Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

PASTA

SULFUR ZINCI OXIDI

Disusun oleh :

Mochamad Arif

P17335113048

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2014
PASTA SULFUR ZINCI OXIDE
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan suspensi rekonstitusi
Salisilamid.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan suspensi rekonstitusi Salisilamid.
II. Latar belakang
pasta adalah sediaan semi-padat yang ditujukan untuk penggunaan eksternal, terdiri
dari bubuk halus dikombinasikan dengan paraffin padat atau Paraffin cair atau dengan basis
non-berminyak yang terbuat dari gliserol, Lendir atau sabun. Pasta mengandung proporsi
bahan bubuk yang tinggi dan oleh karena itu biasanya sangat kaku. Karena pasta kaku
mereka tidak menyebar dengan mudah dan oleh karena itu sediaan ini baik untuk pemberian
obat lokal. Pasta juga berguna untuk menyerap bahan kimia berbahaya seperti amonia yang
dirilis oleh bakteri pada urin sehingga sering digunakan dalam produk popok. Juga, karena
sediaan ini memiliki konsentrasi serbuk yang tinggi, sediaan ini sering digunakan untuk
menyerap eksudat luka. Karena pasta begitu tebal pasta dapat membentuk lapisan tak tembus
di atas kulit dan dapat bertindak sebagai sunblock atau suncream. ini membuat pasta cocok
untuk digunakan untuk mencegah berlebihan dehidrasi kulit selain memblokir matahari.
Penggunaan utama dari pasta secara tradisional sebagai antiseptik, dan pelindung. (Chris
Langley dkk. 2008)
Sediaan pasta memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari salep maupun krim.
Adapun karakteristik pasta, antara lain :
 Daya serap pasta lebih besar.
 Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut.
 Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
 Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topical.
 Konsistensi lebih kental dari salep.
 Tidak memberikan rasa berminyak seperti salep.
 Memiliki persentasi bahan padat lebih besar dari salep, yaitu mengandung
bahan serbuk (padat) sekitar 40-50%.(Hendra widodo. 2013)
Seperti krim dan salep, pasta juga memiliki bahan-bahan dasar yang digunakan
sebagai pasis pasta. Berikut ini adalah beberapa jenis basis pasta yang umum digunakan.
a) Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon memiliki beberapa karakteristik antara lain, tidak dapat diabrospsi
kulit, inert, tidak bercampur dengan air, daya absorpsi terhadap rendah, menghambat
kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air, dan meningkatkan absorpsi
obat melalui kulit. Basis hidrokarbon ini terbagi menjadi lima macam, yaitu soft paraffin,
hard paraffin, liquid paraffin, paraffin substituent, dan paraffin ointment. Contohnya vaselin,
white petrolatum, dan white ointment.
b) Basis absorpsi
Karakteristik basis absorpsi adalah bersifat hidrofil serta dapat menyerap sejumlah
tertentu air dan larutan cair. Basis ini terbagi menjadi dua macam, pertama emulsi o/w basis
ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak, serta terdiri atas wool fat,
wool alcohol, beeswax, dan cholesterol. Kedua, emulsi W/O yang terdiri dari atas lanolin.
c) Basis larut air
Contoh basis ini adalah PEG yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam
air dan meningkatkan penyebaran obat. Basis ini bersifat stabil, tersebar merata, dapat
mengikat pigmen, higroskopis, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian
sediaan pasta.(Hendra widodo. 2013)
Sulfur memiliki sejarah panjang penggunaannya sebagai suatu skabisida. Meskipun
tidak mengiritasi, namun ia memiliki bau yang tidak menyenangkan, dan berwarna, sehingga
tidak menyenangkan untuk digunakan. Ini telah digantikan oleh skabisida yang lebih estetika
dan afektif dalam beberapa tahun terakhir, tapi tetap menjadi obat alternatif yang mungkin
untuk digunakan pada bayi dan ibu hamil. Formulasi biasa adalah 5% sulfur praecipitatum
dalam petrolatum.(Betram G. Katzung dkk. 2009)
III. FORMULASI

