MATA
• Virus menjadi penyebab utama dalam kasus faringitis. Agen etiologi spesifik
meliputi rhinovirus (20%), coronavirus (>5%), adenovirus (5%), herpes
simplex (4%), virus influenza (2%), virus Epstein-Barr (<1%).
• Etiologi yang disebabkan oleh bakteri lebih sedikit. Golongan
A.streptococcus yang paling umum menyebabkan penyakit ini.
PATOFISIOLOGI
• Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring
• Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel
atau jaringan limfoid.
• Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan
tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.
• Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu
saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena
FAKTOR RISIKO FARINGITIS
1. Keramaian
Keramaian berhubungan dengan peningkatan resiko faringitis yang
disebabkan streptococcal. Ini dikarenakan transmisi Group A beta-hemolytic
streptococcal (GABHS) muncul lebih umum dalam bentuk inhalasi droplet
besar atau dengan kontak langsung dari sekresi pernafasan
2. Status sosioekonomi
3. Genetik
4. Umur
5. Musim
DIAGNOSA FARINGITIS
1. Tonsil tampak membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa
bercak (folikel, lakuna,bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada
anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
• Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari
saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan
teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat
bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
• Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau
bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna,
bau, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berguna.
4. Pemeriksaan Laboratorium
• Sel darah putih (peningkatan SDP menunjukkan adanya
infeksi/inflamasi)
• Analisa gas darah (untuk menilai fungsi pernafasan secara
adekuat dengan mempelajari distribusi gas yang diangkut oleh
sistem sirkulasi).
PENATALAKSANAAN FARINGITIS
• Farmakologi
1. Terapi suportif
• Penggunaan analgesik seperti parasetamol dan NSAID dapat
digunakan untuk menurunkan rasa nyeri.
• Selain analgesik yang digunakan, dapat digunakan terapi suportif
lainnya seperti istirahat, cairan, lozenges dan kumur dengan air garam
2. Antimikroba
• Non-farmakologi
1. Tirah baring
2. Pemberian cairan yang adekuat
3. Diet ringan
4. Obat kumur hangat
• Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapat
diberikan air yang lebih hangat.Anjurkan setiap 2 jam
• Obatnya yaitu:
• Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 ons air
hangat)
• Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ons air
hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau
penyakit mulut. (1 ons = 28 g)
5. Pendidikan Kesehatan
• Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau
dan polutan lain.
• Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal
salin dan pelega tenggorokan bila perlu
GLAUKOMA
DEFINISI
Glaukoma adalah keadaan patologis dimana terjadi
kerusakan sel saraf optik dan gangguan lapang pandang
yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular.