Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.

Berikut ini kami persembahkan sebuah makalah tentang “Salep I


(Definisi, Persyaratan,Penggolongan dasar salep, Kualitas dasar salep,
penggolongan salep, dan cara pembuatan yang baik)” yang menurut kami
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari materi
tersebut.

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Farmasi


Industri Melalui kata pengantar ini kami lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila dalam isi makalah ini ada kekurangan dan
tulisan yang kurang tepat. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran para
pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan dating.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat.

Jakarta, 6 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................... 2

Bab II Tinjauan pustaka


2.1 Pengertian Salep ..................................................................... 3
2.2 Persyaratan Salep ................................................................... 3
2.3 Penggolongan Dasar Salep ..................................................... 3
2.4 Kualitas Dasar Salep ............................................................... 5
2.5 Penggolongan Menurut Konsistensi ........................................ 5
2.6 Penggolongan Menurut Terapeutis Penetrasi ......................... 6
2.7 Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep ............................... 6
2.8 Cara Pembuatan Salep ........................................................... 7

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan ............................................................................ 13

Daftar Pustaka............................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Salep merupakan salah satu bentuk sediaan farmasi yang digunakanpada


kulit, yang sakit atau terluka dimaksudkan untuk pemakaian topikal.Salep
digunakan untuk mengobati penyakit kulit yang akut atau kronis,sehingga
diharapkan adanya penetrasi kedalam lapisan kulit agar dapatmemberikan efek
yang diinginkan. Salep dapat diartikan sebagai sediaansetengah padat ditujukan
untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaputlendir . Bahan obatnya larut atau
terdispersi homogen dalam dasar salepyang cocok .Salep tidak boleh berbau
tengik.Kecuali dinyatakan lainkadar bahan obat dalam salep yang mengandung
obat keras atau narkotikadalah 10 %.

Sediaan salep harus memiliki kualitas yang baik yaitu stabil,


tidakterpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar, dan semua zat yangdalam
salep harus halus.oleh karena itu pada saat pembuatan salepterkadang
mangalami banyak masalah, salep yang harus digerus denganhomogen, agar
semua zat aktifnya dapat masuk ke pori-pori kulit dandiserab oleh kulit.

Pelepasan obat dari basisnya merupakan faktor penting dalamkeberhasilan


terapi dengan menggunakan sediaan salep.Pelepasan obatdari sediaan salep
sangat dipengaruhi oleh sifat kimia fisika obat sepertikelarutan, ukuran partikel dan
kekuatan ikatan antara zat aktif denganpembawanya serta untuk basis yang
berbeda.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diketahui rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Salep ?


2. Apa saja Persyaratan Salep ?
3. Apa sajakah Penggolongan dasar Salep?
4. Bagaimana Kualitas Dasar Salep ?
5. Apa saja penggolongan menurut konstitensi salep ?
6. Apa saja penggolongan menurut terapeutis penetrasi?
7. Bagaimana Cara pembuatan salep ?

1.2 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dari salep.


2. Untuk mengetahui persyaratan salep.
3. Untuk mengetahui Penggolongan dasar salep.
4. Untuk mengetahui kualitas dasar salep.
5. Untuk mengetahui penggolongan menurut konsistensi salep.
6. Untuk memenuhi penggolongan menurut terapeutis penetrasi.
3
7. Mengetahui bagaimana cara pembuatan salep.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas farmasetik dasar yang diberikan dan
sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan


digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen
dalam dasar salep yang cocok (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat


kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar
salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep
obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak


antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen
berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk
memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai
pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai
emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah
dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok


pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air
membentuk emulsi air dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin
anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang
dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar
salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”. Dasar ini
dinyatakan juga dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan
dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa
bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini
daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini
adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan termatologik (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga
disebut sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut
air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar
salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut
dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih
tepat disebut “gel” (Dirjen POM, 1995).

2.2 Penggolongan Salep

0
1. Menurut Konsistensinya salep dapat dibagi:

a. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensinya


seperti mentega, tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan
tanpa memakai tenaga.
b. Cream (krim) adalah salep yang banyak mengandung air,
mudah diserap kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

c. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat


padat (serbuk), suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pel2indung bagian kulit yang diolesi.

d. Cerata adalah salep lemak yang mengandung presentase lilin


(wax) yang tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).

e. Gelones/spumae/jelly adalah salep yang lebih halus,


umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin
atau basis, biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan
lemak dengan titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan
air mendidih).

