FARMASETIKA – 1
Dosen Pengampu:
Disusun oleh
Nama : Dewi lestari
Nim : F320175078
Materi : Pulveres
SOLUTIO
Dasar Teori
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih yang
terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut. Perbedaan potio dan larutan
(solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan
larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral
dan sebagainya (Margaret , 2009)
Sirup adalah salah satu bentuk sediaan cair yang dalam dunia farmasi yang dikenal luas
oleh masyarakat. Saat ini, banyak sediaan sirup yang beredar di pasaran dari berbagai macam
merk, baik yang generic maupun yang paten.Biasanya, orang-orang mengunakan sediaan sirup
karena disamping mudah penggunaannya, sirup juga mempunyai rasa yang manis dan aroma
yang harum serta warna yang menarik sehingga disukai oleh berbagai kalangan, terutama anak-
anak dan orang yang susah menelan obat dalam bentuk sediaan oral lainnya. Secara umum
sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan
larutan jernih berasa manis. Sirup adalah sediaan cair kental yang minimal mengandung 50%
sakarosa (Ansel et al., 2005).
Menurut Buku Ilmu Meracik Obat
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia yang terlarut, sebagai
pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat
bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molecular dalam cairan
tersebut, (Anief, 1997)
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya
adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali
nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak
larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4,
Na3PO3.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara
pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas.
Berdasarkan pengaruh ini maka beberapa sediaan farmasi tidak boleh dipanaskan, misalnya :
I. RESEP
R/ camphora 0,05
Menthol 0,05
Etanol 70 % ad 20 ml
mf sol
sue
Pro : Andi ( 10 th )
3.Tanda R : ada
Resep Standar : -
III. KETERANGAN
IV. KELARUTAN
Camphora : larut dalam 700 bagian air. Dalam 1 bagian etanol ( 95% ) , dalam 0,25
bagian kloroform , sangat mudah larut dalam eter, mudah larut dalam minyak lemak.
( FI III hal. 130 )
Menthol : sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol ( 95 % ) , dalam
kloroform dan dalam eter , mudah larut dalam paraffin cair dalam minyak atsiri.
(FI III hal. 362)
V. PENGGOLONGAN OBAT
1. Camphora :
2. Menthol :
VI. PERHITUNGAN
Kamfer = 0,05
Menthol = 0,05
No.Tlp.0291 442993
SIPA:2016/VIII/08
No R/ tgl 8/6/2018
ANDI ( 10 TH )
Untuk pemakaian luar
X. KESIMPULAN
Larutan adalah bentuk sediaan cair yang terdiri dari satu atau lebih zat kimia terlarut dan zat
pelarut dalam suatu larutan. Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan
sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan
cair yang bisa digunakan secara oral, topikan, parenteral dan sebagainya.
Sediaan paracetamol sirup yang dibuat memiliki kecenderungan bersifat mendekati netral pada
uji pH diperoleh pH 7,2. Namun hal ini dikhawatirkan Paracetamol berubah bentuk menjadi
garam dalam asam lambung sehingga sediaan yang diperoleh menjadi kurang baik untuk
sediaan sirup Parasetamol.
DAFTAR PUSTAKA
BNFC org. 2009. British National Formulary for Children. London : BMJ Publishing Group
Ltd
American Society for Hospital-System Pharmacist. 2008. AHFS Drug Information
Handbook. ASHP Inc. USA : Bethesda MD
A.L.Suryan,V. K. Bhusari, K. S. Rasal, and S. R. Dhaneshwar, “Simultaneous quantitation and
validation of paracetamol, phenylpropanolamine hydrochloride and cetirizine hydrochloride
by RP-HPLC in bulk drug and formulation,” International Journal of Pharmaceutical Sciences
and Drug Research : vol. 3, pp. 303–308, 2011.
Anief. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press p. 25.
Ansel, Howard. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat (Introduction to
Pharmaceutical Dosage Forms, 4 th Edition). Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, dkk. Jakarta
: Universitas Indonesia Press.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Katzung, B. G. 1994. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : EGC
Margareth, R.C., Marques, Cole, E., Kruep, D., Gray, V., Murachanian,D., Brown, W.E., dan
Giancaspro. 2009. Liquid-filled Gelatin Capsules. Pharmacopeial Forum .July– Aug. 2009
:1032-1033.
Syamsuni, H.A. 2006. Ilmu resep. Jakarta: EGC Press