PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salep adalah salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakan pada
kulit sehat, sakit atau ketika terluka yang dimaksudkan untuk efek
tropikal. Salep digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau
kronis, sehingga diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar
dapat memberikan efek yang diinginkan (Voigt, 1984).
Suatu obat dalam bentuk sediaan salep untuk dapat mencapai
efektifitas yang maksimum, perlu dipelajari dengan baik mengenai
struktur kulit dan formulasi sediaan antara lain pemilihan bahan
pembawa atau basis, karena pembawa akan mempengaruhi pelepasan
zat aktif dan absorbsinya pada lapisan kulit (Aiache, 1982).
Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalam
keberhasilan terapi dengan menggunakan sediaan salep. Pelepasan obat
dari sediaan salep sangat dipengaruhi oleh sifat fisika kimia obat seperti
kelarutan, ukuran partikel dan kekuatan ikatan antara obat dengan
pembawanya, dan untuk basis yang berbeda faktor diatas mempunyai
nilai yang berbeda. Pemilihan formulasi yang baik sangat menentukan
tercapainya tujuan pengobatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi sediaan salep ?
2. Komponen-komponen apa sajakah yang terdapat dalam sediaan
salep ?
3. Peraturan pembuatan salep menurut F.Van Duin ?
disediaan salep.
3. Mempu mengetahui dan menyebutkan peraturan pembuatan salep
menurut F.Van Duin.
BAB II
PEMBAHASAN
kekurangan bobotnya.
2.6 Persyaratan Salep
Menurut FI edisi III :
1. Pemerian
2. Kadar
mengandung obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep
: kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar
salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album).
Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep, dapat
dipilih beberapa bahan dasar salep sebagai berikut :
a. Senyawa hidrokarbon : vaselin putih, vaselin kuning (vaselin
flavum), malam putih (cera album), malam kuning (cera flavum),
atau campurannya.
b. Serap : lemak bulu domba (adeps lanae), campuran 3 bagian
kolesterol, 3 bagian stearil-alkohol, 8 bagian mala putih dan 86
bagian vaselin putih, campuran 30 bagian malam kuning dan 70
bagian minyak wijen.
c. Yang dapat dicuci dengan air atau Emulsi, misalnya emulsi
minyak dalam air (M/A).
6
larutnya).
Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami),
iii.
iv.
i. Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersamasama dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar
salep disaring tetapi jangan lupa harus ditambahkan pada
ii.
camphorae.
Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada
iii.
larut,
baru
iv.
Chrysarobin
: antibiotik (misalnya penicilin)
v.
Pirogalol
: chloretum auripo natrico.
D. Zat padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :
i.
Belerang (tidak boleh diayak)
ii.
Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
iii.
Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).
iv.
Mamer album (diayak dengan ayakan No.25/B10)
v.
Veratrin (digerus dengan minyak, karena jika digerus
tersendiri akan menimbulkan bersin).
2. Zat cair
Sebagai pelarut bahan obat
A. Air
i.
Terjadi reaksi
Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan minyak lemak
akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya
adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian
dikocok dalam sebuah botol bersama dengan minyak lemak,
ii.
iii.
salepnya
Spiritus/etanol/alcohol
a. Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
b. Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air
sampai sekental sirup atau sepertiga bagian.
c. Tak tahan panas :
i.
Diketahui pembandingnya, maka diambil bagianii.
iii.
Tinc Iondii 1
ac. Salicyl 0,75
resorcin5 %
adepslanae 5
vaselin ad 20
m f ungt
s salepkutu air
10
Pro : Sukrinah
Almat : Jalan Kehakiman Raya
2.11
Contoh Salep
Salep Pagoda
Indikasi:
Untuk mengobati penyakit kulit seperti gatal-gatal di telapak tangan dan
kaki, selangkangan paha, kutu air, panu, kurap dan kudis.
11
Komposisi:
Asam Salisilat .......................... 12%
Sulfur Praecipitatum .................... 10%
Asam Benzoat ............................ 5%
Camphora ................................ 3%
Menthol ................................. 1%
Cara Kerja Obat:
1. Sulfur praecipetatum merupakan keratolitik, anti septik ringan, dan
paratisida.
2. Asam salisilat mempunyai sifat sebagai keratolitik dan fungisida lemah.
3. Asam benzoat sebagai antibakteri dan antifungi. Champora dan menthol
sebagai anti iritan.
Cara Pemakaian:
Dioleskan pada kulit yang sakit 1 - 2 kali sehari setelah dibersihkan.
Efek Samping:
Dermatitis, urtikaria, reaksi hipersensitif, dan iritasi kulit.
Peringatan dan Perhatian:
1. Hanya digunakan sebagai obat luar.
2. Tidak dianjurkan untuk bayi.
3. Tidak boleh digunakan pada luka terbuka.
4. Hati-hati bila digunakan pada area yang laus pada kulit.
12
Penyimpanan:
Simpan di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya matahari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Salep (unguenta menurut FI ed.III) adalah sediaan setengah
padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
2. Salep (unguenta menurut FI ed IV) adalah sediaan setengah
padat ditunjukan untuk pemakaian tropikal pada kulit atau
selaput lendir.
3. Bahan dasar salep adalah salep hidrokarbon dimana dasar salep
yang digunakan adalah vaselin.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Farmakope indonesia edisi iii Departemen Kesehatan RI tahun 1979
Farmakope indonesia edisi iv Departemen Kesehatan Tahun 1995
Moh Arief, 1994 Farmasetika Gajah Mada University Press, Yogyakarya
14