Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI
Karakteristik Mikroorganisme Dengan Beberapa Uji Biokimia

Disusun oleh:

Nama : Rifa Rizkiyah


NPM : 2011210209
Kelas / Kelompok :E/6
No. Absen : 22

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2012
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Karakteristik mikroorganisme dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti


pengamatan mikroskopik koloni, pewarnaan mikroba untuk mengetahui penampakan
mikroskopik sel maupun membedakan golongan-golongan mikroorganisme, serta
karakteristik dengan serangkaian uji-uji biokimia yang mencerminkan aktivitas metabolism
enzimatik mikroorganisme. Reaksi-reaksi biokimia bagi mikroorganisme dapat dikatakan
sebagai sidik jari biokimia (biochemical fingerprints), sebagaimana sidik jari pada manusia
yang menjadi pembeda antara satu orang dengan orang lainnya. Satu spesies mikroba akan
memiliki “sidik jari” biokimia atau karakter biokimia idenriras yang berbeda dengan spesies
mikroba lainnya.
Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim. Berdasarkan tempat bekerjanya, bakteri memiliki
juga jenis enzim yaitu endoenzim dan eksoenzim. Endoenzim yaituenzim yang berkerja dalam sel.
Sistem endoenzim selain bersifat anabolik dapat juga bersifat katabolik.Sedangkan
eksoenzim yaitu enzim yang disekresikan ke luar sel dan berdifusi kedalam media.
Sebagian besar eksoenzim bersifat hidroliktik, yang berarti bahwa eksoenzim menguraikan
molekul kompleks menjadi molekul yang molekul-molekul yang lebih sederhana.Molekul-
molekul yang lebih kecil ini kemudian dapat memasuki sel dan digunakan untuk kepentingan
sel. (Waluyo, 2004).
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-
metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Kemampuan bakteri menggunakan
senyawa tertentu sebagai sumber karbon dan sumber energiyang dapat digunakan untuk
identifikasi (Backmann,2006).Identifikasi Bakteri dapat dilakukan dengan beberapa uji
antara lain uji dalam melakukan fermentasi, uji oksidase, produksi katalase, uji
motilase dan uji oksidase (Funke 2004).

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


 Mengetahui beberapa uji biokimia untuk mengkarakterisasi mikroorganisme.
 Melakukan beberapa uji biokimia dalam mikrobiologi dan menganalisis hasilnya.
.
1.3 MANFAAT PRAKTIKUM

Dengan melakukan praktikum karakterisasi mikroorganisme dengan beberapa uji


biokimia ini kita mendapaatkan manfaat sebagaimana kita mengetahui pengocokan hati-
hati dalam menginokulasikan suspensi bakteri ke dalam perbenihan gula-gula, kemudian
mengetahui teknik-teknik cara gores dan cara tusuk yang benar, kemudian kita juga dapat
mengetahui pembentukan apa saja yang terjadi pada bakteri yang telah kita inkubasikan
selama 18-24 jam dengan media dan metode yang telah ditentukan.
BAB II

STUDI PUSTAKA
2.1 UJI BIOKIMIA

Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yangamat penting di dalam identifikasi
spesimen bakteri yang tak dikenalkarena secara morfologis biakan atau pun sel bakteri yang
berbedadapat tampak serupa, tanpa hasil pengamatan fisiologis yangmemadai mengenai organik
yang diperiksa maka penentuanspesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan
klasifikasisebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia.
Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe mediamemproduksi tipe metabolit tentunya yang
dideteksi denganinteraksi mikroba dengan reagen test yang mana menghasilkanperubahan warna
reagen (Murray, 2005).

Biokimia bertujuan untuk memahami bagaimana interaksibiomolekul satu dengan lainnya


membawa sifat-sifat keadaan hidupini. Belum pernah dalam pengamatan dalam logika molekul
selhidup, kita menemukan suatu pelanggaran terhadap hukum - hukum fisis yang telah dikenal,
seiring dengan itu pula, kita belum pernahmemerlukan pendefinisian hukum baru. Mesin organik
lunak selhidup berfungsi di dalam kerangka hukum-hukum yang sama yangmengatur mesin buatan
manusia, akan tetapi, reaksi-reaksi kimiadan proses pengaturan sel telah maju demikian pesat,
melampauikemampuan kerja mesin buatan manusia (Lehninger, 1995).

Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-ujibiokimia yang biasanya dipakai dalam
kegiatan identifikasi bakteriatau mikroorganisme yang antara lain uji katalase, koagulase, ujinitrit,
hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji, uji hidrogen sulfit danlain-lain. Pengujian biokimia merupakan
salah satu hal yang sangatpenting dalam dunia mikrobiologi (Lim, 1998).

Uji-uji biokimia yang biasanya dipakai dalam kegiatanidentifikasi bakteri atau mikroorganisme
yaitu antara lain adalah ujikoagulase, uji katalase, uji MRVP, uji nitrit, hidrolisis gelatin, ujiH2S dan
lain-lain. Salah satu uji yaitu adalah uji hidrolisis urea. Ujiini sangat penting dalam identifikasi
bakteri-bakteri patogenpenghuni usus, begitu pula uji yang lain sebenarnya digunakanuntuk
mengidentifikasi bakteri dengan karakter tertentu, yang manadengan karakter tersebut ia dapat
dibedakan dengan jelas daribakteri-bakteri yang lain yang hidup disekitarnya
(Dwidjoseputro,1994).

2.2 METODE UJI BIOKIMIA

Berikut beberapa uji Biokimia yang digunakan untuk identifikasi bakteri antara lain:

1. Reaksi Fermentasi Karbohidrat (Gula-gula)


Fermentasi merupakan salah satu aktivitas biokimia yang dilakukan oleh
mikroba. Fermentasi adalah proses pengubahan senyawa makromolekul organik
menjadi senyawa yang lebih sederhana oleh aktivitas mikrobia pada kondisi anaerob.
Fermentasi dapat menghasilkan berbagai senyawa akhir, contohnya fermentasi
karbohidrat yang dapat menghasilkan berbagai senyawa asam seperti asam laktat dan
propionet, ester-ester, keton dan gas (Pelczar, 2008).
Sebagian besar mikroorganisme memperoleh energi dari substrat berupa
karbohidrat yang selanjutnya difermentasi menghasilkan asam-asam organic (seperti
asam laktat, format, asetat), dengan disertai atau tidak disertai pembentukan gas.
Oragnisme-organisme yang berbeda akan menggunakan karbohidrat / gula-gula yang
berbeda tergantung dari komponen enzim yang dimilikinya.
Perbenihan gula-gula digunakana untuk melihat adanya pembentukan asam yaitu
dengan adanya perubahan warna indicator (merah fenol atau biru bromtimol) yang
terdapat dalam perbenihan menjadi kuning yang sebelum ditanami berwarna merah
(indicator merah fenol) atau berwarna biru (indicator biru bromtimol) serta untuk
pembentukan gas, yaitu dengan terlihatnya udara di dalam tabung peragian / fermentasi
(tabung Durham).
Degradasi fermentasi dalam kondisi anaerob dilakukan dalam kaldu fermentasi yang
mengandung tabung durham, sebuah botol batin terbalik untuk mendeteksi produksi gas
sebagai ilustrated. media fermentasi karbohidrat yang khas mengandung:
 Nutrisi bahan kaldu untuk mendukung pertumbuhan semua organisme.
 Karbohidrat tertentu yang berfungsi sebagai substrat untuk menentukan
kemampuan fermentasi organisme.
 Indikator ph merah fenol, yang berwarna merah pada ph netral (7) dan
perubahan kuning pada ph sedikit asam dari 6,8 menunjukkan bahwa jumlah
sedikit asam akan menyebabkan perubahan warna.

