PASTA
Disusun oleh :
Mochamad Arif
P17335113048
JURUSAN FARMASI
2014
PASTA SULFUR ZINCI OXIDE
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan suspensi rekonstitusi
Salisilamid.
2. Menentukan hasil evaluasi sediaan suspensi rekonstitusi Salisilamid.
II. Latar belakang
pasta adalah sediaan semi-padat yang ditujukan untuk penggunaan eksternal, terdiri
dari bubuk halus dikombinasikan dengan paraffin padat atau Paraffin cair atau dengan basis
non-berminyak yang terbuat dari gliserol, Lendir atau sabun. Pasta mengandung proporsi
bahan bubuk yang tinggi dan oleh karena itu biasanya sangat kaku. Karena pasta kaku
mereka tidak menyebar dengan mudah dan oleh karena itu sediaan ini baik untuk pemberian
obat lokal. Pasta juga berguna untuk menyerap bahan kimia berbahaya seperti amonia yang
dirilis oleh bakteri pada urin sehingga sering digunakan dalam produk popok. Juga, karena
sediaan ini memiliki konsentrasi serbuk yang tinggi, sediaan ini sering digunakan untuk
menyerap eksudat luka. Karena pasta begitu tebal pasta dapat membentuk lapisan tak tembus
di atas kulit dan dapat bertindak sebagai sunblock atau suncream. ini membuat pasta cocok
untuk digunakan untuk mencegah berlebihan dehidrasi kulit selain memblokir matahari.
Penggunaan utama dari pasta secara tradisional sebagai antiseptik, dan pelindung. (Chris
Langley dkk. 2008)
Sediaan pasta memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dari salep maupun krim.
Adapun karakteristik pasta, antara lain :
Daya serap pasta lebih besar.
Sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal pada tempat
pemakaian, sehingga cocok untuk luka akut.
Tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
Mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian
topical.
Konsistensi lebih kental dari salep.
Tidak memberikan rasa berminyak seperti salep.
Memiliki persentasi bahan padat lebih besar dari salep, yaitu mengandung
bahan serbuk (padat) sekitar 40-50%.(Hendra widodo. 2013)
Seperti krim dan salep, pasta juga memiliki bahan-bahan dasar yang digunakan
sebagai pasis pasta. Berikut ini adalah beberapa jenis basis pasta yang umum digunakan.
a) Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon memiliki beberapa karakteristik antara lain, tidak dapat diabrospsi
kulit, inert, tidak bercampur dengan air, daya absorpsi terhadap rendah, menghambat
kehilangan air pada kulit dengan membentuk lapisan tahan air, dan meningkatkan absorpsi
obat melalui kulit. Basis hidrokarbon ini terbagi menjadi lima macam, yaitu soft paraffin,
hard paraffin, liquid paraffin, paraffin substituent, dan paraffin ointment. Contohnya vaselin,
white petrolatum, dan white ointment.
b) Basis absorpsi
Karakteristik basis absorpsi adalah bersifat hidrofil serta dapat menyerap sejumlah
tertentu air dan larutan cair. Basis ini terbagi menjadi dua macam, pertama emulsi o/w basis
ini menyerap air untuk memproduksi emulsi air dalam minyak, serta terdiri atas wool fat,
wool alcohol, beeswax, dan cholesterol. Kedua, emulsi W/O yang terdiri dari atas lanolin.
c) Basis larut air
Contoh basis ini adalah PEG yang mampu melarutkan zat aktif yang tak larut dalam
air dan meningkatkan penyebaran obat. Basis ini bersifat stabil, tersebar merata, dapat
mengikat pigmen, higroskopis, sehingga dapat memberikan kenyamanan pada pemakaian
sediaan pasta.(Hendra widodo. 2013)
Sulfur memiliki sejarah panjang penggunaannya sebagai suatu skabisida. Meskipun
tidak mengiritasi, namun ia memiliki bau yang tidak menyenangkan, dan berwarna, sehingga
tidak menyenangkan untuk digunakan. Ini telah digantikan oleh skabisida yang lebih estetika
dan afektif dalam beberapa tahun terakhir, tapi tetap menjadi obat alternatif yang mungkin
untuk digunakan pada bayi dan ibu hamil. Formulasi biasa adalah 5% sulfur praecipitatum
dalam petrolatum.(Betram G. Katzung dkk. 2009)
III. FORMULASI
1. Sulfur Praecipitatum
Sinonim Belerang Endapan
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Struktur S
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Rumus S
molekul [Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Titik lebur -72º C
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 718]
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat halus; warna
kuning pucat; tidak berbau dan tidak berasa.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah larut dalam karbon
disulfida; sukar larut dalam minyak zaitun; praktis tidak larut
dalam etanol.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
Stabilitas Stabil, polimerisasi berbahaya tidak akan terjadi, hindari suhu
tingga, nyala api terbuka, pengelasan, merokok dan sumber
penyalaan.
[MSDS No 1794, hal 5]
Inkompabilitas Sulfur incompatible dengan sejumlah bahan kimia namun
tidak terbatas pada klorat, nitrat, karbida, halogen, fosfor dan
logam berat. Ketidak cocokan ini dapat mengakibatkan
kebakaran, reaksi yang tidak terkontrol, kelepasan gas
beracum atau ledakan.
[MSDS No 1794, hal 6]
pH pH antara 4,2 – 6,2
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 5755]
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
[Farmakope Indonesia Jilid IV 1995, hal 771]
kegunaan skabisida[Obat-obat penting, hal 253]
2. Zinc Oxide
Sinonim Seng oksida
[Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 673]
Rumus ZnO
molekul [Farmakope Indonesia Jilid III 1979, hal 673]
Pemerian Lembut, putih atau agak kekuningan, bubuk amorf, bebas
partikel pasir.
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 6448]
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%). Larut
dalam asam mineral encer.
[British Pharmacopoeia 2009 , hal 6448]
Stabilitas Panas : jika dipanaskan dengan kuat, terjadi warna kuning
yang akan hilang pada pendinginan.
Udara : ketika kontak dengan udara, ZnO perlahan menyerap
uap lembap dan CO2.
[Codex, hal 1091]
Inkompabilitas Zinci Oxidum inkompatibel dengan Benzil Penisilin. Zinci
Oksid bereaksi lambat dengan asam lemak dalam minyak
dengan lemak untuk membuat ester asam lemak.
[Codex, hal 1091]
Penyimpanan Dalam wadah tertutup dan terhindar dari paparan suhu diatas
30°C pada penggunaan jangka panjang.
[Codex, hal 1091]
3. Adeps Lanae
Sinonim Cera Lanae; E913; lanolin; lanolin anhidrat; Anhidrat
Protalan; dimurnikan lanolin; halus lemak wol.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 379]
4. Propylparaben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl
ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;
propyl butex; Propyl Chemosept; propylis
parahydroxybenzoas; propyl p- hydroxybenzoate; Propyl
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 596]
Struktur
5. Methylparaben
Sinonim Aseptoform M; CoSept M, E218, 4-hidroksibenzoat asam
metil ester, metagin, Methyl Chemosept, parahydroxybenzoas
methylis, methyl p-hydroxybenzoate, Methyl Parasept,
Nipagin M, Solbrol M, Tegosept M; Uniphen P-23.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 441]
Struktur
6. Butylated Hydroxytoluene
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis (1,1-dimetiletil)-4-methylphenol;
butylhydroxytoluene; butylhydroxytoluenum; Dalpac;
dibutylated hydroxytoluene; 2,6-di-tert-butil-p-kresol; 3,5-di-
tert-butyl-4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;
Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT;
Topanol; Vianol.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 75]
Struktur
7. Cetostearyl Alcohol
Sinonim Alkohol cetylicus et stearylicus; cetearyl alkohol; setil stearil
alkohol; Crodacol CS90; Lanette O; Speziol C16-18 Pharma;
Tego alkanol 1618; Tego alkanol 6855.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Pemerian Terbentuk sebagai massa berwarna putih atau krem, serpihan,
pil atau butir. Memiliki bau khas manis yang lemah. Dalam
pemanasan, cetostearil alkohol meleleh menjadi bersih, tidak
berwarna, atau berwarna kuning pucat, cairan bebas dari bahan
penyuspensi.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Kelarutan Mudah larut dalam etanol (95%), eter, dan minyak. Praktis
tidak larut dalam air.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 150]
Stabilitas Cetostearil alkohol stabil di bawah kondisi normal
penyimpanan. Cetostearil alkohol harus disimpan di wadah
tertutup baik, tempat sejuk dan kering.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 151]
Inkompabilitas Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat dan garam logam.
[HOPE 2009, Edisi 6th hal 151]
VI. PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8 pot (@ 10 gr) = 80 gr ~ 100 gr
No. Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Sulfur praecipitatum 5 gram
2. Zinci oxide 36,7 gram
3. Adeps lanae 48 gram
4. Cetostearil alkohol 10 gram
5. Butil Hidroksi Toluen 0,1 gram
6. Metil paraben 0,18 gram
7. Propi paraben 0,02 gram
IX. Pembahasan
Menurut FI edisi III pasta adalah sediaan berupa massa lembek yang dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Biasanya pasta diluar dengan mencampurkan bahan obat berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin album atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Sediaan berupa pasta ini digunakan
sebagai antiseptik atau pelindung.
Sedangkan menurut FI edisi IV pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan untuk pemakaian topical. Biasanya pasta mengandung
serbuk sampai 50%, sehingga pasta lebih kaku dan kental serta kurang berminyak bila
dibandingkan dengan salep. Pasta tidak melebur pads suhu tubuh dan memberikan perlindungan
berlebih pada daerah dimana pasta digunakan.
Ada 5 hal yang membedakan pasta dengan salep, antara lain :
Persentase bahan padat pada pasta lebih besar sehingga menjadi lebih
kental dan kaku dibandingkan salep.
Daya serap pasta lebih besar, karena persentase bahan padatnya lebih
tinggi.
Pasta lebih sering digunakan untuk mengadsorbsi sekresi cairan serosal
pada tempat pemakaian
Pasta cocok untuk luka akut.
Pasta tidak sesuai dengan bagian tubuh yang berbulu.
Pada praktikum kali ini, dibuat pasta dengan bahan aktif sulfur praecipitatum. Pembuatan
pasta sulfur praecipitatum ini ditujukan sebagai anti skabies atau dikenal dengan istilah gudik di
jawa, oleh karena itu ditambahkan pula zat lain yaitu zinci oxidum sebagai antispetikum.
Penambahan zinci oxidum ini selain sebagai antiseptikum ekstern apabila terjadi luka karena
digaruknya kulit yang terkena skabies ini.
Sediaan pasta sulfur ini mengandung beberapa eksipien, antara lain adeps lanae sebagai
basis, cetostearil alkohol sebagai penigkat konsistensi, BHT sebagai antioksidan, metil paraben
dan propil paraben sebagai pengawet.
Dipilih basis serap air, karena luka yang diakibatkan oleh skabies ini memungkinkan
mengeluarkan sekret sekret yang dapat menggagu penyembuhan penyakit ini, oleh karena itu
dipilih adeps lanae yang dapat menyerap cairan sekret sekret tersebut sehingga luka karena
skabies ini semakin cepat penyembuhannya.
Lalu sediaan ditambah cetostaryl alkohol agar konsistensinya lebih viskus dan lebih
akseptabel, selain itu ditambahkan pula BHT sebagai antioksidan, digunakan BHT karena basis
adeps lanae mudah teroksidasi, sehingga membutuhkan antioksidan agar kualitas sediaan tetap
terjaga.
Sedian ditujukan untuk pemakaian dan penyimpanan dalam jangka waktu yang lama
sehingga dibutuhkan pengawet agar menjaga sediaan tidak ditumbuhi mikroorganisme. Pada
sediaan ini dipilih metil paraben dan propil paraben sebagai pengawet, pemilihan dua pengawet
paraben ini untuk meningkatkan aktifitas antimikroba dari dua pengawet tersebut.
Sediaan dibuat dengan metode campuran antara fusi dan triturasi. Basis, peningkat
konsistensi, dan pengawet dileburkan didalam beaker glass, hal ini ditujukan agar ketiga bahan
tersebut lebih homogen apabila dicampurkan dengan cara fusi. Setelah itu BHT dimasukkan saat
hasil fusi bersuhu dibawah 500C hal ini untuk menghindari rusaknya antioksidan oleh panas.
Lalu dilakukan metode triturasi untuk mendispersikan sulfur dan zinci oxidum kedalam sediaan.
Setelah sediaan jadi, sediaan dikemas lalu disimpan selama 1 minggu di suhu kamar untuk
dievaluasi. Setelah satu minggu sediaan dievaluasi dan hasilnya sebagai berikut :
Organoleptika : Pemeriksaan visual, aroma, dan rasa dengan hasil
sebagai berikut:
- Warna : Warna sediaan putih seperti susu.
- Wujud : Bau khas adepslanae. Tekstur kaku, berminyak, dan sulit dicuci
dengan air.
- pH : pH sediaan stabil saat pengukuran yaitu 6, dan perubahan pH pada
saat pembuatan hingga pengujian tidak melebihi 1.
Uji efektifitas pengawet : Sediaan disimpan pada suhu kamar untuk mengamati
lamanya stabilitas sediaan. Dan hasilnya adalah saat pengamatan dilakukan setelah
sediaan disimpan selama 7 hari tidak ditemukan adanya pertumbuhan jamur maupun
mikroorganisme.
Uji isi minimum : pada pengujian volume terpindahkan volume yang
terpindahkan tidak kurang dari 100%, sehingga memenuhi syarat.
Uji homogenitas : Partikel berukuran seragam dan terdistribusi merata
X. Kesimpulan
- Wujud : Bau khas adepslanae. Tekstur kaku, berminyak, dan sulit dicuci dengan air.
pH sediaan stabil saat pengukuran yaitu 6, dan perubahan pH pada saat pembuatan
hingga pengujian tidak melebihi 1.
- Pada saat pengamatan dilakukan setelah sediaan disimpan selama 7 hari tidak
ditemukan adanya pertumbuhan jamur maupun mikroorganisme.
- Pada pengujian volume terpindahkan volume yang terpindahkan tidak kurang dari
100%, sehingga memenuhi syarat.
Tim Penulis Farmakologi dan Terapi. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
Departemen Farmakologi danTerapeutik FK UI.
2. Kemasan sekunder
3. Brosur
Skabysulf® paste
KOMPOSISI :
Skabysulf® paste mengandung :
Sulfur praecipitatum 5%
Zinc oxydum 36,7 %
INDIKASI :
CARA PEMAKAIAN :
PENYIMPANAN :
OBAT LUAR
Diproduksi oleh :
PT. Boumpoũki Farma
Bandung, Indonesia