Anda di halaman 1dari 22

FARMAKOTERAPI THT, DAN

MATA

OLEH : DINI PERMATA SARI, S.FARM, M.SI., APT


FARINGITIS
• merupakan infeksi akut pada
orofaring dan nasofaring.
• Pada populasi pediatrik, kelas
A.streptococcus atau “strep
throat”, menyebabkan 15%-30%
kasus faringitis.
• Pada orang dewasa, kasus
faringitis terjadi sekitar 5%-15%
ETIOLOGI FARINGITIS

• Virus menjadi penyebab utama dalam kasus faringitis. Agen etiologi spesifik
meliputi rhinovirus (20%), coronavirus (>5%), adenovirus (5%), herpes
simplex (4%), virus influenza (2%), virus Epstein-Barr (<1%).
• Etiologi yang disebabkan oleh bakteri lebih sedikit. Golongan
A.streptococcus yang paling umum menyebabkan penyakit ini.
PATOFISIOLOGI
• Pada stadium awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang
meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk
mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada
dinding faring
• Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel
atau jaringan limfoid.
• Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan
tampak bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring
posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak.
• Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu
saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena
FAKTOR RISIKO FARINGITIS
1. Keramaian
Keramaian berhubungan dengan peningkatan resiko faringitis yang
disebabkan streptococcal. Ini dikarenakan transmisi Group A beta-hemolytic
streptococcal (GABHS) muncul lebih umum dalam bentuk inhalasi droplet
besar atau dengan kontak langsung dari sekresi pernafasan

2. Status sosioekonomi
3. Genetik
4. Umur
5. Musim
DIAGNOSA FARINGITIS
1. Tonsil tampak membengkak, hiperemis, terdapat detritus, berupa
bercak (folikel, lakuna,bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada
anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
• Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari
saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan
teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan
mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat
bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
• Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau
bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit.Warna,
bau, dan adanya darah merupakan petunjuk yang berguna.
4. Pemeriksaan Laboratorium
• Sel darah putih (peningkatan SDP menunjukkan adanya
infeksi/inflamasi)
• Analisa gas darah (untuk menilai fungsi pernafasan secara
adekuat dengan mempelajari distribusi gas yang diangkut oleh
sistem sirkulasi).
PENATALAKSANAAN FARINGITIS

• Farmakologi
1. Terapi suportif
• Penggunaan analgesik seperti parasetamol dan NSAID dapat
digunakan untuk menurunkan rasa nyeri.
• Selain analgesik yang digunakan, dapat digunakan terapi suportif
lainnya seperti istirahat, cairan, lozenges dan kumur dengan air garam
2. Antimikroba
• Non-farmakologi
1. Tirah baring
2. Pemberian cairan yang adekuat
3. Diet ringan
4. Obat kumur hangat
• Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapat
diberikan air yang lebih hangat.Anjurkan setiap 2 jam
• Obatnya yaitu:
• Cairan saline isotonik (½  sendok teh garam dalam 8 ons air
hangat)
• Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ons air
hangat). Hal ini terutama berguna pada infeksi vincent atau
penyakit mulut. (1 ons = 28 g)
5. Pendidikan Kesehatan
• Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai
demam hilang. Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau
dan polutan lain.
• Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal
salin dan pelega tenggorokan bila perlu
GLAUKOMA
DEFINISI
Glaukoma adalah keadaan patologis dimana terjadi
kerusakan sel saraf optik dan gangguan lapang pandang
yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intraokular.

Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan


gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama
akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan
menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan
yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata
akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata
yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata
akan mati.
PATOFOSIOLOGI
Penyebab utama glaukoma adalah meningkatnya tekanan bola mata di atas
20mmHg, penyebab lainnya adalah hipertensi dan diabetes mellitus. Walaupun
jarang dapat juga disebabkan emosi yang tidak stabil, migrain, penyempitan
pembuluh darah dan lain-lain.
Glaukoma disebabkan peningkatan tahanan aliran keluar cairan humor aqueous
melalui jaring-jaring trabekuler, kanalis schlemm, dan sistem vena episkleral.
Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf
optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf
optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami
kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang
pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang
sentral. Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.
Selain itu, penyebab Glaukoma dapat antara lain adalah karena :
• Keturunan (genetis) yang berperan 30-40 persen
• Kelainan anatomi, karena sudut mata terlalu sempit sehingga tekanan mata
menjadi tinggi.
• Trauma
• Faktor Usia
• Komplikasi operasi di mata.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang dirasakan pertama kali antara lain :
1.bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon tersebut,
2.mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak,
3.penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal,
4.rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan.
Hal inilah yang membuat para penderita glaukoma tidak menyadari bahwa ia sudah menderita
penyakit mata yang kronis.
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara
bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari  bola
mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang
berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf
mata akan mati.
Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satu-satunya
untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Bagi Anda yang berisiko
tinggi disarankan untuk memeriksakan mata Anda secara teratur sejak usia 35 tahun.
Faktor risiko:
• Riwayat glaukoma di dalam keluarga, saudara sekandung lebih beresiko dibandingkan orang
tua dan anaknya
• Tekanan bola mata tinggi
• Miopia (rabun jauh)
• Diabetes (kencing manis) dengan gula darah tinggi yang lama
• Hipertensi (tekanan darah tinggi)
• Migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk)
• Kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya
• Menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama
• Lebih dari 45 tahun
TERAPI FARMAKOLOGI
Melihat patofisiologi terjadinya glaukoma, maka terapi farmakologi ini ada
yang bekerja pada sistem sekresi dan ada yang bekerja pada sistem ekskresi.
Obat yang bekerja pada Sistem Sekresi Obat yang bekerja pada Sistem Ekskresi
Antagonis β-adrenergic Hiperosmotik
(timolol, betaxolol, carteolol, levubunolol, dan - Oral : gliserin dan isosorbid
metilpranolol) - Intervena : Manitol
Inhibitor Karbonik Anhidrase Analog Prostaglandin
(asetazolamide, dan metazolamide) (Xalatan, Rescula, Travatan dan Lumigan)
Agonis Adrenergik
(epinefrin hidroklorida, epinefrin borate, dan
epinefrin bitartrate)
TERAPI NON FARMAKOLOGI

• Pembedahan (trabeculectomy) : ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan


dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran
dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat
menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan.
• Laser (laser trabeculoplasty): ini dilakukan jika obat tetes mata tidak
menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah
dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan
laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai