 3,9 jam 0,15 mg/ kg
derivatif resptor 5-HT3
dan antagonis
lemah 5-HT4
Granisetron Indazole Antagonis 9-11,6 jam 10 mg/ kg
reseptor 5-HT3
Dolasetron Indole Antagonis 7-9 jam 0,6-3 mg/ kg
reseptor 5-HT3
Palonosetron Isoquinolone Antagonis 40 jam 0,25 mg x 1
reseptor 5-HT3 dosis

(Goodman and Gilman, 2011)

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Antagonis reseptor 5-HT3 bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor 5-
HT3 mencegah aktivasi dan depolarisasi sel terhambat, sehingga rangsang muntah
tidak akan dilanjutkan ke pusat muntah. Contoh obat golongan antagonis reseptor 5-
HT3 antara lain ondansetron, granisetron, dolasetron, dan palonostreon.
Mual sering kali di artikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang
dirasakan ditenggorokan dan di daerah sekitar lambung yang menandakan kepada
seseorang bahwa ia akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi
lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat.
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual
dan muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas
refleks muntah menggunakan satu dari dua cara, yaitu secara lokal, untuk mengurangi
respons lokal terhadap stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya
muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara langsung atau menekan
pusat muntah

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, MIMS Indonesia Edisi 12, PT. Medicata Indonesia, Jakarta.

Balatori, E , Roila F. 2003. Impact of Nausea and Vomitting on Quality of Life in Cancer
Patients during Chemotherapy.Health Qual Life Out ;1 :46; p 1-11.
Goodman and Gilman, 2011, Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10,Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Ikawati, Z. 2008. Pengantar Farmakologi Molekuler. UGM Press : Yogyakarta.


Katzung, B. G. 2001. Basic and Clinical Pharmacology 8th edition. The McGraw Hill
Companies : San Fransisco.
Kaiser R, Sezer O, Papies A, Bauer S, Schelenz C, Tremblay PB, Possinger K, Roots I,
Brockmoller J. 2002. Patient-tailored anti-emetic treatment with 5-
Hydroxytryptamine type 3 receptor antagonists according to cytochrome P-450
2D6 genotypes. Clin Oncol ; 20:12: 2805-11
Lohr L. 2008. Chemotherapy-Induced Nausea Vomiting. Cancer J; 14;85-93
Mutschler,E. 1991. Dinamika Obat, Edisi 5. ITB : Bandung
Rojas, C., Raje, M., Tsukamoto, T., Slusher, B. S. 2014. Molecular mechanisms of 5-HT3
and NK1 receptor antagonists in prevention of emesis. European Journal of
Pharmacology. 722: 26–37
Rubenstein EB, Slusher BS, Rojas C, Navari RM. 2006. New approaches to
chemotherapy induced nausea and vomiting: From neurology to clinical
investigations. Cancer J ;12: 341-347
Schnell FM. 2003. Chemotherapy induced nausea and vomiting : the importance of acute
emetic control. The Oncologist ; 8:187-198
Singhal AK, Kannan S, and Gota VS. 2012. 5HT3 Antagonists for Prophylaxis of
Postoperative Nausea and Vomiting in Breast Surgery: a Meta-analysis. J
Postgrad Med, 58:23-31.
Sukandar,E.Y dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. PT.ISFILinn L : Jakarta
Wit R, Aapro M, Blower PR. 2005. Is there a pharmacological basis for differences in 5-
HT3-receptor antagonist efficacy in refractory patients. Cancer Chemother
Pharmacol ;6: 231–38
https://www.academia.edu/18914280/Anti_Emetik

12
LAMPIRAN
Hasil Diskusi
1. Bagaimana mekanisme obat SSRI? (Dendy , G1F014047)
2. Bagaimana cara penyakit vestibular dapat menyebabkan muntah? (Mega,
G1F014029)
3. Bagaimana bisa terjadi muntah dengan adanya ion Na+ yang masuk ke reseptor
serotonin? (Nilta, G1F014009)

Jawaban Diskusi
1. SSRI menyebabkan peningkatan serotonin ekstraseluler yang pada awalnya
mengaktivasi autoreseptor, suatu aktivitas yang menghambat pelepaan serotonin dan
menurunkan serotonin ekstraseluler ke kadar sebelumnya. Akan tetapi, dengan terapi
kronis, autoreseptor inhibisi mendesensitisasi dan selanjutnya terdapat penigkatan
yang menetap pada pelepasan serotonin otak depan yang menyebabkan efek
terapeutik.
2. Labirin membangkitkan input yang kontinu ke batang otak. Setiap proses patologis
yang mengubah keseimbangan tonus ini bias menyebabkan pusing hingga ketidak
mampuan untuk berdiri atau berjalan. Gejala utamanya adalah vertigo, yang
merupakan perasaan salah akan gerakan berputar, berhubungan dengan overaktivitas
simpatis, mual dan muntah.
3. Rangsang Na yang masuk melewati reseptor serotonin kemudian akan di teruskan
menuju pusat rangsang mual kemudian menyebabkan rangsang muntah ke pusat
muntah.

13

Anda mungkin juga menyukai