MODUL PERDARAHAN
SEMESTER 3
Tutor :
dr. Maria Eka Putri
WaalaikumsalamWr. Wb.
Jakarta, 27 September 2013
Tim Penulis
Daftar isi
Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------------------------------- i
Daftar isi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- ii
BAB I Pendahuluan------------------------------------------------------------------------------------- 3
I.a Latar Belakang ------------------------------------------------------------------------------------ 3
I.b Tujuan -------------------------------------------------------------------------------------------- 3
I.c Manfaat --------------------------------------------------------------------------------------------- 3
BAB II Pembahasan ------------------------------------------------------------------------------------- 4
II.a Skenario ----------------------------------------------------------------------------------------- 4
II.b Kata sulit----------------------------------------------------------------------------------------- 4
II.c Kata/ kalimat kunci ---------------------------------------------------------------------------- 4
II.d Pertanyaan --------------------------------------------------------------------------------------- 4
II.e Jawaban ------------------------------------------------------------------------------------------ 5
BAB III Penutup -----------------------------------------------------------------------------------------28
BAB I Pendahuluan
I.a Latar Belakang
Pada Semester 3 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan kesehatan
Universitas Muhammadiyah, kami mendapatkan mata kuliah sistem Hematologi. Dalam
Modul kedua Sistem Hematologi kami mempelajari masalah perdarahan akibat tidak
terjadinya pembekuan. Dalam PBL Modul kedua yaitu mengenai Perdarahan. Dimana pada
Modul kedua ini ada 2 skenario dengan persoalan perdarahan yang berbeda-beda. Kelompok
kami mencoba menganalisa tentang Perdarahan berdasarkan skenario yang kami dapatkan,
beberapa tanda dan gejala klinis, penyebab-penyebab, patofisiologi terjadinya Perdarahan
serta dapat membedakan macam-macam perdarahan.
I.b Tujuan
Jenis Modul ini bertujuan agar mahasiswa mampu menjelaskan semua aspek tentang
perdarahan, diantaranya adalah:
1. Mekanisme hemostasis
2. Mekanisme pembekuan
3. Gangguan vaskuler
4. Gangguan trombosit
5. Gangguan pembekuan
6. DIC
7. Farmakokinetik obat- obat hemostasis darah dan antikoagulan
I.c Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui definisi
perdarahan, klasifikasi perdarahan, dan jenis-jenis penyakit yang berhubungan dengan
perdarahan.
BAB II Pembahasan
II.a Skenario
Anak laki-laki 9 tahun menderita perdarahan setelah sunat. Kasus yang sama terjadi pada
keponakannya. Dari riwayat keluarga diketahui anak tersebut sering memar berwarna birubila
terjadi benturan dengan benda tumpul. Anak itu disarankan untuk tinggal di rumah sakit
untuk didiagnosis penyebab pendarahan.
II.d Pertanyaan
Macam-macam perdarahan:
2. Mekanisme perdarahan
Perdarahan yang abnormal dapat disebabkan oleh :
1. Kelainan vaskuler
2. Trombositopenia
3. Gangguan fungsi trombosit
4. Gangguan koagulasi
Pola perdarahan yang terjadi relatif dapat diduga bergantung pada etiologinya , perdarahan
vaskular dan trombosit cenderung disertai oleh perdarahan dari selaput lendir dan pada kulit,
sedangkan pada kelainan koagulasi sering terjadi pada sendi atau jaringan lunak.
3. Mekanisme hemostasis
Bekuan darah mulai terbentuk dalam waktu 15-30 detik bila trauma pembuluh
darah sangat hebat, dan 1-2 menit bila trauma nya kecil. Zat aktivator dari dinding
pembuluh darah dan dari trombosit mengawali awal proses pembekuan darah dan
melekat pada dinding pembuluh darah. Dalam waktu 3-6 menit ujung pembuluh yang
terluka akan diisi oleh bekuan darah setelah 20 menit 1 jam. Bekuan akan
mengalami retraksi ini akan menutup luka.
Biasanya perdarahan pada luka pembuluh darah kecil akan diinvasi oleh fibroblas.
Hal ini berlanjut sampai terjadi organisasi jaringan ikat dalam waktu 1-2 minggu.
Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding
pembuluh darah, yang memungkinkan darah keluar. Keadaan ini paling sering disebabkan
oleh trauma eksternal seperti cedera yang pernah kita alami yang disertai memar. Perubahan
warna pada memar disebabkan oleh darah yang terkumpul dalam ruang interstisial jaringan
yang terkena trauma. Dinding pembuluh darah dapat pecah sebagai akibat suatu penyakit
sertaa trauma.
Sejumlah mekanisme terdapat dalam tubuh untuk menekan perdarahan. Salah satu
mekanisme hemostasis melibatkan trombosit darah yang dibuat dalam sumsum tulang dan
beredar dalam darah dengan jumlah yang besar.
Efek lokal perdarahan berkaitan dengan adanya darah yang keluar dari pembuluh di dalam
jaringan, dan pengaruhnya dapat berkisardari yang ringan hingga yang mematkan. Barangkali
pengaruh lokal yang paling ringan adalah memar, yang mungkin hanya mempunyai arti
kosmetik. Perubahan warna memar yang kebiru-biruan secara langsung berkaitan dengan
adanya eritrosit yang keluar dan terkumpuldalam jaringan. Eritrosit yang keluar dari
pembuluh ini dipecahkan dengan cepat dan difagosit oleh makrofag yang ada sebagai bagian
kesatuan dari respon peradangan. Makrofag ini memproses hemoglobin dengan cara yang
sama seperti yang digunakan pada resiklus normal eritosit tua, namun dengan cara yang lebih
cepat dan terpusat. Pada saat hemoglobin dimetabolisme dalam sel-sel makrofag ini,
terbentuk suatu kompleks yang mengandung besi yang dinamakan hemosiderin,bersamaan
pula dengan terbentuknya zat yang tidak mengandung besi yang dalam jaringan dinamakan
hematoidin (walaupun secara kimia identik dengan bilirubin). Hemosiderin berwarna coklat-
karat dan hematoidin berwarna kuning muda. Interaksi pigmen-pigmen ini berpengaruh pada
perubahan warna memar yang berkisar dari biru kehitaman kemudian memudar menjadi
coklat dan kuning, dan akhirnya menghilang karena makrofag mengembara dan pemulihan
jaringan yang sempurna.
Pada saat pembekuan darah terjadi 2 jalur yaitu jalu intrinsik dan jalur ekstrinsik.
Pada jalur intrinsik faktor XII diaktifkan oleh kolagen yang masuk dari permukaan pembuluh
yang rusak ataupun dari permukaan tabung reaksi maka akan mengaktifkan faktor XI yang
sudah ada di dalam darah. Lalu dengan bantuan Ca2+ (faktor IV) yang dikeluarkan oleh
sumbatan trombosit akan mengaktifkan faktor IX. Dan selanjutnya dengan bantuan Ca2+ dan
Platelet Factor(PF3) yang juga dikeluarkan oleh sumbatan trombosit serta faktor VIII akan
mengaktifkan faktor X.
Faktor X ini juga bisa diaktfikan langsung oleh tromboplastin jaringan (faktor III)
yang dikeluarkan pada saat terjadi trauma dengan bantuan Ca2+ dan faktor VIII. Lalu proses
dari jalur intrinsik dan ekstrinsik menjadi sama yaitu dengan berubahnya protrombin (faktor
II) menjadi trombin dengan Ca2+ , faktor V dan PF3.
Prothrombin:
sebuah faktor koagulasi yang merupakan protein plasma dan diubah menjadi bentuk aktif
trombin (faktor IIa) oleh pembelahan dengan mengaktifkan faktor X (Xa) di jalur umum dari
pembekuan. Fibrinogen trombin kemudian memotong ke bentuk aktif fibrin. Kekurangan
faktor menyebabkan hypoprothrombinemia.
Jaringan Tromboplastin:
koagulasi faktor yang berasal dari beberapa sumber yang berbeda dalam tubuh, seperti otak
dan paru-paru; Jaringan Tromboplastin penting dalam pembentukan prothrombin ekstrinsik
yang mengkonversi prinsip di Jalur koagulasi ekstrinsik. Disebut juga faktor jaringan.
Kalsium:
sebuah faktor koagulasi diperlukan dalam berbagai fase pembekuan darah.
Proaccelerin:
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan panas, yang hadir dalam plasma,
tetapi tidak dalam serum, dan fungsi baik di intrinsik dan ekstrinsik koagulasi jalur.
Proaccelerin mengkatalisis pembelahan prothrombin trombin yang aktif. Kekurangan faktor
ini, sifat resesif autosomal, mengarah pada kecenderungan berdarah yang langka yang disebut
parahemophilia, dengan berbagai derajat keparahan. Disebut juga akselerator globulin.
Proconvertin:
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabildan panas dan berpartisipasi dalam
Jalur koagulasi ekstrinsik. Hal ini diaktifkan oleh kontak dengan kalsium, dan bersama
dengan mengaktifkan faktor III itu faktor X. Defisiensi faktor Proconvertin, yang mungkin
herediter (autosomal resesif) atau diperoleh (yang berhubungan dengan kekurangan vitamin
K), hasil dalam kecenderungan perdarahan. Disebut juga serum prothrombin konversi faktor
akselerator dan stabil.
Antihemophilic faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur
intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor von Willebrand) sebagai
kofaktor dalam aktivasi faktor X. Defisiensi, sebuah resesif terkait-X sifat, penyebab
hemofilia A. Disebut juga antihemophilic globulin dan faktor antihemophilic A.
Tromboplastin Plasma komponen,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan terlibat dalam jalur intrinsik dari
pembekuan. Setelah aktivasi, diaktifkan Defisiensi faktor X. hasil di hemofilia B. Disebut
juga faktor Natal dan faktor antihemophilic B.
Stuart faktor,
sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif stabil dan berpartisipasi dalam baik
intrinsik dan ekstrinsik jalur koagulasi, menyatukan mereka untuk memulai jalur umum dari
pembekuan. Setelah diaktifkan, membentuk kompleks dengan kalsium, fosfolipid, dan faktor
V, yang disebut prothrombinase; hal ini dapat membelah dan mengaktifkan prothrombin
untuk trombin. Kekurangan faktor ini dapat menyebabkan gangguan koagulasi sistemik.
Disebut juga Prower Stuart-faktor. Bentuk yang diaktifkan disebut juga thrombokinase.
Tromboplastin plasma
yg di atas, faktor koagulasi yang stabil yang terlibat dalam jalur intrinsik dari koagulasi;
sekali diaktifkan, itu mengaktifkan faktor IX. Lihat juga kekurangan faktor XI. Disebut juga
faktor antihemophilic C.
Hageman faktor:
faktor koagulasi yang stabil yang diaktifkan oleh kontak dengan kaca atau permukaan asing
lainnya dan memulai jalur intrinsik dari koagulasi dengan mengaktifkan faktor XI.
Kekurangan faktor ini menghasilkan kecenderungan trombosis.
1. Pembekuan agregat trombosit yang longgar dan sementara pada tempat luka. Trombosit
akan mengikat kolagen pada tempat luka pembuluh darah dan diaktifkan oleh thrombin yang
terbentuk dalam kaskade pristiwa koagulasi pada tempat yang sama, atau oleh ADP yang
dilepaskan trombosit aktif lainnya. Pada pengaktifan, trombosit akan berubah bentuk dan
dengan adanya fibrinogen, trombosit kemudian mengadakan agregasi terbentuk sumbat
hemostatik ataupun trombos.
2. Pembentukan jarring fibrin yang terikat dengan agregat trombosit sehingga terbentuk
sumbat hemostatik atau trombos yang lebih stabil.
3. Pelarutan parsial atau total agregat hemostatik atau trombos oleh plasmin
Tipe trombos :
1. Trombos putih tersusun dari trombosit serta fibrin dan relative kurang mengandung
eritrosit (pada tempat luka atau dinding pembuluh darah yang abnormal, khususnya didaerah
dengan aliran yang cepat[arteri]).
2. Trombos merah terutama terdiri atas erotrosit dan fibrin. Terbentuk pada daerah dengan
perlambatan atau stasis aliran darah dengan atau tanpa cedera vascular, atau bentuk trombos
ini dapat terjadi pada tempat luka atau didalam pembuluh darah yang abnormal bersama
dengan sumbat trombosit yang mengawali pembentukannya.
3. Endapan fibrin yang tersebar luas dalam kapiler/p.darah yang amat kecil.
Ada dua lintasan yang membentuk bekuan fibrin, yaitu lintasan instrinsik dan ekstrinsik.
Kedua lintasan ini tidak bersifat independen walau ada perbedaan artificial yang
dipertahankan.
Proses yang mengawali pembentukan bekuan fibrin sebagai respons terhadap cedera jaringan
dilaksanakan oleh lintasan ekstrinsik. Lintasan intrinsic pengaktifannya berhubungan dengan
suatu permukaan yang bermuatan negative. Lintasan intrinsic dan ekstrinsik menyatu dalam
sebuah lintasan terkahir yang sama yang melibatkan pengaktifan protrombin menjadi
thrombin dan pemecahan fibrinogen yang dikatalis thrombin untuk membentuk fibrin. Pada
pristiwa diatas melibatkan macam jenis protein yaitu dapat diklasifikaskan sebagai berikut:
a. Zimogen protease yang bergantung pada serin dan diaktifkan pada proses koagulasi
b. Kofaktor
c. Fibrinogen
d. Transglutaminase yang menstabilkan bekuan fibrin
e. Protein pengatur dan sejumla protein lainnya
Lintasan intrinsic
Lintasan intinsik melibatkan factor XII, XI, IX, VIII dan X di samping prekalikrein,
kininogen dengan berat molekul tinggi, ion Ca2+ dan fosfolipid trombosit. Lintasan ini
membentuk factor Xa (aktif).
Lintasan ini dimulai dengan fase kontak dengan prekalikrein, kininogen dengan berat
molekul tinggi, factor XII dan XI terpajan pada permukaan pengaktif yang bermuatan
negative. Secara in vivo, kemungkinan protein tersebut teraktif pada permukaan sel endotel.
Kalau komponen dalam fase kontak terakit pada permukaan pengaktif, factor XII akan
diaktifkan menjadi factor XIIa pada saat proteolisis oleh kalikrein. Factor XIIa ini akan
menyerang prekalikrein untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein lagi dengan
menimbulkan aktivasi timbale balik. Begitu terbentuk, factor xiia mengaktifkan factor XI
menjadi Xia, dan juga melepaskan bradikinin(vasodilator) dari kininogen dengan berat
molekul tinggi.
Factor Xia dengan adanya ion Ca2+ mengaktifkan factor IX, menjadi enzim serin protease,
yaitu factor IXa. Factor ini selanjutnya memutuskan ikatan Arg-Ile dalam factor X untuk
menghasilkan serin protease 2-rantai, yaitu factor Xa. Reaksi yang belakangan ini
memerlukan perakitan komponen, yang dinamakan kompleks tenase, pada permukaan
trombosit aktif, yakni: Ca2+ dan factor IXa dan factor X. Perlu kita perhatikan bahwa dalam
semua reaksi yang melibatkan zimogen yang mengandung Gla (factor II, VII, IX dan X),
residu Gla dalam region terminal amino pada molekul tersebut berfungsi sebagai tempat
pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Bagi perakitan kompleks tenase, trombosit
pertama-tama harus diaktifkan untuk membuka fosfolipid asidik (anionic). Fosfatidil serin
dan fosfatoidil inositol yang normalnya terdapat pada sisi keadaan tidak bekerja. Factor VIII,
suatu glikoprotein, bukan merupakan precursor protease, tetapi kofaktor yang berfungsi
sebagai resepto untuk factor IXa dan X pada permukaan trombosit. Factor VIII diaktifkan
oleh thrombin dengan jumlah yang sangat kecil hingga terbentuk factor VIIIa, yang
selanjutnya diinaktifkan oleh thrombin dalam proses pemecahan lebih lanjut.
Lintasan Ekstrinsik
Lintasan ekstrinsik melibatkan factor jaringan, factor VII,X serta Ca2+ dan menghasilkan
factor Xa. Produksi factor Xa dimulai pada tempat cedera jaringan dengan ekspresi factor
jaringan pada sel endotel. Factor jaringan berinteraksi dengan factor VII dan
mengaktifkannya; factor VII merupakan glikoprotein yang mengandung Gla, beredar dalam
darah dan disintesis di hati. Factor jaringan bekerja sebagai kofaktor untuk factor VIIa
dengan menggalakkan aktivitas enzimatik untuk mengaktifkan factor X. factor VII
memutuskan ikatan Arg-Ile yang sama dalam factor X yang dipotong oleh kompleks tenase
pada lintasan intrinsic. Aktivasi factor X menciptakan hubungan yang penting antara lintasan
intrinsic dan ekstrinsik.
Interaksi yang penting lainnya antara lintasan ekstrinsik dan intrinsic adalah bahwa kompleks
factor jaringan dengan factor VIIa juga mengaktifkan factor IX dalam lintasan intrinsic.
Sebenarna, pembentukan kompleks antara factor jaringan dan factor VIIa kini dipandang
sebagai proses penting yang terlibat dalam memulai pembekuan darah secara in vivo. Makna
fisiologik tahap awal lintasan intrinsic, yang turut melibatkan factor XII, prekalikrein dan
kininogen dengan berat molekul besar. Sebenarnya lintasan intrinsik bisa lebih penting dari
fibrinolisis dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, factor XIIa dan Xia dapat
memotong plasminogen, dan kalikrein dapat mengaktifkanurokinase rantai-tunggal.
Inhibitor lintasan factor jaringan (TFPI: tissue factor fatway inhibitior) merupakan inhibitor
fisiologik utama yang menghambat koagulasi. Inhibitor ini berupa protein yang beredar
didalam darah dan terikat lipoprotein. TFPI menghambat langsung factor Xa dengan terikat
pada enzim tersebut didekat tapak aktifnya. Kemudian kompleks factor Xa-TFPI ini
manghambat kompleks factor VIIa-faktor jaringan.
Lntasan Terakhir
Pada lintasan terskhir yang sama, factor Xa yang dihasilkan oleh lintasan intrinsic dak
ekstrinsik, akan mengaktifkan protrombin(II) menjadi thrombin (IIa) yang kemudian
mengubah fibrinogen menjadi fibrin.
Pengaktifan protrombin terjadi pada permukaan trombosit aktif dan memerlukan perakitan
kompelks protrombinase yang terdiri atas fosfolipid anionic platelet, Ca2+, factor Va, factor
Xa dan protrombin.
Factor V yang disintesis dihati, limpa serta ginjal dan ditemukan didalam trombosit serta
plasma berfungsi sebagai kofaktor dng kerja mirip factor VIII dalam kompleks tenase. Ketika
aktif menjadi Va oleh sejumlah kecil thrombin, unsure ini terikat dengan reseptor spesifik
pada membrane trombosit dan membentuk suatu kompleks dengan factor Xa serta
protrombin. Selanjutnya kompleks ini di inaktifkan oleh kerja thrombin lebih lanjut, dengan
demikian akan menghasilkan sarana untuk membatasi pengaktifan protrombin menjadi
thrombin. Protrombin (72 kDa) merupakan glikoprotein rantai-tunggal yang disintesis di hati.
Region terminal-amino pada protrombin mengandung sepeuluh residu Gla, dan tempat
protease aktif yang bergantung pada serin berada dalam region-terminalkarboksil molekul
tersebut. Setelah terikat dengan kompleks factor Va serta Xa pada membrane trombosit,
protrombin dipecah oleh factor Xa pada dua tapak aktif untuk menghasilkan molekul
thrombin dua rantai yang aktif, yang kemudian dilepas dari permukaan trombosit. Rantai A
dan B pada thrombin disatukan oleh ikatan disulfide.
Konversi Fibrinogen menjadi Fibrin
Fibrinogen (factor 1, 340 kDa) merupakan glikoprotein plasma yang bersifat dapat larut dan
terdiri atas 3 pasang rantai polipeptida nonidentik (A,B)2 yang dihubungkan secara
kovalen oleh ikatan disulfda. Rantai B dan y mengandung oligosakarida kompleks yang
terikat dengan asparagin. Ketiga rantai tersebut keseluruhannya disintesis dihati: tiga
structural yang terlibat berada pada kromosom yang sama dan ekspresinya diatur secara
terkoordinasi dalam tubuh manusia. Region terminal amino pada keenam rantai
dipertahankan dengan jarak yang rapat oleh sejumlah ikatan disulfide, sementara region
terminal karboksil tampak terpisah sehingga menghasilkan molekol memanjang yang sangat
asimetrik. Bagian A dan B pada rantai Aa dan B, diberi nama difibrinopeptida A (FPA) dan
B (FPB), mempunyai ujung terminal amino pada rantainya masing-masing yang mengandung
muatan negative berlebihan sebagai akibat adanya residu aspartat serta glutamate disamping
tirosin O-sulfat yang tidak lazim dalam FPB. Muatannegatif ini turut memberikan sifat dapat
larut pada fibrinogen dalam plasma dan juga berfungsi untuk mencegah agregasi dengan
menimbulkan repulse elektrostatik antara molekul-molekul fibrinogen.
Thrombin (34kDa), yaitu protease serin yang dibentuk oleh kompleks protrobinase,
menghidrolisis 4 ikatan Arg-Gly diantara molekul-molekul fibrinopeptida dan bagian serta
pada rantai Aa dan B fibrinogen. Pelepasan molekul fibrinopeptida oleh thrombin
menghasilkan monomer fibrin yang memiliki struktur subunit ()2. Karena FPA dan FPB
masing-masing hanya mengandung 16 dab 14 residu, molwkul fibrin akan mempertahankan
98% residu yang terdapat dalam fibrinogen. Pengeluaran molekul fibrinopeptida akan
memajankan tapak pengikatan yang memungkinkan molekul monomer fibrin mengadakan
agregasi spontan dengan susunan bergiliran secara teratur hingga terbentuk bekuan fibrin
yang tidak larut. Pembentukan polimer fibrin inilah yang menangkap trombosit, sel darah
merah dan komponen lainnya sehingga terbentuk trombos merah atau putih. Bekuan fibrin ini
mula-mula bersifat agak lemah dan disatukan hanya melalui ikatan nonkovalen antara
molekul-molekul monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, thrombin juga mengubah factor XIII menjadi
XIIIa yang merupakan transglutaminase yang sangat spesifik dan membentuk ikatan silan
secara kovalen anatr molekul fibrin dengan membentuk ikatan peptide antar gugus amida
residu glutamine dan gugus -amino residu lisin, sehingga menghasilkan bekuan fibrin yang
lebih stabil dengan peningkatan resistensi terhadap proteolisis.
Regulasi Trombin
Begitu thrombin aktif terbentuk dalam proses hemostasis atau thrombosis, konsentrasinya
harus dikontrol secara cermat untuk mencegah pembentukan bekuan lebih lanjut atau
pengaktifan trombosit. Pengontrolan ini dilakukan melalui 2 cara yaitu:
1. Thrombin beredar dalam darah sebagai prekorsor inaktif, yaitu protrombin. Pada setiap
reaksinya, terdapat mekanisme umpan balik yang akan menghasilkan keseimbangan antara
aktivasi dan inhibisi.
2. Inaktivasi setiap thrombin yang terbentuk oleh zat inhibitor dalam darah.
1. Lindungi diri anda sendiri dari luka pendarahan dengan menggunakan sarung tangan
mesid. Jika tidak ada, gunakan beberapa lapis kassa, pakaian bersih, bungkus
pelastik, kantong plastic, atau bahan-bahan kedap air.
2. Bukalah area luka dengan melepaskan atau memotong pakaian untuk menemukan
sumber pendarahan.
3. Tempatkan pembalut seperti kassa steril atau kain bersih pada luka dan tekan
langsung dengan lengan anda. Tindakan ini menghentikan sebagian besar
pendarahan.
4. Jika korban berdarah dari lengan atau tungkai, tinggikan area cedera di atas tinggi
jantung untuk mengurangi aliran darah sambil anda terus menekan.
5. Gunakan perban tekan untuk menahan pembalut ( kassa) pada luka. Bungkus dengan
perban kassa gulung dalampola melingkar secara kuat di atas pembalut dan di atas
serta dibawah luka.
6. Jika darah merembas melalui kassa dan perban, jangan mengangkat perban dan
pembalut (kassa) tersebut. Gunakan pembalut (kassa) tambahan dan perban tekan
diatas yang lama.
7. Jika pendarahan tidak dapat di kontrol, berikan tekanan pada titik tekanan sambil
menjaga tekanan pada luka. Titik tekanan adalah titik di mana arteri yang dekat
permukan kulit berjalan berjalan dekat tulang, yang dapat menekannya. Sebagian
besar titik tekanan yang dapat diakses pada kedua sisi tubuh adalah titik tekan
berakialpada lengan atas dan titik tekanan femoral di lipat paha.
Penyakit herediter/ turunan yg disebabkan dari gangguan faktor viii (Pembekuan darah)
Gejala klinis
pravalensi
Tidak ada perbedaan pd ras,warna kulit atau suku bangsa.Hemofilia banyak diderita oleh
pria.Wanita akan benar-benar mengalami hemofilia dan ibunya adalah pembawa sifat
(carrier). Dan ini sangat jarang Terjadi.
Etiologi
defisiensi faktor VIII, karena sintesis menurun atau pembentukan faktor VIII dgn struktur
abnormal.
patofisiologi
Hemofillia A disebabkan oleh defisiensi F.VIII clotting activity(F.VIIIC) dapat krn sintesis
atau pembentukan faktor VIII.C dgn struktur abnormal.
Pemeriksaan penunjang
1.Test Penyaring
-APTT Memanjang
2.Test konfirmatif
Penyakit Von Willebrand adalah kelainan perdarahan herediter yang disebabkan oleh
defisiensi faktor Von Willebrand (FVW). FVW membantu trombosit melekat pada dinding
pembuluh darah dan diperlukan untuk pembekuan darah yang normal.
Faktor Von Willebrand (FVW) adalah suatu glikoprotein multimer heterogen dalam plasma
yang dengan dua fungsi utama:
Bekerja sebagai pembawa plasma bagi faktor VIII, suatu protein koagulasi darah yang
penting
Epidemiologi
PVW ditmukan melalui studi pedigree sebuah keluarga secara cermat dikepulauan uland.
Penyakit ini merupakan kelainan perdarahan herediter yang paling umum. Diturunkan
sebagai suat sifat (trait) dominant autosomal dengan prevalensi sekitar 1/100 sampai
3/100.000 orang. Namun, PVW berat dengan riwayat perdarahan yang mengancam jiwa <5
orang/ 1 juta penduduk di negara barat. Penyakit ini lebih sering terjadi daripada Hemofilia
A; laki-laki dan perempuan terkena sama banyak.
Etiologi
Pada PVW trombosit tidak melekat pada kolagen karena adanya defisiensi atau
kelainan pada FVW.
PVW ini juga disebabkan mutasi oleh gen faktor von Willebrand. FVW adalah suatu
protein multimerik besar yang dihasilkan oleh sel endotel yang membawa faktor VIII dalam
plasma dan memperantai adhesi trombosit ke endotel.
Gejala Klinis
Epistaksis (mimisan)
Mudah memar
Menoragi (haid dengan darah yang berlebih)
Faktor VIII/vWF plasma adalah suatu kompleks yang terdiri atas dua protein terpisah yang
dapat dibedakan berdasarkan kriteria fungsional, kimiawi dan imunologik. Untuk
mengaktifkan faktor X di jalur pembekuan intrinsik disebut protein koaulan faktor VIII atau
faktor VIII. Defisiensi faktor VIII menyebabkan hemofilia A. Melalui ikatan non kovalen,
faktor VIII berikatan dengan protein yang jauh lebih besar, vWF yang membentuk sekitar
99% kompleks vWF/faktor VIII. Secara normal, vWF terdapat dalam sirkulasi (dalam
kaitannya dengan faktor VIII) dan di subendotel tempat protein ini berikatan dengan kolagen.
Apabila sel endotel terkelupas oleh trauma atau cidera, vWF akan terpajan dan mengikat
trombosit melalui reseptor glikoprotein Ib dan IIb/IIIa. Memang, fungsi terpenting vWF in
vivo adalah mempermudah adhesi trombosit ke dinding pembuluh darah yang rusak dan
sebagai pengangkut faktor VIII. Oleh karena itu, vWF sangat penting dalam proses normal
hemostasis, dan tidak adanya faktor ini dalam penyakit Von Wiilebrand menyebabkan
diatesis perdarahan.