Jenis karbohidrat yang digunakan pada uji fermentasi karbohidrat antara


lain , sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Glukosa dapat langsung masuk dalam jalur
fermentasi tahap pertama sedangkan sukrosa, laktosa, manitol dan maltosa akan
dihidrolisis terlebih dahulu menjadi monosakarida penyusunnya. Laktosa dihidrolisis
menjadi galaktosa dan glukosa. Sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Manitol diubah menjadi manosa atau galaktosa. Sedangkan maltosa akan dihidrolisis
menjadi dua molekul glukosa.
Monosakarida jenis manosa dan galaktosa terlebih dahulu akan diubah menjadi
glukosa melalui reaksi epimerisasi . Sedangkan fruktosa akan diubah terlebih dahulu
menjadi fruktosa 6-fosfat dan kemudian fruktosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 6-
fosfat. Glukosa 6-fosfat dan glukosa hasil epimerisasi galaktosa dan manosa akan
masuk dalam tahap awal proses fermentasi untuk menghasilkan asam piruvat, asam
asetat dan CO2 dan kemudian pada tahap kedua fermentasi asam piruvat dan asam
asetat direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama,
membentuk asam laktat dan etanol.
2. Uji Imvic (Indol, Methyl Red, Voges-Proskauer, Simmon’s Citrate)
Identifikasi basil enterik adalah sangat penting dalam mengendalikan infeksi usus
dengan mencegah kontaminasi pasokan makanan dan air. kelompok bakteri yang dapat
ditemukan di saluran usus manusia dan mamalia yang lebih rendah diklasifikasikan
sebagai anggota family Enterobacteriaeae. Mereka pendek, gram negatif, non-spora
membentuk basil. Yang termasuk dalam keluarga ini adalah:
1) Patogen seperti anggota genera Salmonella dan Shigella
2) Sesekali patogen seperti anggota genera Proteus dan Klabsiella
3) Yang normal flora usus seperti Escherichia anggota marga dan Enterobacter, yang
merupakan penduduk saprophytic dari saluran usus.
Diferensiasi kelompok utama Enterobacteriaceae dapat dicapai atas dasar sifat
biokimia dan reaksi enzimatik di hadapan substrat tertentu. Seri tes IMViC, indol, metil-
merah, Voges-Preskauer, dan pemanfaatan sitrat dapat digunakan untuk identifikasi ini.

 Indol
Tryptophan merupakan asam amino esensial yang dapat mengalami oksidasi
dengan cara kegiatan enzimatik beberapa bakteri. Konversi triptofan menjadi
produk metabolik dimediasi oleh enzim tryptophanase. Media ini biasanya
digunakan dalam indetifikasi yang cepat. Perbenihan indol digunakan untuk melihat
kemampuan bakteri mendegradasi asam amino triptofan secara enzimatik. Hasil uji
indol yang diperoleh negatif karena tidak terbentuk lapisan (cincin) berwarna merah
muda pada permukaan biakan, artinya bakteri ini tidak membentuk indol dari
tryptopan sebagai sumber karbon, yang dapat diketahui dengan menambahkan
larutan kovaks. Asam amino triptofan merupakan komponen asam amino yang
lazim terdapat pada protein, sehingga asam amino ini dengan mudah dapat
digunakan oleh mikroorganisme akibat penguraian protein.

 MR-VP
 Uji MR
Perbenihan ini digunakan untuk mendeteksi bakteri yang memiliki
kemampuan untuk mengoksidasi glukosa menghasilkan produk asam
berkonsentrasi tinggi yang stabil sehingga menyebabkan pH media turun hingga
dibawah 4,4 yang ditandai dengan hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi
merah setelah ditambahkan methyl red. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam
campuran (metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung
dalam medium MR-VP. Terbentuknya asam campuran pada media akan
menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang, oleh karena itu bila 5etabolis 5etab
ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu maka 5etabolis
tersebut menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri ini peragi asam
campuran.
 Uji VP
Voges-Proskauer menentukan kemampuan beberapa organisme untuk
menghasilkan produk akhir non asam atau netral seperti acetylmethylcarbinol,
dari 5etabol-asam yang dihasilkan dari 5etabolism glukosa. Ini fermentasi
glukosa, yang merupakan karakteristik dari Enterobacter. aerogenes. Uji VP
dengan hasil negatif, karena tidak terbentuk warna merah pada medium setelah
ditambahkan α-napthol dan KOH, artinya hasil akhir fermentasi bakteri ini
bukan asetil metil karbinol (asetolin) (Anonim2, 2008).