1. Sulfur Praecipitatum
Sinonim Belerang Endapan
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Struktur S
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Rumus S
molekul [Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Titik lebur -72º C
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 718]
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warna
kuning pucat; tidak berbau dan tidak berasa.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbon
disulfida; sukar larut dalam minyak zaitun; praktis tidak larut
dalam etanol.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Stabilitas Stabil, polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi, hindari suhu
tingga, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber
penyalaan.
[MSDS No 1794, hal 5]
Inkompabilitas Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia namun
tidak terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan
logam berat. Ketidak cocokan ini dapat mengakibatkan
kebakaran, reaksi yang tidak terkontrol, kelepasan gas
beracum atau ledakan.
[MSDS No 1794, hal 6]
pH pH antara 4,2 – 6,2
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 5755]
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
kegunaan skabisida[Obat-obat penting, hal 253]
2. Zinc Oxide
Sinonim Seng oksida
[Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 673]
Rumus ZnO
molekul [Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 673]
Pemerian Lembut, putih atau agak kekuningan, bubuk amorf, bebas
partikel pasir.
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 6448]
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%). Larut
dalam asam mineral encer.
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 6448]
Stabilitas Panas : jika dipanaskan dengan kuat, terjadi warna kuning
yang akan hilang pada pendinginan.
Udara : ketika kontak dengan udara, ZnO perlahan menyerap
uap lembap dan CO2.
[Codex, hal 1091]
Inkompabilitas Zinci Oxidum inkompatibel dengan Benzil Penisilin. Zinci
Oksid bereaksi lambat dengan asam lemak dalam minyak
dengan lemak untuk membuat ester asam lemak.
[Codex, hal 1091]

Penyimpanan Dalam wadah tertutup dan terhindar dari paparan suhu diatas
30°C pada penggunaan jangka panjang.
[Codex, hal 1091]

3. Adeps Lanae
Sinonim Cera Lanae; E913; lanolin; lanolin anhidrat; Anhidrat
Protalan; dimurnikan lanolin; halus lemak wol.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]

Titik lebur 45–558°C


[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]
Pemerian Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 58]
Kelarutan Mudah larut dalam benzene, kloroform, eter dan minyak bumi.
Sedikit larut dalam etanol dingin (95 %), lebih larut dalam
etanol mendidih (95 %), praktis tidak larut dalam air.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]
Stabilitas Lanolin secara bertahap mengalami autoksida selama
penyimpanan paparan berlebih atau pemanasan
berkepanjangan dapat menyebabkan lanolin anhidrat untuk
menggelapkan warna dan bau rancidlike kuat. Namun lanolin
dapat disterilkan dengan panas kering pada 150°C.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]
Inkompabilitas Lanolin mungkin berisi prooxidan, yang dapat mempengaruhi
stabilitas obat aktif tertentu.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]

Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terlindungi dari cahaya di tempak


[Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 61]
Kegunaan Basis pasta
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]

4. Propylparaben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl
ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;
propyl butex; Propyl Chemosept; propylis
parahydroxybenzoas; propyl p- hydroxybenzoate; Propyl
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 596]
Struktur

[HOPE 2009, Edisi 6th hal 596]


Rumus C10H12O3
molekul [HOPE 2009, Edisi 6th hal 596]
Titik lebur 96.0°–99.08°C
Pemerian Serbuk putih, Kristal, tidak berbau, dan tidak berasa.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 596]
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian etanol
(95%)P, dalam bagian asetan P, dalam 140 bagian gliserol P
dan dalam 40 bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan
alkali hidroksida.
[Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 535]
Kelarutan dalam propylenglikol 1 : 3,9
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 597]
Stabilitas Larutan propylparaben berair pada pH -6 dapat disterilkan
dengan autoklaf, tanpa dekomposisi. Pada pH 3-6, larutan
stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun
pada suhu kamar, sementara larutan pada pH 8 atau diatas
takluk pada hidrolisis yang cepat (10% atau lebih setelah
sekitar 60 hari pada suhu kamar).
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 597]
Inkompabilitas Aktifitas antimikroba propylparaben jatuh berkurang
dihadapan surfaktan nonionic sebagai akibat dari micellization.
Penyerapan propylparaben oleh plastic telah dilaporkan,
dengan jumlah yang diserap tergantung pada jenis plastic dan
pembawa. Magnesium silikat alumunium, magnesium
trisilikat, oksida besi kuning, dan ultramarine blue telah
dilaporkan menyerap propylparaben, sehingga mengurangi
efektifitas pengawet. Propylparaben berupa warna dengan
adanya besi dan takluk pada hidrolisis alkali lemah dan asam
kuat.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 597]
Penyimpanan larutan stabil (kurang dari 10% dekomposisi) sampai sekitar 4
tahun pada suhu kamar.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 597]
Kengunaan Pengawet [HOPE 2009, Edisi 6th hal 597]

