Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa, karena berkat dan limpahan rahmat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 1
1.3 Tujuan...................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................... 2
Daftar Pustaka............................................................................ 14
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dapat diketahui tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah agar dapat dimanfaatkan sebaik
mungkin sehingga dapat memenuhi tugas farmasetik dasar yang diberikan dan
sebagai sarana media pembelajaran serta menambah wawasan pengetahuan.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salep
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak
dalam air antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”. Dasar ini
dinyatakan juga dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan
dilap basah, sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa
bahan obat dapat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini
daripada dasar salep hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini
adalah dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang
terjadi pada kelainan termatologik (Dirjen POM, 1995).
Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga
disebut sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut
air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar
salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut
dalam air seperti parafin, lanolin anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih
tepat disebut “gel” (Dirjen POM, 1995).
0
1. Menurut Konsistensinya salep dapat dibagi:
a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep
dengan dasar salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air
misalnya campuran lemak-lemak dan minyak lemak.
b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik
air, biasanya dasar tipe M/A (Syamsuni, 2006).
1
Kualitas dasar salep yang ideal adalah:
2
dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian salep.
3
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Salep
Menurut FI. IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untu
k pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir.
Menurut FI III, Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam
dasar salep yang cocok.
Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain kadar
bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotik adalah
10 %.
0
ulsi air dalam minyak (parafin hidrofilik dan lanolin anhidrat), dan kelompo
k kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur denga
n sejumlah larutanair tambahan (lanolin). Dasar salep ini juga berfungsi se
bagai emolien.
Contoh : Adeps Lanae, Unguentum Simplex
Adeps Lanae
3. Dasar Salep yang dapat dicuci dengan air.
Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam air, antara lain salep hi
drofilik(krim). Dasar salep ini dinyatakan juga sebagai dapat dicuci denga
n air, karena mudah dicuci dari kulit atau dilap basah sehingga lebih dapat
diterima untuk dasar kosmetika. Beberapa bahan obat dapat menjadi lebi
h efektif menggunakan dasar salep ini dari pada dasar salep hidrokarbon.
Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan air
dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik.
Contoh: Dasar salep emulsi tipe m/a (seperti vanishing cream),
emulsifying wax.
Vanishing Cream
4. Dasar Salep Larut Dalam Air
Kelompok ini disebut juga dasar salep tak berlemak dan terdiri dari
konstituen larut air. Dasar salep jenis ini memberikan banyak keuntungann
ya seperti dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan tidak mengandun
g bahan tak larut dalam air, seperti paraffin, lanolin anhidrat atau malam.
Dasar salep ini lebih tepat disebut gel.
Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor yaitu khasiat yang
diinginkan, sifat bahan obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabil
itas dan ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan
dasar salep yang kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diingink
an. Misalnya obat-
obat yang cepat terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon d
1
aripada dasar salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerj
a lebih efektif dalam dasar salep yang mangandung air.
Contoh : Poly Ethylen Glycol (PEG)
2.4. Kualitas Dasar Salep
1) Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpe
ngaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.
2) Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halu
s, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.
3) Mudah dipakai.
4) Dasar salep yang cocok.
5) Dapat terdistribusi merata
2
pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae.
Dasar salep yang baik adalah adepslanae dan oleum cacao.
Pellidol
Larut 3% dalam dasar salep, pellidol dilarutkan bersama-sama
dengan dasar salepnya yang dicairkan (jika dasar salep disaring tetapi
jangan lupa harus ditambahkan pada penimbangannya sebanyak 20% ).
Jika pellidol yang ditambahkan melebihi daya larutnya, maka digerus
dengan dasar salep yang mudah dicairkan.
Iodum
Jika kelarutannya tidak dilampaui, kerjakan seperti pada camphorae
3
Larutkan dalam larutan pekat KI atau NaI (seperti pada unguentum
iodii dari Ph. Belanda V)
Ditetesi dengan etanol 95% sampai larut, baru ditambahkan dasar
salepnya
Fenol/fenol
Sebenarnya fenol mudah larut dalam air, tetapi dalam salep tidak
dilarutkan karena akan menimbulkan rangsangan atau mengiritasi kulit dan
juga tidak boleh diganti dengan Phenol liquifactum (campuran fenol dan air
77-81,5% FI ed.III).
Bahan obat yang larut dalam air tetapi tidak boleh dilarutkan
dalam air, yaitu :
Argentum nitrat : stibii et kalii tartras
Fenol : oleum iocoris aselli
Hydrargyri bichloridum : zink sulfat
Chrysarobin : antibiotik (misalnya penicilin)
Pirogalol : chloretum auripo natrico.
c. Zat padat tidak larut dalam air
Umumnya dibuat serbuk halus dahulu, misalnya :
Belerang (tidak boleh diayak)
Ac. Boricum (diambil bentuk yang pulveratum)
Oxydum zincicum (diayak dengan ayakan No. 100/B40).
d. Zat Berkhasiat Berupa cairan
Air
Terjadi reaksi, Contohnya, jika aqua calcis bercampur dengan
minyak lemak akan terjadi penyabunan sehingga cara penggunaannya
adalah dengan diteteskan sedikit demi sedikit kemudian dikocok dalam
sebuah botol bersama dengan minyak lemak, baru dicampur dengan bahan
lainnya.
4
Tak terjadi reaksi
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak : diuapkan atau diambil bahan berkhasiatnya saja dan berat
airnya diganti dengan dasar salepnya
Spiritus/etanol/alkohol
Jumlah sedikit : teteskan terakhir sedikit demi sedikit
Jumlah banyak :
I.Tahan panas : Tinct. Ratanhiae, panaskan diatas tangas air sampai
sekental sirop atau sepertiga bagian.
II.Tak tahan panas :
- Diketahui pembandingnya, maka diambil bagian-bagiannya saja, misalnya
tinct. Iodii
- Tak diketahui pembandingnya, teteskan terakhir sedikit demi sedikit
- Jika dasar salep lebih dari 1 macam, harus diperhitungkan menurut
perbandingan dasar salepnya.
Cairan kental
Umumnya dimasukan sedikit demi sedikit.Contohnya : gliserin, pix
lithantratis, pix liquida, balsem peruvianum, ichtyol, kreosot.
e. Zat Berkhasiat berupa ekstrak/extractum
Extractum sicccum /kering
Umumnya larut dalam air, maka dilarutkan dalam air, dan berat air
dapat dikurangkan dari dasar salepnya
Extractum spissum/kental
Diencerkan dahulu dengan air atau etanol
Extractum liquidum
Dikerjakan seperti pada cairan dengan alcohol yang tahan panas.
f. Bahan-bahan lain
Hydrargyrum
Gerus dengan adeps lanae dalam lumpang dingin, sampai halus
(<20µg) atau gunakan resep standar, misalnya : Unguentum Hydrargyri
(Ph.Belanda V) yang mengandung 30% dan Unguentum Hydrargyri Fortio
(C.M.N) mengandung 50%
Naphtolum
Dapat larut dalam sapo kalicus, larutkan dalam sapo tersebut.Jika
tidak ada sapo, dikerjakan seperti Camphorae.Mempunyai D.M/T.M untuk
obat luar.
Bentonit
Serbuk halus yang dengan air akan membentuk massa seperti salep.
5
Balsem merupakan campuarn damar dan minyak mudah menguap ;
jika digerus terlalu lama, damarnya akan keluar.
Air
Ditambahkan terakhir karena berfungsi sebagai pendingin;
disamping itu, untuk mencegah permukaan mortir menjadi licin.
Gliserin
Harus ditambahkan ke dalam dasar salep yang dingin, karena tidak
bisa bercampur dengan bahan dasar salep yang sedang mencair dan harus
ditambahkan sedikit demi sedikit karena tidak mudah diserap oleh dasar
salep.
Marmer album
Dimasukkan terakhir karena dibutuhkan dalam bentuk kasar, yang
akan memberikan pengaruh percobaan pada kulit.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
6
harus menunjukkan susunan yang homogen dan Penandaan pada etiket
tertera “obat Luar”. Salep juga digolongkan menurut konsistensinya yaitu :
unguenta, cream, pasta, cerata, dan Jelly, ada juga penggolongan salep
menurut efek terapinya yaitu : salep penutup, salep serap, dan salep
endodermic. Cara Pembuatan salep dapat ditinjau dari zat berkhasiat
utamanya.
DAFTAR PUSTAKA