Secara singkat, kedua komponen kompleks faktor VIII/vWF, yang disintesis secara terpisah,
bergabung dan beredar dalam plasma sebagai satu kesatuan yang berfungsi mendorong
pembekuan serta interaksi trombosit-trombosit pembuluh darah yang penting untuk
memastikan hemostasis.
Klasifikasi PVW
PVW disebabkan oleh kelainan kuantitatif atau kualitatif, suatu protein pembekuan yang
diperlukan untuk interaksi antar trombosit dinding pembuluh darah dan untuk membawa
faktor VIII. Dan terdapat 3 tipe utama : tipe 1, tipe 2 dan tipe 3
Merupakan kelainan yang ringan dan merupakan kasus terbanyak. 40% anggota keluarga
kelompok ini membawa alel PVW namun dengan kadar FVW normal. Bersifat autosomal
dominant
Tipe 3
Tipe 2 yang terdiri dari subtipe 2A, 2B, 2M, dan 2N. Tipe 2 merupakan kelainan yang ringan-
sedang, dan bersifat autosomal resesif.
Tipe 2A
Varian FVW yang ditandai dengan kehilangan multimer BM dan penurunan fungsinya yang
tergantung trombosit (platelet-dependent)
Tipe 2B
FVW dengan kehilangan multimer BM tinggi disebabkan oleh peningkatan afinitas terhadap
glikoprotein1b (GP1b) trombosit.
Tipe 2M
Varian FVW dengan penurunah fungsi tergantung trombosit yang tidak berkaitan dengan
kehilangan multimer BM tinggi.
Tipe 2N
Diagnosis
Penyakit ini dibagi menjadi beberapa subtipe bergantung pada apakah ada reduksi
FVW atau jenis-jenis defek fungsional lainnya
Bila pasien dalam keadan kritis, sulit menetapkan diagnosis yang tepat. Bila PVW dianggap
sebagai faktor penunjang dari perdarahan pasien, lebih dahulu harus diobati secara empiris
dan penelusuran laboratoris ditunda sampai pasien secara klinis stabil dan tidak mendapat
produk darah dan obat setelah beberapa minggu.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemanjangan BT (bleeding time)
Penyakit von Willebrand harus dibedakan dengan hemophilia A atau B, Dimana pada
vWD:
transfusi trombosit.
Prognosis
Ada beberapa factor yang mempengaruhi prognosa yaitu usia penderita, jumlah trombosit,
kadar antibody platelet dan lama timbulnya keluhan. Respon terapi dapat mencapai 50-70%
dengan pemberian steroid.
Definisi
Koagulasi intravaskular yang menyebar DIC adalah suatu kondisi di mana bekuan
darah kecil mengembangkan seluruh aliran darah, menghalangi pembuluh darah kecil dan
menipis. Para pembekuan meningkat menghabiskannya dengan trombosit dan faktor
pembekuan yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan, menyebabkan perdarahan
yang berlebihan.
Koagulasi Intravascular Diseminata (disseminated intravascular coagulation) adalah
keadaan unik yang ditandai pembentukan bekuan darah multiple di seluruh mikrovaskular.
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah
yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis
yang multipel dankompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan
fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik,
karenamengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
Epidemiologi
Kejadian LPS dapat menjadi hasil dari proses patologis banyak. Penyebab paling
umum adalah sepsis, yang merupakan peradangan besar di seluruh tubuh karena adanya
etiologi menular. Penyebab umum lainnya termasuk trauma dan kerusakan jaringan, serta
keganasan. Kandungan menyebabkan juga dapat menyebabkan DIC.
Etiologi
a. Perdarahan terjadi karena:
Hipofibrinogenemia
Trombositopenia
Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen)
Fibrinolisis berlebihan.
b. KID dapat terjadi pada penyakit-penyakit :
Infeksi (demam berdarah dangue, sepsis, meningitis, pneumonia berat, malaria
tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia).
Komplikasi kehamilan (sulusio plasenta, kematian janin intrauterine, emboli cairan
aminion).
Setelah operasi (operasi paru)
Keganasan (karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut).
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis. DIC pun dapat
merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel.(1,4,5,)
Gejala
Perdarahan, yg mungkin dari bebrapa bagian dalam tubuh
Gumpalan darah
Penurunan tekanan darah
Mendadak memar
Tanda
Orang yang sering sakit akut dan perdarahan luas (perdarahan umum adalah mulut,
hidung dan situs venepuncture). Memar yang luas, gagal ginjal dan gangrene, seperti dalam
endotoksik shock atau emboli cairan amnioitic, atau mungkin berbahaya dan kronis, seperti
dalam kasus carcinomatosis.
Gambaran Klinis
Perdarahan pada kulit seperti petekie, ekimosis, dari bekas suntikan atau tempat
infuse pada mukosa, sering ditemukan pada KID akut. perdarahan ini juga bisa massif dan
membahyakan, misalnya pada traktus gastrointestinal, paru, susunan saraf pusat atau mata.