5. Methylparaben
Sinonim Aseptoform M; CoSept M, E218, 4-hidroksibenzoat asam
metil ester, metagin, Methyl Chemosept, parahydroxybenzoas
methylis, methyl p-hydroxybenzoate, Methyl Parasept,
Nipagin M, Solbrol M, Tegosept M; Uniphen P-23.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]
Struktur

[HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]


Rumus C8H8O3
molekul [HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]
Titik lebur 125–128°C
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]
Pemerian Kristal tidak berwarna / Kristal putih bubuk. Tidakberbau atau
hampir tidak berbau dan memiliki pembakaran sedikit rasa.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam alcohol
dan methanol.
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 3853]
Stabilitas Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10% dekomposisi)
sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar, sementara larutan air
pada pH 8 atau diatas tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau
lebih setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 443]
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan bentonit, magnesium trisilikat,
bedak, tragacant, natrium alginate, minyak esensial, sorbitol,
dan atropine. Methylparaben berubah warna dengan adanya
besi dan tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam
kuat.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 443]
Penyimpanan Methylparaben harus disimpan dalam wadah tertutup baik
dalam suhu sejuk dan kering.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 443]
Kegunaan Pengawet
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 442]

6. Butylated Hydroxytoluene
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis (1,1-dimetiletil)-4-methylphenol;
butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac;
dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butil-p-kresol; 3,5-di-
tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;
Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT;
Topanol; Vianol.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Struktur

[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]


Rumus C15H24O
molekul [HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Titik lebur 70°C
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Pemerian Kristal padat putih atau kuning pucat dengan bau khas yang
lemah.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol, larutan
alkali hidroksida dan asam mineral encer. Mudah larut dalam
aseton, etanol 95 %, eter, methanol, toluene, campuran
minyak, dan minyak mineral. Lebih larut dari BHT dalam
minyak makanan dan lemak.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan
perubahan warna dan hilangnya aktivitas.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 76]
Inkompabilitas BHT mengalami reaksi karakteristik fenol. Tidak kompatibel
dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganate.
Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran
spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan
hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan sejumlah katalis asam
menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas
isobuten yang mudah terbakar.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 76]
Penyimpanan Disimpan dalam wadah yang tertutup baik, terlindung dari
cahaya dan disimpan di tempat sejuk dan kering.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 76]
Kegunaan Antioksidan
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]

7. Cetostearyl Alcohol
Sinonim Alkohol cetylicus et stearylicus; cetearyl alkohol; setil stearil
alkohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma;
Tego alkanol 1618; Tego alkanol 6855.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Pemerian Terbentuk sebagai massa berwarna putih atau krem, serpihan,
pil atau butir. Memiliki bau khas manis yang lemah. Dalam
pemanasan, cetostearil alkohol meleleh menjadi bersih, tidak
berwarna, atau berwarna kuning pucat, cairan bebas dari bahan
penyuspensi.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Kelarutan Mudah larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak. Praktis
tidak larut dalam air.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Stabilitas Cetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal
penyimpanan. Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah
tertutup baik, tempat sejuk dan kering.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 151]
Inkompabilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 151]

Penyimpanan Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah tertutup baik,


tempat sejuk dan kering.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 151]
Kegunaan Peningkat konsistensi
IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN
No. Permasalahan Penyelesaian
1. Karena Sulfur Maka sediaan dibuat pasta.
Praecipitatum ditujukan
untuk pemakaian topikal
dan untuk melindungi
kulit yang digaruk.
2. Untuk menyerap air yang Digunakan basis serap adeps
berada di sekitar luka. lanae.
3. Untuk meningkatkan Digunakan Cetostearil alkohol
viskositas dari sediaan sebagai peningkat viskositas.
pasta.
4. Sediaan pasta harus Maka ditambahakan Zinc Oxide
mengandung bahan padat sebagai thicking agent/ zat
lebih dari 50% pengental dan sebagai
antiseptikum eksten.
5. Karena adeps lanae Ditambahkan antioksidan BHT.
mudah mengalami
oksidasi.
6. Karena sediaan Ditambahkan pengawet yaitu
digunakan untuk Metil paraben dan Propil paraben.
pemakaian berulang,
maka akan rawan
kontaminasi dengan
mikroorganisme.
V. PENDEKATAN FORMULA