 Perbenihan agar Simmon’s Citrate


Perbenihan ini digunakan untuk melihat kemampuan organisme enteric
berdasarkan kemampuan memfermentasi sitrat sebagai sumber karbon.
Perbenihan Simmon’s Citrate ini mengandung indicator biru bromtimol yang
akan berubah menjadi biru pada reaksi positif dan tetap hijau jika reaksi
negative.

3. Uji katalase
Uji katalase merupakan suatu pengujian terhadap bakteri tertentu untuk mengetahui
apakah bakteri tersebut merupakan bakteri aerob, anaerob fakultatif, atau anaerob
obligat. Dan digunakan unrtuk mengetahui kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan hydrogen peroksida dengan menghasilkan enzim katalase. Bakteri yang
memerlukan oksigen manghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) yang sebenarnya
beracun bagi bakteri sendiri. Namun mereka dapat tetap hidup dengan adanya
antimetabolit tersebut karena mereka menghasilkan enzim katalase yang dapat
mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen dengan reaksi sebagai berikut :
2H2O 2H2O + O2 (Volk dan Wheeler, 1993).
Enzim merupakan katalisator sejati, dimana molekul ini meningkatkan dengan nyata
kecepatan reaksi kimia spesifik yang tanpa enzim akan berlangsung sangat lambat.
Enzim tidak dapat mengubah titik keseimbangan reaksi yang dikatalisnya, enzim juga
tidak akan habis dipakai atau diubah secara permanen oleh reaksi-reaksi ini. Enzim
merupakan biokatalis yang berfungsi untuk membantu proses metabolisme. Enzim
memiliki kemampuan untuk mengkatalisis suatu reaksi. Suatu enzim adalah suatu
katalis biologis. Hampir tiap rekasi biokimia dikatalis oleh enzim.
Enzim merupakan katalis yang lebih efisien daripada kebanyakan katalis
laboratorium atau industri. Enzim juga memungkinkan suatu selektivitas pereaksi-
pereaksi dan suatu pengendalian laju reaksi yang tidak dimungkinkan oleh kelas katalis
lain. Kespesifikan enzim disebabkan oleh bentuknya yang unik dan oleh gugus-gugus
polar (atau nonpolar) yang terdapat dalam struktur enzim tersebut.
Beberapa enzim bekerja bersama suatu kofaktor nonprotein, yang dapat berupa
senyawa organik maupun anorganik (Lehninger, 1995). Hidrolisis Gelatin terdapat
Enzim-enzim yang menguraikan golongan potein disebut protenase/protease, kedua
nama ini dianggap sinonim. Contoh pada hidrolisis gelatin dimana protein diperoleh
dari hidrolisis kalogen, yaitu zat pada jaringan penghubung dan tendon dari hewan.
Gelatin akan terurai oleh mikrobia yang mensintesis enzim proteolisis. Larutan gelatin
bersifat cair pada suhu ruang atau suhu kamar dan padat apabila berada di dalam
refrigerator. Dan apabila gelatin sudah dihidrolisis oleh mikroba, maka akan tetap
bersifat cair (Hadioetomo, 1993).

4. Uji oksidase
Uji oksidase ditujukan untuk membedakan bakteri nerdasarkan aktivitas sitokrom
oksidase. Enzim-enzim oksidase memainkan peran yang vital dalam pelaksanaan
system transport electron pada respirasi aerob. Sotokrom oksidase mengkatalisis
oksidase dari sitokrom yang tereduksi oleh oksigen molecular (O2), menghasilkan
pembentukan H2O atau H2O2. Bakteri-bakteri aerob, sebagaimana juga beberapa
bakteri anaerob fakultatif dan mikroaerofil, memiliki aktivitas oksidase. Uji oksidase
merupakan alat untuk membedakan antara anggota-anggota dalam genius Neisseria dan
Pseudomonas, yang merupakan oksidase positif, dan Enterobacteriaceae yang
merupakan oksidase negative.
Kemampuan bakteri untuk menghasilkan sitokrom oksidase dapat ditunjukkan
dengan penambahan pereaksi uji, p-aminodimetilanilin oksalat, terhadap koloni-koloni
yang ditumbuhkan pada suatu media agar lempeng. Pereaksi merah muda cerah ini
berperan sebagai substrat buatan, memberikan electron dan karenanya akan teroksidasi
menjadi senyawa berwarna kehitaman dan oksigen bebas. Setelah penambahan pereaksi
uji, terjadinya warna merah muda, kemudian merah marun, dan pada akhirnya warna
kehitaman pada permukaan koloni menandakan dihasilkannya sitokrom oksidase dan
menunjukkan hasil positif. Tidak terjadinya perubahan warna, atau warna merah muda
cerah pada koloni, menandakan tidak adanya aktivitas oksidase, menunjukkan hasil uji
yang negative.
5. Perbenihan TSIA (Triple Sugar Iron Agar)
Perbenihan TSIA digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam
memfermentasi gula-gula membentuk asam saja,basa saja, asm dan basa, dengan
disertai/tidak gula-gula pembentukan gas. Uji ini dapat membedakan lebih jauh
kelompok-kelompok atau genus-genus dalam Enterobacteriaceae di mana seluruhnya
merupakan basil gram negatif yang dapat memfermentasi glukosa dengan memproduksi
asam. Pembedaan ini didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan produksi gas H2S
yang berbeda untuk setiap organisme. Perbenihan TSIA mengandung tiga macam gula-
gula (Triple Sugar) yaitu laktosa 1%,sukrosa 1% dan glukosa 0,1%,indikator asam-basa
merah fenol,dan natrium tiosulfat serta fero sulfat. Adanya pembentukan asam akan
merubah warna perbenihan yang semula berwarna jingga kemerahan menjadi
kuning,sedangkan jika basa yang terbentuk maka perbenihan akan berubah menjadi
merah. Adanya pembentukan gas ditandai dengan adanya gelembung/pecahnya agar di
daerah tususkan,dan jika gas yang dihasilkan adalah H2S,maka akan terbentuk endapan
hitam fero sulfida (FeS) di daerah tusukan.
6. Perbenihan LIA (Lysine Iron Agar)
Perbenihan LIA digunakan untuk mengetahui kemampuan mikroorganisme dalam
mendekarboksilasi lisin membentuk amin kadaverin yang bersifat basa sehingga
merubah warna perbenihan yang mengandung indikator bromkresol ungu dari coklat
menjadi ungu (reaksi positif). Reaksi ini dapat disertai atau tidak disertai dengan
pembentukan gas (adanya gelembung/pecahnya agar di daerah tusukan atau adanya
endapan hitam FeS).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
3.1 ALAT DAN BAHAN
Pada kegiatan praktikum ini, alat yang digunakan adalah tabung reaksi, tabung durham,
rak tabung, jarum ose, pembakar Bunsen, dan pipet tetes. Ada juga bahan yang di gunakan
adalah, bakteri Basillus subtilis, perbenihan gula-gula (glukosa, laktosa, maltose, manitol,
sakarosa), perbenihan indol, perbenihan MRVP (Methyl Red-Voges Proskauer), perbenihan
agar Simmon’s citrate ,perbenihan agar TSIA (Triple Sugar Iron Agar), perbenihan LIA
(Lysine Iron Agar), perbenihan agar TSA (Trypticase Soy Agar).
Pada percobaan ini kita juga menggunakan beberapa pereaksi seperti pereaksi Kovac’s,
pereaksi metil merah, pereaksi Barrits A(a-naftol), Barrits B(KOH 40%), Hidrogen
peroksida 3%, dan p-aminodimetilanilin oksalat.

