PRAKTIKUM VII
Disusun Oleh :
Nama / NIM
Kelas / Golongan
: B / IV
Tanggal Praktikum
: 4 Mei 2015
Dosen Jaga
Asisten
2015
A. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat menentukan kadar
hambat minimum dan kadar bunuh minimum dari suatu sampel terhadap mikroba uji.
B. Dasar Teori
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan oleh organisme hidup,
termasuk turunan senyawa dan struktur analognya yang dibuat secara sintetik, dan
dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu
spesies atau lebih mikroorganisme. (Soekardjo dkk, 200)
Hal yang paling penting mengenai konsep antimikrobia adalah selective
toxicity yaitu selektif dalam menghambat pertumbuhan organisme tanpa merusak
inang. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan
manusia misalnya dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga
antibiotik dengan mekanisme kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas
selektif relatif tinggi. (Ganiswarna, 1995)
Berdasarkan toksisitas selektif ada antibakteri yang bersifat bakteriostatik dan
bakterisid. Kelompok yang pertama menghambat pertumbuhan atau perkembangan
bakteri, kelompok yang kedua bekerja mematikan bakteri. Bakterisid merupakan
antibiotik yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran,
sedang bakteriostatik adalah antibiotik yang bekerja pada sintesa protein. Antibakteri
tertentu aktivitasnya dapat meningkat dan bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar
antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM. (Setiabudi, 1995)
Kadar Hambat Minimal (KHM) atau Minimum Concentration (MIC) adalah
kadar minimal yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sedangkan
konsentrasi terendah dari antibiotik yang membunuh 99,9% inokulum bakteri disebut
Kadar Bunuh Minimal (KBM) atau Minimum Killing Concentration (MCK).
(Brander, 1991)
Mekanisme kerja sebagian besar antibiotik dapat dibagi menjadi 5 cara :
1. Menghambat pembentukan dinding sel, contoh: penisilin, ampisilin, metsilin,
2.
3.
4.
5.
6.
sefalosforin.
Mengganggu pembentukan membran sel, contoh : polimiksin B.
Menghambat sintesis protein, contoh: streptomisin, gentamisin, kloramfenikol.
Menghambat sintesis asam nukleat, contoh : siprofloksazin, nifampin.
Antagonis metabolit, contoh : isoniazid.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas antimikroba yaitu pH lingkungan,
komponen-komponen perbenihan, stabilitas obat, besarnya inokulum bakteri,
Bahan:
Minyak atsiri : adas dan cengkeh
Pelarut DMSO
Media NA atau Mueller Hilton
Mikroba (Staphlococcus aureus dan
Eschericia coli)
D. Cara Kerja
Sampel uji (minyak atsiri kadar 205 v/v dalam DMSO) dibuat 6 kadar seri pengenceran
kadar kelipatan secara aseptis
Pembuatan kontrol uji dan pembuatan seri kadar dilakukan seperti pada P-6
Dari setiap seri pengenceran diambil 1 ml untuk kemudian ditambahkan 9 ml media agar
Mueler Hinton di dalam petri, kemudia digoyang dan dibiarkan memadat. 1 cawan petri
untuk 1 kadar
Didapat 1 seri 6 petri media yang sudah padat, kemudian dibagi media menjadi 2 bagian
dengan cara menggaris bagian bawah cawan dengan spidol
Digoreskan 1 ose suspensi bakteri yang berbeda pada setiap bagian. Bakteri uji yang
digunakan adalah E. Coli dan S. Aureus
E. Hasil Pengamatan
Seri kadar 1%
SA
E.coli
E.coli
E.coli
E.coli
F. Pembahasan
Tujuan praktikum ini adalah menentukan kadar hambat minimum dan kadar
bunuh minimum dari suatu sampel terhadap mikroba uji. Dalam praktikum ini,
digunakan 1 macam ekstrak tumbuhan, yaitu minyak atsiri
Langkah pertama adalah membuat larutan stok dari minyak atsiri sebanyak 50 l
dalam metanol 500 l dan dimasukkan ke dalam eppendorf menggunakan mikropipet
dan yellow tip. Minyak atsiri inilah yang memiliki aktivitas antimikroba atau
fungistatik. Setelah itu diambil 30 l larutan stok tersebut dan diencerkan 1470 l
akuades di dalam eppendorf kedua sehingga diperoleh sampel uji yang mengandung
1% v/v minyak atsiri. Lalu diambil 750 dari sampel uji 1% v/v minyak atsiri tersebut
dan dimasukkan ke eppendorf ketiga sehingga diperoleh sampel uji yang mengandung
0,5% v/v minyak atsiri Dengan cara yang sama dibuat sampel uji yang mengandung;
0,25% ; 0,125% ; 0,0625% v/v minyak atsiri. Pada seri 0,0625% dibuang 750 l juga,
sehingga menghasilkan suatu buangan, agar semua seri pengenceran memiliki volume
yang sama yaitu 750 l. Setelah itu, atau bisa dilakukan sembari melakukan seri untuk
menghemat waktu, dicairkan media agar NA dengan cara memanaskannya di atas
kompor listrik. Setelah mencair, lalu ditunggu hingga suhunya sudah tidak terlalu
tinggi dan cukup dingin. Setelah semuanya siap langkah berikutnya dilakukan di
dalam LAF (Laminair Air Flow) secara aseptik. Lalu dibagi permukaan petri menjadi
2 bagian dengan menggaris bagian bawah petri dengan spidol untuk menguji 2
bakteri, yaitu Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Setelah itu, masing-masing
eppendorf yang berisi hasil pengenceran minyak atsiri dituangkan seluruh volumenya
ke masing- masing cawan petri yang totalnya berjumlah 5 cawan petri. Sebelum diisi
seri pengenceran, masing-masing cawan petri diberi dulu media agar NA sebanyak 9
ml.