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan


1. Sulfur praecipitatum 5 % 𝑏⁄𝑏 Anti skabies

2. Zinci oxide 36,7 % 𝑏⁄𝑏 Antiseptikum ekstern

3. Adeps lanae 48 % 𝑏⁄𝑏 Basis pasta

4. Cetostearil alkohol 10 % 𝑏⁄𝑏 Peningkat viskositas

5. Butil Hidroksi Toluen 0,1 % 𝑏⁄𝑏 Antioksidan

6. Metil paraben 0,18 % 𝑏⁄𝑏 Pengawet

7. Propi paraben 0,02 % 𝑏⁄𝑏 Pengawet

VI. PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8 pot (@ 10 gr) = 80 gr ~ 100 gr
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Sulfur praecipitatum 5 gram
2. Zinci oxide 36,7 gram
3. Adeps lanae 48 gram
4. Cetostearil alkohol 10 gram
5. Butil Hidroksi Toluen 0,1 gram
6. Metil paraben 0,18 gram
7. Propi paraben 0,02 gram

VII. PROSEDUR PEMBUATAN


1. Ditimbang sulfur praecipitatum 6 gram digerus halus lalu ayak dengan ayakan bukan
logam. Ditimbang lagi sebanyak 5 gram
2. Ditimbang zinc oxydum 44,04 gram digerus halus lalu ayak dengan ayakan mesh 100.
Ditimbang lagi sebanyak 36,7 gram
3. Ditimbang adeps lanae 48 gram di beaker glass 1
4. Ditimbang cetostearyl alcohol 10 gram. Dimasukkan kedalam beaker glass 1.
5. Ditimbang methylparaben 0.18 gram. Dimasukkan kedalam beaker glass 1
6. Ditimbang propylparaben 0,02 gram. Dimasukkan kedalam beaker glass 1 Panaskan
hingga seluruh bahan mencair. Diaduk hingga suhunya hangat
7. Ditimbang butylated hydroxytoluena 0,1 gram. Dimasukkan kedalam beaker glass 1
sambil diaduk hingga melarut
8. Dimasukkan 2 gram campuran di beakerglass 1 kedalam mortir, digerus hingga
permukaan mortir terlapisi merata
9. Dimasukkan 2 gram sulfur praecipitatum kedalam mortir, digerus hingga tercampur
rata
10. Dimasukkan 4 gram campuran di beakerglass 1 kedalam mortir, digerus hingga
tercampur rata
11. Dimasukkan 3 gram sulfur praecipitatum dan 5 gram zinc oxydum kedalam mortir,
digerus hingga tercampur rata
12. Dimasukkan 16 gram campuran di beakerglass 1 kedalam mortir, digerus hingga
tercampur rata
13. Dimasukkan sisa zinc oxydum kedalam mortir, digerus hingga tercampur rata
14. Dimasukkan sisa campuran di beakerglass 1 kedalam mortir, digerus hingga
tercampur rata
15. Pasta dikemas kedalam pot pasta @ 10 gram, tutup rapat dan tandai.

VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

Jenis Prinsip Jumlah


No Hasil pengamatan Syarat
evaluasi evaluasi sampel
Pot Pengamatan Warna
Warna sediaan putih seperti putih, Bau
Mengamati susu. Bau khas adepslanae. khas
I
warna, bau, Tekstur kaku, berminyak, dan adepslanae.
Uji dan tekstur sulit dicuci dengan air. Tekstur
1. 3
Organoleptik dikulit Warna sediaan putih seperti kaku,
menggunakan susu.
I Bau khas adepslanae. berminyak,
panca indera I Tekstur kaku, berminyak, dan dan sulit
sulit dicuci dengan air. dicuci
Warna
I sediaan putih seperti dengan air.
II susu. Bau khas adepslanae.
Tekstur kaku, berminyak, dan
sulit dicuci dengan air.
Mengukur pH Pot pH
sediaan pada I 6 pH sediaan
saat pertama I 6 disetiap
2. Uji pH dibuat dan 3 I wadah
setelah 7 hari I 6 stabil. pH
menggunakan II awal6
pH meter Rata-rata = 6
3 Uji Mengamati Partikel
Pengamatan sediaan yang
Homogenitas keseragaman Pot berukuran
dioleskan tipis-tipis
distribusi dan seragam dan
ukuran I Homogen terdistribusi
partikel di 3 I merata
Homogen
kaca arloji I
I
Homogen
II
Rata-rata = homogen
4. Uji Isi Menghitung 3 Pot Berat sediaan (Berat Berat bersih
Minimum berat bersih (W1– Wo) sediaan: rata-rata 10
isi disetiap 10) *100% wadah tidak
wadah I 10,057 gram 100,57 % kurang dari
10,023
I gram 100,23 % bobot di
II etiket, dan
10,016
I gram 100,16 % tidak ada 1
III wadah yang
Rata-rata = Rata-rata = bobot bersih
10,032 gram 100,32 % isinya
kurang dari
90 % dari
bobot di
etiket. Berat
bersih di
etiket 10
gram

IX. Pembahasan
Menurut FI edisi III pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Biasanya pasta diluar dengan mencampurkan bahan obat berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin album atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Sediaan berupa pasta ini digunakan
sebagai antiseptik atau pelindung.
Sedangkan menurut FI edisi IV pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical. Biasanya pasta mengandung
serbuk sampai 50%, sehingga pasta lebih kaku dan kental serta kurang berminyak bila
dibandingkan dengan salep. Pasta tidak melebur pads suhu tubuh dan memberikan perlindungan
berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
Ada 5 hal yang membedakan pasta dengan salep, antara lain :
 Persentase bahan padat pada pasta lebih besar sehingga menjadi lebih
kental dan kaku dibandingkan salep.
 Daya serap pasta lebih besar, karena persentase bahan padatnya lebih
tinggi.
 Pasta lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal
pada tempat pemakaian
 Pasta cocok untuk luka akut.
 Pasta tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
Pada praktikum kali ini, dibuat pasta dengan bahan aktif sulfur praecipitatum. Pembuatan
pasta sulfur praecipitatum ini ditujukan sebagai anti skabies atau dikenal dengan istilah gudik di
jawa, oleh karena itu ditambahkan pula zat lain yaitu zinci oxidum sebagai antispetikum.
Penambahan zinci oxidum ini selain sebagai antiseptikum ekstern apabila terjadi luka karena
digaruknya kulit yang terkena skabies ini.
Sediaan pasta sulfur ini mengandung beberapa eksipien, antara lain adeps lanae sebagai
basis, cetostearil alkohol sebagai penigkat konsistensi, BHT sebagai antioksidan, metil paraben
dan propil paraben sebagai pengawet.
Dipilih basis serap air, karena luka yang diakibatkan oleh skabies ini memungkinkan
mengeluarkan sekret sekret yang dapat menggagu penyembuhan penyakit ini, oleh karena itu
dipilih adeps lanae yang dapat menyerap cairan sekret sekret tersebut sehingga luka karena
skabies ini semakin cepat penyembuhannya.
Lalu sediaan ditambah cetostaryl alkohol agar konsistensinya lebih viskus dan lebih
akseptabel, selain itu ditambahkan pula BHT sebagai antioksidan, digunakan BHT karena basis
adeps lanae mudah teroksidasi, sehingga membutuhkan antioksidan agar kualitas sediaan tetap
terjaga.
Sedian ditujukan untuk pemakaian dan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama
sehingga dibutuhkan pengawet agar menjaga sediaan tidak ditumbuhi mikroorganisme. Pada
sediaan ini dipilih metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet, pemilihan dua pengawet
paraben ini untuk meningkatkan aktifitas antimikroba dari dua pengawet tersebut.
Sediaan dibuat dengan metode campuran antara fusi dan triturasi. Basis, peningkat
konsistensi, dan pengawet dileburkan didalam beaker glass, hal ini ditujukan agar ketiga bahan
tersebut lebih homogen apabila dicampurkan dengan cara fusi. Setelah itu BHT dimasukkan saat
hasil fusi bersuhu dibawah 500C hal ini untuk menghindari rusaknya antioksidan oleh panas.
Lalu dilakukan metode triturasi untuk mendispersikan sulfur dan zinci oxidum kedalam sediaan.
Setelah sediaan jadi, sediaan dikemas lalu disimpan selama 1 minggu di suhu kamar untuk
dievaluasi. Setelah satu minggu sediaan dievaluasi dan hasilnya sebagai berikut :
Organoleptika : Pemeriksaan visual, aroma, dan rasa dengan hasil
sebagai berikut:
- Warna : Warna sediaan putih seperti susu.
- Wujud : Bau khas adepslanae. Tekstur kaku, berminyak, dan sulit dicuci
dengan air.
- pH : pH sediaan stabil saat pengukuran yaitu 6, dan perubahan pH pada
saat pembuatan hingga pengujian tidak melebihi 1.
Uji efektifitas pengawet : Sediaan disimpan pada suhu kamar untuk mengamati
lamanya stabilitas sediaan. Dan hasilnya adalah saat pengamatan dilakukan setelah
sediaan disimpan selama 7 hari tidak ditemukan adanya pertumbuhan jamur maupun
mikroorganisme.
Uji isi minimum : pada pengujian volume terpindahkan volume yang
terpindahkan tidak kurang dari 100%, sehingga memenuhi syarat.
Uji homogenitas : Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
X. Kesimpulan