2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep


dapat dibagi:

a. Salep epidermis digunakan untuk melindungi kulit dan


menghasilkan efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan
antiseptik anstrigensia untuk meredakan rangsangan atau anasteti lokal.
Dasar salep yang baik adalah dasar salep senyawa hidrokarbon.
b. Salep endodermis adalah salep yang bahan obatnya
menembus ke dalam kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian,
digunakan untuk melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang
terbaik adalah minyak lemak.
c. Salep diadermis adalah salep yang bahan obatnya
menembus ke dalam tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang
diinginkan, misalnya salep yang mengandung senyawa merkuri iodida,
beladona.

3. Menurut dasar salepnya. Salep dapat dibagi:

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep
dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air
misalnya campuran lemak-lemak dan minyak lemak.
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik
air, biasanya dasar tipe M/A (Syamsuni, 2006).

2.3 Kualitas Dasar Salep

1
Kualitas dasar salep yang ideal adalah:

a. Satabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus


bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang
ada dalam kamar.

b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh


produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit
yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.

c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang


apling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit

d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel


secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak
boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu
melepas obatnya pada daerah yang diobati.

e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui


dasar salep padat atau cair pada pengobatan

f. Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif


(Anief, 2007).

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti


khasiat yang diinginkan, sifat obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati,
stabilitas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu
menggunakan dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas
yang diinginkan. Misalnya obat-obat yang terhidrolisis, lebih stabil dalam
dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep yang mengandung air,
meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar salep yang
mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar
salep yang mengandung air (Dirjen POM, 1995).

2.4 Persyaratan Salep

Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:

1. Pemerian: tidak boleh berbau tengik

2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang


mengandung obat keras, kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar


salep (basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung

2
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.

4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan


transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

3
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Salep
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untu
k pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Menurut FI III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 %.

2.2 Persyaratan Salep


Persyaratan salep Menurut FI III, yaitu :
1. Pemerian : tidak boleh berbau tengik
2. Kadar : kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung
obat keras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10%.
3. Dasar salep : kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (
basis salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat
bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
4. Homogenitas : jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan trans
paran lai n yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
5. Penandaan : pada etiket harus tertera “obat luar”

2.3 Penggolongan Dasar Salep


1. Dasar Salep Hidrokarbon
Dasar salep ini dikenal sebagai dasar salep berlemak, antara lain v
aselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair yang
dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpa
njang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut pe
nutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, suk
ar dicuci, tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama.
Contoh : Vaselin putih, vaselin kuning, paraffin cair, paraffin padat, minyak
nabati.

(vaselin Putih) (paraffin padat)


2. Dasar Salep Serap
Dasar salep serap ini dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok pertama
terdiriatas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk em

0
ulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompo
k kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur denga
n sejumlah larutanair tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi se
bagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum Simplex

Adeps Lanae
3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hi
drofilik(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci denga
n air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebi
h efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon.
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air
dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream),
emulsifying wax.

Vanishing Cream
4. Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungann
ya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandun
g bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam.
Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabil
itas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan
dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diingink
an. Misalnya obat-
obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon d

1
aripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerj
a lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)
2.4. Kualitas Dasar Salep
1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpe
ngaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halu
s, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.
4) Dasar salep yang cocok.
5) Dapat terdistribusi merata

2.5. Penggolongan Menurut Konsistensi Salep


1) Unguenta
adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga.
2) Krim (Cream)
adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air
3) Pasta
adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat
padat (serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau
pelindung bagian kulit yang diberi.
4) Cerata
adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
5) Gelones / Spumae / Jelly
adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan
mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada membran
mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah

2.6. Menurut Terapeutis Penetrasi


a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk
melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak
diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk
meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa
hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak
melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput
lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
c. Salep Diadermic (Salep Serap).
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya

2
pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae.
Dasar salep yang baik adalah adepslanae dan oleum cacao.

2.7. Ketentuan Umum Cara Pembuatan Salep


1) Peraturan Salep Pertama
Zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak dilarutkan
kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan.
2) Peraturan Salep Kedua
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada
peraturan-peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang
dipakai dikurangi dari basis.
3) Peraturan Salep Ketiga.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut
dalam lemak dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan
pengayak B40.
4) Peraturan Salep Keempat
Salep-salep yang dibuat dengan jalan mencairkan,
campurannya harus digerus sampai dingin.