Setelah semua media dalam cawan petri memadat, kemudian digoreskan suspensi
bakteri uji yang berbeda untuk setiap bagian bakteri uji yang digunakan dalam
larutan salin menggunakan ose yang dipanaskan dahulu mengguakan bunsen sampai
merah membara untuk menghindari kontaminasi. Menggoreskan suspensi bakteri
dilakukan dengan arah zig-zag agar mempermudah dalam mengetahui koloni bakteri
yang akan diamati. Kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C
yang
menjadi sangat kecil dan sulit menunjukkan aktivitas antimikroba yang dimiliki,
ataupun hal lain yang praktikan tidak sadari.
G. Kesimpulan
1. Uji aktivitas antimikroba pada praktikum ini menggunakan metode dilusi padat
2. Metode dilusi padat memiliki keuntungan dapat menguji lebih dari satu mikroba
uji dalam setiap cawan petri dan kelemahannya adalah sulit membedakan antara
aktivitas penghambatan dan mematikan mikroba uji.
3. Sampel antimiroba yang dipakai adalah minyak atsiri dan mikroba uji yang
digunakan adalah Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
4. Hasil menunjukkan minyak atsiri yang digunakan memberikan hasil negatif
terhadap uji aktivitas antimikroba karena masih adanya koloni bakteri di masingmasing cawan petri.
H. Daftar Pustaka
Brander, G.C., Pugh, D.M., Baywater, R.J., and Jenkins, W.C., 1991. Veterinary
Applied Pharmacology and Therapeutics 5th ed, The English Book Society and
Baillere Tindal, London.
Beuchat, L. R. 2000, Control of Foodborne Pathogens and Spoilage Microorganisms
by Naturally Occurring Antimicrobials. In C. L.Wilson & S. Droby (Eds.),
Microbial Food Contamination. Boca Raton, FL: CRC Press. pp. 149169
Cressy, H. K., Jerrett, A. R., Osborne, C. M., & Bremer, P. J, 2003, A Novel Method
for the Reduction of Numbers of Listeria Monocytogenes Cells by Freezing in
Combination with an Essential Oil in Bacteriological Media, J. of Food Protection,
66, 390395.
Frosch, P. J. , J.D. Johansen, T. Menn, C. Pirker, S.C. Rastogi, K.E, 2002, Essesnsial
oil and antimicrobia review, Vol. 47(5): 279-287, Nov 2002.
Ganiswara, 1995, Farmakologi dan Terapan Edisi IV, Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Jamal, Yuliasri dan Agusta, 2000, Komposisi Kimia Minyak Atsiri Neolitsea cassia
dan Nectandra angustifolia (Lauraceae), Prosiding Seminar PERHIPBA
Pemanfaatan Obat Alami III
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston.
1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa : Nugroho &
R.F.Maulany), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Pratiwi, 2008, Uji Aktivitas Anti Mikroba, http://etd.ugm.ac.id/index.php?, diakses
pada tanggal 10 Mei 2015, pukul 8.15
Setiabudy, R dan Gan, V.H.S. 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi Keempat, Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Smith-Palmer, A., Steward, J., & Fyfe, L, 1998, Antimicrobial Properties of Plant
Essential Oil and Essences Against Five Important Food-borne Pathogen, Letters
in Applied Microbiology (26) : 118122.
Soekardjo, B., Hardjono, S., Sondakh, R., 2000, Kimia Medisinal, Edisi Kedua,
Airlangga University Press, Surabaya.
Mengetahui,
Asisten Koreksi