formulasi sediaan yang diambil adalah sebagi berikut :

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1. Sulfur praecipitatum 5 % 𝑏⁄𝑏 Anti skabies

2. Zinci oxide 36,7 % 𝑏⁄𝑏 Antiseptikum ekstern

3. Adeps lanae 48 % 𝑏⁄𝑏 Basis pasta

4. Cetostearil alkohol 10 % 𝑏⁄𝑏 Peningkat viskositas

5. Butil Hidroksi Toluen 0,1 % 𝑏⁄𝑏 Antioksidan

6. Metil paraben 0,18 % 𝑏⁄𝑏 Pengawet

7. Propil paraben 0,02 % 𝑏⁄𝑏 Pengawet

Dan hasil evaluasi sediaannya sebagai berikut :

- Warna : Warna sediaan putih seperti susu.

- Wujud : Bau khas adepslanae. Tekstur kaku, berminyak, dan sulit dicuci dengan air.

pH sediaan stabil saat pengukuran yaitu 6, dan perubahan pH pada saat pembuatan
hingga pengujian tidak melebihi 1.

- Pada saat pengamatan dilakukan setelah sediaan disimpan selama 7 hari tidak
ditemukan adanya pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme.

- Pada pengujian volume terpindahkan volume yang terpindahkan tidak kurang dari
100%, sehingga memenuhi syarat.

- Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata


XI. Daftar pustaka
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia Press
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia edisi III,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV,
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Ilmu Resep Teori jilid II, Jakarta:
Departemen Kesehatan.
Katzung, Betram G dkk. 2010. Basic and Clinical Pharmacology. Mcgraw hill
company.
Langley, Chris dkk. 2008. Pharmaceutical compounding and dispensing. London :
pharmaceutical press
Rowe, Raymond C., Paul J, Sheskey., & Marian E, Quinn. 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients. 6th ed., London : Pharmaceutical Press.

Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2009. British national formulary.


London : RPS publishing.
THE DEPARTMENT OF HEALTH, SOCIAL SERVICES AND PUBLIC SAFETY.
2009. British Pharmacopeia. Volume I. London: The Stationery Office;.

Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi danTerapeutik FK UI.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima. Yogyakarta:


Penerbit Gadjah Mada University Press.
XII. Lampiran
1. Etiket

2. Kemasan sekunder
3. Brosur

Skabysulf® paste
KOMPOSISI :
Skabysulf® paste mengandung :
Sulfur praecipitatum 5%
Zinc oxydum 36,7 %

INDIKASI :

Mengobati penyakit kulit seperti ekzem, gatal-gatal, kudis,


borok, kurap, kutu air, dan panu

CARA PEMAKAIAN :

Oleskan tipis-tipis pada kulit yang sakit sehari 1-2 kali


setelah dibersihkan. Atau menurut petunjuk dokter.

PENYIMPANAN :

Simpan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya


matahari langsung.

OBAT LUAR

KEMASAN & NO REGISTRASI :

Skabysulf® paste : pot isi 10 gram / DBL13B0500630A1

Diproduksi oleh :
PT. Boumpoũki Farma
Bandung, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai