MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Kimia Bahan Makanan
BUKITTINGGI
2018
KATA PENGANTAR
Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Racun pada
Bahan Makanan” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Bahan Makanan yang diampu oleh Bapak Adewirli Putra, M.Si.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih atas segala partisipasinya dalam
menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan
di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga
penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umum, dan untuk penulis sendiri khususnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Jenis dan Sumber Zat Racun
1) Seafood
Keracunan ikan, udang, kerang dan hasil laut biasanya karena telah
terkontaminasi zat-zat kimia beracun. Pencemaran merkuri, timah dan logam-
logam berat lainnya, seringkali terkandung dalam produk seafood.
Meningkatnya pencemaran laut dan menurunya kualitas air sebagai medium
hidup mereka adalah salah satu penyebabnya. Frozen seafood atau hasil laut
yang sudah dibekukan lama juga media yang baik untuk berkembangnya
Vibrio parahaemolyticus, sejenis bakteri yang sangat beracun. Pilih sea food
dalam kondisi sesegar mungkin agar terhindar dari bahaya keracunan.
a) Ciri-ciri mie basah berformalin : Tidak rusak sampai dua hari pada
suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari
es (10 derajat celsius). Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie
normal.Bau agak menyengat seperti bau formalin.
b) Ciri-ciri tahu berformalin : Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar
25 derajat Celsius dan bisa tahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10
derajat celsius). Tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat. Bau agak
menyengat.
c) Ciri-ciri ikan segar atau hasil laut berformalin : Tidak rusak sampai 3
hari pada suhu kamar (25 derajat C). Warna insang merah tua tidak cemerlang,
bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih. Bau formalin atau agak
1 bulan pada suhu 25 derajat celsius. Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan
asin. Tidak dihinggapi lalat di areaberlalat.
d) Ciri-ciri bakso berformalin : Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu
kamar 25 derajat celsius, teksturnya sangat kenyal dan bau formalin agak
menyengat.
e) Ciri-ciri ayam berformalin : Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu
kamar 25 derajat Celsius, teksturnya kencang dan bau formalin tercium.
3.Boraks
Boraks adalah senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil
pada suhu tekanan normal.Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk
pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai
dalam bentk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan
asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan
pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan
berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.
Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan
iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks
5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian. Efek
akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada
perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah,
mengantuk, demam dan sakit kepala. Penyelahgunaan boraks untuk makanan telah
ditemukan pada mi basah, bakso, kerupuk dan jajanan lainnya. Untuk mengetahui
makanan mengandung boraks ciri-cirinya sebagai berikut:
2. Pseudomonas cocovenenans
kg berat badan.
Asam bongkrek (C28H38O7) merupakan asam trikarboksilat tidak jenuh. Dosis
fatal untuk monyet 1,5 mg per kg berat badan, sedangkan untuk tikus 1,41 kg per
berat badan. Asam bongkrek bersifat sangat fatal dan biasanya merupakan penyebab
kematian. Hal ini disebabkan toksin tersebut dapat mengganggu metabolisme
glikogen dengan memobilisasi glikogen dari hati sehingga terjadi hiperglikimia yang
kemudian berubah menjadi hipoglikimia. Penderita hipoglikimia biasanya meninggal
empat hari setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang beracun. Tempe bongkrek
banyak dikonsumsi di daerah Banyumas dan Tegal di Jawa Tengah. Pertumbuhan
Pseudomonas cocovenenans dilaboratorium dapat dicegah bila pH subtrat diturunkan
dibawah 5,5 atau dengan penambahan garam NaCl pada subtrat pada konsentrasi
2,75-3,0%.
3. Staphylococcus aureus
Senyawa beracun yang diproduksi Staphylococcus aureus disebut enterotoksin
dan dapat berbentuk dalam makanan karena pertumbuhan bakteri tersebut. Disebut
enterotoksin karena menyebabkan gastro enteritis. Enterotoksin sangat stabil terhadap
panas, dan paling tahan panas ialah enterotoksin tipe B. Pemanasan yang dilakukan
oleh proses pemasakan normal tidak akan mampu menginaktifkan toksin tersebut dan
tetap dapat menyebabkan keracunan.
Sumber penularan Staphylococcus aureus adalah manusia atau hewan melalui
hidung, tenggorokan, kulit, dan luka yang bernanah. Gejala keracunan yang terjadi
adalah banyak mengeluarkan ludah, mual, muntah, kejang perut, diare, sakit kepala,
berkeringat dingin yang terjadi hanya satu dan dua hari. Sesudah itu, penderita akan
sembuh. Biasanya jarang terjadi kematian
2.1.4. Residu
Residu adalah sisa insektisida yang ditinggalkan sesudah perlakuan dalam
jangka waktu yang telah menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa khemis dan fisis
mulai bekerja.
Residu pencemaran merupakan sisa buangan hasil aktivitas manusia yang
terkontaminasi dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi manusia,
seperti pestisida.
Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan.
Makanan terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The
National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang
pestisida dalam makanan. Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang
diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus
kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup.
Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita,
dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen
dalam air minum
Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia :
1) Asefat Insektisida dapat menyebabkan Kanker, mutasi gen, kelainan alat reproduksi
2) Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3) BHC Insektisida dapat menyebabkan Kanker, beracun pada alat reproduksi
4) Kaptan Insektisida dapat menyebabkan Kanker, mutasi gen
5) Karbiral Insektisida dapat menyebabkan Mutasi gen, kerusakan ginjal
6) Klorobensilat Insektisida dapat menyebabkan Kanker, mutasi gen, keracunan alat
reproduksi
7) Klorotalonis Fungisida dapat menyebabkan Kanker, keracunan alat reproduksi
8) Klorprofam Herbisida dapat menyebabkan Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9) Siheksatin Insektisida Karsinogen
10) DDT Insektisida dapat menyebabkan Cacat lahir, pengaruh kronis.
a) Faktor intrinsik, merupakan sifat fisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh
bahan pangan tersebut, seperti kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.
b) Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan pada penganan dan
penyimpanan bahan pangan seperti suhu, kelembaban, susunan gas
diatmosfer.
c) Faktor implisit, merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu
sendiri.
d) Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai
akibatpengolhan bahan pangan, misalnya pemansan, pendingan, radiasi
danpenambahan bahan pengawet.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Senyawa beracun dalam makanan dapat berasal dari senyawa alami, sintetis,
mikroba, serta residu pencemaran.
2. Adapun jenis-jenis senyawa beracun alamiah yaitu alkoloid pada kentang, asam
sianida pada singkong, asam jengkolat pada jengkol serta mimosin dan leukonin
pada petai cina
3. Beberapa jenis-jenis senyawa beracun sintetis diantaranya sakarin, nitrosiamin dan
monosodium glutamat
4. Senyawa beracun dari mikroba (bakteri patogen) yang membahayakan kesehatan
manusia, antara lain: Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella,
Shigella, Vibrio cholerae, Clostridium botulinum, Pseudomonas cocovenenans dan
Kapang dan khamir
5. Senyawa racun dari residu pencemaran merupakan sisa buangan hasil aktivitas
manusia yang terkontaminasi dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang
dikonsumsi manusia, seperti pestisida.
6. Keracunan makanan biasanya terjadi karena masuknya senyawa-senyawa beracun
ke dalam tubuh. Sebagian besar kasus, racun ikut tertelan ke dalam tubuh
bersamaan dengan makanan yang kita konsumsi. Gejala yang timbul biasanya
ditandai dengan terganggunya sistem pencernaan, seperti mual, muntah dan kolik
pada saluran pernafasan
3.2 Saran
Diharapkan kepada para pembaca agar lebih berhati-hati dalam memilih makanan. Di
zaman modern ini banyak sekali makanan yang menggunakan bahan kimia yang
berlebihan terutama dalam jajanan disekitar kita. Bahkan sering terjadi penggunaan
bahan kimia yang penggunaannya tidak sesuai dan sudah sedemikian luas
penggunaannya sehingga tidak lagi mengindahkan dampaknya terhadap kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA