Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik maupun jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal
dikalangan masyarakat. Penggunaan dari ntibiotik dan antimikroba ini pun telah
meningkat, seiring dengan bermunculannya berbagai jenis infeksi yang
kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru. Kenyataannya
adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam seringkali disalah artikan atau
disalah gunakan, dalam artian seringkali penatalaksanaan dalam menangani suatu
jenis infeksi yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan
lama terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman
mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari merupakan
penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat-obat antibiotik maupun
antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu. Obat-obat antimikroba efektif dalam
pengobatan infeksi karena kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme
yang menginvasi penjamu tanpa merusak sel.
Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitifitas, yang merupakan suatu
teknik untuk menetapkan sensitifitas suatu antibiotika dengan mengukur efek
senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme serta berhubungan
dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat
menghambat atau membunuh mikroba lain. Alasan penggunaan beberapa macam
antibiotik yaitu untuk melihat antibiotik mana yang kerjanya lebih cepat
menghambat atau membunuh mikroba, antibiotik mana yang telah resisten dan
antibiotik mana yang betul-betul cocok untuk suatu jenis mikroba.
Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi
tubuh semakin baik, justru merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas bisa
menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian akan mudah
jatuh sakit kembali.
Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja melawan infeksi
virus, gondok dan bronkhitis. Antibiotik yang diperlukan untuk mengobati infeksi
virus malah bisa membahayakan tubuh. Hal ini karena setiap kali dosis antibiotik

1
diambil virus tidak terpengaruh, malah sebaliknya, terjadi peningkatan kekebalan
bakteri terhadap antibiotik. Bakteri yang kebal dengan antibiotik tidak dapat
dibunuh dengan obat tersebut pada dosis yang sama. Inilah sebabnya mengapa
setiap orang harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter sebelum
mengambil antibiotik.
Pada percobaan ini dilakukan uji pada beberapa antibiotik terhadap bakteri
E. coli dan Enterobacter untuk mengetahui besar sensitif, resistensi, intermediet
dan zona hambat dari setiap antibiotik.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum uji sensitivitas yaitu :
1. Untuk mengetahui teknik uji sensitivitas.
2. Untuk mengukur zona hambat pada masing-masing antibiotik terhadap bakteri
Enterobacter dan E. coli.
3. Untuk mengetahui tingkat sensitivitas, intermediet dan resistensi antibiotik
terhadap bakteri Enterobacter dan E. coli.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
teknik uji sensitivitas, dapat mengukur zona hambat pada masing-masing antibiotik
terhadap bakteri Enterobacter dan E. coli, mengetahui tingkat sensitivitas,
intermediet dan resistensi antibiotik terhadap bakteri Enterobacter dan E. coli serta
manfaat bagi mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat dengan dilakukannya
praktikum ini adalah mempunyai pengetahuan tentang berbagai jenis obat antibiotik
sehingga dapat mengetahui antibiotik yang tepat untuk digunakan sebagai
penghambat pertumbuhan suatu bakteri untuk menyembuhkan penyakit.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Sensitivitas


Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode
cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan
atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri
merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat
antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar
dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri.
Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar
cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri.
Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang
terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap
antibiotik atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk
memberikan daya hambat terhadap mikroba. Uji sensitivitas terhadap suatu
antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya
hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,
sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode
merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya
aktivitas antimikroba (Djide, 2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan
sensitif ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya. Sedangkan

3
resisten adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal
terhadap antibiotik (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba
atau antibiotik tertentu. Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena
adaya mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya
pemindahan gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan
bahwa suatu mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena
mekanisme genetik atau non-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan
antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak
memadai, pemakaian yang tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang
tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya resisten
tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide, 2008).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat
pertumbuhannya akibat antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah
untuk menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.
Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline merupakan
antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2008).

2.2 Medium MHA


Medium Mueller Hinton Agar (MHA) merupakan medium tempat hidup dan
berkembangbiaknya suatu bakteri. Adapun kandungan dari MHA adalah pepton (6
g), kasein (17,5 g), pati (1,5 g) dan agar (10 g). Semua kandungan tersebut
dilarutkan dalam 1 liter air (Fadhlan, 2010).

2.3 Antibiotik
Kegiatan antibiotik untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris
dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru
dikembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey
(Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan khasiat antibiotik diisolir oleh

4
penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat
toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Suwandi, 2003).
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang
dalam jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Antibiotik mempunyai nilai ekonomi yang tinggi terutama di
bidang kesehatan, karena kegunaanya dalam mengobati berbagai penyakit infeksi.
Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat dibutuhkan dalam bidang
kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten terhadap antibiotik-antibiotik
yang sudah ada. Untuk itu perlu dilakukan penelitian eksplorasi untuk mendapatkan
isolasi bakteri yang dapat menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan
oleh alga, lichen, tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan
mikroorganisme (Suwandi, 2003).
Antibiotik sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi
bakterial. Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotik guna
penanggulangan penyakit infeksi bakterial, kadang diperlukan pemeriksaan
kepekaan (tes sensitivitas) kuman terhadap antibiotik yang tersedia, karena pada
masa kini telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotik
(Waluyo, 2008).
Obat-obat antimikroba efektif dalam pengobatan infeksi karena toksisitas
selektifnya. Kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme yang
menginvasi pejamu tanpa merusak sel. Pada kebanyakan kasus, toksisitas lebih
relatif dari pada absolut, yang memerlukan kontrol konsentrasi obat secara hati-hati
untuk menyerang mikroorganisme sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Terapi
antimikroba selektif mempunyai keuntungan dengan adanya perbedaan biokimia
yang timbul antara mikroorganisme dan manusia (Suwandi, 2003).
Menurut Waluyo (2008), pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika
dilakukan dengan :
a. Cara Cakram (Disc Method), menggunakan cakram kertas saring yang
mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang diletakkan di
atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan diperiksa, kemudian di inkubasi.
Apabila tampak adanya zona hambatan pertumbuhan kuman di sekeliling cakram

5
antibiotik, maka kuman yang diperiksa sensitif terhadap antibiotik tersebut. Cara
ini disebut juga cara difusi agar, yang lazim dilakukan adalah cara Kirby-Bauer.
b. Cara Tabung (Tube Dilution Method), membuat penipisan antibiotik pada sederetan
tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut
dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian
dieram. Dengan cara ini akan diketahui konsentrasi terendah antibiotik yang
menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal
(KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC).
c. Cara penipisan seri agar lempeng. Pada umumnya cara ini hampir sama dengan
cara tabung atau penipisan kaldu
d. pepton, perbedaannya terletak pada media yang digunakan yaitu pada cara ini
menggunakan media padat. Kelemahan cara ini adalah tidak dapat digunakan untuk
semua jenis bakteri. Untuk beberapa bakteri tertentu seperti bakteri yang
membentuk koloni yang sangat halus dalam media agar kaldu pepton (contoh :
Streptococcus) atau bakteri yang akan menyebar pertumbuhannya dalam media
padat (contoh : Proteus)cara ini tidak dapat digunakan.

2.4 Eschericia coli


Bakteri E. Coli merupakan spesies dengan habitat alami dalam saluran
pencernaan manusiamaupun hewan. E. coli pertama kali diisolasi oleh Theodor
Escherich dari tinja seorang anak kecil pada tahun 1885. Bakteri ini berbentuk
batang, berukuran 0,4-0,7 x 1,0-3,0 m,termasuk gram negatif, dapat hidup soliter
maupun berkelompok, umumnya motil, tidak membentuk spora, serta fakultatif
anaerob (Carter & Wise 2004).
Struktur sel E. coli dikelilingi oleh membran sel, terdiri dari sitoplasma yang
mengandung nukleoprotein (Gambar 3). Membran sel E. coli ditutupi oleh dinding
sel berlapis kapsul. Flagela dan pili E. coli menjulur dari permukaan sel (Gambar
2) (Tizard 2004). Tiga struktur antigen utama permukaan yang digunakan untuk
membedakan serotipe golongan E. coli adalah dinding sel, kapsul dan flagela.
Dinding sel E. coli berupa lipopolisakarida yang bersifat pirogen dan menghasilkan
endotoksin serta diklasifikasikan sebagai antigen O. Kapsul E. coli berupa
polisakarida yang dapat melindungi membran luar dari fagositik dan sistem

6
komplemen, diklasifikasikan sebagai antigen K. Flagela E. coli terdiri dari protein
yang bersifat antigenik dan dikenal sebagai antigen H. Faktor virulensi E. coli juga
disebabkan oleh enterotoksin, hemolisin kolisin, siderophor, dan molekul pengikat
besi (aerobaktin dan entrobaktin) (Quinn et al. 2002).
Bakteri E. coli dapat membentuk koloni pada saluran pencernaan manusia
maupun hewan dalam beberapa jam setelah kelahiran. Faktor predisposisi
pembentukan koloni ini adalah mikroflora dalam tubuh masih sedikit, rendahnya
kekebalan tubuh, faktor stres, pakan, dan infeksi agen patogen lain. Kebanyakan E.
coli memiliki virulensi yang rendah dan bersifat oportunis (Songer & Post 2005).
Ditjenak (1982) melaporkan bahwa E. coli keluar dari tubuh bersama tinja dalam
jumlah besar serta mampu bertahan sampai beberapa minggu. Kelangsungan hidup
dan replikasi E. coli di lingkungan membentuk koliform. E. coli tidak tahan
terhadap keadaan kering atau desinfektan biasa. Bakteri ini akan mati pada suhu 60
0
C selama 30 menit.
E. coli bersifat patogen karena dapat menyebabkan infeksi pada manusia
dan hewan. Seorang bakteriolog yaitu Theodor Escherich , mengidentifikasi E. coli
dari babi yang menderita enteritis. Enteritis merupakan peradangan usus yang bisa
menyebabkan sakit perut, mual, muntah, dan diare baik manusia maupun hewan. E.
coli merupakan bakteri yang bisa hidup pada lingkungan yang berbeda. Bakteri ini
dapat ditemukan di tanah, air, tanaman, hewan, dan manusia (Berg 2004; Bhunia
2008; Manning 2010).
Genus Eschericia merupakan bakteri berbentuk batang (1x4 m), motil, dan
mesofilik. Bakteri ini sering ditemukan di dalam pencernaan manusia, hewan
berdarah panas, dan burung (Ray 2004; Duffy 2006; Bhunia 2008). Spesies
terpenting dari genus Eschericia ialah E. coli (Ray 2004; Adams dan Moss 2008).
E. Coli merupakan famili Enterobacteriaceae yang termasuk bakteri enterik. Bakteri
enterik ialah bakteri yang bisa bertahan di dalam saluran pencernaan termasuk
sruktur saluran pencernaan rongga mulut, esofagus, lambung, usus, rektum, dan
anus. E. coli bisa hidup sebagai bakteri aerob maupun bakteri anaerob. Oleh karena
itu, E. coli dikategorikan sebagai anaerob fakultatif (Manning 2010).

7
E. coli merupakan bakteri Gram negatif dan tidak berbentuk spora. E. coli
bersifat katalase positif, oksidasi negatif, dan fermentatif. E. coli termasuk bakteri
mesofilik dengan suhu pertumbuhannya dari 7 C sampai 50 C dan suhu optimum
sekitar 37 C (Adams dan Moss 2008). E. coli dapat tumbuh pada pH 4-9 dengan
aktivitas air 0.935. Laju pertumbuhan E. coli yaitu 25 jam/generasi pada suhu 8 C
(Forsythe 2000). E. coli dapat dibedakan dengan Enterobacteriaceae lainnya
berdasarkan uji gula-gula dan uji biokimia. Secara sederhana uji-uji untuk grup
penting ini disebut dengan indole, methyl red, Voges-Proskeur, citrate atau
disingkat IMViC (Adams dan Moss 2008).

2.5 Enterobacter
Enterobacter termasuk dalam family Enterobactericeae yang merupakan
kelompok gram negative berbentuk batang yang habitat umunya adalah di usus
manusia dan hewan. Enterobacter satu family dengan E.coli, Klebsiella,
Salmonella, Shigella, Proteus, dan sebagainya. Pada keadaan tertentu jika terjadi
perubahan pada inang atau bila kesempatan memasuki tubuh yang lain, banayak
diantara bakteri ini yang mampu menimbulkan penyakit (Irianto,2006).
Enterobacter merupakanflora normal pada sistem pencernaan manusia dan
hewan. Bakteri ini tidak akan menimbulkan penyakit jika tidak bergabung dengan
jenis bakteri lain. Ini disebabkan bakteri Enterobacter bukan penyebab tunggal
munculnya suatu penyakit. Salah satu spesies dari Enterbacter yang menimbulkan
penyakit bagi manusia adalah Enterobacter sakazaki. Enterobacter
sakazakii bukan merupakan mikroorganisme normal pada saluran
pencernaanhewan dan manusia. Habitat asli bakteri Enterobacter sakazakii tidak
diketahui secara pasti, sehingga disinyalir bahwa tanah, air, sayuran, tikus, dan lalat
merupakan sumber infeksi.

8
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini yaitu :
Hari/ tanggal : Rabu/ 27 April 2016
Waktu : 13.00 WITA s/d selesai
Tempat : Laboraturium Mikrobiologi Veteriner FKH UNUD

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan 5. Tabung reaksi
pada praktikum ini yaitu : 6. Inkubator
1. Bunsen 7. Tabel disk
2. Cawan petri 8. Pinset
3. Ose loop 9. Penggaris
4. Rak tabung
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu :
1. Bakteri Escherichia coli dan Enterobacter.
2. Medium MHA
3. Spritus
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Korek api
7. Dist Antibiotik Erythromycin
8. Dist Antibiotik Sulphamethoxazole
9. Dist Antibiotik Oxytetracyclin

9
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menyiapkan medium MHA.
3. Mensterilkan tangan dan lidi menggunakan alkohol 70%.
4. Menyalakan bunsen.
5. Mengambil bakteri E. colli dan Enterobacter menggunakan lidi kapas
sampai meresap dengan cara mencelupkan lidi kapas ke suspensi bakteri.
6. Menggoreskan lidi kapas tersebut pada media MHA.
7. Menempelkan disk obat pada medium MHA.
8. Mengfiksasikan kembali cawan petri.
9. Menutup cawan petri menggunakan kertas dengan cara dibalik.
10. Menaruh cawan petri di incubator selama 24 jam dengan suhu 37oC.
11. Setelah 24 jam, mengukur zona daya hambat yang ada pada medium MHA
tersebut.
12. Mencocokkan hasil pengukuran zona daya hambat dengan table disk.

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Zona
Nama
Jenis Hambat
No. Bakte Gambar Keterangan
Antibiotik Antibiotik
ri
(mm)

Erythromycin 29 Sensitif

Enter Sulphamethox
1. 24 Sensitif
oacter azole

Oxytetracyclin 18 Sensitif

Erythromycin 30 Sensitif

Sulphamethox
26 Sensitif
2. E. coli azole

Oxytetracyclin 23 Sensitif

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik Erythromycine
dengan menggunakan bakteri Enterobacter dan E.Coli, diperoleh zona hambat 29
mm dan 30 mm dengan kepekaan tinggi. Hal ini berdasarkan pada standar killing
zona, kepekaan terhadap erythromisin 18 mm .
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik
Sulfamethoxazole dengan menggunakan bakeri Enterobacter dan E.Coli, diperoleh
zona hambat 24 mm dan 26 mm dengan keterangan sensitif. Hal tersebut sesuai

11
dengan literatur yang ada yaitu 17 yang artinya bakteri sensitive terhadap
antibiotik
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengujian antibiotik oxytetracyclin
dengan menggunakan bakteri Enterobacter dan E.Coli, diperoleh zona hambat 18
mm dan 23 mm dengan keterangan sensitif. Hal tersebut sesuai dengan literatur
yang ada yaitu 19 mm (S) yang artinya bakeri sensitif terhadap antibiotic. Namun
berdasarkan kedua bakteri tersebut, bakteri E. coli lebih sensitive terhadap semua
antibiotic yang diujikan

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa bakteri Enterobacter
dan E. Coli sensitif terhadap antibiotik erithromisin, sulfamethoxazole dan
oxytetracyclin. Namun bakteri E. Coli lebih menunjukan kesensifitasan tinggi
dibandingkan dengan bakteri enteribacter. Hal tersebut ditunjukkan dengan
killing zone atau zona hambat antibiotik terhadap E. Coli lebih luas diameternya.

5.2 Saran
Perlu dilakukan uji sensitifitas lebih lanjut mengenai Enterobacter dan E.
Coli. Penulis juga berharap saran dari pembaca agar laporan praktikum ini lebih
baik dan lebih bermanfaat dikemudian harinya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adams MR, Moss MO. 2008. Food Microbiology 3rd Edition. Cambridge: RSC
Pub.

Bhunia A. 2008. Foodborne Microbial Pathogens. New York: Springer.

Carter GR, Wise DJ. 2004. Essential of Veterinary Bacteriology and Mycology. 6
th Ed. Iowa: Blackwell Publishing.

Dwidjoseputro. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Penerbit Malang : Djambatan.

Duffy G. 2006. Emerging Pathogenic E. coli. Dalam Motarjemi Y, Adams M,


editor. Emerging Foodborne Pathogens. New York: CRC Pr.

Djide M, Natsir. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Universitas Hasanuddin.


Makassar.

Fadhlan. 2010. Mikrobiologi Farmasi. Salemba medika. Jakarta.

Manning SD. 2010. Escherichia Coli Infections. New York: Infobase


Publishing.Hlm: 16.

Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary
Microbiology and Microbial Disease. London (GB): Blackwell Science.

Ray B. 2004. Fundamental Food Microbiology, Ed. ke-3. Washington, DC: CRC
PrSonger JG.

Post KW. 2005. Veterinary Microbiology Bacterial and Fungal Agents of Animal
Disease. New York : CRC Pr.

Sumadio, H. 2004. Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.

Suwandi, U. 2003. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.


Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi. Malang.
UMM Press.

14

Anda mungkin juga menyukai