3.2 CARA KERJA

1. Reaksi Fermentasi Karbohidrat (gula-gula) :


Pada perbenihan gula-gula ini, prosedur yang harus dilakukan adalah
menginokulasikan suspensi bakteri sebanyak masing-masing 1 sengkelit ke setiap
perbenihan gula-gula. Kitapun harus hati-hati jika melakukan pengocokan,jangan sampai
menimbulkan gas di dalam tabung karena jika menghasilkan gas nanti hasilnya pun akan
menghasilkan reaksi positif palsu yang tidak benar atau salah. Kemudian perbenihan
diinkubasi seama 18-24 jam pada suhu 35-37°C. Setelah proses inkubasi selesai, amati
hasil inkubasi berupa ada/tidaknya pembentukan asam yang ditunjukkan dengan
perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan ada/tidaknya pembentukan gas
berupa gelembung pada tabung Durham.
2. Uji IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges Proskauer, Simmon’s Citrate) :
a. Indol
Pada perbenihan indol, prosedur yang harus dilakukan adalah dengan
menginokulasikan suspensi bakteri sebanyak 1 sengkelit ke dalam perbenihan Indol.
Kemudian perbenihan di inkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 35-37°C. Setelah
proses inkubasi selesai, teteskan pereaksi Kovac’s sebanyak 6-8 tetes. Hasil positif
jika terbentuk lapisan cincin berwarna merah ceri pada permukaan media.
b. Metil merah dan Voges-Proskauer
Pada perbenihan MM-VP, prosedur yang harus dilakukan adalah denga
menginkolukasikan suspensi bakteri sebanyak 1 sengkelit ke dalam perbenihan MR-
VP. Kemudian perbenihan tersebut diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 35-
37°C. Setelah proses inkubasi selesai, tuangkan 1/3 bagian perbenihan ke dalam
tabung reaksi yang bersih. Untuk uji MM, teteskan pereaksi merah methyl 6-8 tetes
ke dalam tabung yang berisi 1/3perbenihan (amati hasilnya berupa perubahan warna
merah = positif, kuning = negatif). Untuk VP,teteskan pereaksi Barrits A 12 tetes dan
pereaksi Barrits B sebanyak 4 tetes ke dalam tabung yang berisi 2/3
perbenihan,homogenkan selama 15 menit. (amati hasilnya berupa perubahan warna
merah = reaksi positif).
c. Simmon’s citrate
Pada perbenihan ini, prosedur yang harus diakukan adalah dengan
menginokulasikan suspensi bakteri sebanyak 1 ose dengan cara gores pada
perbenihan agar Simmon’s citrate. Kemudian perbenihan diinkubasikan selama -24
jam pada suhu 35-37°C. Setelah proses inkubasi selesai, amati hasil yang terjadi
(warna biru = reaksi positif)

3. Uji TSIA :
Pada perbenihan TSIA ini, prosedur yang dilakukan adalah dengan
menginokulasikan bakteri dari suspense bakteri yang telah disediakan sebanyak 1
sengkelit dengan cara digores dan ditusuk pada perbenihan agar miring TSIA.
Kemudian perbenihan inkubasikan selama 18-24 jam dengan suhu 35-37°C. Lalu amati
hasil inkubasi berupa perubahan warna dan ada/tidaknya pembentukan gas dan endapan
hitam fero sulfide di daerah tusukan dan lereng.

4. Uji LIA :
Pada perbenihan LIA ini, prosedur yang dilakukan adalah dengan menginokulasikan
bakteri dari suspensi bakteri yang telah disediakan sebanyak 1 sengkelit dengan cara
digores dan ditusuk pada perbenihan agar miring LIA . Kemudian perbenihan
diinkubasikan selama 18-24 jam dengan suhu 35-37°C, kemudian amati hasil inkubasi
(ungu = positif, coklat = negatif).
4.2 PEMBAHASAN
Tabel diatas adalah hasil seluruh perbenihan setelah diinkubasi selama 18-24 jam pada
suhu 35-37°C dan setelah ditambahkan pereaksi-pereaksi yang sesuai untuk perbenihan
IMVIC. Pada percobaan kali ini hasil yang didapat di setiap bakteri berbeda-beda karena
setiap bakteri tidak sama sifatnya maka dari itu hasil yang didapat pun juga berbeda, terlihat
dari tabel diatas.
Bakteri yang kami gunakan pada kelompok adalah bakteri Basillus subtilis. Pada
bakteri ini, untuk perbenihan gula-gula hasil yang didapat adalah terjadinya pembentukan
asam yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada setiap media dr merah menjadi
kuning dan tidak adanya gelembung udara pada tabung Durham yang menunjukkan tidak
adanya pembentukan gas pada perbenihan ini. Lain dengan bakteri Escherichia coli, pada
perbenihan gula-gula didapat pada media glukosa, dan sakarosa terjadi pembentukan asam
yang ditandai dengan perubahan warna media dari merah menjadi kuning dan tidak adanya
gelembung pada tabung durham yang menunjukkan tidak adanya pembentukan gas.
Sedangkan pada media laktosa, maltose, dan mannitol didapat tidak terjadinya
pembentukan gas ditandai dengan tidak berubahnya warna media dan juga tidak terjadi
pembentukan gas yang ditandai dengan tidak adanya gelembung pada tabung Durham. Pada
bakteri Staphyllococcus aureus didapat media glukosa, maltose, dan sakarosa terjadi
pembentukan asam yang ditandai dengan perubahan warna media dari merah menjadi
kuning dan tidak adanya gelembung pada tabung durham yang menunjukkan tidak adanya
pembentukan gas. Sedangkan pada media laktosa dan mannitol, didapat tidak terjadinya
pembentukan gas ditandai dengan tidak berubahnya warna media dan juga tidak terjadi
pembentukan gas yang ditandai dengan tidak adanya gelembung pada tabung Durham. Pada
bakteri Salmonella typhii, didapat pada media glukosa dan maltose terjadi pembentukan
asam dan gas yang ditandai dengan berubahnya warna media dari merah menjadi kuning
dan adanya gelembung pada tabung Durham. Pada media laktosa didapat tidak terjadinya
pembentukan asam dan gas. Pada media mannitol tidak terjadi pembentukan asam tetapi
terjadi pembentukan gas. Pada media sakarosa terjadi pembentukan asam tetapi tidak ada
gelembung pada tabung Durham.pada bakteri Klabsiella pneumonia didapat pada semua
media gula-gula tidak terjadi pembentukan asam yang ditandai dengan tidak berubagnya
warna media, tetapi terjadi pembentukan gas yang ditandai dengan terdapatnya gelembung
udara pada tabung Durham.
Pada uji IMVIC, setelah diinkubasi perbenihan diberi pereaksi tertentu. Pada uji indol,
perbenihan ditambah pereaksi Kovacks sebanyak 8 tetes. Bakteri yang kami uji adalah
bakteri Basillus subtilis didapat reaksi indol negative karena setelah ditambah pereaksi tidak
tebentuk lapisan cincin merah. Pada bakteri Escherichia coli didapat reaksi indol negative
karena setelah ditambah pereaksi tidak tebentuk lapisan cincin merah. Begitupun pada
bakteri lainnya seperti Salmonella typhii , Klabsiella pneumonia dan Staphyllococcus
aureus.
Pada uji MR, perbenihan ditambah pereaksi Metil Merah sebanyak 4 tetes. Untuk
bakteri Basillus subtilis didapat reaksi negative karena tidak terjadi perubahan warna merah
pada media, tetapi tetap kuning. Begitupun dengan bakteri Salmonella typhii , Klabsiella
pneumonia, dan Escherichia coli. Pada bakteri Staphyllococcus aureus, terjadi reaksi positif
yang ditandai terjadi perubahan warna menjadi merah pada media.
Pada uji VP, perbenihan ditambah pereaksi KOH 4 tetes dan α-naftol 12 tetes. Pada
bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi negative ditandai dengan tidak terbentuknya warna
merah pada media. Begitupun pada bakteri Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan
Staphyllococcus aureus. Pada bakteri Salmonella Typhii terjadi reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya warna merah pada media.
Pada uji Simmon’s citrate, bakteri Basillus subtilis, Escherichia coli san
Staphyllococcus aureus terjadi reaksi negative karena warna perbenihan tetap hijau.
Sedangkan pada bakteri Salmonella Typhii dan Klabsiella pneumonia terjadi reaksi positif
yang ditandai perubahan warna pada media perbenihan menjadi warna biru.
Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam yang ditandai
dengan perubahan media yang semula berwarna jingga menjadi kuning pada lereng.
Pembentukan basa terjadi pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus karena perbenihan menjadi warna merah. Sedangkan pada bakteri
Basillus subtilis, dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa pada lereng.
Uji TSIA pada tusukan, bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia
coli, dan Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan asam . sedangkan bakteri Salmonella
typhii tidak terjadi pembentukan asam. Pada bakteri Escherichia coli, Salmonella typhii dan
Staphyllococcus aureus terjadi pembentukan basa , sedangkan pada bakteri Basillus subtilis,
dan Klabsiella pneumonia tidak terjadi pembentukan basa. Pada bakteri Basillus subtilis,
Klabsiella pneumonia, Escherichia coli, dan Staphyllococcus aureus terjadi tidak terjadi
pembentukan gas karena tidak adanya pecahan agar di daerah tusukan, sedangkan pada
bakteri Salmonella typhii terjadi pembentukan gas karena adanya pecahan agar di daerah
tusukan dan terbentuk endapan hitam fero sulfide (FeS) di daerah tusukan yang
menunjukkan bahwa gas yang dihasilkan adalah H2 S.
Pada uji LIA bakteri Basillus subtilis, Klabsiella pneumonia, Escherichia coli,
Salmonella typhii dan Staphyllococcus aureus terjadi reaksi positif yang ditandai dengan
terjadinya perubahan warna perbenihan dari coklat menjadi ungu pada lereng dan tusukan
juga tidak terjadi pembentukan gas.
Jika pada tabel tersebut terdapat kesalahan dan hal lainnya mungkin karena saat
melakukan percobaan tersebut tidak terlalu benar jadi menmberikan dampak ke hasil yang
didapatkan juga tidak benar, maka dari itu jika melakukan suatu percobaan haruslah
mengikuti langkah-langkah yang telah ditentukan dan juga semuanya harus serba steril
karena kita ini melakukan penelitian terhadap bakteri atau mikroba-mikroba.
BAB V

KESIMPULAN
Kesimpulan yang kita dapatkan pada percobaan kali ini adalah, metode yang kita
gunakan yaitu uji fermentasi karbohidrat (gula-gula) , Uji IMVIC (Indol, Methyl Red, Voges-
Preskauer, Simmon’s Citrate) , uji TSIA (Triple Sugar Ion Agar) , dan uji LIA (Lysine Iron
Agar). Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa bakteri Basillus subtilis pada
perbenihan gula-gula terjadi pembentukan asam pada semua media (glukosa, laktosa, maltose,
mannitol, sakarosa) dan tidak terjadi pembentukan gas. Pada perbenihan IMVIC, uji indol
bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi indol negative, begitupun pada uji MM, uji VP dan uji
Simmon’s Citrate. Pada uji TSIA, bakteri Basillus subtilis pada lereng dan tusukan terjadi
pembentukan asam tetapi tidak terjadi pembentukan basa, pembentukan gas, juga pembentukan
gas H2 S. Pada uji LIA, bakteri Basillus subtilis terjadi reaksi reaksi positif pada lereng dan
tusukan perbenihan tetapi tidak terjadi pembentukan gas juga pembentukan gas H2 S pada
tusukan perbenihan agar LIA.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penuntun Praktikum Mikrobiologi
2. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology
3. Radji, Maksum.dr. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta.
4. Cappuccino, J.G and N.Sherman. 1983. Microbiology: a Laboratory Manual.
Adison-Wesley Publishing company: California
5. Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
LAMPIRAN

A. Reaksi Fermentasi Karbohidrat (Gula-gula)

Glukosa Laktosa

Maltosa Mannitol
Sakarosa Perbenihan Gula-Gula

B. Uji IMVIC

Indol MM
VP Simmon’s Citrate

C. TSIA (Triple Sugar Iron Agar) D. Perbenihan LIA (Lysine Iron Agar)

Anda mungkin juga menyukai