2.8. Cara Pembuatan Salep ditinjau dari zat khasiat utamanya


1. Zat padat
a. Zat padat dan larut dalam dasar salep
Camphorae
 Dilarutkan dalam dasar salep yang sudah dicairkan didalam pot
salep tertutup (jika tidak dilampaui daya larutnya)
 Jika dalam resepnya terdapat minyak lemak (Ol. sesami),
camphorae dilarutkan lebih dahulu dalam minyak tersebut
 Jika dalam resep terdapat salol, menthol, atau zat lain yang dapat
mencair jika dicampur (karena penurunan titik eutektik), camphorae
dicampurkan supaya mencair, baru ditambahkan dasar salepnya
 Jika camphorae itu berupa zat tunggal, camphorae ditetesi lebih
dahulu dengan eter atau alkohol 95%, kemudian digerus dengan dasar
salepnya.

Pellidol
 Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama
dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi
jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).
 Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang mudah dicairkan.

Iodum
 Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae

3
 Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum
iodii dari Ph. Belanda V)
 Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya

b. Zat padat larut dalam air


Protargol
 Taburkan diatas air, diamkan ditempat gelap selama ¼ jam sampai
larut
 Jika dalam resep terdapat gliserin, tambahkan gliserin tersebut,
baru ditambahkan airnya dan tidak perlu ditunggu ¼ jam lagi karena dengan
adanya gliserin, protargol atau mudah larut.
Colargol
 Dikerjakan seperti protargol

Argentum nitrat (AgNO3)


 Walaupun larut dalam air, zat ini tidak boleh dilarutkan dalam air
karena akan meninggalkan bekas noda hitam pada kulit yang disebabkan
oleh terbentuknya Ag2O, kecuali pada resep obat wasir.

Fenol/fenol
 Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak
dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan
juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air
77-81,5% FI ed.III).

Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan
dalam air, yaitu :
 Argentum nitrat : stibii et kalii tartras
 Fenol : oleum iocoris aselli
 Hydrargyri bichloridum : zink sulfat
 Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)
 Pirogalol : chloretum auripo natrico.
c. Zat padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :
 Belerang (tidak boleh diayak)
 Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
 Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).
d. Zat Berkhasiat Berupa cairan
 Air
 Terjadi reaksi, Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan
minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya
adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam
sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan
lainnya.

4
 Tak terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat
airnya diganti dengan dasar salepnya
 Spiritus/etanol/alkohol
 Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
 Jumlah banyak :
I.Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai
sekental sirop atau sepertiga bagian.
II.Tak tahan panas :
- Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya
tinct. Iodii
- Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut
perbandingan dasar salepnya.
 Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit.Contohnya : gliserin, pix
lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
e. Zat Berkhasiat berupa ekstrak/extractum
 Extractum sicccum /kering
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air
dapat dikurangkan dari dasar salepnya
 Extractum spissum/kental
Diencerkan dahulu dengan air atau etanol
 Extractum liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan dengan alcohol yang tahan panas.
f. Bahan-bahan lain
 Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus
(<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri
(Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio
(C.M.N) mengandung 50%
 Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut.Jika
tidak ada sapo, dikerjakan seperti Camphorae.Mempunyai D.M/T.M untuk
obat luar.
 Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.

2.9. Bahan yang ditambahkan terakhir pada suatu massa salep :


 Ichtyol
Jika ditambahkan pada massa salep yang masih panas atau digerus
terlalu lama, akan terjadi pemisahan.
 Balsem-balsem dan minyak yang mudah menguap.

5
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ;
jika digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.

 Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin;
disamping itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
 Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak
bisa bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus
ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar
salep.
 Marmer album
Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang
akan memberikan pengaruh percobaan pada kulit.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Dari pembahasaan diatas dapat disimpulkan bahwa


salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali
dinyatakan lain kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat
keras atau narkotik adalah 10 %. Untuk dasar salep
kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis salep) digunaka
n vaselin putih (vaselin album). Penggolongan dasar salep terdiri dari :
dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci
dengan air, dan dasar salep larut dalam air.
Jikadioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok,

6
harus menunjukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket
tertera “obat Luar”. Salep juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu :
unguenta, cream, pasta, cerata, dan Jelly, ada juga penggolongan salep
menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep serap, dan salep
endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat
utamanya.

DAFTAR PUSTAKA

 Farmakope edisi III


 Buku Ilmu Resep kelas X

Anda mungkin juga menyukai