Pasien dengan KDI kronik umumnya hanya disertai sedikit perdarahan pada kulit dan
mukosa.
(Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing)
Perdarhan dari area pungsi, luka dan membrane mukosa pada pasien yang mengalami
syok, komplikasi obstetric, sepsis (infeksi yang meluas), atau kanker. Jika terjadi
dibawah kulit. Lesi vascular akan tampak.
Perubahan tingkat kesadaran yang mengindikasikan thrombus serebral.
Distensi abdomen yang mengisyaratkan terjadi perdarahan saluran cerna.
Sianosis dan takipnea ( peningkatan frekuensi pernafasan) akibat buruknya perfusi dan
oksigenisasi jaringan umum terjadi. Bercak-bercak di kulit menunjukan iskemia jaringan.
Hematuria (darah dalam urine) akibat perdarahan atau oligouria (penurunan pengeluaran
urine) akibat perfusi ginjal yang buruk.
Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan darah menunjukan hipofibrigenemia, peningkatan produk hasil
degradasi fibrin (D-dimer yang paling sensitive), trombositopenia, dan waktu protrombin
yang memanjang.
Laboratorium : DPL, hemostasis lengkap (PT, aPTT, fibrinogen, d-dimer)
Manifestasi Laboratorik
Manifestasi laboratorik DIC adalah :
1. trombositopenia-dapat diketahui dari hitung trombosit dan evaluasi trombosit pada
apusan darah tepi
2. APTT(acivated partial thromboplastin time), PTT(partial prothrombin time) dan
thrombin time memanjang, APTT lebih sensitive dibandingkan dengan PTT pada DIC
3. Fibrinogen plasma menurun
4. FDP(fibrinogen degradation product) dalam serum meningkat
5. factor VIII dan factor V menurun
6. apusan darh tepi : anemia mikoangiopatik dengan dijumpai adanya fragmentosit dan
mikrosferosit
7. D-dimer (hasil pemecahan fibrin ikat silang) positif
8. Tes parakoagulasi positif
Diagnosis klinis
Gejala-gejala umum seperti demam, hipotensi, asidosis, hipoksia, proteinuria.
Tanda-tanda perdarahan(petekie, purpura,ekimosis,hematoma, hematemesis-melena,
hematuria, epitaksis)
Manifestasi thrombosis gagal organ (paru,ginjal,hati)
KID merupakan akibat dari kausa primer lain :
- Bidang obstetric (emboli cairan amnion, kematian janin intra-uterin, abortus, septic)
- Bidang hematologi (reaksi transfuse, hemolisis berat, leukemia
- Infeksi (septicemia, gram negative dan positif, virus HIV, hepatitis, dengue, parasit
malaria)
- Trauma luka, penyakit hati akut, luka bakar
Penatalaksanaan
Pengobatan sulit karena adanya kombinasi perdarahan dan pembekuan. Pencegahan
KDI dan indentifikasi dini keadaan ini penting untuk dilakukan. Terapi ini dilakukan
bertujuan :
Menyingkirkan factor pencetus.
Terapi heparin dapat mulai diberikan jika terjadi kegagalan oragan akibat hipoksia imien.
Heparin tidak dianjurkan apabila KID disebabkan sepsis atau apabila terjadi perdarahan
system saraf pusat.
Penggantian cairan penting untuk pertahankan perfusi organ semaksimal mungkin.
Dapat diberikan plasma yang mengandung factor VIII, sel darah merah, dan trombosit.
Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/Kg BB iv tiap 4-6 jam. Kenaikan
kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga
normal.
a. Hilangkan penyebab (Underlying Disease)
b. Replacement Tx
1. Transfusi Konsentrat Trombosit
Pertahankan > 50.000 / mm3
2. Transf Cryoprecipitate
Pertahankan fibr > 150.000 mg/dL
3. Transfusi Fresh Frozen Plasma ( FFP )
Untuk menambah faktor koagulasi yg kurang
Prognosis
Prognosis bervariasi tergantung pada gangguan yang mendasari, dan sejauh mana
intravaskuler trombosis (pembekuan). Prognosis bagi mereka dengan DIC, apa pun sebabnya,
sering suram: Antara 10% dan 50% dari pasien akan mati. DIC dengan sepsis (infeksi)
memiliki tingkat yang lebih tinggi secara signifikan kematian dari LPS terkait dengan trauma.
Komplikasi
Bekuan yang banyak terbentuk akan memnyebabkan obstruksi atau hambatan aliran
darah di semua organ tubuh. Dapat terjadi kegagalan organ yang luas. Angka kematian lebih
dari 50%.
BAB III Penutup
Daftar pustaka
Guyton and Hall. 2012. Buku ajar fisiologikedokteran. Ed.11. Jakarta: EGC